Siapa yang tahu tentang kisah yang sangat mengharukan tentang Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail. Terlepas dari peristiwa Qurban yang diterima oleh Ismail, peristiwa tersebut bisa menjadi bukti bahwa Nabi Ibrahim As berhasil mendidik buah hatinya menjadi anak yang soleh.
Tentu ada hal baik yang diterapkan dan diajarkannya kepada sang anak. Yang pertama tentu adalah Doa.
Semasa sang istri sedang mengandung, Ibrahim sudah sering berdoa untuk dikaruniai anak yang shaleh. Seperti yang ada dalam QS. As-Saffat Ayat 100, Dia berdoa kepada Allah, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk golongan orang yang saleh dan taat menjalankan perintah-Mu dan membela agama-Mu.”
Beliau lebih mengutamakan keshalehan daripada yang lainnya. Hal utama sudah terbukti dengan bagaimana cara Nabi Ibrahim memilih istrinya. Sebagaimana diketahui, Ismail lahir dari buah pernikahan Ibrahim dengan Siti Hajar, seorang budak.
Walaupun demikian seorang budak, yang juga tak cantik apalagi kaya, tapi Siti Hajar adalah hamba yang beriman, berhati mulia, dan berakhlak terpuji. “Memilih istri yang salehah merupakan prasyarat untuk melahirkan anak yang saleh. Sebab, istri akan menjadi madrasah pertama (al-ummu madrasah) bagi anak-anaknya,”.
Dengan senantiasa berdoa, ini juga akan menjadi kebiasaan sang anak, sekiranya mereka juga akan paham bahwa mendidik anak tidak bisa dengan usaha belaka, tetapi juga butuh kepasrahan jiwa memohon pertolongan Allah SWT.
Selanjutnya, pastikan kita sebagai orangtua menjadi teladan bagi anak kita sendiri. Menurut beberapa sumber mengatakan bahwa kunci utama keberhasilan Nabi Ibrahim dalam mendidik anaknya adalah dengan metode keteladanan. Hal ini juga ada dalam Al-Quran terdapat dua ayat yang menjelaskan bahwa Ibrahim adalah uswatun hasanah (QS al-Mumtahanah [60]: 4 dan 6) bagi umatnya, dan juga termasuk bagi anak-anaknya.
Dalam dunia psikologi juga membuktikan bahwasanya sang anak cenderung pasti akan menirukan apa yang dilakukan orangtuanya. Ini adalah sifat alamiah yaitu imititatif selama proses perkembangannya. Jadi sebaiknya kita juga memberikan cerminan soal keimanan, ketaatan beribadah, sikap, maupun perilaku sehari-hari.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah lingkungan pergaulan. Kita harus memastikan bahwa anak berada dilingkungan yang juga baik dalam bersikap karena pasti akan mempengaruhi mental dan perkembangannya. Disini kita harus bisa menjalin komunikasi yang intens perihal apa yang dibutuhkannya dengan apa yang harus dilakukan dengan suasana lingkungan yang bebas. Di era saat ini pastikan kita memilih lingkungan sekolah atau pendidikan yang juga mendukung proses perkembangan anak ke arah yang positif. Tetap libatkan sang anak dalam menentukan pilihannya, dan juga saat beribadah. Hal ini yakin akan menjadi pondasi sang anak bisa menjadi pemimpin yang bijaksana, baik penuturan dan lisannya, akhlak dan akalnya.
Tentu ada hal baik yang diterapkan dan diajarkannya kepada sang anak. Yang pertama tentu adalah Doa.
Semasa sang istri sedang mengandung, Ibrahim sudah sering berdoa untuk dikaruniai anak yang shaleh. Seperti yang ada dalam QS. As-Saffat Ayat 100, Dia berdoa kepada Allah, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk golongan orang yang saleh dan taat menjalankan perintah-Mu dan membela agama-Mu.”
Beliau lebih mengutamakan keshalehan daripada yang lainnya. Hal utama sudah terbukti dengan bagaimana cara Nabi Ibrahim memilih istrinya. Sebagaimana diketahui, Ismail lahir dari buah pernikahan Ibrahim dengan Siti Hajar, seorang budak.
Walaupun demikian seorang budak, yang juga tak cantik apalagi kaya, tapi Siti Hajar adalah hamba yang beriman, berhati mulia, dan berakhlak terpuji. “Memilih istri yang salehah merupakan prasyarat untuk melahirkan anak yang saleh. Sebab, istri akan menjadi madrasah pertama (al-ummu madrasah) bagi anak-anaknya,”.
Dengan senantiasa berdoa, ini juga akan menjadi kebiasaan sang anak, sekiranya mereka juga akan paham bahwa mendidik anak tidak bisa dengan usaha belaka, tetapi juga butuh kepasrahan jiwa memohon pertolongan Allah SWT.
Selanjutnya, pastikan kita sebagai orangtua menjadi teladan bagi anak kita sendiri. Menurut beberapa sumber mengatakan bahwa kunci utama keberhasilan Nabi Ibrahim dalam mendidik anaknya adalah dengan metode keteladanan. Hal ini juga ada dalam Al-Quran terdapat dua ayat yang menjelaskan bahwa Ibrahim adalah uswatun hasanah (QS al-Mumtahanah [60]: 4 dan 6) bagi umatnya, dan juga termasuk bagi anak-anaknya.
Dalam dunia psikologi juga membuktikan bahwasanya sang anak cenderung pasti akan menirukan apa yang dilakukan orangtuanya. Ini adalah sifat alamiah yaitu imititatif selama proses perkembangannya. Jadi sebaiknya kita juga memberikan cerminan soal keimanan, ketaatan beribadah, sikap, maupun perilaku sehari-hari.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah lingkungan pergaulan. Kita harus memastikan bahwa anak berada dilingkungan yang juga baik dalam bersikap karena pasti akan mempengaruhi mental dan perkembangannya. Disini kita harus bisa menjalin komunikasi yang intens perihal apa yang dibutuhkannya dengan apa yang harus dilakukan dengan suasana lingkungan yang bebas. Di era saat ini pastikan kita memilih lingkungan sekolah atau pendidikan yang juga mendukung proses perkembangan anak ke arah yang positif. Tetap libatkan sang anak dalam menentukan pilihannya, dan juga saat beribadah. Hal ini yakin akan menjadi pondasi sang anak bisa menjadi pemimpin yang bijaksana, baik penuturan dan lisannya, akhlak dan akalnya.
Referensi : Meneladani Cara Mendidik Anak Seperti Nabi Ibrahim