Pertama : Tidak diragukan lagi bahwa perkara shalat merupakan perkara paling agung dan paling penting dalam syariat. Dia merupakan tiang agama, lambang kesuksesan, tanda ketakwaan. Dia adalah amal yang paling pertama dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat. Jika hisab shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya, sedangkan jika shalatnya buruk, maka buruklah seluruh amalnya.
Tidak diragukan pula bahwa memperhatikan pendidikan anak dengan pendidikan Islam yang benar untuk menegakkan shalat, bertakwa kepada Allah dalam ucapan dan perbuatan, merupakan tanda-tanda mendapatkan taufik dan jalan yang benar.
Allah Ta’ala berfirman kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” [Thaha/10:132]
Maksudnya adalah perintahkan keluargamu menunaikan shalat, doronglah mereka melaksanakannya, baik yang fadhu maupun yag sunah. Perintah terhadap sesuatu adalah perintah dengan segala sesuatu yang tidak sempurna sesuatu tersebut kecuali dengannya. Maka itu juga merupakan perintah untuk mengajarkan mereka, apa yang menyebabkan shalat menjadi sah atau batal atau apa yang menyempurnakannya. (Tafsir As-Sa’di, hal. 517)
Allah Ta’ala befirman tentang Nabi Ismail alaihissalam,
وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا
“Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.” [Maryam/19: 55]
Allah Ta’ala berfirman kepada orang yang beriman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras….” [At-Tahrim/66: 6]
Maksudnya adalah perintahkan mereka melakukan yang ma’ruf dan cegahlah mereka dari perbuatan munkar, jangan sia-siakan mereka dimangsa neraka pada hari kiamat.” [Tafsir Ibnu Katsir, 5/240]
Abu Daud (no. 495) dan Ahmad (6650) meriwayatkan dari Amr bin Syuaib dari bapaknya, dari kakeknya, dia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”
مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ (وصححه الألباني في “الإرواء”، رقم 247)
“Perintahkan anak kalian untuk shalat saat mereka berusia tujuh tahun, pukullah mereka (jika tidak melaksanakan shalat) saat mereka berusia sepuluh tahun. Bedakan mereka di tempat tidurnya.” [Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Irwaul Ghalil, no. 247]
Syekh Bin Baz rahimahullah berkata. :
“Perhatikan keluarga, jangan lalai mendidik mereka wahai hamba Allah. Anda harus bersungguh-sungguh untuk memperbaiki mereka. Hendaklah anak-anak diperintahakan shalat jika sudah berusia tujuh tahun, dan pukullah (jika belum melaksanakan shalat) jika telah berusia sepuluh tahun dengan pukulan ringan yang mendorongnya untuk taat kepada Allah serta membiasakan mereka untuk menunaikan shalat pada waktunya, agar mereka istiqamah di jalan Allah serta mengenal yang haq. Sebagaimana hal tersebut diriwayatkan dalam sunah sahih.” [Majmu Fatawa Bin Baz, 6/46]
Kedua : Adapun cara yang dapat membantu mendidik anak untuk mengerjakan shalat serta menghormatinya, dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pentingnya ada teladan praktis, yaitu sikap orang tua yang menanmpakkan perhatian besar mereka terhadap shalat dengan melaksanakannya tepat pada waktunya.
Sang bapak selalu berusaha mengajak anak laki-lakinya untuk shalat bersamanya, sedangkan ibu selalu berusaha mengajak putrinya shalat bersamanya di rumahnya.
Mengingatkan tentang pentingnya shalat dan menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan rukun agama yang sangat agung dan agama tidak sempurna kecuali dengannya.
Menganjurkan melaksanakan shalat pada waktunya dan menjelaskan bahwa Allah menjanjikan surga bagi orang yang melaksanakan shalat. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud (425), dari Ubadah bin Shamit radhiallahu anhu dia berkata, “Aku bersaksi bahwa aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “
خَمْسُ صَلَوَاتٍ افْتَرَضَهُنَّ اللَّهُ تَعَالَى ، مَنْ أَحْسَنَ وُضُوءَهُنَّ وَصَلاهُنَّ لِوَقْتِهِنَّ وَأَتَمَّ رُكُوعَهُنَّ وَخُشُوعَهُنَّ كَانَ لَهُ عَلَى اللَّهِ عَهْدٌ أَنْ يَغْفِرَ لَهُ ، وَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ فَلَيْسَ لَهُ عَلَى اللَّهِ عَهْدٌ ، إِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُ وَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ ) صححه الألباني في “صحيح أبي داود”
“Lima shalat yang Allah Ta’ala wajibkan, siapa yang membaguskan wudunya dan shalat pada waktunya serta menyempurnakan ruku dan khusyu’nya, maka janji Allah akan mengampuninya. Siapa yang tidak melaksanakannya maka tidak ada janji Allah kepadanya. Jika Dia kehendaki, Dia akan mengampuninya, dan jika Dia menghendaki Dia akan mengazabnya.” [Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih Abu Daud]
Siapa yang ingin mendapatkan janji Allah hendaklah dia shalat, siapa yang tidak ingin mendapatkan janji Allah dan menempatkan dirinya dalam ancaman azab yang pedih dan murka Allah hendaklah dia meninggalkan shalat!
Sambil menyebut hadits-hadits anjuran dan ancaman dalam bab shalat.
- Menggunakan semua sarana yang tersedia dengan cara nasehat yang mudah dan lembut. Menyediakan buku-buku dan kaset-kaset yang berbicara tentang perkara shalat serta menjelaskan kedudukannya yang tinggi.
- Mendorong anak untuk bergaul dengan orang yang komitmen melaksanakan shalat ditambah dorongan positif dalam diri mereka untuk berlomba dalam kebaikan dalam berupa menunaikan shalat dan bersegera dalam kebaikan.
- Memberikan dorongan materi dan moral, dalam bentuk hadiah materi dan ungkapan pujian serta dorangan dan semacamanya.
- Menggunakan metode Nabi dalam mengatasi masalah shalat, sebagaimana telah disebutkan dalam hadits Abu Daud, yaitu dengan memerintahkan anak-anak untuk shalat saat mereka berusia tujuh tahun, kemudian memukul mereka (jika belum juga shalat) jika mereka berusia sepuluh tahun. Dengan tetap memelihara sikap bijak dalam memukul sekiranya diperkirakan lebih besar manfaatnya. Hendaknya menggunakan sikap tegas dengan cara yang tepat.
- Menggunakan metode isolasi atau tegas ketika meninggalkan shalat atau meremehkannya. Yaitu dalam bentuk hukuman syari yang memberikan pengaruh.
- Memperbanyak doa dan harap kepada Allah, semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka di jalannya yang lurus dan menjadikan mereka termasuk orang-orang yang suka melaksanakan shalat dan bertakwa. Hal ini pada kenyataannya merupakan sebab yang paling bermanfaat untuk kebaikan anak keturunan meskipun banyak orang yang tidak menyadarinya.
- Orang tua hendaknya tidak bosan memberikan peringatan, nasehat, pembinaan, walaupun anak-anak mengulangi lagi sikap meremehkan dan mengabaikan. Jangan pula bosan untuk memberi hadiah kepada anak-anak. Tidak seorang pun yang tahu, kapan waktunya ucapan nasehatnya bermanfaat baginya.