Prediksi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berbeda dengan prediksi manusia biasa. Prediksi manusia di bidang apa pun, bisa jadi benar tapi lebih sering salah. Bahkan banyak prediksi yang bernilai dosa jika melanggar aturan yang berlaku dalam syari’at Islam. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan prediksi dengan wahyu. Allah Ta’ala yang membisiki dan membimbingnya secara langsung hingga prediksinya mustahil meleset. Pasti benar.
Salah satunya sebagaimana tersebut dalam riwayat Imam Ahmad bin Hanbal, Imam at-Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, dan Imam al-Hakim Rahimahumullahu Ta’ala ini. Hebatnya lagi, prediksi Nabi ini terjadi pada sebagian besar kaum Muslimin akhir zaman ini.
“Orang lemah adalah mereka yang memperturutkan keinginan hawa nafsunya, namun dia mengharapkan banyak hal dari Allah Ta’ala.”
Menjelaskan riwayat ini, Imam Ibnul Jauzi mengatakan dalam Shaidul Khatir, “Sedangkan makhluk Allah Ta’ala yang paling terpedaya adalah orang yang mengerjakan sesuatu yang dibenci Allah, tapi dia meminta kepada-Nya sesuatu yang disenanginya, sebagaimana disebutkan dalam hadits ini.” Bukankah sebagian besar di antara kita mengalami hal ini? Bukankah sebagian besar kita melakukan tindakan ini dengan berbagai kadarnya?
Banyak dosa yang kita kerjakan. Banyak maksiat dan kekeliruan yang kita lakukan. Tapi, banyak pula keinginan dan hajat hidup yang kita sampaikan kepada Allah Ta’ala.
Dosa-dosa kita makin menumpuk, seiring dengan menumpuknya hajat kita akan rumah, mobil, saldo tabungan, dan hal-hal duniawi lainnya.
Kita semakin sibuk melakukan dosa dan maksiat, tapi sibuk pula mendaftar aneka hajat dan kebutuhan hidup untuk dimintakan kepada Allah Ta’ala.
Sadarlah, wahai diri. Hidup tak lama. Hidup hanya sejenak. Hanya sebentar. Sibukkan dirimu dalam amal kebaikan. Sibukkan dirimu dalam amal ketaatan. Sebab orang-orang yang taat akan senantiasa merasa cukup karena mensyukuri setiap karunia yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepadanya.