Hadila sahabat setia menuju taqwa - Resah, Gelisah, Gundah, Gulana dalam bahasa anak muda sering dikatakan dengan “Galaw” dalam islam sering di pandang dengan ujian, Ujian dari sang pencipta Allah SWT, Untuk mematangkan hambanya dalam menjalankan perintahnya dan menjauhi laranganya. Namun kebanyakan manusia tidak mengerti dan bahkan mengeluh dan sering mengeluh puncaknya curhat kepada teman, dan teman yang di ajak curhat justru tidak dapat menyembunyikan/menjaga rahasia pribadi seseoorang, justru malah menambah masalah bagi orang yang galaw tersebut, karena menjadi bahan pembicaran banyak orang di kantor. Dan jika orang tersebut pendendam dan pemarah justru mengakibatkan perselisikan teman ketidak cocokan antara teman kantor, bahkan sudah terbentuk kubu-kubu yang sudah bertentangan kubu satu dengan kubu yang lainnya.
Ternyata semuanya itu kuncinya hanya Sabar, setelah saya berdo’a kepada allah dan allah menjawabnya …
Saya mulanya hanya ingin terkadang mengisi waktu luang dengan membaca majalah tentang motivator atau artikel yang bermanfaat untuk saya. Dan tanpa proses seorang temen menyarankan untuk membeli majalah HADILA yang terbit 1 bulan sekali dan sudah di antar ke kantor lewat perantara teman kantor saya d tata usaha, dengan membeli majalah HADILA berarti sudah membantu orang duafa, orang miskin, membantu anak yatim piatu yang berprestasi untuk program SMK IT di solo di bawah naungan yayasan “SOLO Peduli” saya dapat banyak sekali ilmu di majalah HADILA tersebut, yang paling saya suka adalah artikel tentang motifasi/motifator dan tentang Bisnis karena bisnis memerlukan kesabaran dan amat sangat sabar, karena tipikal saya orang yang tidak sabaran dalam bahasa jawanya “grusa-grusu” dan terkesan tergesa-gesa.
Hadila Edisi 61 Juli 2012 yang berjudul “ Mengalahkan Diri Sendiri” isi dari majalah tersebut sangat bagus dan mengena pada kehidupan keseharian saya. Alhamdulillah setelah membaca majalah hadila tersebut hati saya menjadi tenang merasa lebih siap menghadapi ujian dan cobaan apa-pun halangan rintangan yang akan dilalui nanti terasa ringan sekali. Mungkin ini adalah berkah dan rahmat dari Allah SWT bagi saya karena saya dulu niatnya pertama adalah membantu sesama dengan mengeluarkan uang 10 ribu/bulan saja, secara otomatis 5 ribu untuk produksi majalahnya dan 5 ribu untuk membantu sesama orang yang membutuhkan uluran tangan dari kita. Seperti anak-anak yatim dan piatu, anak putus sekolah, orang fakir dan miskin, anak-anak jalanan dan untuk membantu minimal dapat meringankan orang yang sangat membutuhkan uluran tangan kita.
Didalam majalah HADILA tersebut Edisi 61 Juli 2012 yang berjudul “ Mengalahkan Diri Sendiri” halaman 14 yang berjudul kisah Wortel, Telur dan Kopi. Akan saya ceritakan ulang kembali dan semoga bermanfaat bagi sesama.
Ada seorang anak yang mengeluh kepada ayahnya mengenai kehidupannya yang terasa pelit, pahit dan begitu berat bagi dirinya, karena banyak ujian dan cobaan yang selalu diberikan oleh Allah kepada dirinya dan dia merasa allah itu tidak adil menurutnya. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi di akan melangkah dalam menghadapi pelit dan pahitnya ujian tersebut, bahkan dia hampir putus asa dan hampir menyerah, karena dia sudah berjuang, sepertinya dia selesai satu masalah timbul masalah baru baginya dan begitu seterusnya dan kapan ??? hari, bulan, tahun tidak ada masalah??kapan akan berhenti dan berganti dengan kebahagia’an ...Maka anak itupun mengelukannya kepada ayahnya dengan lemas dan lesu…
Ayahnya seorang koki atau juru masak, ayahnya sudah mendengarkan keluhan anaknya tersebut dari tadi dan ayahnya belum mengeluarkan kata apapun kepada nakanya tentang keluhanya tersebut…ayahnya justru mengajak anakanya ke dapur. Dia mengisi 3 panci dengan air dan menarunya di atas api kompor yang sudah di siapkan. Setelah air di 3 panci tersebut mendidih ayahnya menyuruh anakanya untuk menaruh wortel, telur dan kopi di tiga panci yang sudah mendidih di masing-masing 3 panci yang berbeda tersebut. Ayahnya membiarkan wortel, kopi dan telurnya mendidih tanpa berkata-kata, sang anakpun semakin tidak mengerti apa yang dikerjakan dan yang akan di jelaskan ayahnya kepada dirinya…
Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api, dia menyisihkan wortel, telur dan kopi ke mangkuk masing-masing, kemudian sang ayah bertanya kepada anaknya, “Naka apa yang kamu lihat, Nak??” “jelas wortel, telur dan kopi pak” jawap si anak. Sang ayah mengajaknya mendekat dan memintanya dan merasakan wortel itu, dia melakukannya dan merasakannya, bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, dia mendapati telur rebus yang mengeras. Terakhir, Ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi dengan aromanya yang khas.
Setelah itu, si anak bertanya, “Apa artinya dari semua ini ta, pak??” Ayahnya menerangkan bahwa, ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, akan tetapi masing-masing mengalami reaksi yang berbeda. Wortel sebelum di rebus kuat, keras dan sukar di patahkan. Tetapi setelah di rebus wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelum di rebus mudah pecah, cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah di rebus isinya menjadi keras dan enak dimakan. Bubuk kopi juga mengalami perubahan yang unik. Setelah berada dalam rebusan air, bubuk kopi merubah kopi tersebut menjadi khas dan harum dan nikmat diminum.
Sang ayah berkata kepada anaknya, “ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau akan menghadapinya?? Apakah kamu wortel, apakah kamu telur, apakah kamu kopi?? Apakah kamu wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya kesulitan, kamu menyelah, menjadi lunak, dan kehilangan kekuatanmu. Atau kamu adalah telur?? yang awalnya memiliki hat lembut? Jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, kesulitan, perceraian, atau PHK/Pemecatan kerja atau kontrak kerja habis maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa yang kaku?? Ataukan kamu adalah bubuk kopi?? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasa yang maxsimal pada suhu 100 derajat celcius. Ketika air mencapai suhu semakin panas maka rasa kopi semakin nikmat.”
Si Anak pun diam sejenak merenungankan ujian yang diberikan Allah kepada dirinya tak lain adalah untuk mematangkan dirinya untuk mencapai yang akan di cita-citakan dan yang di impikan pastinya lebih kuat tahan banting dari segala cobaan, “allah tidak menguji suatu kaum melainkan menurut kemampuannya sendiri” sang ayahpun melanjutkan perkataanya, “jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaa yang ada disekitarmu menjadi lebih baik.
Si anakpun lega dan akhirnya tersenyum. Pagi itu dia mendapatkan pelajaran berharga dari ayahnya dengan contoh wortel, telur dan kopi. Dengan penuh suka cita si anak memeluk ayahnya yang telah member motifasi kepadanya.
Di kutip dari majalah HADILA (sahabat setia menuju takwa)
Auditor by Heri Syaifudin, S.Kom