Allâh Azza wa Jalla dengan rahmat-Nya telah membuka pintu solusi dari semua permasalahan yang sedang mendera atau kekhawatiran yang terus menghantui. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka tenang dengan mengingat Allâh, ketahuilah dengan mengingat Allâh hati menjadi tenang” [Ar-Ra’d/ 13: 28].
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila parahamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku ini dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. [Al-Baqarah/2:186]
Bahkan Allâh mengancam orang yag enggan berdoa kepada-Nya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Rabbmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” [Mukmin/40:60]
Yang dimaksud dengan menyembah-Ku di sini ialah berdoa kepada-Ku
Dalam hadits-hadits juga banyak sekali penjelasan tentang keadaan dan waktu-waktu mustajab untuk berdoa, misalnya pada hari jum’at ketika khatib duduk antara dua khutbahnya, atau setelah shalat Ashar, sepertiga malam terakhir, antara adzan dan iqamah, juga misalnya saat sedang menjalankan ibadah puasa, shalat, haji atau umrah atau dalam keadaan di zhalimi. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ
Dan takutlah kamu terhadap doanya orang-orang yang terzhalimi, karena sesungguhnya tidak penghalang antara doa mereka dengan Allâh [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
Tidak hanya sampai disitu, bahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan dzikir dan doa tertentu pada waktu dan keadaan tertentu. Misalnya, ketika ditimpa kesusahan, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita agar mengucapkan:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ ; لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ ; لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ
Tiada ilah (tuhan) yang berhak diibadahi kecuali Allâh Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Agung lagi Maha Penyantun; Tiada ilah (tuhan) yang berhak diibadahi kecuali Allâh Subhanahu wa Ta’ala Pemilik dan Penguasa Arsy’ yang agung; Tiada ilah (tuhan) yang berhak diibadahi kecuali Allâh Subhanahu wa Ta’ala Pemilik dan Penguasa langit, bumi dan Arsy yang mulia.”
Intinya, berdoa dan berdzikir, memahami maknanya dan melaksanakan apa yang menjadi konsekuensinya merupakan cara yang diajarkan agama kita dalam mengusir kegelisahan ataupun kekhawatiran. Cara yang mudah bagi orang yang dipermudah oleh Allâh, tanpa memerlukan biaya banyak dan tidak mengganggu orang lain.