This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Senin, 01 Agustus 2022

Dosa Sebesar Gunung Bisa Terhapus dengan 7 Kalimat Ini, Salah Satunya Mengantarkan Kita ke Jannah-NYA Allah Swt

 Dosa Sebesar Gunung Bisa Terhapus dengan 7 Kalimat Ini, Salah Satunya Mengantarkan Kita ke Jannah-NYA Allah Swt. Setiap manusia di muka bumi sudah pasti tak luput dari khilaf dan dosa.

Adapun bertaubat yang diterima oleh Allah SWT yaitu Taubatan Nasuha, yakni sungguh-sungguh bertaubat dan berjanji tidak akan mengulangi lagi kesalahan di masa lampau.

Taubat wajib dilakukan oleh siapapun, baik yang memiliki dosa besar atau pun tidak, karena sebagai kita sebagai manusia sering tanpa sengaja melakukan perbuatan dosa kecil.

Seperti diantaranya berghibah, menghardik orang, berbohong, riya, iri, dan lain sebagainya.

Lantas bagaimana agar kita bisa senantiasa bertaubat setiap hari dengan cara yang mudah dilakukan?

1. Mengucap Bismillah

Sebaiknya, kita mengucapkan kalimat Bismillah saat hendak melakukan aktivitas apapun.

2. Mengucap Alhamdulilah

Setiap manusia yang ditakdirkan hidup di muka bumi, sudah pasti Allah SWT turunkan beserta milik rezekinya.

Maka ucapkan kalimat Alhamdulilah setelah melakukan atau mendapatkan sesuatu, pasalnya itu adalah wujud dari ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas rezeki yang kita miliki.

3. Mengucap Astagfirullah

Hakikatnya manusia tidak luput dari dosa, maka sebaiknya segera bertaubat dengan mengucapkan Astagfirullah sebanyak mungkin.

Sering mulut kita mengeluarkan perkataan yang tidak pantas, sehingga dengan beristigfar, Insya Allah, Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa kita.

Melafalkan Astagfirullah juga, menurut ulama bisa menghapus dosa yang tidak sengaja maupun dosa terdahulu.

4. Mengucap Insya Allah

Hendaknya kita mengucap kalimat-kalimat Allah yang baik-baik, seperti salah satunya Insya Allah, apalagi saat berucap sebuah janji di hari esok.

Karena jika kita lupa menepati janji tersebut, akan menimbulkan dosa.

5. Mengucap La Haula Wala Quwwata Illa Billah

Jika kita dihadapkan dengan sesuatu yang tidak disukai atau diinginkan, hendaknya ucapkan La Haula Wala Quwwata Illa Billah.

Selain itu ucapan La Haula Wala Quwwata Illa Billah juga memiliki keutamaan yang sangat banyak, salah satunya yaitu untuk memohon pertolongan, menggantungkan harapan semata hanya kepada Allah SWT.

6. Mengucap Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un

Jika kita menerima suatu cobaan atau musibah, hendaknya mengucapkan Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un.

Artinya: Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali.

Dalam arti kita mengimani bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini semata atas kehendak Allah SWT.

7. Mengucap La Ilaha Illallah

Barang siapa yang mengucapkan kalimat La Ilaha Illallah disepanjang harinya, maka keutamaannya sangat banyak dan tak terhingga.

Dikatakan dalam Hadis Riwayat Abu Dawud no. 1621: "Barangsiapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘la ilaha illallah’, maka dia akan masuk surga”.

Itulah ke-7 kalimat yang dapat menghapus dosa-dosa, semoga sebagai umat muslim kita semua bisa mengamalkannya setiap hari.

Referensi : Dosa Sebesar Gunung Bisa Terhapus dengan 7 Kalimat Ini, Salah Satunya Mengantarkan Kita ke Jannah-NYA Allah Swt.









Jalan Menuju Bahagia, Kembali ke Jalan Pemilik Langit dan Bumi Allah Swt

Jalan Menuju Bahagia, Kembali ke Jalan Pemilik Langit dan Bumi. manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan atau berbuat dosa? Adakah manusia yang tidak pernah bersalah kepada Tuhannya, kepada rasulnya, kepada keluarganya, kepada tetangganya, temannya dan lingkungannya?

Jawabannya tentu tidaklah ada, bahkan seribu kali kata tidak ada, yang ada malah manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan, ini tidaklah akan pernah ada di dunia. Untuk itu marilah kita terus bertaubat setiap hari, karena sebaik-baik manusia adalah yang bertaubat atas segala khilaf dan salahnya.

Terkadang seorang penjahat yang terpenjara ia bisa menjadi lebih mulia jika kelalaiannya diiringi penyesalan di akhir hayatnya dan terkadang manusia merdeka bahkan aparat sekalipun sejatinya ia bisa lebih hina tatkala hidupnya penuh dengan kesombongan, kemurkaan dan kebanggaan semata.

Dari Abu Ayyub RA tatkala beliau hendak wafat berkata : “Saya telah merahasiakan apa-apa yang pernah aku dengar dari Rasulullah Sallallahu ‘alihi wassallam, yakni saya mendengar bahwa Rasulullah Sallallahu ‘alihi wassallam bersabda :

“Sekiranya kalian tidak berbuat dosa niscaya Allah akan menciptakan makhluk yang berdosa lalu Allah mengampuni mereka.” (HR. At Tirmidzi)

Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,

قَالَ اللَّهُ يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِى وَرَجَوْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ تُشْرِكُ بِى شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

”Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi

Teringat pesan seorang yang soleh nan bijaksana Luqman kepada anaknya sebagaimana diutarakan oleh Imam Al Ghozali di dalam kitabnya Ihya Ulumuddin :

“ Duhai anakku…janganlah engkau menunda-nunda untuk segera bertaubat, karena maut datang secara tiba-tiba”.

Bertaubat adalah salah satu jalan menuju kebahagiaan dan keberuntungan, seberapapun besarnya dosa manusia, seberat apapun maksiat yang pernah dilakukan oleh manusia hingga dosa-dosanya memenuhi langit dan bumi, jika manusia itu bertaubat dengan kesungguhan hati dan ketulusan niscaya Allah ta’ala akan menerima taubatnya. Karena Allah ta’ala mempunyai sifat maha pengampun atas segala salah dan khilaf yang diperbuat oleh hamba-hambaNya.

وَتُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ (٣١)

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS : An Nuur ayat 31)

Bani Israil

Benarkah Yahudi Bangsa Paling Unggul? Inilah Kata Al-Quran tentang Bani Israil

Proses Penciptaan Langit dan Bumi

فَمَن تَابَ مِنۢ بَعۡدِ ظُلۡمِهِۦ وَأَصۡلَحَ فَإِنَّ ٱللَّهَ يَتُوبُ عَلَيۡهِ‌ۗ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ (٣٩)

“Maka Barangsiapa bertaubat sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, Maka Sesungguhnya Allah menerima taubatnya.Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS : Al Maaidah ayat 39)

Pintu taubat terbuka lebar

Dari Anas RA, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah Sallallahu ‘alihi wassallam bersabda : “Allah ta’ala berfirman :

“Wahai anak adam, sesungguhnya selagi engkau mau meminta dan berharap kepadaKu maka akan Aku ampuni dosa yang telah engkau kerjakan dan tidak Aku pedulikan lagi.”

“Wahai anak adam, walaupun dosamu sampai setinggi langit, kemudian engkau memohon ampun kepadaKu maka akan Aku ampuni.”

“Wahai anak adam, sesungguhnya seandainya engkau mendatangiKu dengan sepenuh bumi kesalahan kemudian engkau mendatangiKu dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatu apapun niscaya aku kan mendatangimu dengan sepenuh bumi pengampunan.” (HR.At Tirmidzi. Beliau berkata : “Hadist hasan shahih).

Dalam hadist lain ditambahkan :

“Bahwa seorang hamba apabila berdosa kemudian dia menyesal lalu berkata : “Wahai Rabbku, aku telah melakukan suatu dosa, maka ampunilah aku karena tiada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau”, maka Allah akan berfirman : “HambaKu mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mau mengampuni dosa dan menghukum kesalahannya, Aku persaksikan atas kalian bahwa Aku telah mengampuninya. Kemudian orang itu berbuat (dosa lalu bertaubat) untuk yang kedua kalinya, lalu ketiga kalinya maka Allah ta’ala berfirman sebagaimana firman tersebut, kemudian berfirman : “Berbuatlah sesukamu karena Aku telah mengampunimu.” (HR. Al Bukhari)

Rasulullah Sallallahu ‘alihi wassallam bersabda :

“Tidaklah dikatakan orang yang terus menerus berbuat dosa jika dia memohon ampunan, sekalipun dia mengulanginya sehari tujuhpuluh kali.” (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi)

Duhai jiwa yang merindukan kebahagiaan..

Ketahuilah bahwa pintu taubat terbuka lebar bagi siapa saja tanpa terkecuali, bagi pendosa dalam hal-hal besar maupun kecil, sedikit maupun banyak, pintu taubat masih sangat terbuka lebar bagi mereka yang benar-benar mau kembali ke jalan Tuhan.

أَلَمۡ يَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ هُوَ يَقۡبَلُ ٱلتَّوۡبَةَ عَنۡ عِبَادِهِۦ وَيَأۡخُذُ ٱلصَّدَقَـٰتِ وَأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ (١٠٤)

“Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?.” (QS : At Taubah ayat 104)

Taubatnya seorang pembunuh : Ada sebuah kisah yang pernah terjadi di zaman Bani Israil tentang seorang pembunuh yang mencari taubat. Rasulullah Sallallahu ‘alihi wassallam menceritakannya kepada umatnya agar menjadikan kisah ini sebagai pelajaran berharga dan teladan dalam kebaikan

Referensi : Jalan Menuju Bahagia, Kembali ke Jalan Pemilik Langit dan Bumi Allah Swt






Sebanyak Apapun Dosamu, Jika Bertaubat Akan Diampuni Allah Swt

Sebanyak Apapun Dosamu, Jika Bertaubat Akan Diampuni Allah Swt. Banyak manusia yang merasa putus asa ketika dia berlumuran dosa, mereka mengira bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa-dosa yang telah dia lakukan. Anggapan ini tentu saja salah besar, karena sebanyak apapun dosa manusia, bahkan sekalipun sebanyak buih di lautan, ataupun memenuhi langit dan bumi, namun jika dia bertaubat kepada Allah, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Allah berfirman :

قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar : 53).

Dari Anas bin Malik berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

Wahai anak Adam! Sesungguhnya selama engkau berdo’a dan berharap hanya kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosa-dosa yang telah engkau lakukan dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam! Seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam! Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi. (HR. At-Tirmidzi, hadist no. 3540). Imam At-Tirmidzi rohimahullah berkata bahwa hadist ini Hasan Gharib.

MasyaAllah, betapa luasnya ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya. Namun terkadang manusia enggan bertaubat kepada Allah, padahal pintu taubat terbuka selebar-lebarnya. Bahkan sekalipun dosa-dosanya seluas langit dan bumi. Ini merupakan sindiran Allah bagi manusia yang tidak mau bertaubat kepada-Nya, karena tidak mungkin dosa-dosa manusia seluas langit dan bumi. Namun Allah mengibaratkan jika dosa-dosa hamba-hamba-Nya seluas itu, untuk memotivasi mereka agar segera bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda :

وَمَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

Barangsiapa yang membaca “Subhanallahi Wabihamdihi” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya) 100 kali dalam sehari, maka dosanya akan dihapus, walaupun dosanya sebanyak buih di Lautan. (HR. Muslim, hadist no. 2691).

Syekh Al-Mubarokfuri rohimahullah menuqil perkataan di dalam kitabnya Tuhfatul Ahwadzi :

قَالَ الطِّيبِيُّ سَوَاءٌ كَانَتْ مُتَفَرِّقَةً أَوْ مُجْتَمِعَةً فِي مَجْلِسٍ أَوْ مَجَالِسَ فِي أَوَّلِ النَّهَارِ أَوْ آخِرِهِ إلا أن الأولى جَمَعَهَا فِي أَوَّلِ النَّهَارِ

Sama saja apakah bacaan tersebut terpisah atau dalam satu kali bacaan, dalam satu majelis atau dalam beberapa majelis. Di awal siang atau di akhir siang. Akan tetapi yang lebih baik adalah mengumpulkannya di awal siang. (Tuhfatul Ahwadzi, jilid 9 halaman 305).

Allahu akbar, siapapun kamu, pelacurkah, pencurikah, penipukah, atau pendosa yang dosamu sangat banyak, sekalipun dosamu memenuhi langit dan bumi, jika bertaubat kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuniya, dan tentunya syarat agar dosanya diampuni adalah dia tidak menyekutukan Allah dengan sesembahan yang lain.

Allah berfirman :

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا

Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa’ : 110).

Begitu luasnya ampunan Allah untuk hamba-hamba-Nya, tinggal lagi kita semua, apakah segera bertaubat, ataukah tetap dalam dosa. Jika bertaubat kepada Allah dengan sungguh-sungguh, insyaAllah Allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu.

