Zalim dalam kamus besar bahasa Indonesia mengandung makna kejam, tidak adil, aniaya, sewenang-wenang, bengis dan penindasan. Perbuatan tercela ini bisa muncul dari individu dan lebih banyak oleh kelompok dan penguasa. Sebab, kezaliman hanya akan ada ketika ada kekuatan. Dan kekuatan itu biasanya ada saat berkelompok atau berkuasa.
Sejarah telah membuktikan berulang kali bahwa memang kekuasaan cenderung berlaku zalim, arogan dan sewenang-wenang. Raja dan penguasa di berbagai belahan dunia, sangat identik dengan penindasan, kekejaman dan pembantaian. Raja Nambrut, Fir’aun, Abrahah, Kaisar Wu Zetian dari Tiongkok, Raja Jhon Lackland dari Inggris, Ghenghis Khan dari Mongol, Adolf Hitler dari Jerman, Benito Mussolini dari Italia, dan lain-lain yang mereka bergelimang darah dan berhutang nyawa ribuan sampai ratusan ribu anak manusia.
Perbuatan zalim adalah perbuatan yang haram secara syariat. Pelakunya berdosa besar dan terkutuk disisi Allah SWT. Perbuatan ini tidak saja Allah haramkan kepada makhlukNya. Melainkan juga Dia haramkan terhadap diriNya sendiri. Dalam hadits qudsi Allah SWT berfirman:
يَا عِبَادِى إِنِّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا.
Artinya: “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikan kezaliman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi.” (HR Muslim).
Karena itu, para pelaku kezaliman akan mendapatkan hukuman (balasan) yang berat di dunia apalagi di akhirat. Diantara bentuk hukuman Allah bagi mereka adalah:
Pertama, orang-orang zalim tidak akan pernah menang di dunia maupun di akhirat. Walaupun lahirnya kelihatan menang, namun batinnya mereka tidak dalam ketenangan. Walaupun kesannya sangat hebat dan digdaya, namun jiwa mereka rapuh, hatinya digerogoti penyakit. Allah berfirman:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ ۗ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ.
Artinya: “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya (zalim) itu tidak mendapat keberuntungan.” (QS Al An’am: 21).
Kedua, orang-orang zalim tidak akan mendapatkan hidayah dan taufiq dari Allah. Maka hidupnya akan bergelimang dosa dan tenggelam dalam kesesatan. Hatinya tidak mendapatkan cahaya sehingga menjadi hitam pekat. Kalaupun ia berusaha untuk berbuat baik atau beribadah, maka itu semua hanyalah kepura-puraan dan lipstik belaka. Allah SWT telah menegaskan:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَىٰ إِلَى الْإِسْلَامِ ۚ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ.
Artinya: “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada Islam? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.” (QS Ash Shaf: 7).
Ketiga, Allah menimpakan berbagai musibah kepada kaum yang zalim. Musibah itu bisa berupa kemiskinan, kekurangan harta, kehilangan anak dan keluarga, penyakit dan lain sebagainya. Bahkan musibah ini juga bisa menimpa orang-orang baik yang mendiamkan kezaliman tersebut. Allah berfirman:
فَكَاَيِّنۡ مِّنۡ قَرۡيَةٍ اَهۡلَكۡنٰهَا وَهِىَ ظَالِمَةٌ فَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوۡشِهَا وَبِئۡرٍ مُّعَطَّلَةٍ وَّقَصۡرٍ مَّشِيۡدٍ.
Artinya: “Maka betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan karena (penduduk)nya dalam keadaan zalim, sehingga runtuh bangunan-bangunannya dan (betapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi (tidak ada penghuninya).” (QS Al Hajj: 45).
Keempat, mereka akan terkutuk dan terlaknat di dunia dan akhirat. Maksudnya adalah mereka dijauhkan Allah dari rahmat dan kasih sayangNya. Dan di akhirat kelak mereka sama sekali tidak akan punya penolong dan tidak akan mendapatkan syafaat. Allah berfirman:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ ٱلظَّٰلِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ ۖ وَلَهُمُ ٱللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوٓءُ ٱلدَّارِ
Artinya: “yaitu dihari ketika permintaan maaf tidak berguna bagi orang-orang zalim dan mereka mendapat laknat dan tempat tinggal yang buruk.” (QS. Al Ghaafir: 52).
