Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Majah, Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik rumah di kalangan kaum Muslimin adalah rumah yang terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik. Dan sejelek-jelek rumah di kalangan kaum Muslimin adalah rumah yang terdapat anak yatim dan dia diperlakukan dengan buruk." (HR. Ibnu Majah).
Menyantuni anak yatim memiliki keutamaan besar. Di antaranya memiliki kedudukan yang dekat dengan Rasulullah SAW kelak di surga. Bahkan, dikatakan hanya sedekat jari telunjuk dengan jari tengah.
Imam Bukhari dalam kitab sahihnya meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda:
"Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini", kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya" (HR. Bukhari)
Lantas, bagaimana dengan orang yang tidak mau membantu anak yatim?
Orang yang menghardik anak yatim termasuk golongan para pendusta agama. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Maun ayat 1-3 sebagai berikut:
أَرَءَيْتَ ٱلَّذِى يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ (1) فَذَٰلِكَ ٱلَّذِى يَدُعُّ ٱلْيَتِيمَ (2) وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلْمِسْكِينِ (3)
Arab-latin: Ara aital ladzii yukadzdzibu bid diin (1), Fadzaalikal ladzii yadu'ul yatiim (2), Walaa yahudldlu 'alaa tho'aamil miskiin (3)
Artinya: "Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (1), Itulah orang yang menghardik anak yatim (2) dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (3)" (QS. Al Ma'un: 1-3).
Menurut tafsir Kemenag, ayat tersebut menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang mendustakan agama. Dalam ayat pertama, Allah SWT mengajukan pertanyakan kepada Nabi Muhammad SAW, "Apakah engkau mengetahui orang yang mendustakan agama dan yang dimaksud dengan orang yang mendustakan agama?"
Lalu, Allah SWT menjelaskan jawaban dari pertanyaan-Nya lewat ayat-ayat setelahnya. Adapun sebagian dari sifat-sifat orang yang mendustakan agama adalah menolak dan membentak anak yatim yang datang padanya untuk minta belas kasihan demi mencukupi kebutuhan hidup. Penolakan yang dilakukan pendusta agama tersebut merupakan penghinaan dan takabur terhadap anak yatim.
Sifat selanjutnya adalah tidak mengajak orang lain untuk membantu dan memberi makan orang miskin. Kemenag menafsirkan lebih lanjut, apabila tidak mau mengajak orang memberi makan dan membantu orang miskin, berarti ia tidak melakukannya sama sekali. Berdasarkan penjelasan tersebut, apabila seseorang tidak sanggup membantu orang miskin, maka hendaklah ia menganjurkan orang lain agar melakukannya.
Bahkan, dalam sebuah ayat dikatakan bahwa orang yang memakan harta anak yatim secara zalim termasuk penghuni neraka.
"Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)." (QS. An-Nisa: 10).
Menyantuni anak yatim memiliki keutamaan besar. Di antaranya memiliki kedudukan yang dekat dengan Rasulullah SAW kelak di surga. Bahkan, dikatakan hanya sedekat jari telunjuk dengan jari tengah.
Imam Bukhari dalam kitab sahihnya meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda:
"Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini", kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya" (HR. Bukhari)
Lantas, bagaimana dengan orang yang tidak mau membantu anak yatim?
Orang yang menghardik anak yatim termasuk golongan para pendusta agama. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Maun ayat 1-3 sebagai berikut:
أَرَءَيْتَ ٱلَّذِى يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ (1) فَذَٰلِكَ ٱلَّذِى يَدُعُّ ٱلْيَتِيمَ (2) وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلْمِسْكِينِ (3)
Arab-latin: Ara aital ladzii yukadzdzibu bid diin (1), Fadzaalikal ladzii yadu'ul yatiim (2), Walaa yahudldlu 'alaa tho'aamil miskiin (3)
Artinya: "Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (1), Itulah orang yang menghardik anak yatim (2) dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (3)" (QS. Al Ma'un: 1-3).
Menurut tafsir Kemenag, ayat tersebut menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang mendustakan agama. Dalam ayat pertama, Allah SWT mengajukan pertanyakan kepada Nabi Muhammad SAW, "Apakah engkau mengetahui orang yang mendustakan agama dan yang dimaksud dengan orang yang mendustakan agama?"
Lalu, Allah SWT menjelaskan jawaban dari pertanyaan-Nya lewat ayat-ayat setelahnya. Adapun sebagian dari sifat-sifat orang yang mendustakan agama adalah menolak dan membentak anak yatim yang datang padanya untuk minta belas kasihan demi mencukupi kebutuhan hidup. Penolakan yang dilakukan pendusta agama tersebut merupakan penghinaan dan takabur terhadap anak yatim.
Sifat selanjutnya adalah tidak mengajak orang lain untuk membantu dan memberi makan orang miskin. Kemenag menafsirkan lebih lanjut, apabila tidak mau mengajak orang memberi makan dan membantu orang miskin, berarti ia tidak melakukannya sama sekali. Berdasarkan penjelasan tersebut, apabila seseorang tidak sanggup membantu orang miskin, maka hendaklah ia menganjurkan orang lain agar melakukannya.
Bahkan, dalam sebuah ayat dikatakan bahwa orang yang memakan harta anak yatim secara zalim termasuk penghuni neraka.
"Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)." (QS. An-Nisa: 10).