Referensi : Sebanyak Apapun Dosamu, Jika Bertaubat Akan Diampuni Allah Swt










Dosaku Terlalu Banyak, Mungkinkah Taubatku Diterima

Dosaku terlalu banyak, apakah masih ada harapan untuk diampuni? Hadits 42 dari Arbain An-Nawawi berikut, moga bisa jadi renungan bagi orang yang putus harapan. Hadits 42 Arbain An-Nawawiyah sbb ini :

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: «قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ! إِنَّكَ مَا دَعَوتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلَا أُبَالِي. يَا ابْنَ آدَمَ! لَو بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ. يَا ابْنَ آدَمَ! إِنَّكَ لَو أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئاً لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً» رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Hai anak Adam, sesungguhnya selagi engkau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, Aku ampuni dosa yang ada padamu dan aku tidak peduli. Hai anak Adam, seandainya dosa-dosamu setinggi langit (begitu banyak), kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, pasti Aku ampuni. Hai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi, kemudian engkau menemui-Ku tanpa menyekutukan-Ku dengan apa pun, pasti Aku akan menemuimu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Hadits #42 Arbain An-Nawawiyah.

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: «قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ! إِنَّكَ مَا دَعَوتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلَا أُبَالِي. يَا ابْنَ آدَمَ! لَو بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ. يَا ابْنَ آدَمَ! إِنَّكَ لَو أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئاً لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً» رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Hai anak Adam, sesungguhnya selagi engkau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, Aku ampuni dosa yang ada padamu dan aku tidak peduli. Hai anak Adam, seandainya dosa-dosamu setinggi langit (begitu banyak), kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, pasti Aku ampuni. Hai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi, kemudian engkau menemui-Ku tanpa menyekutukan-Ku dengan apa pun, pasti Aku akan menemuimu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan). [HR. Tirmidzi, no. 3540 dan Ahmad, 5:154, 176. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan].

Keterangan hadits

Wa laa ubaali: aku tidak pandang banyaknya dosamu.

Penjelasan hadits : Kesimpulan dari hadits Anas bin Malik, maghfirah atau ampunan dosa datang karena tiga sebab:

  1. Doa dan berharap
  2. Istighfar
  3. Tauhid

1. Doa dan berharap

Doa yang diijabahi kalau terpenuhi syarat dan tidak yang mencegah doa untuk terkabul. Di antara syarat terkabulnya:

hadirnya hati,

sangat berharap diijabahi oleh Allah,

doa tersebut harus diminta dengan tegas, tidak boleh seseorang mengatakan dalam doanya, “Ya Allah ampunilah aku jika Engkau mau.”

tidak boleh tergesa-gesa dan akhirnya putus asa dalam berdoa karena tak kunjung terkabul.

Karena kasih sayang Allah, doa itu bisa terwujud dalam lima bentuk:

  1. terkabul seperti yang diminta,
  2. diganti dengan yang lebih baik,
  3. terhindarkan dari kejelekan,
  4. menjadi simpanan di akhirat,
  5. dengan diberi ampunan oleh Allah atas dosa.

(Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:404)

Apa yang disebutkan dalam Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam sebagaimana maksud dari hadits berikut.

وَعَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ : (( مَا عَلَى الأرْضِ مُسْلِمٌ يَدْعُو الله تَعَالَى بِدَعْوَةٍ إِلاَّ آتَاهُ اللهُ إيَّاها ، أَوْ صَرفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ، مَا لَمْ يَدْعُ بإثْمٍ ، أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ )) ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ القَومِ : إِذاً نُكْثِرُ قَالَ : (( اللهُ أكْثَرُ )) . رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ ، وَقَالَ : (( حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ )) .

Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah dengan satu doa, melainkan pasti Allah memberikannya kepadanya, atau Allah menghindarkannya dari kejelekan yang sebanding dengan doanya, selama ia tidak mendoakan dosa atau memutuskan silaturahim.” Lalu seseorang berkata, “Kalau begitu, kita akan memperbanyak doa.” Beliau bersabda, “Allah lebih banyak memberi (dari apa yang kalian minta).” (HR. Tirmidzi, no. 3573 dan Al-Hakim, 1:493. Hadits ini disahihkan oleh Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly dalam Bahjah An-Nazhirin, hadits no. 1501),

وَرَوَاهُ الحَاكِمُ مِنْ رِوَايَةِ أَبِي سَعِيْدٍ وَزَادَ فِيهِ : (( أَوْ يَدْخِرَ لَهُ مَِن الأَجْرِ مِثْلَهَا )) .

Diriwayatkan juga oleh Al-Hakim dari Abu Sa’id, dan ia menambahkan, “Atau Allah menyimpan untuknya berupa pahala yang sebanding dengan doa tersebut.” (HR. Ahmad, 3:18; Al-Hakim, 1:493. Hadits ini disahihkan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly katakan bahwa sanad hadits ini hasan, perawinya tsiqqah selain ‘Ali bin ‘Ali yang dinilai shaduq).

2. Beristighfar walaupun dosa begitu banyak

Walau dosa kita begitu banyak sampai menjunjung tinggi ke langit—atau ada ulama yang menyebut sampai sejauh pandangan mata–, Allah akan ampuni.

Istighfar berarti meminta ampunan (maghfirah). Maghfirah artinya dilindungi dari kejelekan dosa dengan dosa itu ditutupi.

Dalam dalil juga sering ditemukan, istighfar itu disandingkan dengan taubat. Istighfar berarti meminta ampunan lewat lisan. Sedangkan taubat berarti melepaskan hati dan anggota badan dari dosa.

Adapun jika seseorang beristighfar dengan lisannya, namun dosa masih terus berlanjut, istighfar itu hanyalah menjadi doa, bisa jadi doa itu dikabulkan, bisa jadi doa itu tertolak. Karena dosa masih terus berlanjut, itulah yang jadi penghalang doa dalam istighfar tadi.

Istighfar yang paling afdal adalah yang diikuti dengan tidak terus menerus berbuat dosa. Inilah yang disebut taubatan nashuha, taubat yang tulus.

3. Tauhid sebab terbesar mendapatkan maghfirah

Inilah sebab yang paling besar. Siapa yang tidak mentauhidkan Allah, ia akan luput dari ampunan (maghfirah). Siapa yang mentauhidkan Allah, ia akan mendapatkan sebab-sebab datangnya ampunan.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisaa’: 48)

Sebagian ulama berkata, “Ahli tauhid tidak dilemparkan di neraka seperti orang kafir. Yang melemparkan ahli tauhid pun tidak seperti yang melemparkan orang kafir. Ahli tauhid tidaklah kekal dalam neraka sebagaimana orang kafir. Jika semakin sempurna tauhid seorang hamba, ia akan mendapatkan ampunan seluruhnya, sama sekali ia tidak akan masuk neraka. Hal ini dengan catatan, ia memenuhi syarat sebagai ahli tauhid dengan lisan dan anggota badannya, atau dengan hati dan lisannya ketika meninggal dunia.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:417)

Tiga sebab mendapatkan ampunan di atas diringkas dari Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam.

