Komentar atau statement seperti di atas mungkin sering kita dengar. Dan jawaban tersebut menurut saya sangat mengena. Cukup dalam maknanya. Bagaimana perempuan tersebut sangat memahami bahwa pendidikan bagi perempuan bukan semata-mata untuk meningkatkan status pekerjaan atau status sosial. Tetapi lebih kepada bagaimana membekali diri untuk menjadi ibu yang lebih baik. Meskipun tidak ada jaminan bahwa seorang perempuan yang berpendidikan tinggi akan berhasil dalam mengasuh anak. Tetapi perempuan yang berpendidikan tinggi akan lebih banyak memiliki kesempatan untuk berhasil dalam mengasuh anak ketimbang seorang perempuan yang minim pendidikan.
Mendidik Anak Itu Sejak Memilih Calon Ibu
Pendidikan dalam Islam diibaratkan seorang petani dan bibit. Bibit adalah anak dan petani adalah orang tuanya. Maka untuk melahirkan bibit yang unggul sesungguhnya adalah bermula dari memilihkan keturunan yang baik. Yaitu dari pernikahan. Menikah tidak asal menemukan pasangan tetapi juga memilihkan calon ibu dari anak-anaknya nanti. Memilih calon ibu berarti harus selektif. Setidak-tidaknya kreteria calon ibu adalah adalah yang baik dalam agamanya, keturunannya, rupanya, ekonominya, dan juga pendidikannya.
Mengapa yang utama adalah menentukan calon ibu? Karena sesungguhnya proses pendidikan anak itu berlangsung sejak dalam kandungan hingga anak terlahir ke dunia. Anak akan menjadi baik atau tidak tergantung ibu. Ibu merupakan madrasah pertama dalam pendidikan anak. Artinya ibu berperan penting dalam mengasuh, mendidik, dan menanamkan akhlak anak sejak dini. Dari ibu yang baik, anak akan berada dalam pengasuhan yang baik.
Jadi, kehati-hatian dalam memilih calon ibu merupakan suatu keharusan. Agar tugas dan kewajiban mendidik anak tantangannya tidak semakin berat. Pilihlah dari perempuan yang baik-baik atau yang berniat untuk berubah lebih baik, melalui proses pernikahan yang baik, dan berkomitmen mengarungi kehidupan rumah tangga juga dengan baik.
Kebahagiaan Istri Adalah Kunci Keberhasilan Pendidikan Anak
Pengasuhan anak yang baik tidak sekedar terpenuhinya kebutuhan anak secara jasmani, tetapi juga ruhani. Tidak hanya membesarkan fisiknya tetapi juga membangun mentalnya atau psikisnya. Mengasuh anak seperti itu membutuhkan peran ibu yang sehat jasmani dan ruhaninya. Ibu yang kuat fisik dan psikisnya. Bagaimana seorang ibu dapat membangun mental anak yang kuat, sedangkan ia sendiri mentalnya lemah dan labil.
Bercita-cita memiliki ibu (istri) yang sehat jasmani dan ruhani, memiliki fisik dan mental yang kuat tentu membutuhkan dukungan, kerjasama dan peran seorang suami. Mengapa demikian? Sudah banyak kasus yang terjadi di sekitar kita, misalnya kasus yang terjadi baru-baru ini di Brebes (21/03/2022), seorang ibu tega menggorok leher ketiga anaknya karena diduga si ibu mengalami depresi dengan perlakuan suami yang sudah tidak peduli. Kasus ini sangat mengiris hati. Tidak tahu siapa yang harus disalahkan dalam kasus ini. Paling tidak kasus ini menjadi introspeksi bagi suami-istri dalam membangun rumah tangga yang baik.
Agar istri dapat berperan sebagai ibu yang baik, dapat mendidik dan mengasuh anak dengan baik, maka seorang istri harus dimuliakan dan dibahagiakan. Bukankah laki-laki yang baik adalah laki-laki yang memuliakan istrinya? Sebagaimana sabda Nabi SAW : “Orang yang imannya paling sempurna di antara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baiknya kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istrinya”. (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Kunci Kebahagiaan Istri ada Pada Peran Suami
Istri akan bahagia jika diperlakukan dengan akhlak yang baik. Rasa bahagia akan mempengaruhi mental dan perilaku seseorang. Fisik dan psikis juga akan menjadi lebih positif. Istri yang dibahagiakan akan menjadikan kehidupan rumah tangga senang dan bahagia. Mengasuh dan mendidik anak menjadi sesuatu yang menyenangkan. Anak-anak menjadi lebih sehat dan suami semakin cinta dan bahagia. Keluarga pun menjadi sehat dan tentram.
Di dalam keluarga yang sehat dan tentram inilah, anak-anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik. pola pengasuhan dan pendidikan akan mudah diterapkan. Orang tua senantiasa belajar dalam pengasuhan dan pendidikan anak. Jika madrasah pertama anak sudah baik, maka akan menjadi awal kebaikan-kebaikan anak berikutnya.
Dari uraian singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dalam mendidik anak bermula dari keberhasilan dalam memilih calon ibu dari anak-anak. Calon ibu yang dipilih sebaiknya adalah ibu yang baik dalam agamanya, keturunannya, rupanya, ekonominya, dan juga pendidikannya. Karena ibu merupakan madrasah pertama bagi anak maka seorang ibu harus baik dalam pendidikannya. Mana mungkin seorang ibu akan memberikan pendidikan yang baik untuknya sedangkan ia sendiri tidak berpendidikan atau tidak memiliki wawasan.
Sedangkan istri yang berhasil dalam menjalankan perannya sebagai ibu adalah istri yang dimuliakan dan dibahagiakan oleh suami. Istri yang dimuliakan dan dibahagiakan akan membuat istri menjadi sehat jasmani dan ruhani. Fisik dan dan mentalnya. Dan kunci dari kebahagiaan istri adalah suami yang memperlakukan istrinya dengan baik.
Referensi : Membahagiakan Istri, Kunci keberhasilan Pendidikan Anak