Kamis, 15 September 2022

Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam

Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak.

Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.

Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.

Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.
Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.     Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.  Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.

Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.

Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting. Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.     Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.  Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.  Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.     Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.


Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.

Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :

1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab

Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka m
Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting. Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.     Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.  Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.  Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.     Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.
asuklah ia ke surga."

2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan


Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.

Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."

3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia
Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting. Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.     Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.  Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.  Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.     Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.

Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :

Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT
Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik.

Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat.

Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan.
Dididik untuk menegakkan shalat.

Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda :
Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting. Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.     Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.  Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.  Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.     Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.

"Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu:
1). Mencintai Nabimu.
2). Mencintai keluarga Nabi.
3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."

Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur.
Membiasakan disiplin.
 
Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.

4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman

Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."
Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting. Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.     Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.  Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.  Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.     Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.

Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.

Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:
Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting. Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.     Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.  Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.  Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.     Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.

a). Punya istri yang shalihah.
b). Punya anak-anak yang baik.
c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh).
d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.

Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.
Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting. Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.     Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.  Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.  Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.  Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting. Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.     Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.  Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.  Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.     Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.   Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka m Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting. Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.     Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.  Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.  Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.     Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan. asuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan   Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting. Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.     Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.  Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.  Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.     Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik.  Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat.  Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat.  Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting. Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.     Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.  Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.  Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.     Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.  "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.   Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna." Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting. Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.     Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.  Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.  Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.     Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang: Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting. Setelah menikah, kebutuhan hidup semakin banyak. Apalagi nanti jika Anda dan pasangan sudah dikaruniai anak, pastinya kian bertambah.  Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, istri dapat membantu sang suami bekerja. Entah itu karena gaji suami yang minim atau sudah mendapat ‘lampu hijau’ dari suami, Anda boleh bekerja.  Bila suami istri bekerja, sebagai orangtua, Anda tetap bertanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkan buah hati. Meskipun ada pengasuh, Anda harus mencurahkan perhatian cukup untuk anak.  