Faedah hadits

Luasnya karunia Allah dan ampunan-Nya walau dosa hamba itu sangat banyak.

Keutamaan berdoa kepada Allah dan mengharap kepada-Nya, di mana doa harus diiringi dengan rasa harap agar tidak jadi doa yang sia-sia.

Manusia tidaklah maksum, artinya pasti berbuat salah. Maka bersegeralah untuk bertaubat agar dihapus kesalahan.

Kita pasti bertemu Allah kelak.

Siapa saja yang berdoa dan berharap kepada Allah, dosa-dosanya pasti akan diampuni oleh Allah.

Allah mengampuni dosa seluruhnya walaupun dosa itu begitu besar.

Ada lima syarat taubat menurut Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah: (a) ikhlas, (b) menyesal atas apa yang telah terjadi, (c) meninggalkan maksiat yang ingin bertauba darinya, (d) bertekad tidak akan mengulanginya lagi, artinya tidak diniatkan untuk diulangi kembali, (e) bertaubat selama belum terlambat, yaitu sebelum datang ajal dan sebelum matahari terbit dari arah tenggelamnya. Sebagian ulama menyebutkan syarat taubat hanyalah tiga saja yaitu menyesal, menigggalkan, dan bertekad tidak mau mengulangi lagi. Namun, yang disebutkan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, itulah yang lebih sempurna. Lihat Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah, hlm. 433-437.

Jika seseorang berbuat dosa, meskipun begitu besar, kemudian ketika berjumpa dengan Allah ia bersih dari dosa syirik, terhapuslah dosa-dosa yang begitu banyak tersebut. Keutamaan tauhid yang luar biasa karena siapa yang mati dalam keadaan tidak membawa dosa syirik, maka ia akan masuk surga. Kaedah dari hadits : Tanda hadirnya hati dalam berdoa adalah ada roja’ (rasa harap yang kuat).

Referensi : Dosaku Terlalu Banyak, Mungkinkah Taubatku Diterima









Hadits Arbain Ke 42 tentang Dosa Setinggi Langit pun Tetap Diampuni Allah Swt

Hadits Arbain ke 42 tentang Dosa Setinggi Langit pun Tetap Diampuni Allah Swt. Hadits Arbain ke 42 menjelaskan tentang luasnya ampunan Allah SWT bagi hamba-Nya. Meski bergelimang dosa bagaikan seisi bumi dan langit, Allah akan tetap memberikan ampunan. Dengan catatan, tidak menyekutukan Allah atau berbuat syirik. Sebab, dosa sebesar apa pun selain syirik akan tetap diampuni.

Berikut teks lengkap hadits Arbain ke-42 dan artinya:

 عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: قَالَ اللهُ تبارك و تَعَالَى: “يَا ابْنَ آَدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فيك وَلا أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آَدَمَ لَو بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ و لا أبالي، يَا ابْنَ آَدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لقِيْتَنِيْ لاَتُشْرِكُ بِيْ شَيْئَاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغفِرَةً” رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحَيْحٌ. 

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata: ‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah berfirman: ”Wahai Bani Adam, sesungguhnya jika engkau senantiasa berdoa dan berharap kepada–Ku niscaya Aku akan mengampunimu semua dosa yang ada padamu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam kalau seandainya dosamu setinggi langit, kemudian engkau memohon ampun kepada– Ku, niscaya aku akan memberikan ampunan kepadamu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam seandainya engkau menghadap kepada–Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi kemudian engkau berjumpa dengan–Ku dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatu apapun, niscaya Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. At Tirmidzi, dan dia berkata bahwa hadits ini hasan shahih).

Kandungan Hadits Arbain ke 42 Ada tiga kandungan hadits Arbain ke 42 yang bisa diambil hikmahnya yakni: 

  1. Doa dan Pengharapan 
  2. Perbanyak Istighfar  
  3. Larangan Menyekutukan Allah

1. Mengenai doa dan pengharapan, Allah SWT berfirman dalam Al Quran, Surat Al Baqarah ayat 186. 

{وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (186) } 

Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Aku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al Baqarah ayat 186).

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah itu sangat dekat. Karena itu, hendaklah manusia berdoa dan hanya meminta kepada-Nya karena Allah akan mengabulkannya. Dari Abu Musa Al-Asy'ari yang menceritakan, "Ketika kami (para sahabat) bersama Rasulullah Saw. 

Dalam suatu peperangan, tidak sekali-kali kami menaiki suatu tanjakan dan berada di tempat yang tinggi serta tidak pula kami menuruni suatu lembah melainkan kami mengeraskan suara kami seraya mengucapkan takbir." Abu Musa melanjutkan kisahnya, "Lalu Nabi Saw. 

Mendekat ke arah kami dan bersabda: 'Hai manusia, tenangkanlah diri kalian, karena sesungguhnya kalian bukan berseru kepada orang yang tuli, bukan pula kepada orang yang gaib; sesungguhnya kalian hanya berseru kepada Tuhan Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Sesungguhnya Tuhan yang kalian seru lebih dekat kepada seseorang di antara kalian daripada leher unta kendaraannya. Hai Abdullah ibnu Qais, maukah kamu kuajarkan suatu kalimat (doa) yang termasuk perbendaharaan surga? (Yaitu) la haula wala quwwata ilia billah (tiada upaya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)'." 

2. Perbanyak Istighfar 

{فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا}  

Artinya: maka aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.” (Nuh: 10)

Yakni kembalilah kamu ke jalan-Nya dan tinggalkanlah apa yang kamu biasa lakukan itu dan bertobatlah kamu kepadanya dari dekat. Karena sesungguhnya barang siapa yang bertaubat kepada-Nya, niscaya Dia menerima taubatnya, sekalipun dosa-dosanya besar.  Doa Sayyidul Istighfar Sayyidul istigfar 

اَللَّهُمّ أَنْتَ رَبِّيْ لآ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْـتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّه لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنت 

Latin: Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa ana 'abduka wa ana 'alaa 'ahdika wawa'dika mastatho'tu a'uudzubika min syarri maa shona'tu abuu ulaka bini'matika 'alayya wa abuu u budzanbii fagjfirlii fainnahuu laa yaghfiru dzunuuba illaa anta. 

Artinya: Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu, aku akan setia pada janjiku pada-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang aku perbuat. Kuakui segala nikmat-Mu atasku dan aku akui segala dosaku (yang aku perbuat). Maka ampunilah aku, sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau. Bacaan Istighfar

 اَسْـتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِي لآ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ، تَوْبَةَ عَبْدٍ ظَالِمٍ لاَ يَمْلِكُ لِنَفْسِهِ ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا وَلاَ مَوْتًا وَلاَ حَيَاةً وَلاَ نُشُوْرًا سُـبْحَان الله الْحَيِّ الْقَيُّوْمِ 

Latin: Astaghfirullahal 'adhiim alladziii laaa ilaaha illa huwal hayyul qayuyuumu wa atuubu ilaihi taubatan abdin dhoolimin laa yamliku linafsihi dharran wala naf'an walaa mauta walaa hayaatan walaa nusyuuran subhaanallahil hayyul qayyuum.

3. Larangan Menyekutukan Allah Swt

 اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا 

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An Nisa ayat 48). 

Dari Anas ibnu Malik, dari Nabi SAW yang telah bersabda: Perbuatan aniaya (dosa) itu ada tiga macam, yaitu perbuatan aniaya yang tidak diampuni oleh Allah, perbuatan aniaya yang diampuni oleh Allah, dan perbuatan aniaya yang tidak dibiarkan begitu saja oleh Allah barang sedikit pun darinya. Adapun perbuatan aniaya yang tidak diampuni oleh Allah ialah perbuatan syirik (mempersekutukan Allah). Demikian pembahasan Hadits Arbain ke 42 tentang luasnya ampunan Allah bagi hamba-Nya.

Referensi : Hadits Arbain ke 42 tentang Dosa Setinggi Langit pun Tetap Diampuni Allah Swt










Selain Taubat, Inilah Cara Mudah Menghapus Dosa-Dosa

Manusia tak pernah luput dari dosa, sebab manusia merupakan tempatnya salah dan lupa. Setiap manusia pasti pernah berbuat dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar. Seperti dosa akibat meninggalkan salat, berbohong, bergunjing, durhaka terhadap orang tua, berzina, dan lainnya. Meskipun demikian, Rasulullah SAW memerintahkan umat Islam untuk senantiasa berusaha menjauhi dosa.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang membinasakan.” Ditanyakan kepada Rasulullah SAW, “Apa saja, ya, Rasulullah?” Nabi menjawab, “Syirik (menyekutukan Allah dengan lainnya), membunuh jiwa (manusia) yang dilarang Allah selain dengan dasar yang dibenarkan (oleh agama), memakan harta anak yatim, memakan riba, berpaling mundur saat perang, dan menuduh zina terhadap wanita-wanita terhormat. Mereka tidak tahu-menahu dan mereka wanita-wanita beriman.” (Muttafaq Alaih)

Namun umat Islam tak boleh berkecil hati atas dosa-dosa yang telah diperbuat. Sebab ada enam cara mudah yang dapat dilakukan untuk menghapus dosa-dosa. Cara pertama yang paling ampuh yaitu dengan bertaubat. Allah berfirman, “Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)

Cara yang kedua yaitu dengan beristighfar memohon ampunan Allah. Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya kamu sekalian tidak berbuat dosa sama sekali, niscaya Allah akan memusnahkan kalian. Setelah itu Allah akan mengganti kalian dengan umat yang pernah berdosa. Kemudian mereka akan memohon ampunan kepada Allah (beristighfar) dan Allah pun pasti akan mengampuni mereka.” (HR. Muslim)

Untuk melebur dosa, cara ketiga yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan kebaikan. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan dirikanlah solat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebahagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114)

Lalu cara yang keempat yaitu dengan bersabar saat ditimpa musibah. Mengapa demikian? Sebab musibah sesungguhnya merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Allah untuk menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan oleh hamba-Nya. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang), kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Selanjutnya, cara kelima yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan salat tahajjud. Setelah salat tahajjud hendaknya membaca surat Ali’ Imran ayat 16. Surat tersebut berbunyi, “Rabbana innana amanna, faghfir lana, dhunuubana wa-qinna ‘adhaaban-naar.” Yang mana artinya adalah, “(Yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali’ Imran: 16)

Kemudian cara yang keenam yaitu berdoa memohon ampun kepada Allah di sepanjang hari, baik siang maupun malam. Dari Abu Musa Al-Ash`ari RA, Rasulullah SAW bersabda, “Allah, Yang Maha Tinggi, akan terus mengulurkan tangan-Nya di malam hari sehingga orang-orang berdosa pada zaman itu dapat bertobat, dan terus merentangkan tangan-Nya di siang hari agar orang-orang berdosa pada malam hari bisa bertobat, sampai matahari terbit dari barat (mulai hari kiamat).” (HR. Muslim)

Demikianlah enam cara yang dapat dilakukan untuk menghapus dosa-dosa yang telah diperbuat. Dengan enam hal tersebut, niscaya Allah akan menghapuskan dosa-dosa hamba-Nya. Selain melakukan enam cara tersebut, umat Islam hendaknya berkomitmen untuk bertobat secara sungguh-sungguh dan tidak mengulangi kembali dosa yang dilakukan.

Referensi sbb ini ; Selain Taubat, Inilah Cara Mudah Menghapus Dosa-Dosa











Cara Bertaubat dari Dosa Durhaka ke Orangtua

Durhaka termasuk dosa besar.

Bagi setiap manusia, orangtua telah berjasa sangat besar. Dari merekalah kita mendapat pendidikan pertama, terutama terkait pembentukan karakter.

Karena jasanya, para orangtua mendapat kedudukan begitu tinggi. Dalam ajaran Islam, ridho Allah SWT ada pada ridho orangtua.

mungkin ada sebagian dari kita yang tidak mau menurut perkataan orangtua. Bahkan kita tega membuat hati orangtua kita terluka.

Jika kita pernah durhaka, segeralah bertobat dengan sebenar-benarnya. Lalu, bagaimana caranya jika orangtua sudah meninggal?

Tobat atas dosa durhaka tetap dapat dilakukan meskipun orangtua sudah meninggal. Caranya, dia harus berusaha memenuhi syarat tobat yang mampu dijalankan.

Inti dari sebuah pertobatan adalah penyesalan dengan sungguh-sungguh. Selanjutnya dia tidak lagi mengulangi perbuatannya di masa lalu kapanpun.

Seperti dijelaskan Ibnul Qoyim dalam kitab Madarij As Salikin.

" Jika dia benar-benar telah menyesali dosanya, sedih memikirkan dosanya, itulah taubat. Bagaimana taubatnya tidak dinilai sementara dia sangat menyesali dosanya, dan sedih dengan dirinya?"

Bagian dari aqidah yang perlu ditanamkan dalam diri setiap muslim, bahwa dosa sebesar apapun, sehebat apapun, memungkinkan untuk ditaubati.

Allah berfirman,

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar: 53)

Sampai Pun dosa durhaka kepada kedua orang tuanya, dia punya kesempatan untuk segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah.

وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ

Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. As-Syura: 25).

Taubat tidak hanya permohonan maaf

Taubat butuh bukti, dan kejujuran, agar dianggap sebagai taubat yang sah. An-Nawawi menyebutkan beberapa syarat diterimanya taubat,

Pertama, dia harus memenuhi syarat taubat yang mampu dia lakukan. Karena itu batas tanggung jawabnya. 

Sementara yang tidak memungkinkan dilakukan, di luar tanggung jawabnya.

Dan inti dari taubat adalah penyesalan dengan sungguh-sungguh. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Menyesal, itulah inti taubat.” (HR. Ahmad 3568, Ibnu Majah 4252, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Ibnul Qoyim mengatakan,

فإذا تحقق ندمه على الذنب ، ولومه نفسه عليه ، فهذه توبة . وكيف يصح أن تسلب التوبة عنه ، مع شدة ندمه على الذنب ، ولومه نفسه عليه؟

Jika dia benar-benar telah menyesali dosanya, sedih memikirkan dosanya, itulah taubat. Bagaimana taubatnya tidak dinilai sementara dia sangat menyesali dosanya, dan sedih dengan dirinya? (Madarij as-Salikin, 1/285). 

Kedua, berbakti kepada orang tua setelah mereka meninggal. Bagian dari kasih sayang syariat, Allah abadikan hubungan antara anak muslim dengan orang tua muslim. Pahala berbakti tidak putus hanya sampai meninggalnya orang tua. Ada kesempatan bagi anda untuk melanjutkan kebaktiannya.  Diantaranya adalah banyak beramal soleh dan mendoakan mereka.

Referensi : Cara Bertaubat dari Dosa Durhaka ke Orangtua









Cara Menghapus Dosa Mendurhakai Orangtua

Posisi orangtua bagi anak-anaknya sangat diistimewakan dalam Al-Qur’an. Allah Swt. sendiri berifirman bagi umat Nabi Muhammad untuk menghormati, menyayangi, dan memuliakan orangtua. Allah Swt. berfirman:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Israa’: 23)

Di ayat tersebut Allah Swt. memerintahkan para hamba-Nya untuk senantiasa berbuat baik kepada orang tua. Berbuat baik kepada orang tua, berarti mendekati ridha Allah Swt. Sebaliknya, mendurhakai orang tua akan mengundang murka-Nya. Rasulullah saw. bersabda:

رِضَا الله في رِضا الْوالِدَيْنِ وَسَخَطُ الله في وَسَخَطُ الْوالِدَيْنِ

“Ridha Allah berada pada ridha kedua orang tua. Dan murka-Nya berada pada kemurkaaan kedua orang tua.”

Umat Islam sepakat bahwa menyakiti hati (mendurhakai) orang tua adalah dosa besar. Apabila hal itu telah dilakukan, maka wajib hukumnya untuk segera bertaubat dan memohon maaf kepada orang tua.

Sebagaimana disebutkan oleh para ulama, bahwa ada tiga syarat yang harus dilakukan untuk bertaubat:

  1. Segera berhenti melakukannya.
  2. Menyesali perbuatannya.
  3. Bertekad untuk tidak mengulanginya.

Karena perbuatan durhaka adalah maksiat yang berhubungan dengan orang lain, maka selain tiga syarat di atas, ada satu syarat tambahan: mengembalikan hak pada pemiliknya atau meminta maafnya.

Syarat yang terakhir ini bisa kita lakukan jika orang tua kita masih hadir di tengah-tengah kita. Bagaimana jika mereka sudah meninggal? Jika mereka meninggal dalam keadaan tidak ridha kepada kita, bagaimana cara kita menghapus dosanya? Adakah kesempatan untuk menghapuskan dosa tersebut agar tidak ada tuntutan kelak di akhirat?

Imam An-Nawawi saat mendapat pertanyaan demikian memberi penjelasan:

أما مطالبتهما له في الآخرة فلا طريق إلى إبطالها، ولكن ينبغي له مع الندم على ذلك أن يكثر من الاستغفار لهما والدعاء؛ وأن يتصدق عنهما إن أمكن؛ وأن يكرم من كانا يحبان إكرامه، من صديق ونحوه؛ وأن يصل رحمهما؛ وأن يقضي دينهما؛ أو ما تيسر له من ذلك.

“Adapun tuntutan dari orang tua kelak di akhirat, maka tidak ada cara untuk membatalkannya. Tapi, disertai dengan rasa penyesalan, hendaknya seorang anak yang durhaka memperbanyak beristigfar (memohonkan ampunan Allah Swt.) untuk kedua orang tuanya.”

“Apabila memungkinkan, (hendaknya juga) memperbanyak sedekah mewakili orang tuanya; memuliakan orang-orang yang dimuliakan oleh orang tua, misalnya teman-teman mereka dsb.; menjalin silaturahim dengan keluarga orang tua; melunasi utang orang tua; atau kebaikan apapun yang mudah untuk dilakukan demi orang tua.” (Al-Fatāwā An-Nawawiyyah)

Walhasil, meskipun sudah tidak mungkin untuk meminta maaf kepada orang tua secara langsung, tapi kita masih bisa melakukan kebaikan untuk mereka.

Saat bersedekah, kita bisa meniatkan pahalanya untuk mereka. Saat beristigfar, kita bisa menyertakan orang tua di dalam doa. Barang kali dengan demikian, mereka tidak menuntut dosa kita kelak di akhirat.

Referensi : Cara Menghapus Dosa Mendurhakai Orangtua










Bertobat dari Dosa Berbohong

Pertanyaan: Tadi di sekolah saya terpaksa berbohong. Ketika mengambil nilai, saya mengatakan nilai saya 83, padahal sepertinya nilai saya itu 60. Sebab, beberapa teman saya juga terlihat berbohong dan lainnya nilainya tinggi. Jadi, saya terpaksa berbohong. Saya mau bilang kepada guru, tetapi saya tidak berani dan takut ada rasa bagaimana begitu. Jadi, saya harus bagaimana? Apakah masih ada cara lain untuk menghapus dosa berbohong saya selain mengatakan kepada guru?

Jawaban: 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (at-Taubah: 119)

Berbohong sama dengan berdusta yang merupakan perilaku yang tercela dan berdampak buruk. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

“Jauhilah perbuatan dusta. Sebab, dusta akan membawa pada kejahatan dan kejahatan akan membawa ke neraka. Sungguh, seseorang senantiasa berdusta dan membiasakan diri berdusta hingga ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. al-Bukhari no. 6093 dan Muslim no. 2607 dari sahabat Ibnu Masud radhiallahu anhu)

Di antara dampak yang dirasakan ketika seseorang berdusta adalah merasa tidak tenang dan gelisah. Sungguh, benar sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,

دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ، فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ، وَإِنَّ الكَذِبَ رِيبَةٌ

“Tinggalkan apa yang membuatmu ragu menuju apa yang tidak membuatmu ragu. Sebab, kejujuran adalah ketenangan, sedangkan dusta menimbulkan kebimbangan.” (HR. at-Tirmidzi no. 2518 dari sahabat Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhuma)

Maka dari itu, seseorang yang merasa dirinya telah berbohong, hendaknya dia segera bertobat dan meminta ampun kepada Allah. Selain itu, dia juga segera meminta maaf kepada pihak yang dibohongi selagi masih ada kesempatan. Allah lebih berhak ditakuti oleh seseorang. Seseorang lebih pantas merasa malu kepada Allah daripada kepada manusia.

