Akan tetapi, ternyata pengandaian seperti itu adalah hal yang tidak boleh dilakukan dalam Islam. Ada beberapa alasan mengapa seorang muslim tidak boleh berandai – andai tentang hal yang sudah berlalu dan tidak bisa diubah. Berikut ini adalah beberapa alasannya:
Seorang muslim sudah semestinya memiliki keimanan terhadap takdir. Karena hal ini juga merupakan salah satu bagian dari rukun iman. Menyadari apa yang sudah ada di masa lalu merupakan salah satu bagian dari takdir yang dialami oleh manusia.
Dan sesuatu yang sudah menjadi bagian dari takdir tidak bisa diubah lagi. Meskipun mungkin orang tersebut mendapat kesempatan untuk kembali ke masa lalu – yang tidak akan mungkin terjadi. Karena itu, daripada menyesali yang sudah terjadi, memahami bahwa hal tersebut adalah bagian dari takdir akan memberikan ketentraman pada hati.
Dengan hati yang tentram, seorang hamba bisa lebih berfokus kepada apa yang dijalaninya saat ini. Juga berusaha untuk beramal dengan sebaik – baiknya. Sehingga apabila sebuah musibah terjadi, maka seorang hamba bisa merasa ridha dan sabar atas musibah yang dialami.
Imam Ibnu Qoyyim rahimahullah mengatakan bahwa letak kebahagiaan manusia berada dalam semangatnya dalam meraih hal – hal yang bermanfaat. Baik untuk kehidupan dunia maupun akhirat. Selain itu, Imam Ibnu Qoyyim juga mengatakan bahwa potensi kesempurnaan dalam diri seseorang akan muncul ketika orang tersebut memiliki semangat yang menyala dan menggunakan semangat tersebut untuk sesuatu yang bermanfaat.
Semangat dalam melakukan hal yang baik baru akan lahir jika seseorang sudah ridha terhadap apa yang terjadi di masa lalu. Apalagi, semangat melakukan kebaikan merupakan salah satu bentuk ibadah dan bentuk sesungguhnya dari definisi meminta pertolongan Allah. Karena itu, bersemangat juga bisa dianggap sebagai sebuah ibadah.
Setiap orang pasti pernah merasakan kondisi dimana apa yang diusahakan tidak memberikan hasil sesuai yang diharapkan. Namun, setiap orang juga memiliki hak untuk memilih. Apakah ingin menjadi orang yang lemah atau orang yang tabah.
Akan tetapi, perasaan lemah akan menimbulkan celaan, protes, kemarahan, dan sedih di dalam diri. Dimana hal tersebut merupakan bagian dari cara syaitan menggoda manusia. Selain itu, perasaan lemah dan negatif ini bisa dibuka dengan pengandaian – pengandaian atau perkataan “Seandainya begini maka begini” dan perkataan semacam itu.
Mengeluh atau berandai – andai juga merupakan sikap yang kontra produktif. Karena meskipun seseorang melakukan pengandaian begini dan begitu, hal yang sudah terjadi tidak akan pernah bisa diubah. Bahkan banyak ulama sepakat bahwa pengandaian merupakan sesuatu yang haram. Karena pengandaian dekat dengan penyesalan, kesedihan, dan kesan tidak mau menerima kenyataan.
Bentuk pengandaian yang dilarang bukan hanya sebatas yang telah disebutkan saja. Ada beberapa bentuk pengandaian lain yang juga dilarang, yaitu pengandaian yang menentang hukum syariat, pengandaian yang menentang takdir, pengandaian yang menjadi alasan untuk melegalkan kemaksiatan, dan pengandaian untuk angan – angan yang tercela.
Selain pengandaian yang dilarang, ada juga pengandaian yang dibolehkan. Yaitu pengandaian untuk sesuatu yang baik dan pengandaian untuk mengabarkan keadaan. Misalnya dengan mengatakan, “Seandainya saya memiliki harta, maka saya akan bersedekah” atau mengatakan “Kalau kamu tadi datang, kamu bisa mendapatkan ilmu yang berharga.”
Pada dasarnya, larangan untuk berandai – andai adalah sesuatu yang baik untuk seorang hamba. Karena ajaran Islam menghendaki kebaikan bagi seluruh umatnya. Selain itu, berhenti berandai – andai adalah sesuatu yang bisa dilakukan dan bahkan dibiasakan. Sehingga, lama kelamaan hati akan menjadi lebih tenang.
Referensi : Terkadang kenyataan tidak sesuai dengan yang diharapkan