Sementara itu, hanya 44 persen responden pria yang menyalahkan pihak mantan istri. Mengapa pihak mantan istri lebih banyak menyalahkan mantan suami atas perpisahan yang mengakibatkan perceraian keluarga? Menurut Pepper Schwartz PhD, seorang seksolog dan profesor sosiologi di University of Washington, kondisi itu terjadi karena tradisi dan perbedaan jalan berpikir antarjender.
“Kebanyakan wanita dididik untuk tidak menyalahkan diri sendiri karena merupakan sikap diri yang lemah, sedangkan pria merasa tidak jantan untuk menyalahkan mantan istri,” kata Scwartz. Ternyata, hasil survei juga menyibak fakta bahwa pihak wanita merasa jauh lebih bahagia setelah perceraian ketimbang pria. Sebanyak 73 persen responden wanita mengaku tidak menyesal bercerai. Kemudian, 75 persen wanita memilih untuk hidup sendiri, meraih sukses, dan bahagia, daripada terjebak dalam pernikahan yang membuat mereka nelangsa.
Sebaliknya, 58 persen pria memilih untuk tetap bertahan pada pernikahan, meskipun mereka tak lagi merasa bahagia. “Pria lebih penakut untuk hidup sendiri terutama ketika mereka sudah terbiasa memiliki istri yang mengurusi segala kebutuhan mereka. Lucunya, banyak pria berpendapat bahwa pernikahan adalah tradisi kuno yang membosankan, tetapi mereka memilih tetap mempertahankan pernikahan, meski tak memberikan kebahagiaan,” urainya. Terakhir, Schwartz menambahkan bahwa wanita selalu memprioritaskan kebahagian diri dan tidak takut menua tanpa pasangan.
Referensi : Pria atau Wanita yang Lebih Bahagia Setelah Perceraian?