Perlu juga diketahui bahwa hasil yang diperoleh dari kebohongan akan menghilangkan keberkahan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang jual beli,

فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

“Jika mereka berdua jujur dan terus terang, niscaya akan jual belinya diberkahi. Namun, jika mereka berdua menyembunyikan (aib barang dagangannya) dan berdusta dan, niscaya berkah jual belinya akan hilang.” (HR. al-Bukhari no. 2082 dan Muslim no. 1532 dari sahabat Hakim bin Hizam radhiallahu anhu).

Sedikit tetapi berkah, lebih mulia daripada banyak tetapi mendatangkan petaka.

Referensi : Bertobat dari Dosa Berbohong









Cara Menghapus Dosa Mendurhakai Orangtua

 Posisi orangtua bagi anak-anaknya sangat diistimewakan dalam Al-Qur’an. Allah Swt. sendiri berifirman bagi umat Nabi Muhammad untuk menghormati, menyayangi, dan memuliakan orangtua. Allah Swt. berfirman:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Israa’: 23)

Di ayat tersebut Allah Swt. memerintahkan para hamba-Nya untuk senantiasa berbuat baik kepada orang tua. Berbuat baik kepada orang tua, berarti mendekati ridha Allah Swt. Sebaliknya, mendurhakai orang tua akan mengundang murka-Nya. Rasulullah saw. bersabda:

رِضَا الله في رِضا الْوالِدَيْنِ وَسَخَطُ الله في وَسَخَطُ الْوالِدَيْنِ

“Ridha Allah berada pada ridha kedua orang tua. Dan murka-Nya berada pada kemurkaaan kedua orang tua.”

Umat Islam sepakat bahwa menyakiti hati (mendurhakai) orang tua adalah dosa besar. Apabila hal itu telah dilakukan, maka wajib hukumnya untuk segera bertaubat dan memohon maaf kepada orang tua.

Sebagaimana disebutkan oleh para ulama, bahwa ada tiga syarat yang harus dilakukan untuk bertaubat:

  1. Segera berhenti melakukannya.
  2. Menyesali perbuatannya.
  3. Bertekad untuk tidak mengulanginya.

Karena perbuatan durhaka adalah maksiat yang berhubungan dengan orang lain, maka selain tiga syarat di atas, ada satu syarat tambahan: mengembalikan hak pada pemiliknya atau meminta maafnya.

Syarat yang terakhir ini bisa kita lakukan jika orang tua kita masih hadir di tengah-tengah kita. Bagaimana jika mereka sudah meninggal? Jika mereka meninggal dalam keadaan tidak ridha kepada kita, bagaimana cara kita menghapus dosanya? Adakah kesempatan untuk menghapuskan dosa tersebut agar tidak ada tuntutan kelak di akhirat?

Imam An-Nawawi saat mendapat pertanyaan demikian memberi penjelasan:

أما مطالبتهما له في الآخرة فلا طريق إلى إبطالها، ولكن ينبغي له مع الندم على ذلك أن يكثر من الاستغفار لهما والدعاء؛ وأن يتصدق عنهما إن أمكن؛ وأن يكرم من كانا يحبان إكرامه، من صديق ونحوه؛ وأن يصل رحمهما؛ وأن يقضي دينهما؛ أو ما تيسر له من ذلك.

“Adapun tuntutan dari orang tua kelak di akhirat, maka tidak ada cara untuk membatalkannya. Tapi, disertai dengan rasa penyesalan, hendaknya seorang anak yang durhaka memperbanyak beristigfar (memohonkan ampunan Allah Swt.) untuk kedua orang tuanya.”

“Apabila memungkinkan, (hendaknya juga) memperbanyak sedekah mewakili orang tuanya; memuliakan orang-orang yang dimuliakan oleh orang tua, misalnya teman-teman mereka dsb.; menjalin silaturahim dengan keluarga orang tua; melunasi utang orang tua; atau kebaikan apapun yang mudah untuk dilakukan demi orang tua.” (Al-Fatāwā An-Nawawiyyah)

Walhasil, meskipun sudah tidak mungkin untuk meminta maaf kepada orang tua secara langsung, tapi kita masih bisa melakukan kebaikan untuk mereka.

Saat bersedekah, kita bisa meniatkan pahalanya untuk mereka. Saat beristigfar, kita bisa menyertakan orang tua di dalam doa. Barang kali dengan demikian, mereka tidak menuntut dosa kita kelak di akhirat.

Referensi : Cara Menghapus Dosa Mendurhakai Orangtua









Anda Pernah Sakiti Orang Tua? Lakukan Amalan Ini Segera

Anda Pernah Sakiti Orang Tua? Lakukan Amalan Ini Segera. Seorang Muslim yang melawan atau tidak taat pada orang tua, harus segera bertobat kepada Allah SWT. Sebab bersikap tidak terpuji kepada orang tua adalah perbuatan dosa besar. Karena itu, jika terlanjur melakukan perbuatan dosa tersebut, Anda harus segera bertobat dan berjanji untuk tidak mengulanginya dengan cara menutupnya dengan segala perbuatan baik sebagai upaya untuk menghapus dosa.

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَىٰ 

Allah SWT berfirman, "Dan sungguh, Aku Mahapengampun bagi yang bertobat, beriman dan berbuat kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk." (QS Taha: 82) 

Meski begitu, sebagaimana dilansir dari laman Mawdoo, bertobat atas perbuatan buruk kepada orang tua tidak cukup. Diperlukan hal lain untuk menunjukkan kesungguhan dalam bertobat atas dosa kepada orang tua. Di antaranya adalah berbuat baik kepada orang tua, meminta maaf kepada mereka, mendoakan mereka, mencium kepala mereka, menggunakan tutur kata yang lembut saat berbicara dengan orang tua, dan bersikap rendah hati kepada mereka.