Jangan hanya sibuk bekerja, sampai lupa anak. Ingat, orangtua adalah guru terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karenanya, waktu antara pekerjaan dan keluarga, terutama anak harus seimbang agar anak tetap mendapat kasih sayang dari orangtuanya.  Bagi Anda pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, berikut tips mengasuh dan membesarkan anak:  Baca Juga: 7 Tips Belajar Efektif Walau Hanya di Rumah Saja  Bingung cari asuransi kesehatan terbaik dan termurah? Cermati punya solusinya!   1. Atur dan Berikan Waktu Berkualitas Anda Keluarga Atur waktu untuk keluarga  Tak dimungkiri, pekerjaan di kantor sudah sangat menyita perhatian Anda. Tumpukan deadline menanti setiap hari untuk diselesaikan. Namun sesibuk apapun bekerja, berikanlah waktu terbaik Anda untuk anak.  Contohnya setelah pulang kerja, duduk bersama anak sambil nonton tv, bersenda gurau di ruang keluarga, atau membantunya mengerjakan tugas sekolah. Saat hari libur, jangan ganggu waktu Anda untuk bekerja. Manfaatkan sepenuhnya untuk keluarga.  Waktu berkumpul inilah yang akan semakin mendekatkan anak dengan Anda sebagai orangtuanya. Jangan renggut kebahagiaan mereka dengan Anda lalai memperhatikannya dan malah asyik dengan dunia sendiri. Bersama orangtua merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi seorang anak.  2. Jangan Berpikir Kasih Sayang Bisa Diganti Uang Uang Jangan berpikir kasih sayang bisa digantikan uang  Jika Anda punya waktu sedikit buat anak, jangan langsung memberi yang instan. Alih-alih biar anaknya tidak menuntut waktu orangtua, Anda menuruti berbagai macam permintaan anak, seperti memberi uang jajan yang banyak, membelikan mainan, dan lainnya.  Kebiasaan tersebut akan membuat anak Anda manja. Perlu diketahui, bahwa uang tidak bisa menggantikan apapun, termasuk kasih sayang orangtua. Yang anak mau bukanlah hanya materi dari Anda, tapi perhatian dan kasih sayang yang tulus.  3. Pengasuh hanya Pendamping Keluarga Pengasuh hanyalah pendamping anak  Anda suami istri sibuk bekerja, solusi mengurus anak ya diserahkan ke pengasuh. Boleh-boleh saja sih, tapi jangan asal. Saat ini banyak pengasuh yang ‘manis’ di depan, tapi ‘menusuk’ dari belakang. Artinya bisa mencelakakan anak Anda.  Jadi, carilah pengasuh yang profesional dan sangat menyukai anak-anak. Agar terpercaya, Anda dapat mempekerjaan pengasuh, kenalan dari orang-orang terdekat Anda, sehingga lebih aman.  Pengasuh sejatinya hanya pendamping. Begitu Anda dan pasangan pulang bekerja atau tengah libur, langsung ambil alih pengurusan anak-anak. Tidak mau kan, anak Anda justru lebih ‘lengket’ sama pengasuh ketimbang Anda orangtuanya?  Baca Juga: Mau Keluarga Harmonis? Ini 12 Tips untuk Dicoba  4. Ajak Komunikasi dan Jadilah Pendengar yang Baik Keluarga Ajak anak berkomunikasi  Anda dan pasangan memang bekerja untuk anak. Tapi bukan berarti lepas dari tanggung jawab. Saat berkumpul bersama anak, jangan cuek. Jangan sibuk dengan ponsel Anda. Ajak anak berkomunikasi. Sampaikan keinginan Anda atau sebaliknya.  Saat anak sudah mulai banyak bicara, posisikan diri sebagai pendengar. Biarkan anak mengutarakan apapun dan beri tanggapan yang baik. Termasuk jika anak meminta solusi.  Hal itu terkesan sepele, tapi percayalah bahwa dengan Anda mengajaknya berkomunikasi dan menjadi pendengar yang baik, anak akan bahagia. Hubungan Anda dan anak akan terus dekat.  5. Bersikap yang Baik dan Jadilah Teladan untuk Anak Keluarga Bersikap yang baik agar menjadi teladan untuk anak  Keluarga adalah sekolah pertama si anak. Anak akan mencontoh perilaku kedua orangtuanya. Jadi beri contoh yang baik. Misalnya jangan merokok di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya, bicara dengan perkataan yang baik, dan lainnya.  6. Berikan Reward dan Punishment uang kuliah Berikan penghargaan dan hukuman  Sebagai orangtua, Anda harus bersikap tegas walaupun sibuk bekerja. Terapkan sistem penghargaan dan hukuman untuk anak. Anda dapat memberi penghargaan bila sikap anak baik, seperti memujinya bila telah melakukan perbuatan baik, mengajaknya liburan jika rapor nilai anak bagus agar terus meningkatkan atau mempertahankan prestasinya.  Begitupun sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, didik dengan kata-kata maaf. Bila nakal sudah melampaui batas, Anda dapat memberikan hukuman, seperti potong uang jajan, menyita ponselnya untuk jangka waktu sebulan misalnya. Diharapkan anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.  Karier Sukses, Keluarga pun Harmonis Karier dan keluarga harus berjalan seirama. Walaupun Anda dan pasangan bekerja, tapi tetap menomorsatukan keluarga atau anak. Bekerja bukan berarti Anda membesarkan anak seadanya.  Kalau anak-anak Anda tumbuh cerdas, berbudi pekerti baik, itu merupakan hasil didikan dari orangtuanya. Orangtua yang tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Dengan begitu, Anda akan tenang saat bekerja. Karier pun bakal melesat, berkat dukungan dari keluarga terutama anak. Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam. Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.  Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.  Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.     Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.  Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.  Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.     Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: "Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.  Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :  1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab  Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga."  2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan  Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur'an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.  Do'a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do'aku."  3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia  Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :  Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan. Dididik untuk menegakkan shalat. Dibiasakan suka amar ma'ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur'anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda : "Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu: 1). Mencintai Nabimu. 2). Mencintai keluarga Nabi. 3). Mencintai untuk membaca Al-Qur'an."  Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur. Membiasakan disiplin.    Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.  4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman  Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: "Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna."  Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.  Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.  Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.  a). Punya istri yang shalihah. b). Punya anak-anak yang baik. c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh). d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.  Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.     Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.

Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita, karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.

Referensi : Peran Wanita Sebagai Ibu dalam Islam