1. Waktu
Waktu adalah salah satu perkara yang tidak akan pernah diulang kembali. Waktu yang telah terlewati tidak dapat diulang dan diganti. Waktu menjadi wadah bagi manusia untuk melakukan perbuatan yang baik. Nantinya, segala perbuatan akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah SWT atas waktu yang telah kita pergunakan.
Islam menjadikan waktu sebagai sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebagaimana firman Allah:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian” (QS. Al-`Ashr: 1-2 )
Dan tidaklah Allah bersumpah di beberapa ayat dengan nama waktu, melainkan hal tersebut menunjukkan atas kemuliaan serta keagungan hal tersebut, yaitu dalam hal ini adalah waktu. Islam mendorong seseorang untuk menggunakan waktu dengan baik, agar orang tersebut bisa mengambil pelajaran dan bersyukur atas nikmat waktu yang Allah anugerahkan kepadanya Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur” (QS. Al-Furqan : 62 )
Dari waktu, manusia harus dapat memahami tujuannya diciptakan, yaitu untuk melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Manusia harus memanfaatkan waktu diberikan Allah SWT kepadanya di dunia untuk mempersiapkan bekal bagi kehidupan di akhiratnya yang kekal dan abadi. Islam telah memberikan pujiannya serta memberikan sifat orang-orang yang mengisi waktunya dengan berfikir dan menjalankan ketaatan di jalan Allah dengan sebutan Ulil Albab (orang yang berakal).
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran : 190)
Umat manusia benar-benar berada di dalam kerugian yang nyata apabila tidak memanfaatkan waktu pemberian Allah seoptimal mungkin untuk berjalan diatas ketaatanNya.
“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-`Ashr: 1-3).
2. Ucapan
Ucapan buruk mencela orang, memaki, menerangkan keburukan-keburukan orang lain, menyinggung perasaan seseorang, dan sebagainya merupakan salah satu pintu dosa yang amat rawan (dosa yang berawal dari mulut).
Banyak orang yang bisa mengendalikan hawa nafsu dan syahwatnya, namun hanya beberapa yang dapat mengendalikan lidah dan ucapan. Padahal, Allah SWT tidak menyukai dan membenci hamba-hambaNya yang suka mengucapkan kata-kata kotor sesuai dengan FirmanNya dalam Al Quran:
“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nisaa: 148)
“(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.” (QS. An Nahl: 25)
“Sama saja (bagi Tuhan), siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang har.i” (QS. Ar Ra’d: 10)
Hendaklah sebagai umat muslim, kita dapat mengontrol apa yang akan kita ucapkan. Seorang mukmin yang ingin menjaga agama dan hatinya, akan berusaha sedikit bicara. Hal ini dikarenakan bukan tidak mungkin sebuah ucapan yang barangkali tidak sengaja, dapat mendatangkan murka Allah.
Dari Abu Hurairah RA,sesungguhnya ia mendengar Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba (kadang) berbicara dengan pembicaraan yang tidak ia sadari bisa menggelincirkan ke neraka sejauh antara timur dan barat”. (HR Bukhari, Muslim dan Nasai). “Sesungguhnya Allah murka kepada orang yang berperangai jahat dan berlidah kotor.” (HR. Tirmidzi)
3. Kesempatan
Sama seperti waktu dan ucapan, kesempatan juga tidak terulang. Oelh karena itu, janganlah kita sebagai umat muslim menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan Allah SWT untuk melakukan apa yang menjadi larangan-Nya. Kita harus dapat bersyukur dengan menjalankan segala perintah Allah SWT. Jangan sampai menunda waktu ataupun menunda pekerjaan yang ada.
Referensi : Inilah 3 Perkara yang Tidak Akan Kembali