Sekelompok orang melakukan safar tiba di sebuah lembah yang dikelilingi hutan belantara. Saat malam tiba, mereka beristirahat di sana. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan datangnya seekor singa. Semua orang panik. Semua orang takut. Mereka pun berusaha menyelamatkan diri dengan memanjat pohon.
Tetapi, diantara riuhnya kepanikan itu, ada satu orang yang tetap tenang. Ia sedang shalat dan tetap melanjutkan shalatnya. Orang-orang melihat detik demi detik berikutnya yang sangat menegangkan. Benar dugaan mereka, singa itu mendatangi orang yang tengah melakukan shalat itu. Matanya menyorot tajam. Satu langkah, dua langkah. Aneh. Singat itu tidak langsung menerkamnya. Singa itu justru berjalan mengelilingi orang itu. Setelah itu, singa pergi meninggalkannya begitu saja.
Orang-orang bernafas lega. Setelah memastikan singa itu pergi dan tidak ada tanda-tanda ia kembali lagi, mereka pun turun dari pohon.
“Engkau gila!” kata mereka kepada temannya seusai ia shalat, “mengapa engkau tidak ikut menyelamatkan diri bersama kami? Hampir saja singa itu memakanmu”
“Seperti kalian lihat,” jawabnya tenang, “aku tadi sedang shalat. Demi Allah, aku merasa malu bahwa aku sedang berdiri menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala, tapi aku malah takut kepada hal lainnya.”
“Aku malu bahwa aku berdiri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tapi aku malah takut kepada salah satu makhlukNya.”
Masya Allah… demikian tinggi tingkat khusyu’ shalat orang ini. Ia tetap berada dalam shalatnya, meski singa datang mendekatinya.
Bagaimana dengan kita? Selayaknya kita banyak-banyak beristighfar karena pada saat shalat, kita mengingat hal lain. Kita membaca Al Qur’an, tetapi pikiran kita terkadang melayang ke sana kemari. Tubuh kita menghadap kiblat, tetapi jiwa kita berada di tempat yang lain. Lisan kita melafal doa, tetapi hati kita tidak menghayati doa-doa itu.
Lalu bagaimana seandainya ada kucing yang datang mendekat kepada kita? Kucing saja, bukan singa. Terkadang seekor kucing sudah membuat kita salah tingkah dalam shalat. Apalagi singa. Atau yang lebih sering, nyamuk yang menggigit kita saat sedang shalat, membuat kita lebih konsentrasi pada sakit gigitannya daripada tenggelam dalam ayat-ayat yang kita baca.
Mari merenungi shalat kita dari kisah ini. Betapa masih jauhnya kita dari khusyu’ saat shalat. Padahal Allah memfirmankan kecelakaan orang-orang yang lali dari shalatnya. “Wailul lil mushalliin, alladziina hum ‘an shalaatihim saahuun”. Sebagian mufassir menjelaskan bahwa “an shalatihin saahuun” adalah orang-orang yang meninggalkan shalat. Mereka itulah orang-orang yang celaka. Namun, sebagian yang lainnya menjelaskan bahwa “an shalatihim saahuun” adalah mereka yang lalai dalam shalatnya. Mengerjakan shalat, tetapi waktunya ditunda-tunda. Termasuk juga mengerjakan shalat, tetapi hati dan jiwanya tidak ikut shalat. Mengerjakan shalat, tetapi ia tidak khusyu’ dalam shalatnya. Sekedar fisik yang menghadap kiblat dan lisan yang mengucap doa, tetapi hatinya lalai entah ke mana. Na’udzubillah.