Menangis, mengeluh dan menumpahkan curahan hati saat menyampaikan permohonan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, ternyata sangat baik dilakukan, terlebih ketika kita menyampaikan permohonan ampunan kepada Allah. Allah Ta'ala ingin melihat hambaNya berdoa sambil menangis mengharapkan kebaikan dan pertolongan . Bersujud dalam shalat, dan berdoa memohon sambil menangis atas segala kekhilafan dengan niat hati yang tulus ikhlas.
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
اُولٰٓÙ®ِٕÙƒَ الَّØ°ِÙŠۡÙ†َ اَÙ†ۡعَÙ…َ اللّٰÙ‡ُ عَÙ„َÙŠۡÙ‡ِÙ…ۡ Ù…ِّÙ†َ النَّبِÙŠّٖÙ†َ Ù…ِÙ†ۡ Ø°ُرِّÙŠَّØ©ِ اٰدَÙ…َ ÙˆَÙ…ِÙ…َّÙ†ۡ ØَÙ…َÙ„ۡÙ†َا Ù…َعَ Ù†ُÙˆۡØٍ ÙˆَّÙ…ِÙ†ۡ Ø°ُرِّÙŠَّØ©ِ اِبۡرٰÙ‡ِÙŠۡÙ…َ ÙˆَاِسۡرَآØ¡ِÙŠۡÙ„َ ÙˆَÙ…ِÙ…َّÙ†ۡ Ù‡َدَÙŠۡÙ†َا ÙˆَاجۡتَبَÙŠۡÙ†َا ؕ اِØ°َا تُتۡÙ„ٰÙ‰ عَÙ„َÙŠۡÙ‡ِÙ…ۡ اٰÙŠٰتُ الرَّØۡÙ…ٰÙ†ِ Ø®َرُّÙˆۡا سُجَّدًا ÙˆَّبُÙƒِÙŠًّا ۩
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (QS. Maryam : 58)
Dalam Kitab Fiqih Sunnah, karya Sayyid Sabiq dijelaskan bahwa, ayat ini berlaku kepada seseorang yang sedang mengerjakan shalat ataupun pada waktu lainnya. Abdullah bin Syikhir, ia berkata, “Aku melihat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam mengerjakan shalat sambil menangis terisak-isak seakan-akan pada dadanya terdapat bunyi air mendidih di dalam ceret.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’i, Tirmidzi, dan ia mensahihkannya)
Ali radhiyallahu'anhu berkata, “Pada waktu Perang Badar, tak seorangpun yang mengendarai kuda selain Miqdad bin Aswad. Pada malam harinya, tak seorang pun yang bangun untuk mengerjakan shalat selain Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau berada di bawah sebatang pohon dan mengerjakan sholat sambil menangis hingga pagi hari.” (HR. Ibnu Hibban) Aisyah radhiyallahu'anha menceritakan bahwa sewaktu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa sallam sakit menjelang kewafatannya, beliau bersabda,
“Suruhlah Abu Bakar agar ia mengerjakan shalat sebagai imam bagi kaum muslimin.” Aku berkata, ‘Ya Rasulullah, Abu Bakar itu adalah orang yang lembut hati. Ketika membaca Al Qur’an, ia sering menangis.’ Sebenarnya aku mengatakan demikian disebabkan kekhawatiranku bahwa kaum mulismin nantinya akan merasa berdosa jika tidak memosisikan Abu Bakar sebagai pengganti pertama terhadap kedudukan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Akan tetapi, beliau tetap berkeras dengan perintahnya. ‘Suruhlah Abu Bakar mengerjakan shalat sebagai imam bagi kaum muslimin. Aku tahu bahwa kamu kaum wanita tak ada bedanya dengan istri Nabi Yusuf a.s’”(HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi mensyahihkannya) Sikap Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mempertahankan Abu Bakar sebagai imam kaum muslimin, padahal beliau telah diberitahu bahwa ia sering menangis dalam shalatnya merupakan dalil bahwa menangis dalam shalat itu diperbolehkan.
Ketika Umar ibnu Khatthab mengerjakan shalat subuh dan membaca surah Yusuf, kemudian pada saat membaca ayat, ‘Aku mengadukan kerisauan serta kesusahan hatiku hanya kepada Allah,’ kemudian terdengarlah bunyi isak tangisnya.” (Riwayat Bukhari, Sa’id bin Mansur, dan Ibnu Mundzir)
Muslimah, menangis bukanlah sesuatu hal yang memalukan. Bahkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam selalu menangis ketika mendengar ayat Al-Qur’an dibacakan, getaran-getaran iman mereka ditunjukkan lewat tangisan. Percayalah, bahwa kelembutan hati bisa membawa kita menjadi hamba yang lebih peka.
Jika begitu sukar untuk berdoa sambil menangis, ingatlah bahwa ada tujuh golongan manusia yang bisa mendapatkan naungan dari Allah SWT pada hari kiamat kelak. Diantara mereka adalah orang yang seraya berdoa dan berzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu menteskan air mata. Perhatikan hadis berikut: “Dua mata yang tidak akan disentuh api Neraka, yakni mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang terjaga karena siaga (saat berjihad) di jalan Allah.” (HR at-Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani dalam al-Misykaah)
Maka, berdoalah dalam keadaan hati yang percaya bahwa Allah memberikan segala ujian tak mungkin di luar batas kemampuan ummatNya.
Referensi : Menangislah Saat Berdoa