Allah SWT juga berfirman:
وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ ٱلْءَازِفَةِ إِذِ ٱلْقُلُوبُ لَدَى ٱلْحَنَاجِرِ كَٰظِمِينَ ۚ مَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنْ حَمِيمٍۢ وَلَا شَفِيعٍۢ يُطَاعُ.
Artinya: “Dan berilah mereka peringatan akan hari yang semakin dekat (hari Kiamat, yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan karena menahan kesedihan. Tidak ada seorang pun teman setia bagi orang yang zalim dan tidak ada baginya seorang penolongpun yang diterima (pertolongannya).” (QS. Al Ghaafir: 18).
Kelima, diakhirat kelak orang-orang zalim tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya penyesalan dan kekecewaan. Namun apalah gunanya penyesalan disana, karena itu tidak akan menyelamatkan mereka sama sekali. Di hadapan mereka telah menanti adzab yang pedih dan siksaan yang dahsyat yang tidak tertahankan. Allah berfirman:
وَلَوْ أَنَّ لِكُلِّ نَفْسٍ ظَلَمَتْ مَا فِى ٱلْأَرْضِ لَٱفْتَدَتْ بِهِۦ ۗ وَأَسَرُّوا۟ ٱلنَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا۟ ٱلْعَذَابَ ۖ وَقُضِىَ بَيْنَهُم بِٱلْقِسْطِ ۚ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Artinya: “Dan kalau setiap diri yang zalim (musyrik) itu mempunyai segala apa yang ada di bumi ini, tentu dia menebus dirinya dengan itu, dan mereka menyembunyikan penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu. Dan telah diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dianiaya.” (QS Yunus: 54).
Allah juga berfirman:
فَٱلْيَوْمَ لَا يَمْلِكُ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍۢ نَّفْعًۭا وَلَا ضَرًّۭا وَنَقُولُ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ ذُوقُوا۟ عَذَابَ ٱلنَّارِ ٱلَّتِى كُنتُم بِهَا تُكَذِّبُونَ.
Artinya: “Maka pada hari ini sebagian kamu tidak kuasa (mendatangkan) manfaat maupun (menolak) mudarat kepada se-bagian yang lain. Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zalim, “Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulu kamu dustakan.” (QS. Saba’: 42).
Betapa tragisnya nasib orang-orang yang zalim di dunia dan di akhirat kelak. Mereka sama sekali tak akan lolos dari hukuman Allah. Bisa jadi mereka itu diulur-ulur oleh Allah untuk kebinasaan yang hina. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُمْلِي لِلظَّالِمِ فَإِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ ثُمَّ قَرَأَ {وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ}.
Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT akan menangguhkan siksaan bagi orang yang berbuat zalim. Tapi apabila Allah telah menghukumnya, maka Dia tidak akan pernah melepaskannya.” Kemudian Rasulullah membaca ayat yang berbunyi: “Begitulah adzab Tuhanmu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu sangat pedih dan keras.” (HR Muslim).
Sebaliknya orang-orang yang dizalimi (dianiya) akan mendapatkan perlakuan khusus oleh Allah SWT, yaitu doa-doanya tidak terhalang sama sekali kepada Allah. Termasuk kalau yang dizalimi itu orang Kafir, tetap mendapat perlakuan khusus tersebut. Rasulullah SAW bersabda:
اتَّقُوا دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ وَإِنْ كَانَ كَافِرًا فَإِنَّهُ لَيْسَ دُونَهَا حِجَابٌ.
Artinya: “Hati-hatilah dari doa orang yang terzalimi, meskipun dia kafir. Karena tidak ada hijab (penghalang kepada Allah).” (HR Ahmad).
Begitulah nasib mereka yang buruk dan hina. Rata-rata mereka mati dalam keadaan mengenaskan dan suul khatimah. Namun seringkali manusia tidak mengambil pelajaran.