This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Rabu, 31 Agustus 2022

Sesungguhnya hari kiamat memiliki banyak nama yang masing-masing nama-nama tersebut menunjukkan dahsyatnya hari kiamat

Penyesalan Orang-orang Kafir di Akhirat Bismillah walhamdulillah was sholaatu wassalaamu ‘ala Rasulillah.  Allah subhanahu wa ta’ala mengabarkan tentang penyesalan orang-orang kafir di akhirat, ketika sudah terlambat pintu taubat itu bagi mereka. Allah berfirman:  رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ كَا نُوْا مُسْلِمِيْنَ  “Orang kafir itu kadang-kadang (nanti di akhirat) menginginkan, sekiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang muslim.” (QS. Al-Hijr 15: Ayat 2)  Dan firman-Nya:  ذَرْهُمْ يَأْكُلُوْا وَيَتَمَتَّعُوْا وَيُلْهِهِمُ الْاَ مَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَ  “Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya).” (QS. Al-Hijr 15: Ayat 3)  Orang-orang kafir itu berangan-angan seandainya mereka diberi kesempatan untuk bisa kembali ke dunia, lalu mereka akan beramal shalih. Allah berfirman:  وَلَوْ تَرٰۤى اِذِ الْمُجْرِمُوْنَ نَا كِسُوْا رُءُوْسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَاۤ اَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَا رْجِعْنَا نَعْمَلْ صَا لِحًـا اِنَّا مُوْقِنُوْنَ  “Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh, kami adalah orang-orang yang yakin.” (QS. As-Sajdah 32: Ayat 12)  Namun itu semua hanya angan-angan yang tidak akan pernah terjadi. Lalu Allah menghukum mereka atas kekafiran mereka. Allah berfirman:  وَ لَوْ شِئْنَا لَاٰ تَيْنَا كُلَّ نَفْسٍ هُدٰٮهَا وَلٰـكِنْ حَقَّ الْقَوْلُ مِنِّيْ لَاَ مْلَئَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَا لنَّا سِ اَجْمَعِيْنَ  “Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami berikan kepada setiap jiwa petunjuk (bagi)nya, tetapi telah ditetapkan perkataan (ketetapan) dari-Ku, Pasti akan Aku penuhi Neraka Jahanam dengan jin dan manusia bersama-sama.” (QS. As-Sajdah 32: Ayat 13)  Mereka pun mendapat azab pedih yang abadi (kekal) di dalam neraka jahannam. Allah berfirman:  فَذُوْقُوْا بِمَا نَسِيْتُمْ لِقَآءَ يَوْمِكُمْ هٰذَا ۚ اِنَّا نَسِيْنٰكُمْ وَذُوْقُوْا عَذَا بَ الْخُلْدِ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ  “Maka rasakanlah olehmu (azab ini) disebabkan kamu melalaikan pertemuan dengan harimu ini (hari Kiamat), sesungguhnya Kami pun melalaikan kamu dan rasakanlah azab yang kekal, atas apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. As-Sajdah 32: Ayat 14)  Semoga Allah mewafatkan kita di atas ajaran Islam (tauhid) serta menjaga diri dan keluarga kita dari kekafiran dan azab kekal di neraka jahannam.  Semoga menjadi bahan renungan untuk kita semua akan bahayanya kekufuran dan kesyirikan. Sesungguhnya hari kiamat memiliki banyak nama, yang masing-masing nama-nama tersebut menunjukkan dahsyatnya hari kiamat. Di antaranya adalah السَّاعَةُ ‘as-Sa’ah’, yang artinya adalah hari kiamat yang datang tiba-tiba dan tanpa diduga kemunculan hari tersebut([1]). Di antaranya juga hari kiamat disebut dengan الطَّامَّة ‘ath-Thaammah’ yang artinya hari mala petaka, karena pada hari tersebut malapetaka meliputi semua orang dan tidak ada satu orang pun yang bisa terhindar dari malapetaka tersebut([2]). Hari kiamat disebut juga dengan الصَّاخَّةُ ‘As-Shaakkhah’, yaitu hari ditiupkan sangkakala yang memekikkan telinga dan membinasakan orang-orang yang mendengar suara yang sangat dahsyat tersebut([3]). Hari kiamat disebut juga dengan الْقَارِعَةُ ‘al-Qori’ah’ yaitu hari yang sangat dahsyat yang rasa takut pada hari tersebut sampai masuk ke dalam dada-dada manusia([4]). Hari kiamat disebut juga dengan يَوْمَ الْقِيَامَةِ ‘Yaumal Qiyamah’, karena pada hari tersebut manusia akan berdiri di padang mahsyar dan tidak akan duduk apalagi istirahat menanti kedatangan Allah ﷻ untuk memulai persidangan([5]).    Di antara nama-nama hari kiamat adalah يَوْمَ الْحَسْرَةِ ‘Yaumal Hasrah’, yaitu hari penyesalan. Al-Hasrah sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu ‘Asyur,    النَّدَامَةُ الشَّدِيدَةُ الدَّاعِيَةُ إِلَى التَّلَهُّفِ    “Penyesalan yang sangat besar yang mengantarkan kepada kesedihan yang sangat dalam.”([6])    Jadi, bukan hanya sekedar penyesalan, akan tetapi penyesalan yang sangat dalam.    Hari kiamat disebut dengan al-Hasrah karena pada hari tersebut banyak sekali penyesalan-penyesalan yang diungkapkan oleh para pendosa di berbagai kondisi pada hari kiamat kelak. Oleh karenanya, Allah ﷻ kelak mengingatkan akan dahsyatnya hari penyesalan tersebut, Allah ﷻ berfirman,    ﴿وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ﴾    “Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.” (QS. Maryam: 39)    Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ bersabda,    يُؤْتَى بِالْمَوْتِ كَهَيْئَةِ كَبْشٍ أَمْلَحَ، فَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا أَهْلَ الجَنَّةِ، فَيَشْرَئِبُّونَ وَيَنْظُرُونَ، فَيَقُولُ: هَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، هَذَا المَوْتُ، وَكُلُّهُمْ قَدْ رَآهُ، ثُمَّ يُنَادِي: يَا أَهْلَ النَّارِ، فَيَشْرَئِبُّونَ وَيَنْظُرُونَ، فَيَقُولُ: وهَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، هَذَا المَوْتُ، وَكُلُّهُمْ قَدْ رَآهُ، فَيُذْبَحُ ثُمَّ يَقُولُ: يَا أَهْلَ الجَنَّةِ خُلُودٌ فَلاَ مَوْتَ، وَيَا أَهْلَ النَّارِ خُلُودٌ فَلاَ مَوْتَ، ثُمَّ قَرَأَ: وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ، وَهَؤُلاَءِ فِي غَفْلَةٍ أَهْلُ الدُّنْيَا وَهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ    “Kematian didatangkan pada hari kiamat seperti kambing kelabu. Kemudian dikatakan: Wahai penduduk surga! maka mereka melihat dengan mendongak, lalu dikatakan; apa kalian mengetahui ini? mereka menjawab: ‘Ya, itu adalah kematian.’ Dan semuanya telah melihatnya. kemudian dikatakan kepada penduduk neraka: ‘Wahai penghuni neraka, apa kalian mengetahui ini? ‘ Mereka melihat dengan mendongak, mereka menjawab: ‘Ya, ‘ itu adalah kematian.’ Dan semuanya telah melihatnya. Lalu kematian itu disembelih. Setelah itu dikatakan: ‘Wahai penduduk surga, kekal tidak ada kematian dan wahai penduduk neraka, kekal tidak ada kematian’.” Setelah itu beliau membaca: “Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.” (Maryam: 39). Merekalah penduduk dunia yang lalai dan mereka tidak beriman.” ([7])    Dalam riwayat lain Nabi Muhammad ﷺ juga telah bersabda,    فَلَوْلَا أَنَّ اللَّهَ قَضَى لِأَهْلِ الجَنَّةِ الحَيَاةَ وَالبَقَاءَ، لَمَاتُوا فَرَحًا، وَلَوْلَا أَنَّ اللَّهَ قَضَى لِأَهْلِ النَّارِ الحَيَاةَ فِيهَا وَالبَقَاءَ، لَمَاتُوا تَرَحًا    “Andai Allah tidak menetapkan kehidupan abadi dan kekekalan bagi penduduk surga, niscaya mereka meninggal karena terlalu senang, dan seandainya Allah tidak menetapkan kehidupan abadi dan kekekalan bagi penduduk neraka niscaya mereka mati karena terlalu sedih.” ([8])    Ma’syiral muslimin, maka yang tadinya penghuni neraka jahanam masih memiliki secercah harapan bahwa suatu hari mereka akan keluar dari neraka jahanam, namun ketika kematian disembelih maka pupuslah harapan mereka dan bertambahlah penyesalan mereka, karena mereka sadar bahwasanya mereka akan berada di neraka jahanam selama-lamanya.    Mereka akhirnya menyesal ketika mereka melihat penghuni surga berada dalam kenikmatan. Mereka menyesal seandainya mereka dahulu beramal di dunia sedikit saja, tentu mereka bisa meraih kenikmatan tersebut. Namun, penyesalan tersebut tiada gunanya, karena penyesalan tersebut adalah penyesalan yang menghancurkan dada mereka, karena mereka tahu bahwasanya mereka tidak bisa kembali ke dunia untuk memperbaiki kondisi mereka, dan mereka tahu bahwasanya mereka berada di neraka jahanam dan bagi mereka azab yang pedih selama-lamanya.    Ibnu Abi ad-Dunya meriwayatkan dengan sanadnya dari Hisyam Bin Hasan beliau berkata,    مَرَّ عُمَرُ بْنُ الخَطّابِ بِكَثيبٍ مِنْ رَمْلٍ فَبَكَى، فَقِيلَ لَهُ: مَا يُبْكيكَ يَا أَميرُ المُؤْمِنِينَ؟ قَالَ: ذَكَرتُ أَهْلُ النّارِ فَلَوْ كَانُوا مَخْلَدينَ فِي النّارِ بِعَدَدِ هَذَا الرَّمْلِ كَانَ لَهُمْ أَمَدٌ يَمُدُّونَ إِلَيْهِ أَعْناقَهُمْ وَلَكِنَّهُ الخُلودُ أَبَدًا    “Suatu hari Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu melewati pegunungan yang isinya adalah pasir, maka beliau pun menangis. Maka ditanyakan kepada beliau: ‘Apa yang membuatmu menangis wahai amirul mukminin?’ Beliau menjawab, ‘Aku teringat penduduk neraka, seandainya mereka kekal (diazab) di neraka dalam waktu sesuai dengan jumlah pasiran ini, maka mereka memiliki kesempatan pada suatu hari bahwa mereka akan keluar, akan tetapi mereka di neraka jahanam selama-lamanya’.” ([9])    Ma’syiral muslimin, hari penyesalan tersebut dikatakan sebagai hari penyesalan karena banyak para pendosa yang mengungkapkan penyesalan mereka pada hari tersebut. Allah ﷻ menghikayatkan tentang penyesalan mereka nanti pada hari kiamat dalam banyak ayat, di antaranya seperti firman Allah ﷻ,    ﴿وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ﴾    “Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: “Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman”, (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan).” (QS. Al-An’am: 27)    Dalam ayat yang lain Allah ﷻ juga berfirman,    ﴿وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا، يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا، لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي ۗ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا﴾    “Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: ‘Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul’. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al-Furqon: 27-29)    Allah ﷻ juga berfirman,    ﴿يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا، وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا﴾    “Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, sekiranya kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul”. Dan mereka berkata: ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar)’.” (QS. Al-Ahzab: 66-67)    Mereka menyesal karena dahulu mereka meninggalkan Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ hanya demi jabatan, pangkat, atau penghormatan, dan menyesal tatkala di akhirat mereka disiksa di neraka jahanam. Demikian juga tatkala seseorang diberikan catatan amalnya dengan tangan kirinya, maka dia menyesal. Allah ﷻ berfirman,    ﴿وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ﴾    “Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini).” (QS. Al-Haqqah: 25)    Dia menyesal ketika dia tahu catatan amalnya berisi penuh dengan kebusukan maksiat yang dilakukannya. Namun, tidak lagi berguna penyesalan pada hari tersebut, kitab amal telah dia terima dan tidak bisa dia ubah lagi, dan seluruh maksiat yang dia lakukan berupa kekufuran, kesombongan, dan keangkuhan telah tercatat dalam catatan amalannya tersebut. Maka, tidak akan bermanfaat apa yang dia kumpulkan dan tidak akan bermanfaat kekuatan yang dia miliki, dan penyesalan pada hari itu pun tiada guna.    Ma’syiral muslimin, seorang hendaknya beramal selama dia masih hidup, hendaknya beramal sebelum dia bertemu dengan hari penyesalan tersebut, sehingga dia tidak termasuk dari orang-orang yang menyesal di hari yang tidak ada manfaat sama sekali penyesalan tersebut.    أَقٌولُ قَوْلِي هَذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَخَطِيئَةٍ فَأَسْتَغْفِرُهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ         Khutbah Kedua    الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشْهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ، أَللَّهُمَّ صَلِى عَلَيهِ وعَلَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَإِخْوَانِهِ    Seorang berusaha dengan sisa umurnya untuk bertakwa kepada Allah ﷻ  dan beramal sebanyak-banyaknya. Allah ﷻ telah mengingatkan agar seseorang tidak menyesal di kemudian hari, Allah ﷻ berfirman,    ﴿وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ، وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ﴾    “Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya. Supaya jangan ada orang yang mengatakan: “Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah).” (QS. Az-Zumar: 54-55)    Selagi kita masih hidup dan kita masih bisa mengikuti ajaran Nabi Muhammad ﷺ, masih bisa mengikuti ajaran Al-Qur’an al-Karim, dan kita tidak tahu kapan kita dipanggil oleh Allah ﷻ, maka beramallah.    Oleh karenanya, Imam Ibnu Katsir ﷺ menyebutkan bahwasanya yang menyesal bukan hanya para pendosa, akan tetapi orang-orang yang saleh dan bertakwa juga akan menyesal, karena dahulu di dunia amal saleh mereka kurang banyak. Tatkala Ibnu Katsir ﷺ menafsirkan firman Allah ﷻ,    ﴿وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ ۚ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى، يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي﴾    “Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, ‘Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini’.” (QS. Al-Fajr: 23)    Penyesalan tersebut diungkapkan oleh orang kafir yang mereka menyesal mengapa mereka dahulu tidak beriman. Penyesalan tersebut juga diungkapkan oleh para pendosa, yaitu kaum muslimin yang melakukan maksiat, mereka menyesal mengapa dahulu mereka sering melakukan maksiat kepada Allah ﷻ. Penyesalan tersebut juga diungkapkan oleh orang-orang yang beriman, mereka menyesal mengapa dahulu masih kurang berbakti dan masih perhitungan kepada orang tua, menyesal dahulu mereka kurang dalam membaca Al-Qur’an, mereka menyesal salat malam hanya sebentar, mereka menyesal seandainya mereka tambah beberapa waktu untuk salat malam tentu mereka akan merasakan dampak yang luar biasa yaitu pahala yang tiada ujung yang abadi yang sempurna di akhirat kelak. Mereka menyesal mengapa dahulu mereka kurang dalam beramal saleh. ([10]). Penyesalan Orang-orang Kafir di Akhirat Bismillah walhamdulillah was sholaatu wassalaamu ‘ala Rasulillah.  Allah subhanahu wa ta’ala mengabarkan tentang penyesalan orang-orang kafir di akhirat, ketika sudah terlambat pintu taubat itu bagi mereka. Allah berfirman:  رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ كَا نُوْا مُسْلِمِيْنَ  “Orang kafir itu kadang-kadang (nanti di akhirat) menginginkan, sekiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang muslim.” (QS. Al-Hijr 15: Ayat 2)  Dan firman-Nya:  ذَرْهُمْ يَأْكُلُوْا وَيَتَمَتَّعُوْا وَيُلْهِهِمُ الْاَ مَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَ  “Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya).” (QS. Al-Hijr 15: Ayat 3)  Orang-orang kafir itu berangan-angan seandainya mereka diberi kesempatan untuk bisa kembali ke dunia, lalu mereka akan beramal shalih. Allah berfirman:  وَلَوْ تَرٰۤى اِذِ الْمُجْرِمُوْنَ نَا كِسُوْا رُءُوْسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَاۤ اَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَا رْجِعْنَا نَعْمَلْ صَا لِحًـا اِنَّا مُوْقِنُوْنَ  “Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh, kami adalah orang-orang yang yakin.” (QS. As-Sajdah 32: Ayat 12)  Namun itu semua hanya angan-angan yang tidak akan pernah terjadi. Lalu Allah menghukum mereka atas kekafiran mereka. Allah berfirman:  وَ لَوْ شِئْنَا لَاٰ تَيْنَا كُلَّ نَفْسٍ هُدٰٮهَا وَلٰـكِنْ حَقَّ الْقَوْلُ مِنِّيْ لَاَ مْلَئَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَا لنَّا سِ اَجْمَعِيْنَ  “Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami berikan kepada setiap jiwa petunjuk (bagi)nya, tetapi telah ditetapkan perkataan (ketetapan) dari-Ku, Pasti akan Aku penuhi Neraka Jahanam dengan jin dan manusia bersama-sama.” (QS. As-Sajdah 32: Ayat 13)  Mereka pun mendapat azab pedih yang abadi (kekal) di dalam neraka jahannam. Allah berfirman:  فَذُوْقُوْا بِمَا نَسِيْتُمْ لِقَآءَ يَوْمِكُمْ هٰذَا ۚ اِنَّا نَسِيْنٰكُمْ وَذُوْقُوْا عَذَا بَ الْخُلْدِ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ  “Maka rasakanlah olehmu (azab ini) disebabkan kamu melalaikan pertemuan dengan harimu ini (hari Kiamat), sesungguhnya Kami pun melalaikan kamu dan rasakanlah azab yang kekal, atas apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. As-Sajdah 32: Ayat 14)  Semoga Allah mewafatkan kita di atas ajaran Islam (tauhid) serta menjaga diri dan keluarga kita dari kekafiran dan azab kekal di neraka jahannam.  Semoga menjadi bahan renungan untuk kita semua akan bahayanya kekufuran dan kesyirikan.

