Pertama kita akan merasakan sensasi keanehan lalu berusaha keras untuk mengingat. Lama kelamaan dan setelah berulang kali mengalaminya saya mulai merasa takut. Bayangkan, ketika kita sedang di kelas mendengar guru menjelaskan pelajaran, tiba-tiba kita merasa sudah pernah. Ini juga terjadi ketika sedang berbicara dengan teman-teman atau sedang menonton televisi sendirian. Seperti sebuah mimpi misterius yang sulit dipecahkan. Atau mungkin sebuah peringatan dari Allah agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama?
Berbagai teori pengetahuan maupun keagamaan berusaha menjelaskan fenomena misterius ini. Seorang psikolog, Edward B. Titchener, mengatakan bahwa déjà vu muncul ketika seseorang sudah lebih dulu memiliki pandangan sekilas dari sebuah objek atau situasi, sebelum otak dengan sempurna “membangun” kesadaran penuh dari pengalamannya tersebut.
Syekh Hisham Kabbani, seorang sufi Islam, mengatakan bahwa déjà vu terjadi karena realitas fisik atau tubuh kita berkaitan erat dengan ketentuan spiritual yang tertulis di loh mahfuz[1], sebuah kitab yang mencatat amal baik atau buruk manusia. Sebuah ayat menyebutkan,
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri kecuali telah tertulis dalam kitab sebelum Kami menciptakannya.
Sementara serang dokter asal Mesir, Ahmad Syauqi Ibrahim, juga mempunyai pendapat yang menarik. Ia mengatakan bahwa déjà vu terkait dengan aktivitas roh manusia ketika sedang tidur.[2] Ketika tidur, roh kita keluar dari dalam tubuh dan pergi menuju ke alam roh, baik masa lalu maupun masa depan, namun ia tetap memiliki hubungan dengan tubuh. Mungkin itu sebabnya, kita pernah melihat seseorang yang tidur dengan mata bergerak-gerak meskipun setengah terbuka.
Tapi nyatanya dalam mimpi pun sering kali kita merasa sulit untuk menjelaskan bahkan mengingatnya. Berbicara tentang tidur, sebuah hadis Nabi Muhammad saw. berikut mungkin memiliki korelasi, “Manusia itu tidur, dan tatkala mereka mati barulah mereka bangun.”
Kita semua ini masih dalam keadaan “tidur”, semua yang kita alami di dunia hanyalah mimpi, tidak nyata. Kalau kita selalu mengingat-ingat hal ini, bahwa dunia hanyalah mimpi sementara, maka semua beban akan lepas. Semua masalah menjadi ringan karena kita yakin bahwa masalah dunia hanyalah masalah kecil. Ketika kita mengalami déjà vu, mungkin itulah hikmah dalam bentuk peringatan dari Allah agar kita berhati-hati dalam berbuat; dan jika telah berbuat kesalahan untuk tidak mengulanginya.
Kita tidak mau mengeluh: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” (QS. Almu’minûn: 99-100).
Kita juga tidak ingin berteriak: “Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami?” (QS. Yâsin : 52)
Referensi : Déjà Vu, Mimpi, dan Kematian