Seorang Muslim juga harus ingat, bahwa pertobatan atas sikap buruknya terhadap orang tua adalah komitmen kepada Allah SWT. Sebab, bagaimana pun, ridha Allah SWT terletak pada ridha orang tua. Perlu diingat juga bahwa pintu tobat terbuka bagi setiap Muslim. Tidak peduli apa dosa yang dilakukannya. Termasuk misalnya dosa karena mencegah istri dan ana-anak untuk mematuhi orang tua. Setiap Muslim harus sadar bahwa bersikap tidak terpuji kepada orang tua adalah masalah yang sangat berbahaya. Seorang Muslim tidak mendapat manfaat dari sholat, zakat, atau ibadah apapun jika dia tidak taat kepada orang tuanya.  Bahkan, durhaka kepada orang tua akan membuat lidah seseorang ditahan atau kelu dari dua kesaksian setelah meninggal dunia.

Referensi Sebagai berikut ini ; Anda Pernah Sakiti Orang Tua? Lakukan Amalan Ini Segera








Hati-hatilah dengan Fitnah karena Termasuk Dosa yang Tak Terampuni Oleh Allah SWT

Hati-hatilah dengan Fitnah karena Termasuk Dosa yang Tak Terampuni Oleh Allah SWT. Fitnah artinya perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang.

Fitnah merupakan suatu kebohongan besar yang sangat merugikan dan termasuk dalam perbuatan dosa yang sangat dibenci Allah SWT sebagaimana firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang lain dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujarat, 49:12).

Fitnah merupakan suatu kebohongan besar yang sangat merugikan dan termasuk dalam dosa yang tak terampuni oleh Allah SWT. Oleh karenya, Islam melarang umatnya memfitnah sebab fitnah adalah haram.

Ada dua macam fitnah; yaitu fitnah syubhat dan fitnah syahwat. Syubhat berarti samar-samar atau tidak jelas. Dalam fitnah syubhat, seseorang menjadi rusak ilmu dan keyakinannya sehingga menjadikan perkara-perkara yang ma’ruf menjadi samar dengan kemungkaran, sementara kemungkaran sendiri tidak ia hindari (selalu dikerjakan).

Fitnah syubhat merupakan fitnah paling berbahaya oleh karena kurangnya ilmu dan lemahnya bashirah, ketika diiringi dengan niat buruk dan hawa nafsu maka timbullah fitnah besar dan keji, yang akan menggoncangkan nilai-nilai persaudaraan dan kebersamaan.

Rasulullah SAW sangat mengkhawatirkan fitnah syubhat, sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Abu Barzah Al-Aslamy, beliau bersabda: “Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kamu adalah syahwat mengikuti nafsu pada perut kamu dan pada kemaluan kamu serta fitnah-fitnah yang menyesatkan.” (H. R. Ahmad).

Kedua, fitnah syahwat. Fitnah syahwat merupakan segala perbuatan yang dapat melemahkan dan mengikis iman seseorang disebabkan oleh mengikuti hawa nafsu.

Mereka yang terkena fitnah syahwat biasanya malas beribadah serta tidak segan-segan atau tanpa malu-malu untuk melanggar perintah Allah dan mengerjakan apa yang dilarang, karena sudah terjerat masuk terlalu dalam pada jebakan iblis laknatullah.

Fitnah syahwat adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia, kesenangan, dan yang membangkitkan hawa nafsu.

Allah SWT berfirman : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali-Imran, 3:14).

Fitnah merupakan salah satu dosa besar yang menjadi penghalang seorang muslim masuk surga-Nya. Seseorang yang melakukan fitnah, ghibah dan juga menggunjing tidak akan pernah masuk surga, dan mereka merupakan orang yang bangkrut sekalipun mereka berpuasa dan berdoa.

Rasulullah SAW bertanya kepada sahabat; “siapakah orang yang bangkrut?” lalu mereka berkata: “orang yang tidak memiliki kekayaan”.

Kemudian Rasulullah SAW berkata : “Bukan itu, orang yang bangkrut adalah orang yang tidak mempunyai amal ibadah.” Lalu sahabat bertanya kembali “Bahkan ketika orang tersebut mengerjakan shalat dan puasa?”

Dan Rasulullah SAW menjawab: “bahkan ketika dia shalat dan puasa karena perbuatan baiknya akan diberikan kepada orang yang terzalimi, dia ghibah dan juga fitnah bahkan perbuatan buruk orang yang di fitnah dan di tindas akan diberikan kepada orang yang memfitnahnya.”

Dalam surat Al-Baqarah ayat 191, Allah dengan tegas menyebutkan bahwa fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Maka kita harus memerangi fitnah dan kebohongan, serta jangan pernah memalingkan diri kita dari kebenaran.

“Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang kafir.” (QS. Al-Baqarah, 2:191).

Oleh sebab itu janganlah sekali-kali melakukan fitnah karena fitnah merupakan perbuatan yang sangat dilarang oleh agama, dan merupakan virus ukhuwah yang dapat merusak sendi-sendi persaudaraan dan pertemanan

Referensi Sebagai berikut ini ; Hati-hatilah dengan Fitnah karena Termasuk Dosa yang Tak Terampuni Oleh Allah SWT









Cara Bertaubat dari Dosa Lisan Fitnah, Gosip, Ghibah, dan Berbohong (Ustadz Khalid Basalamah)

Dalam agama Islam, perkara mengenai lidah ternyata menjadi pembahasan yang cukup serius. Karena lidah ternyata dapat menjadi salah satu penyebab muncul dosa-dosa yang akan kita pertanggung jawabkan kelak. Oleh sebab itulah, kita sebagai umat muslim harus senantiasa menjaga lisan agar tidak menimbulkan dosa yang tentu saja tidak kita inginkan. Karena semua yang kita lakukan di dunia nantinya pasti akan dimintai pertanggung jawaban. Dalam agama Islam, perkara mengenai lidah ternyata menjadi pembahasan yang cukup serius. Karena lidah ternyata dapat menjadi salah satu penyebab muncul dosa-dosa yang akan kita pertanggung jawabkan kelak.

Oleh sebab itulah, kita sebagai umat muslim harus senantiasa menjaga lisan agar tidak menimbulkan dosa yang tentu saja tidak kita inginkan. Karena semua yang kita lakukan di dunia nantinya pasti akan dimintai pertanggung jawaban. Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan cara bertaubat dari dosa lisan berbohong yaitu dengan bertaubat kepada Allah SWT. Sementara untuk fitnah, gosip, dan ghibah selain bertaubat kepada Allah kita juga harus meminta maaf kepada orang yang pernah kita fitnah, ghibah, dan gossipkan.

Dan kita harus berusaha untuk meluruskan permasalahan tersebut, caranya adalah dengan menjelaskan kepada semua orang bahwa apa yang kita ceritakan tidaklah benar mengenai orang tersebut. Jadi, seperti itulah cara untuk bertaubat dari dosa lisan agar mendapatkan pengampunan dari Allah SWT.

Referensi Sebagai berikut ini ; Cara Bertaubat dari Dosa Lisan Fitnah, Gosip, Ghibah, dan Berbohong (Ustadz Khalid Basalamah)