Sesungguhnya hari kiamat memiliki banyak nama, yang masing-masing nama-nama tersebut menunjukkan dahsyatnya hari kiamat. Di antaranya adalah السَّاعَةُ ‘as-Sa’ah’, yang artinya adalah hari kiamat yang datang tiba-tiba dan tanpa diduga kemunculan hari tersebut([1]). Di antaranya juga hari kiamat disebut dengan الطَّامَّة ‘ath-Thaammah’ yang artinya hari mala petaka, karena pada hari tersebut malapetaka meliputi semua orang dan tidak ada satu orang pun yang bisa terhindar dari malapetaka tersebut([2]). Hari kiamat disebut juga dengan الصَّاخَّةُ ‘As-Shaakkhah’, yaitu hari ditiupkan sangkakala yang memekikkan telinga dan membinasakan orang-orang yang mendengar suara yang sangat dahsyat tersebut([3]). Hari kiamat disebut juga dengan الْقَارِعَةُ ‘al-Qori’ah’ yaitu hari yang sangat dahsyat yang rasa takut pada hari tersebut sampai masuk ke dalam dada-dada manusia([4]). Hari kiamat disebut juga dengan يَوْمَ الْقِيَامَةِ ‘Yaumal Qiyamah’, karena pada hari tersebut manusia akan berdiri di padang mahsyar dan tidak akan duduk apalagi istirahat menanti kedatangan Allah ﷻ untuk memulai persidangan([5]).


Di antara nama-nama hari kiamat adalah يَوْمَ الْحَسْرَةِ ‘Yaumal Hasrah’, yaitu hari penyesalan. Al-Hasrah sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu ‘Asyur,


النَّدَامَةُ الشَّدِيدَةُ الدَّاعِيَةُ إِلَى التَّلَهُّفِ


“Penyesalan yang sangat besar yang mengantarkan kepada kesedihan yang sangat dalam.”([6])


Jadi, bukan hanya sekedar penyesalan, akan tetapi penyesalan yang sangat dalam.


Hari kiamat disebut dengan al-Hasrah karena pada hari tersebut banyak sekali penyesalan-penyesalan yang diungkapkan oleh para pendosa di berbagai kondisi pada hari kiamat kelak. Oleh karenanya, Allah ﷻ kelak mengingatkan akan dahsyatnya hari penyesalan tersebut, Allah ﷻ berfirman,


﴿وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ﴾


“Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.” (QS. Maryam: 39)


Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ bersabda,


يُؤْتَى بِالْمَوْتِ كَهَيْئَةِ كَبْشٍ أَمْلَحَ، فَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا أَهْلَ الجَنَّةِ، فَيَشْرَئِبُّونَ وَيَنْظُرُونَ، فَيَقُولُ: هَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، هَذَا المَوْتُ، وَكُلُّهُمْ قَدْ رَآهُ، ثُمَّ يُنَادِي: يَا أَهْلَ النَّارِ، فَيَشْرَئِبُّونَ وَيَنْظُرُونَ، فَيَقُولُ: وهَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، هَذَا المَوْتُ، وَكُلُّهُمْ قَدْ رَآهُ، فَيُذْبَحُ ثُمَّ يَقُولُ: يَا أَهْلَ الجَنَّةِ خُلُودٌ فَلاَ مَوْتَ، وَيَا أَهْلَ النَّارِ خُلُودٌ فَلاَ مَوْتَ، ثُمَّ قَرَأَ: وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ، وَهَؤُلاَءِ فِي غَفْلَةٍ أَهْلُ الدُّنْيَا وَهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ


“Kematian didatangkan pada hari kiamat seperti kambing kelabu. Kemudian dikatakan: Wahai penduduk surga! maka mereka melihat dengan mendongak, lalu dikatakan; apa kalian mengetahui ini? mereka menjawab: ‘Ya, itu adalah kematian.’ Dan semuanya telah melihatnya. kemudian dikatakan kepada penduduk neraka: ‘Wahai penghuni neraka, apa kalian mengetahui ini? ‘ Mereka melihat dengan mendongak, mereka menjawab: ‘Ya, ‘ itu adalah kematian.’ Dan semuanya telah melihatnya. Lalu kematian itu disembelih. Setelah itu dikatakan: ‘Wahai penduduk surga, kekal tidak ada kematian dan wahai penduduk neraka, kekal tidak ada kematian’.” Setelah itu beliau membaca: “Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.” (Maryam: 39). Merekalah penduduk dunia yang lalai dan mereka tidak beriman.” ([7])


Dalam riwayat lain Nabi Muhammad ﷺ juga telah bersabda,


فَلَوْلَا أَنَّ اللَّهَ قَضَى لِأَهْلِ الجَنَّةِ الحَيَاةَ وَالبَقَاءَ، لَمَاتُوا فَرَحًا، وَلَوْلَا أَنَّ اللَّهَ قَضَى لِأَهْلِ النَّارِ الحَيَاةَ فِيهَا وَالبَقَاءَ، لَمَاتُوا تَرَحًا


“Andai Allah tidak menetapkan kehidupan abadi dan kekekalan bagi penduduk surga, niscaya mereka meninggal karena terlalu senang, dan seandainya Allah tidak menetapkan kehidupan abadi dan kekekalan bagi penduduk neraka niscaya mereka mati karena terlalu sedih.” ([8])


Ma’syiral muslimin, maka yang tadinya penghuni neraka jahanam masih memiliki secercah harapan bahwa suatu hari mereka akan keluar dari neraka jahanam, namun ketika kematian disembelih maka pupuslah harapan mereka dan bertambahlah penyesalan mereka, karena mereka sadar bahwasanya mereka akan berada di neraka jahanam selama-lamanya.


Mereka akhirnya menyesal ketika mereka melihat penghuni surga berada dalam kenikmatan. Mereka menyesal seandainya mereka dahulu beramal di dunia sedikit saja, tentu mereka bisa meraih kenikmatan tersebut. Namun, penyesalan tersebut tiada gunanya, karena penyesalan tersebut adalah penyesalan yang menghancurkan dada mereka, karena mereka tahu bahwasanya mereka tidak bisa kembali ke dunia untuk memperbaiki kondisi mereka, dan mereka tahu bahwasanya mereka berada di neraka jahanam dan bagi mereka azab yang pedih selama-lamanya.


Ibnu Abi ad-Dunya meriwayatkan dengan sanadnya dari Hisyam Bin Hasan beliau berkata,


مَرَّ عُمَرُ بْنُ الخَطّابِ بِكَثيبٍ مِنْ رَمْلٍ فَبَكَى، فَقِيلَ لَهُ: مَا يُبْكيكَ يَا أَميرُ المُؤْمِنِينَ؟ قَالَ: ذَكَرتُ أَهْلُ النّارِ فَلَوْ كَانُوا مَخْلَدينَ فِي النّارِ بِعَدَدِ هَذَا الرَّمْلِ كَانَ لَهُمْ أَمَدٌ يَمُدُّونَ إِلَيْهِ أَعْناقَهُمْ وَلَكِنَّهُ الخُلودُ أَبَدًا


“Suatu hari Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu melewati pegunungan yang isinya adalah pasir, maka beliau pun menangis. Maka ditanyakan kepada beliau: ‘Apa yang membuatmu menangis wahai amirul mukminin?’ Beliau menjawab, ‘Aku teringat penduduk neraka, seandainya mereka kekal (diazab) di neraka dalam waktu sesuai dengan jumlah pasiran ini, maka mereka memiliki kesempatan pada suatu hari bahwa mereka akan keluar, akan tetapi mereka di neraka jahanam selama-lamanya’.” ([9])


Ma’syiral muslimin, hari penyesalan tersebut dikatakan sebagai hari penyesalan karena banyak para pendosa yang mengungkapkan penyesalan mereka pada hari tersebut. Allah ﷻ menghikayatkan tentang penyesalan mereka nanti pada hari kiamat dalam banyak ayat, di antaranya seperti firman Allah ﷻ,


﴿وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ﴾


“Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: “Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman”, (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan).” (QS. Al-An’am: 27)


Dalam ayat yang lain Allah ﷻ juga berfirman,


﴿وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا، يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا، لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي ۗ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا﴾


“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: ‘Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul’. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al-Furqon: 27-29)


Allah ﷻ juga berfirman,


﴿يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا، وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا﴾


“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, sekiranya kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul”. Dan mereka berkata: ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar)’.” (QS. Al-Ahzab: 66-67)


Mereka menyesal karena dahulu mereka meninggalkan Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ hanya demi jabatan, pangkat, atau penghormatan, dan menyesal tatkala di akhirat mereka disiksa di neraka jahanam. Demikian juga tatkala seseorang diberikan catatan amalnya dengan tangan kirinya, maka dia menyesal. Allah ﷻ berfirman,


﴿وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ﴾


“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini).” (QS. Al-Haqqah: 25)


Dia menyesal ketika dia tahu catatan amalnya berisi penuh dengan kebusukan maksiat yang dilakukannya. Namun, tidak lagi berguna penyesalan pada hari tersebut, kitab amal telah dia terima dan tidak bisa dia ubah lagi, dan seluruh maksiat yang dia lakukan berupa kekufuran, kesombongan, dan keangkuhan telah tercatat dalam catatan amalannya tersebut. Maka, tidak akan bermanfaat apa yang dia kumpulkan dan tidak akan bermanfaat kekuatan yang dia miliki, dan penyesalan pada hari itu pun tiada guna.


Ma’syiral muslimin, seorang hendaknya beramal selama dia masih hidup, hendaknya beramal sebelum dia bertemu dengan hari penyesalan tersebut, sehingga dia tidak termasuk dari orang-orang yang menyesal di hari yang tidak ada manfaat sama sekali penyesalan tersebut.


أَقٌولُ قَوْلِي هَذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَخَطِيئَةٍ فَأَسْتَغْفِرُهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ


 


Khutbah Kedua


الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشْهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ، أَللَّهُمَّ صَلِى عَلَيهِ وعَلَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَإِخْوَانِهِ


Seorang berusaha dengan sisa umurnya untuk bertakwa kepada Allah ﷻ  dan beramal sebanyak-banyaknya. Allah ﷻ telah mengingatkan agar seseorang tidak menyesal di kemudian hari, Allah ﷻ berfirman,


﴿وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ، وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ﴾


“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya. Supaya jangan ada orang yang mengatakan: “Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah).” (QS. Az-Zumar: 54-55)


Selagi kita masih hidup dan kita masih bisa mengikuti ajaran Nabi Muhammad ﷺ, masih bisa mengikuti ajaran Al-Qur’an al-Karim, dan kita tidak tahu kapan kita dipanggil oleh Allah ﷻ, maka beramallah.


Oleh karenanya, Imam Ibnu Katsir ﷺ menyebutkan bahwasanya yang menyesal bukan hanya para pendosa, akan tetapi orang-orang yang saleh dan bertakwa juga akan menyesal, karena dahulu di dunia amal saleh mereka kurang banyak. Tatkala Ibnu Katsir ﷺ menafsirkan firman Allah ﷻ,


﴿وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ ۚ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى، يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي﴾


“Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, ‘Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini’.” (QS. Al-Fajr: 23)


Penyesalan tersebut diungkapkan oleh orang kafir yang mereka menyesal mengapa mereka dahulu tidak beriman. Penyesalan tersebut juga diungkapkan oleh para pendosa, yaitu kaum muslimin yang melakukan maksiat, mereka menyesal mengapa dahulu mereka sering melakukan maksiat kepada Allah ﷻ. Penyesalan tersebut juga diungkapkan oleh orang-orang yang beriman, mereka menyesal mengapa dahulu masih kurang berbakti dan masih perhitungan kepada orang tua, menyesal dahulu mereka kurang dalam membaca Al-Qur’an, mereka menyesal salat malam hanya sebentar, mereka menyesal seandainya mereka tambah beberapa waktu untuk salat malam tentu mereka akan merasakan dampak yang luar biasa yaitu pahala yang tiada ujung yang abadi yang sempurna di akhirat kelak. Mereka menyesal mengapa dahulu mereka kurang dalam beramal saleh. ([10])

