﴿ وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ ﴾
“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin” (QS. As-Sajadah: 12)
Nabi kita Muhammad Shallallahu `alaihi wa Sallam juga telah mengingatkan melalui haditsnya bahwa dua nikmat yang kebanyakan manusia melupakannya dan tidak menyadarinya bahwa keduanya adalah nikmat terbesar, Rasul Shallallahu `alaihi wa Sallam besabda,
” نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ “
“Dua kenikmatan yg sering dilupakan banyak orang, kesehatan dan kelowongan/kesempatan waktu.” (Shahih Bukhari)
Kesehatan dan kesempatan adalah dua nikmat yang sangat besar bagi manusia tapi sayang banyak di antara kita yang peduli dan tidak memanfaatkannya, padahal dengan keduanya banyak hal yang dapat kita lakukan. Bukankah sejarah manusia dan peradabannya terbentuk karena dua hal tersebut?. Bukankah karya-karya besar anak manusia tercipta karena dua hal tersebut ? Bahkan Islam tersebar dan berkembang ke penjuru dunia karena dua nikmat tersebut?
Sesungguhnya setiap detik dari waktu adalah sangat berharga, setiap detiknya dapat menentukan masa depan kita, menjadi manusia yang bahagia, sukses baik dunia ataupun akhirat. Dalam Al-Qur’an orang kafir di akhirat nanti bahkan hanya meminta beberapa detik untuk beramal agar menjadi orang yang sukses akan tetapi semua telah terlambat, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
﴿ حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚكَلَّا ۚإِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖوَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ ﴾
“Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku beramal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al- Mukminun: 99-100)
Begitulah kondisi orang mati, mereka telah melihat akhirat dengan mata kepala mereka. Mereka tahu pasti apa yang telah mereka perbuat dan apa yang mereka terima. Dahulu mereka demikian mudah menyia-nyiakan waktu yang amat berharga untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bagi akhirat mereka. Kini mereka sadar bahwa detik-detik dan menit-menit yang hilang tersebut sungguh tidak ternilai harganya.
Dahulu, kesempatan itu ada di depan mata, namun tidak mereka manfaatkan. Sekarang, mereka siap menebus kesempatan itu berapapun harganya! Sungguh tak terbayang alangkah ruginya dan alangkah besarnya penyesalan mereka..
Memang, saat manusia paling lalai terhadap nikmat Allah ialah ketika ia bergelimang di dalamnya. Ia tidak menyadari betapa besarnya kenikmatan tersebut, kecuali setelah kenikmatan itu tercabut darinya. Sebab itu, kita yang masih hidup sungguh berada dalam kenikmatan yang besar. Karenanya, jangan kita biarkan semenit pun berlalu tanpa ibadah walau sekedar mengucapkan tasbih, tahmid, takbir dan tahlil.
Allah juga telahmengabarkan kisah anak manusia yang tidak tersadar kecuali ketika Malaikat maut telah menjemputnya, ia tersadar terbangun dari mimpi panjangnya, ia baru sadar bahwa waktu begitu berharga setiap detiknya, ia mengatakan;
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴾
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Munafiqun 9-11)
Berkata Imam Asy_Syafi’I Rahimahullah berkata dalam Diwan-nya,
الوَقْتُ كَالسَّيْفِ إِذَا لَـمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ
“Waktu bagaikan pedang, jika kamu tidak memotongnya maka dia akan memotongmu”.
Dikatakan dalam sebuah Syair Arab,
الوَقْتُ أَثْمَنُ مِنَ الذَّهَب
“Waktu itu lebih berharga daripada emas”.
Sebegitu pentingnya kita diperintahkan untuk menghargai waktu hingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengatakannya berkali-kali, termasuk dalam surat,
“Demi Massa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan saling menasihati dalam kebenaran serta saling menasehati dalam kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr:1-3)
Berkata penghulunya para Tabi’in Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullah, “Wahai anak Adam engkau adalah hari-hari, apabila telah pergi harimu berarti telah hilang sebagian hidupmu.”
“Aku telah menjumpai suatu kaum (Sahabat Radhiallahu ‘anhum) yang mereka menjaga waktu-waktunya lebih keras daripada penjagaan kalian terhadap emas dan perak kalian.”
Berkata Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah, “Waktu adalah pedang, jika engkau tidak gunakan untuk memotong maka engkau akan terpotong.”
“Dirimu kalau tidak kau gunakan untuk kebaikkan maka engkau akan disibukkan pada kebathilan.”
Berkata Al-Wazir Ash-Shalih Yahya bin Hubairah Rahimahullah, “Waktu itu sesuatu yang paling berharga yang harus dijaga dan Aku melihatnya (waktu) itu adalah perkara yang paling mudah engkau sia-siakan.”
Berkata seorang sahabat yang merupakan gurunya para Alim Ulama, Beliau adalah Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘anhuma,
“Aku tidak pernah menyesal melebihi penyesalanku ketika matahari telah terbenam dan ajalku telah berkurang (telah berkurang waktu hidupku) sedang amal baikku tidak bertambah” (sumber: Harga waktu bagi Ulama)
Karena itulah Rasul Shallallahu `alaihi wa Sallam bersabda,
” إِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَا بَكَ قَبْلَ هَرَ مِكَ ، وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ ، وَ غِنَا كَ قَبْلَ فَقْرِ كَ ، وَ فَرَا غَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ ، وَ حَيَا تَكَ قَبْلَ مَوْ تِكَ “
“Gunakanlah yang lima sebelum datang yang lima: Masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa kosongmu sebelum datang masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Hakim; sanad-nya shahih)
Tahun 1435 H. hampir meninggalkan kita dan sebentar lagi kita akan memasuki tahun 1436 H. Pertanyaannya adalah “Sudahkah kita menggunakan waktu kita dengan sebaik-baiknya?.” Jawabnya ada pada diri kita masing-masing.
Semoga Allah Ta’ala memberikan taufiq kepada kita agar dapat mempergunakan waktu sehingga kita tidak termasuk orang yang merugi kelak.
Referensi : Andai Waktu Bisa Kuputar Kembali