Bagaimana cara bertaubat jika kita pernah memfitnah atau mengghibah orang lain? Jawabannya, dua hal ini berbeda dan perlu dirinci.
Pertama, ghibah. Ghibah adalah menyebutkan tentang sesuatu yang berkaitan dengan orang lain yang tidak dia sukai namun dalam keadaan dia tidak hadir. Definisi ini ditegaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadits,
Ø°ِÙƒْرُÙƒَ Ø£َØ®َاكَ بِÙ…َا ÙŠَÙƒْرَÙ‡ُ
“Engkau menyebutkan tentang saudaramu apa yang ia tidak suka untuk disebutkan.” (HR. Muslim no. 2589)
Sehingga berdasarkan definisi ini, seandainya orang tersebut ada di hadapan kita kemudian kita membicarakan sesuatu hal tentang dirinya lalu dia tidak suka, maka pembicaraan ini termasuk ghibah yang terlarang. Walaupun menurut kita kalimat-kalimat tersebut biasa saja, tetapi seandainya dia benar-benar hadir lalu dia marah maka hal tersebut tetap saja ghibah.
Adapun cara bertaubat dari ghibah (menurut pendapat yang terkuat diantara para ulama) bahwasanya pelaku ghibah tidak perlu meminta maaf secara langsung, selama ghibah tersebut tidak sampai kepada dirinya. Karena seandainya kita menceritakan kepadanya tentang ghibah kita (misalnya, “Saya kemarin bilang kamu bodoh dan tolol”) bisa jadi muncul pertikaian dan melahirkan masalah yang lebih besar. Cukup kita sebutkan kebaikan-kebaikan orang tersebut di tempat-tempat kita mengghibahinya untuk mengangkat harga dirinya kembali, lalu mendoakannya. Kemudian bisa juga bersedekah atas nama dirinya.
Tetapi jika ghibah tersebut telah sampai pada dirinya maka hendaknya kita meminta maaf langsung kepadanya.
Kedua, fitnah, diantaranya dengan membicarakan hal yang tidak benar tentang dirinya di depan orang umum. Cara bertaubat dari dosa ini adalah dengan meminta maaf kepada dirinya. Jika orangnya tidak ada maka kita berusaha mencarinya dengan sungguh-sungguh, bisa dengan menanyakan ke keluarganya, menanyakan nomor teleponnya kepada orang yang pernah berhubungan dengannya, dan seterusnya.
Jika kita sudah melakukan berbagai cara namun tetap tidak ketemu atau ternyata sudah meninggal, maka cara bertaubat dari dosa ini serupa dengan taubat dari ghibah. Kita sebutkan kebaikan-kebaikannya di tempat-tempat dulu kita memfitnahnya. Kita jelaskan bahwasanya dialah yang benar, kita yang salah. Misalnya kita pernah memfitnahnya di sosial media Facebook, kemudian orangnya sudah tiada, maka kita pasang status di Facebook dengan menjelaskan bahwa kita yang salah dan dialah yang benar.