Penyesalan Bani Umayyah karena Terlambat Masuk Islam

Penyesalan Bani Umayyah karena Terlambat Masuk Islam  Penyesalan Bani Umayyah karena Terlambat Masuk Islam.Alangkah beruntungnya mereka yang masuk Islam lebih dulu dibanding mereka yang masuk belakangan. Bani Umayyah, dikisahkan menyesali sikap mereka yang angkuh dan menolak dengan getol dakwah Rasulullah, hingga akhirnya mereka menyesali keterlambatannya masuk Islam. Bani Umayah merupakan salah satu bagian dari klan Quraisy di Makkah. Mereka terhitung sebagai salah satu kelompok penting di kota itu karena memiliki banyak tokoh-tokoh terkemuka dan kekayaan harta yang berlimpah. Muawiyah bin Abu Sufyan sebagai pendiri sekaligus khalifah pertama dari dinasti ini.  Dalam catatan sejarah dakwah Nabi Muhammad, Bani Umayah merupakan kelompok yang terlambat masuk Islam. Sebab, mereka baru mau berbondong-bondong memeluk agama yang dibawa oleh Rasulullah itu setelah peristiwa Fathu Makkah (Penaklukan Kota Makkah) yang terjadi pada 20 Ramadhan tahun 8 H. Sejak agama Islam mulai disebarkan oleh Rasulullah, Bani Umayah memandang ajaran ini sebagai ancaman yang harus terus dilawan. Mereka beranggapan jika Islam dibiarkan besar dan berjaya di Makkah, khawatir akan mengancam posisi mereka baik secara sosial maupun ekonomi. Berbagai upaya yang dilakukan mereka untuk melemahkan dakwah Islam pun dilakukan secara masif.  Belakangan, ketika mulai menyadari kebenaran agama Islam, mereka berbondong memeluk agama ini. Mereka menyesali keterlambatan ini. Andaikan tahu sejak awal bahwa Islam datang bukan untuk mengusik eksistensi Bani Umayah di Makkah, tetapi untuk menyelamatkan dari kesesatan agama jahiliyah, pasti mereka sudah dari dulu menjadi Muslim. Imam Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah mencatat surat Abu Sufyan (tokoh Bani Umayah) kepada Muawiyah (putranya) setelah diangkat sebagai amir (gubernur jenderal) negeri Syam menggantikan kakaknya, Yazid bin Abu Sufyan. Surat tersebut di antaranya berisi penyesalan Abu Sufyan karena Bani Umayah terlambat masuk Islam.  Berikut isi suratnya:   يَا بُنَيَّ إِنَّ هَؤُلَاءِ الرَّهْطَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ سبقونا وتأخرنا فرفعهم سبقهم وقدمهم عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ رسوله، وقصر بنا تأخيرنا فصاروا قادة وسادة. وَصِرْنَا أَتْبَاعًا، وَقَدْ وَلَّوْكَ جَسِيمًا مِنْ أُمُورِهِمْ فَلَا تُخَالِفْهُمْ.   Artinya: “Wahai putraku, sekelompok kaum Muhajirin telah mendahului kita, sementara kita terlambat. Mereka memiliki kedudukan yang tinggi dan utama di  hadapan Allah dan Rasul-Nya karena mereka yang pertama-tama dan dahulu masuk Islam. Sedangkan kedudukan kita rendah karena terlambat.  masuk Islam.”  “Dengan begitu, mereka menjadi pemimpin dan penguasa, sedangkan kita hanya menjadi pengikut. Mereka telah mengangkatmu dalam urusan mereka yang sangat besar, karena itu jangan salahi perintah mereka.” (Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan Nihayah).  Pernyataan salah satu tokoh besar Bani Umayah itu jelas sebuah penyesalan yang mendalam. Sebab, kelompok yang lebih dahulu masuk Islam akan memperoleh posisi penting di tengah umat Islam, dan dipercayai untuk menempati posisi-posisi penting di pemerintahan. Secara periodik, golongan as-sabiqunal awwalun adalah umat Muslim yang beriman sebelum terjadi peritiswa Fathu Makkah (Penaklukan Kota Makkah).   Keutamaan mereka dijelaskan dalam firman Allah swt dalam Al-Qur’an surat al-Hadid berikut:  لَا يَسۡتَوِي مِنكُم مَّنۡ أَنفَقَ مِن قَبۡلِ ٱلۡفَتۡحِ وَقَٰتَلَۚ أُوْلَٰٓئِكَ أَعۡظَمُ دَرَجَةٗ مِّنَ ٱلَّذِينَ أَنفَقُواْ مِنۢ بَعۡدُ وَقَٰتَلُواْۚ وَكُلّٗا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ     Artinya: “Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik.   Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Menafsiri ayat di atas, Imam Fakhruddin ar-Razi menjelaskan, sejumlah ulama ahli teologi (tauhid) menjadikan ayat ini sebagai bukti keutamaan orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam, menginfakkan harta di jalan Allah, dan ikut berjihad menegakkan agama Islam. (Fakhruddin ar-Razi, Mafatihul Ghaib, [Beirut: Darul Fikr, 1981], juz 29, h. 220)  Kegigihan Bani Umayah Kendati Bani Umayah masuk Islam terlambat sehingga tidak termasuk dalam predikat as-sabiqunal awwalun, keberpihakan mereka kepada ajaran Islam berubah drastis setelah menyatakan memeluk agama ini. Seolah mereka ingin ‘membayar’ kesalahan-kesalahan mereka sebelum menjadi Muslim dulu. Kesungguhan mereka di antaranya dibuktikan dalam keikutsertaan di berbagai medan jihad melawan tentara musuh.   Berkat kegigihan mereka, Rasulullah mengapresiasi betul apa yang telah mereka perbuat demi tegaknya dakwah Islam. Terbukti, Rasulullah memberikan posisi penting bagi Umayyah di pemerintahan agar mereka bisa lebih mengoptimalkan potensi yang dimiliki.   Terkait Abu Sufyan, Rasulullah sendiri pernah bersabda, “Barangsiapa memasuki rumah Abu Sufyan, ia akan aman.” Ini merupakan keistimewaan yang tidak Nabi berikan kepada orang lain. Kepercayaan Rasulullah kepada Bani Umayah juga terlihat ketika beliau mengabulkan permohonan Abu Sufyan untuk mengangkatnya menjadi wali kota Najran. Selain itu, beliau juga mengangkat Attab bin Usaid bin Abdul Aish bin Umayah bin Abdusy Syams (salah satu tokoh Bani Umayah) sebagai wali kota pertama di Makkah.   Kemudian, Rasulullah juga mengangkat Amr bin Sa’id bin Umayyah sebagai kepala desa Khaibar, Wadil Qura, Taima’, dan Tabuk; mengangkat Khalid bin Sa’id bin Ash sebagai wali kota Shan’a; mengangkat Aban bin Sa’id bin Ash sebagai amir (gubernur jenderal) Bahrain. Selain itu, Aban dan Khalid (kedua putra Sa’id bin Ash), Muawiyah bin Abu Sufyan, dan Utsman bin Affan juga diangkat sebagai sekretaris Rasulullah. (Abdusyafi Muhammad, Al-‘Alamul Islami fil ‘Ashril Umawi Dirasah Siyasiyyah, [Kairo: Darusalam, 2008], h. 23) Sikap Rasulullah kepada sejumlah tokoh Bani Umayah menunjukkan bahwa mereka memiliki kontribusi besar dan sebab itu mendapat kepercayaan dari beliau. Andai mereka tidak memiliki kompetensi itu, tidak mungkin Rasulullah menyerahkan amanat-amanat penting itu kepada mereka.

Penyesalan Bani Umayyah karena Terlambat Masuk Islam.Alangkah beruntungnya mereka yang masuk Islam lebih dulu dibanding mereka yang masuk belakangan. Bani Umayyah, dikisahkan menyesali sikap mereka yang angkuh dan menolak dengan getol dakwah Rasulullah, hingga akhirnya mereka menyesali keterlambatannya masuk Islam. Bani Umayah merupakan salah satu bagian dari klan Quraisy di Makkah. Mereka terhitung sebagai salah satu kelompok penting di kota itu karena memiliki banyak tokoh-tokoh terkemuka dan kekayaan harta yang berlimpah. Muawiyah bin Abu Sufyan sebagai pendiri sekaligus khalifah pertama dari dinasti ini.

Dalam catatan sejarah dakwah Nabi Muhammad, Bani Umayah merupakan kelompok yang terlambat masuk Islam. Sebab, mereka baru mau berbondong-bondong memeluk agama yang dibawa oleh Rasulullah itu setelah peristiwa Fathu Makkah (Penaklukan Kota Makkah) yang terjadi pada 20 Ramadhan tahun 8 H. Sejak agama Islam mulai disebarkan oleh Rasulullah, Bani Umayah memandang ajaran ini sebagai ancaman yang harus terus dilawan. Mereka beranggapan jika Islam dibiarkan besar dan berjaya di Makkah, khawatir akan mengancam posisi mereka baik secara sosial maupun ekonomi. Berbagai upaya yang dilakukan mereka untuk melemahkan dakwah Islam pun dilakukan secara masif.

Belakangan, ketika mulai menyadari kebenaran agama Islam, mereka berbondong memeluk agama ini. Mereka menyesali keterlambatan ini. Andaikan tahu sejak awal bahwa Islam datang bukan untuk mengusik eksistensi Bani Umayah di Makkah, tetapi untuk menyelamatkan dari kesesatan agama jahiliyah, pasti mereka sudah dari dulu menjadi Muslim. Imam Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah mencatat surat Abu Sufyan (tokoh Bani Umayah) kepada Muawiyah (putranya) setelah diangkat sebagai amir (gubernur jenderal) negeri Syam menggantikan kakaknya, Yazid bin Abu Sufyan. Surat tersebut di antaranya berisi penyesalan Abu Sufyan karena Bani Umayah terlambat masuk Islam.

Berikut isi suratnya:

 يَا بُنَيَّ إِنَّ هَؤُلَاءِ الرَّهْطَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ سبقونا وتأخرنا فرفعهم سبقهم وقدمهم عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ رسوله، وقصر بنا تأخيرنا فصاروا قادة وسادة. وَصِرْنَا أَتْبَاعًا، وَقَدْ وَلَّوْكَ جَسِيمًا مِنْ أُمُورِهِمْ فَلَا تُخَالِفْهُمْ. 

Artinya: “Wahai putraku, sekelompok kaum Muhajirin telah mendahului kita, sementara kita terlambat. Mereka memiliki kedudukan yang tinggi dan utama di  hadapan Allah dan Rasul-Nya karena mereka yang pertama-tama dan dahulu masuk Islam. Sedangkan kedudukan kita rendah karena terlambat.
 masuk Islam.”

“Dengan begitu, mereka menjadi pemimpin dan penguasa, sedangkan kita hanya menjadi pengikut. Mereka telah mengangkatmu dalam urusan mereka yang sangat besar, karena itu jangan salahi perintah mereka.” (Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan Nihayah).

Pernyataan salah satu tokoh besar Bani Umayah itu jelas sebuah penyesalan yang mendalam. Sebab, kelompok yang lebih dahulu masuk Islam akan memperoleh posisi penting di tengah umat Islam, dan dipercayai untuk menempati posisi-posisi penting di pemerintahan. Secara periodik, golongan as-sabiqunal awwalun adalah umat Muslim yang beriman sebelum terjadi peritiswa Fathu Makkah (Penaklukan Kota Makkah). 

Keutamaan mereka dijelaskan dalam firman Allah swt dalam Al-Qur’an surat al-Hadid berikut:
 لَا يَسۡتَوِي مِنكُم مَّنۡ أَنفَقَ مِن قَبۡلِ ٱلۡفَتۡحِ وَقَٰتَلَۚ أُوْلَٰٓئِكَ أَعۡظَمُ دَرَجَةٗ مِّنَ ٱلَّذِينَ أَنفَقُواْ مِنۢ بَعۡدُ وَقَٰتَلُواْۚ وَكُلّٗا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ   

Artinya: “Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. 

Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Menafsiri ayat di atas, Imam Fakhruddin ar-Razi menjelaskan, sejumlah ulama ahli teologi (tauhid) menjadikan ayat ini sebagai bukti keutamaan orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam, menginfakkan harta di jalan Allah, dan ikut berjihad menegakkan agama Islam. (Fakhruddin ar-Razi, Mafatihul Ghaib, [Beirut: Darul Fikr, 1981], juz 29, h. 220)

Kegigihan Bani Umayah Kendati Bani Umayah masuk Islam terlambat sehingga tidak termasuk dalam predikat as-sabiqunal awwalun, keberpihakan mereka kepada ajaran Islam berubah drastis setelah menyatakan memeluk agama ini. Seolah mereka ingin ‘membayar’ kesalahan-kesalahan mereka sebelum menjadi Muslim dulu. Kesungguhan mereka di antaranya dibuktikan dalam keikutsertaan di berbagai medan jihad melawan tentara musuh. 

Berkat kegigihan mereka, Rasulullah mengapresiasi betul apa yang telah mereka perbuat demi tegaknya dakwah Islam. Terbukti, Rasulullah memberikan posisi penting bagi Umayyah di pemerintahan agar mereka bisa lebih mengoptimalkan potensi yang dimiliki.   Terkait Abu Sufyan, Rasulullah sendiri pernah bersabda, “Barangsiapa memasuki rumah Abu Sufyan, ia akan aman.” Ini merupakan keistimewaan yang tidak Nabi berikan kepada orang lain. Kepercayaan Rasulullah kepada Bani Umayah juga terlihat ketika beliau mengabulkan permohonan Abu Sufyan untuk mengangkatnya menjadi wali kota Najran. Selain itu, beliau juga mengangkat Attab bin Usaid bin Abdul Aish bin Umayah bin Abdusy Syams (salah satu tokoh Bani Umayah) sebagai wali kota pertama di Makkah. 

Kemudian, Rasulullah juga mengangkat Amr bin Sa’id bin Umayyah sebagai kepala desa Khaibar, Wadil Qura, Taima’, dan Tabuk; mengangkat Khalid bin Sa’id bin Ash sebagai wali kota Shan’a; mengangkat Aban bin Sa’id bin Ash sebagai amir (gubernur jenderal) Bahrain. Selain itu, Aban dan Khalid (kedua putra Sa’id bin Ash), Muawiyah bin Abu Sufyan, dan Utsman bin Affan juga diangkat sebagai sekretaris Rasulullah. (Abdusyafi Muhammad, Al-‘Alamul Islami fil ‘Ashril Umawi Dirasah Siyasiyyah, [Kairo: Darusalam, 2008], h. 23) Sikap Rasulullah kepada sejumlah tokoh Bani Umayah menunjukkan bahwa mereka memiliki kontribusi besar dan sebab itu mendapat kepercayaan dari beliau. Andai mereka tidak memiliki kompetensi itu, tidak mungkin Rasulullah menyerahkan amanat-amanat penting itu kepada mereka.

Referensi :  Penyesalan Bani Umayyah karena Terlambat Masuk Islam

Renungan Malam, Tiga Waktu Penyesalan yang Terlambat untuk Manusia Sesali

Ilustrasi : Renungan Malam, Tiga Waktu Penyesalan yang Terlambat untuk Manusia Sesali  Renungan Malam, Tiga Waktu Penyesalan yang Terlambat untuk Manusia Sesali. Tiga waktu penyesalan yang terlambat akan membuat manusia benar-benar menyesalinya. Maka gunakan hidup untuk beramal saleh, gunakan hidup untuk berbuat kebaikan dan gunakan hidup menjauhi maksiat. Jangan sampai datang tiga waktu penyesalan, maka semuanya tidak akan berarti lagi.  Tiga waktu penyesalan yang terlambat itu sungguh-sungguh manusia akan menyesalinya. Ustaz Sofyan Ruray menjelaskan tiga waktu itu yakni;  1. Ketika Datang Kematian   Allah 'azza wa jalla berfirman,   حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ، لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ  "Hingga apabila datang kematian kepada salah seorang dari mereka, dia berkata: 'Wahai Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku beramal shalih pada apa yang telah aku tinggalkan'. Sekali-kali tidak, sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan­nya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." [QS. Al-Mukminun: 99-100]   يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ، وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ، وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ  "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.  Dan sedekahkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: 'Wahai Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang bermalal shalih'.  Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." [QS. Al-Munafiqun: 9-10]  2. Saat Melihat Neraka  Allah 'azza wa jalla berfirman,   وَلَوْ تَرَىٰ إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ  "Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Rabb kami, serta menjadi orang-orang yang beriman." [QS Al-An'am: 27]  3. Saat di Neraka  Allah 'azza wa jalla berfirman,   وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ  "Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: 'Wahai Rabb kami, keluarkanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan amal yang shalih berlainan dengan yang telah kami kerjakan'. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umur kalian dengan masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kalian pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun." [QS. Fathir: 37]

Renungan Malam, Tiga Waktu Penyesalan yang Terlambat untuk Manusia Sesali. Tiga waktu penyesalan yang terlambat akan membuat manusia benar-benar menyesalinya. Maka gunakan hidup untuk beramal saleh, gunakan hidup untuk berbuat kebaikan dan gunakan hidup menjauhi maksiat. Jangan sampai datang tiga waktu penyesalan, maka semuanya tidak akan berarti lagi.

Tiga waktu penyesalan yang terlambat itu sungguh-sungguh manusia akan menyesalinya. Ustaz Sofyan Ruray menjelaskan tiga waktu itu yakni;

1. Ketika Datang Kematian

 Allah 'azza wa jalla berfirman, 

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ، لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

"Hingga apabila datang kematian kepada salah seorang dari mereka, dia berkata: 'Wahai Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku beramal shalih pada apa yang telah aku tinggalkan'. Sekali-kali tidak, sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan­nya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." [QS. Al-Mukminun: 99-100] 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ، وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ، وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.

Dan sedekahkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: 'Wahai Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang bermalal shalih'.

Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." [QS. Al-Munafiqun: 9-10]

2. Saat Melihat Neraka

Allah 'azza wa jalla berfirman, 

وَلَوْ تَرَىٰ إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

"Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Rabb kami, serta menjadi orang-orang yang beriman." [QS Al-An'am: 27]

3. Saat di Neraka

Allah 'azza wa jalla berfirman, 

وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ

"Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: 'Wahai Rabb kami, keluarkanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan amal yang shalih berlainan dengan yang telah kami kerjakan'. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umur kalian dengan masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kalian pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun." [QS. Fathir: 37]

Penyesalan Orang Kafir (QS. Al Hijr)

Hidup di dunia hanya sekali dan waktunya sangat sebentar, karena itu jangan sampai ada penyesalan yang terjadi di akhirat kelak. Untuk itu, sebagai muslim pergunakan kesempatan di dunia untuk ibadah dan melakukan aktivitas yang berfaedah. Tentang penyesalan ini, Allah Ta'ala telah memberikan peringatan, bahkan Allah juga telah memberikan potret penyesalan di akhirat melalui firman-firman-Nya.  Apa saja potret penyesalan itu? Dinukil dari berbagai sumber, ada beberapa potret penyesalan yang Allah terangkan dalam Al-Qur'an, antara lain:  1. Penyesalan orang kafir kenapa dahulu tidak menjadi muslim  Di akhirat kelak, orang-orang yang selama di dunai ia kafir, maka ia akan menyesal sejadi-jadinya. Mereka berandai-andai sekiranya Ketika di dunia mereka menjadi seorang muslim.  Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,  رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ كَانُوْا مُسْلِمِيْنَ  “Orang kafir itu kadang-kadang (nanti di akhirat) menginginkan, sekiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang Muslim.” (QS. Al-Hijr: 2)  Allah subhanahu wa ta’ala kembali menegaskan,  وَلَوْ تَرٰٓى اِذْ وُقِفُوْا عَلَى النَّارِ فَقَالُوْا يٰلَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بِاٰيٰتِ رَبِّنَا وَنَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ  “Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata, “Seandainya kami dikembalikan (ke dunia), tentu kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Rabb kami, serta menjadi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-An’ām: 27)  Maka berbahagialah kita yang telah menjadi seorang muslim. Pegang teguh agama ini sampai maut menjemput kita.  إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ ۗ  “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.” (QS. Āli ’Imrān: 19)  وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ  “Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” (QS. Āli ’Imrān: 85)  2. Penyesalan orang kafir kenapa dahulu tidak menjadi tanah  Allah subhanahu wa ta’ala pernah mengabarkan berita ini dalam firmanNya,  اِنَّآ اَنْذَرْنٰكُمْ عَذَابًا قَرِيْبًا ەۙ يَّوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُوْلُ الْكٰفِرُ يٰلَيْتَنِيْ كُنْتُ تُرَابًا  “Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (orang kafir) azab yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata, “Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah.” (QS. An-Naba’: 40

Hidup di dunia hanya sekali dan waktunya sangat sebentar, karena itu jangan sampai ada penyesalan yang terjadi di akhirat kelak. Untuk itu, sebagai muslim pergunakan kesempatan di dunia untuk ibadah dan melakukan aktivitas yang berfaedah. Tentang penyesalan ini, Allah Ta'ala telah memberikan peringatan, bahkan Allah juga telah memberikan potret penyesalan di akhirat melalui firman-firman-Nya.

Apa saja potret penyesalan itu? Dinukil dari berbagai sumber, ada beberapa potret penyesalan yang Allah terangkan dalam Al-Qur'an, antara lain:

1. Penyesalan orang kafir kenapa dahulu tidak menjadi muslim

Di akhirat kelak, orang-orang yang selama di dunai ia kafir, maka ia akan menyesal sejadi-jadinya. Mereka berandai-andai sekiranya Ketika di dunia mereka menjadi seorang muslim.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ كَانُوْا مُسْلِمِيْنَ

“Orang kafir itu kadang-kadang (nanti di akhirat) menginginkan, sekiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang Muslim.” (QS. Al-Hijr: 2)

Allah subhanahu wa ta’ala kembali menegaskan,

وَلَوْ تَرٰٓى اِذْ وُقِفُوْا عَلَى النَّارِ فَقَالُوْا يٰلَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بِاٰيٰتِ رَبِّنَا وَنَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ

“Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata, “Seandainya kami dikembalikan (ke dunia), tentu kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Rabb kami, serta menjadi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-An’ām: 27)

Maka berbahagialah kita yang telah menjadi seorang muslim. Pegang teguh agama ini sampai maut menjemput kita.

إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ ۗ

“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.” (QS. Āli ’Imrān: 19)

وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

“Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” (QS. Āli ’Imrān: 85)

2. Penyesalan orang kafir kenapa dahulu tidak menjadi tanah

Allah subhanahu wa ta’ala pernah mengabarkan berita ini dalam firmanNya,

اِنَّآ اَنْذَرْنٰكُمْ عَذَابًا قَرِيْبًا ەۙ يَّوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُوْلُ الْكٰفِرُ يٰلَيْتَنِيْ كُنْتُ تُرَابًا

“Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (orang kafir) azab yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata, “Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah.” (QS. An-Naba’: 40).

Menyibak Tabir Penyesalan Manusia

Ilustrasi : Menyibak Tabir Penyesalan Manusia  Menyibak Tabir Penyesalan Manusia. Dalam Al-Qur'an ada surat al-Waqi'ah (hari kiamat) yang telah banyak menginformasikan peristiwa masa depan yang akan dialami sekelompok manusia di akhirat kelak, berupa penyesalan atas rekaman jejak hidupnya yang jauh dari nilai islam di dunia.  Ungkapan penyesalan ini diabadikan dengan ungkapan ya laitanii, Penyesalan hanya terucap namun tidak terwujud, karena waktu sudah terlambat. Lalu apa sajakah penyesalan-penyesalan yang akan di alami sekelompok manusia itu adalah :  1. Penyesalan saat-saat Sakaratul Maut. Al Qur'an menerangkan bahwa ''Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai satu fitnah (ujian), dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35).  Sekarat bisa juga diartikan sebagai mabuk akal atau hilang segala-galanya, Nabi berpesan, ''Perbanyaklah ingat kepada yang memutuskan kelezatan dunia, yakni kematian''. Sakaratul maut pasti benar adanya ia akan menghampiri setiap manusia.  Banyak sebab terjadinya kematian namun cuma satu yang pasti yakni Sakaratul maut. Saat peristiwa ini bertautanlah kedua betis pelakunya karena meregang nyawa akan dahsyatnya sakaratul maut.  Maka di saat sakaratul maut tiba terekamlah seluruh jejak perbuatan manusia sebelumnya yakni perbuatan baik dan buruk, dan bila yang muncul ialah rekaman kebaikan maka pelaku tidak akan takut bahkan malah akan menyambut bahagia karena telah tiba perjumpaan yang di rindukan dengan sang kekasih sejatinya Allah dan juga akan mendapatkan pahala.  Namun sebaliknya bila yang muncul adalah rekaman keburukan baginya di hadapkan dengan kesengsaraan yang mengerikan ia pun akan menyesal dan berkata (Ya Tuhan kembalikan nyawaku sekali lagi agar supaya aku bisa beramal soleh dan bersedekah serta berbuat kebajikan) Namun sayang penyesalan ini tiada gunanya, Ajal tidak bisa di tunda dan di majukan karena itulah akhir dari segala yang hidup yaitu mati.   2. Penyesalan saat melihat kawan dekatnya mendapat siksa di Neraka. Sebagai makhluk sosial seseorang tidak akan lepas dengan orang lain. bahkan karakter dan kepribadian seseorang tergantung dari teman/lingkungan di mana ia berada.  Menyibak Tabir Penyesalan Manusia. Untuk itu di njurkan untuk berhati-hati saat mencari teman, Agama seseorang akan mengikuti Agama teman dekatnya, baik buruknya pertemanan di dunia akan terekam jelas di akhirat kelak, pertemanan yang didasari ketaatan dan ketaqwaan akan memberikan bantuan/pertolongan satu sama lain.  Namun sebaliknya pertemanan yang dijalin atas dasar kedurhakaan akan menjadikan permusuhan, satu sama lain akan saling menuding sebagai penyebab masuknya ke neraka. Kelompok manusia ini akan menyesal dan berkata (ampunilah dosa-dosa kami ya Rabb) dalam Qs. Az-zuhruf : 67 Allah menerangkan : Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali mereka yang bertaqwa.  Ada banyak kalimat-kalimat penyesalan yang diabadikan di dalam Al-Qur'an di antaranya adalah:  1. Surah al-Furqan ayat 27: "Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya, (menyesali perbuatannya) seraya berkata, “Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul.”  Kalimat penyesalan ini diucapkan oleh orang-orang zalim yang menyesali perbuatannya. Mereka menyesali karena semasa hidupnya ia tidak mengambil jalan bersama Rasul, tidak menuruti dan menjauhi ajaran Rasul. Sehingga pada hari kiamat mereka merasa sangat menyesal.  2. Surah al-Furqan ayat 28: "Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab (ku).”  Kalimat penyesalan ini diucapkan oleh orang-orang yang tidak menjadikan seseorang sebagai temannya. Orang tersebut adalah orang-orang yang shaleh dan suka melakukan kebaikan serta senantiasa menjauhi dirinya dari hal-hal yang dibenci Allah SWT.  Sehingga apabila mereka dahulu berteman dengan orang-orang seperti itu, tentunya mereka juga akan mengikuti perangai temannya itu yang selalu berbuat kebaikan. Namun nyatanya mereka justru menjauhi orang tersebut, sehingga akhirnya kini mereka menyesali perbuatannya tersebut.  3. Surah al-Haaqqah ayat 25: "Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata, “Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku.”  Ini adalah kalimat penyesalan yang diucapkan oleh orang-orang yang menerima catatan amalnya di tangan kiri. Oleh karenanya mereka mengatakan bahwa lebih baik catatan tersebut tidak diberikan kepadanya.  Sebab bila diberikan ditangan kiri, hal tersebut merupakan pertanda bahwa ia termasuk dalam golongan orang-orang celaka yang akan menerima azab dari Allah SWT. Alangkah lebih baik apabila catatan tersebut tidak diberikan kepadanya, sehingga ia tidak akan mengetahui apakah ia termasuk dalam golongan orang yang beruntung atau orang yang celaka.  4. Surah an-Naba ayat 40: "Sesungguhnya Kami telah Memperingatkan kepadamu (orang kafir) azab yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata, “Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah.”  Kalimat ini diucapkan oleh orang-orang kafir saat Allah SWT memperlihatkan kepadanya apa yang telah diperbuat oleh tangannya. Sehingga ia merasa lebih baik bila dulu ia dijadikan tanah. Dengan demikian ia tidak akan mungkin melakukan hal-hal buruk seperti yang dilakukannya saat itu. ????  5. Surah al-Fajr ayat 24: "Dia berkata, “Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini.”  Kalimat ini diucapkan oleh orang-orang yang semasa hidupnya suka berbuat keburukan. Ia menghabiskan waktunya dengan melakukan hal yang sia-sia. Sehingga di akhirat saat diperlihatkan perbuatannya, ia merasa menyesal mengapa dahulu semasa hidup tidak mengerjakan kebaikan.  Referensi : Menyibak Tabir Penyesalan Manusia. Menyibak Tabir Penyesalan Manusia

Menyibak Tabir Penyesalan Manusia. Dalam Al-Qur'an ada surat al-Waqi'ah (hari kiamat) yang telah banyak menginformasikan peristiwa masa depan yang akan dialami sekelompok manusia di akhirat kelak, berupa penyesalan atas rekaman jejak hidupnya yang jauh dari nilai islam di dunia.

Ungkapan penyesalan ini diabadikan dengan ungkapan ya laitanii, Penyesalan hanya terucap namun tidak terwujud, karena waktu sudah terlambat. Lalu apa sajakah penyesalan-penyesalan yang akan di alami sekelompok manusia itu adalah :

1. Penyesalan saat-saat Sakaratul Maut. Al Qur'an menerangkan bahwa ''Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai satu fitnah (ujian), dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35).

Sekarat bisa juga diartikan sebagai mabuk akal atau hilang segala-galanya, Nabi berpesan, ''Perbanyaklah ingat kepada yang memutuskan kelezatan dunia, yakni kematian''. Sakaratul maut pasti benar adanya ia akan menghampiri setiap manusia.

Banyak sebab terjadinya kematian namun cuma satu yang pasti yakni Sakaratul maut. Saat peristiwa ini bertautanlah kedua betis pelakunya karena meregang nyawa akan dahsyatnya sakaratul maut.

Maka di saat sakaratul maut tiba terekamlah seluruh jejak perbuatan manusia sebelumnya yakni perbuatan baik dan buruk, dan bila yang muncul ialah rekaman kebaikan maka pelaku tidak akan takut bahkan malah akan menyambut bahagia karena telah tiba perjumpaan yang di rindukan dengan sang kekasih sejatinya Allah dan juga akan mendapatkan pahala.

Namun sebaliknya bila yang muncul adalah rekaman keburukan baginya di hadapkan dengan kesengsaraan yang mengerikan ia pun akan menyesal dan berkata (Ya Tuhan kembalikan nyawaku sekali lagi agar supaya aku bisa beramal soleh dan bersedekah serta berbuat kebajikan) Namun sayang penyesalan ini tiada gunanya, Ajal tidak bisa di tunda dan di majukan karena itulah akhir dari segala yang hidup yaitu mati.


2. Penyesalan saat melihat kawan dekatnya mendapat siksa di Neraka. Sebagai makhluk sosial seseorang tidak akan lepas dengan orang lain. bahkan karakter dan kepribadian seseorang tergantung dari teman/lingkungan di mana ia berada.

Menyibak Tabir Penyesalan Manusia. Untuk itu di njurkan untuk berhati-hati saat mencari teman, Agama seseorang akan mengikuti Agama teman dekatnya, baik buruknya pertemanan di dunia akan terekam jelas di akhirat kelak, pertemanan yang didasari ketaatan dan ketaqwaan akan memberikan bantuan/pertolongan satu sama lain.

Namun sebaliknya pertemanan yang dijalin atas dasar kedurhakaan akan menjadikan permusuhan, satu sama lain akan saling menuding sebagai penyebab masuknya ke neraka. Kelompok manusia ini akan menyesal dan berkata (ampunilah dosa-dosa kami ya Rabb) dalam Qs. Az-zuhruf : 67 Allah menerangkan : Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali mereka yang bertaqwa.

Ada banyak kalimat-kalimat penyesalan yang diabadikan di dalam Al-Qur'an di antaranya adalah:

1. Surah al-Furqan ayat 27: "Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya, (menyesali perbuatannya) seraya berkata, “Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul.”

Kalimat penyesalan ini diucapkan oleh orang-orang zalim yang menyesali perbuatannya. Mereka menyesali karena semasa hidupnya ia tidak mengambil jalan bersama Rasul, tidak menuruti dan menjauhi ajaran Rasul. Sehingga pada hari kiamat mereka merasa sangat menyesal.

2. Surah al-Furqan ayat 28: "Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab (ku).”

Kalimat penyesalan ini diucapkan oleh orang-orang yang tidak menjadikan seseorang sebagai temannya. Orang tersebut adalah orang-orang yang shaleh dan suka melakukan kebaikan serta senantiasa menjauhi dirinya dari hal-hal yang dibenci Allah SWT.

Sehingga apabila mereka dahulu berteman dengan orang-orang seperti itu, tentunya mereka juga akan mengikuti perangai temannya itu yang selalu berbuat kebaikan. Namun nyatanya mereka justru menjauhi orang tersebut, sehingga akhirnya kini mereka menyesali perbuatannya tersebut.

3. Surah al-Haaqqah ayat 25: "Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata, “Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku.”

Ini adalah kalimat penyesalan yang diucapkan oleh orang-orang yang menerima catatan amalnya di tangan kiri. Oleh karenanya mereka mengatakan bahwa lebih baik catatan tersebut tidak diberikan kepadanya.

Sebab bila diberikan ditangan kiri, hal tersebut merupakan pertanda bahwa ia termasuk dalam golongan orang-orang celaka yang akan menerima azab dari Allah SWT. Alangkah lebih baik apabila catatan tersebut tidak diberikan kepadanya, sehingga ia tidak akan mengetahui apakah ia termasuk dalam golongan orang yang beruntung atau orang yang celaka.

4. Surah an-Naba ayat 40: "Sesungguhnya Kami telah Memperingatkan kepadamu (orang kafir) azab yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata, “Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah.”

Kalimat ini diucapkan oleh orang-orang kafir saat Allah SWT memperlihatkan kepadanya apa yang telah diperbuat oleh tangannya. Sehingga ia merasa lebih baik bila dulu ia dijadikan tanah. Dengan demikian ia tidak akan mungkin melakukan hal-hal buruk seperti yang dilakukannya saat itu. ????

5. Surah al-Fajr ayat 24: "Dia berkata, “Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini.”

Kalimat ini diucapkan oleh orang-orang yang semasa hidupnya suka berbuat keburukan. Ia menghabiskan waktunya dengan melakukan hal yang sia-sia. Sehingga di akhirat saat diperlihatkan perbuatannya, ia merasa menyesal mengapa dahulu semasa hidup tidak mengerjakan kebaikan.

Referensi : Menyibak Tabir Penyesalan Manusia