This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.
Kamis, 01 September 2022
4 TANDA REZEKI YANG BERKAH
Perkara yang Bisa Menyebabkan Keberkahan Hidup Hilang
Bukankah juga sebuah ironi jika kita bisa bertahan hidup ‘tenang’ di sebuah negara hukum, sementara penegak hukumnya adalah godam yang meluluhlantakkan hukum itu sendiri.
Hanya mereka yang tidak takut kepada Allah sajalah yang dengan senang hati memperjualbelikan ayat demi ayat dan pasal demi pasal untuk kepentingan tertentu.
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS An-Nahl 112)
Namun, jika yangkedua yang terjadi, berkaca pada perumpamaan tadi negeri ini sungguh telah berubah menjadi negeri berlimpah bencana dan penuh kesengsaraan. Semua berlangsung seperti di luar kendali ketika rasa aman dan sejahtera telah lenyap bersama hilangnya berkah kehidupan.
Oleh karena itu, pantas jika ironi di bidang hukum, suka pula memunculkan ironi lanjutan ketika orang yang lemah berhadapan dengan hukum. Secara berkelakar ia akan ditanya terkena pasal berapa? Dengan demikian, karena jeratan pasal itu, ia harus menginap di balik jeruji.
Akan tetapi, jika yang bermasalah dengan hukum adalah orang penuh daya, banyak uang, status sosial tinggi, dekat ring kekuasaan, tanpa takut kepada Allah dengan enteng ia akan bertanya, berapa harga pasal yang dikenakan kepadanya.
Di negeri kita, hal begini sering terjadi di depan mata. Hukum telah kehilangan lubb-nya sehingga tak mengandung pesan positif yang dapat berubah menjadi keberkahan hidup. Hukum telah berubah menjadi laknat dalam kehidupan sehari-hari. Bangsa Indonesia yang selama ini dikenal amat religius, sangat menjunjung nilai-nilai ketimuran, sarat dengan keagungan adat, memiliki tingkat toleransi yang tinggi, sejatinya telah jatuh dalam sumur hukum tanpa dasar.
Jangankan memikirkan cara bagaimana keluar dari sumur itu, membayangkan kesadaran yang tersisa pun kita tak berani. Lihatlah di negeri ini, betapa institusi hukum dibuat hanya untuk dirusak. Lihatlah betapa komisi demi komisi dibuat dan badan demi badan dibentuk, tetapi korupsi terus menguatkan dirinya sendiri.
Semakin canggih perangkat penegaknya dibuat, akan semakin canggih pula baron-baron hukum menyiasatinya. ‘Senjata makan tuan,’ ‘mulutmu harimaumu,’ ‘kau yang mulai kau yang meng akhiri’, serta banyak pameo lain subur di negeri ini.
Di negara hukum inilah, pedang keadilan jamak memenggal lehernya sendiri. Berharap lahirnya tokoh ‘Judge Bao’, bak pungguk merindukan bulan. Sesuatu yang mustahil terjadi tanpa bantuan Allah.
Pada saat-saat seperti itu, seharusnya kesadaran betapa kecilnya diri ini, betapa tak kuasanya bangsa ini, dan betapa butuhnya kita akan pertolongan dari Allah, dimunculkan dalam diri. Segeralah tanamkan rasa takut kepada Allah. Karena kita sudah menyianyiakan anugerah kehidupan. Bersyukurlah kepada-Nya karena begitu banyak nikmat telah kita ingkari.
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ “Dan apa saja yang ada pada kamu, maka nikmat itu datangnya dari Allah. Lalu, jika kamu disentuh oleh kemudaratan, hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan." (QS an-Nahl [16]: 53).
Namun, mungkinkah khosyyah kepada Allah datang di saat kita semua bermain-main dengan kehidupan? Masihkah kita menyisakan rasa khawatir akan sempitnya kehidupan di saat begitu banyak karunia Allah kita kufurkan?
Beginilah nasib hukum yang hilang keberkahannya disebabkan keadilan tak mampu menjangkau mereka yang seharusnya dilindungi oleh hukum. Hukum yang rusak secara signifikan akan menyebabkan sendi kehidupan lainnya terjerembab. Lihatlah betapa berbedanya antara law (al-hukmu) dengan justice (al-’adalah).
Referensi : Perkara yang Bisa Menyebabkan Keberkahan Hidup Hilang
Empat Tanda Hidup Anda Mendapat Keberkahan
Berkah dalam bahasa Arab berarti nikmat. Keberkahan dalam hidup adalah hal yang didambakan setiap umat Islam. Hidup yang penuh berkah akan mendapat limpahan kebaikan dan petunjuk dari Allah SWT. Ada beberapa tanda saat hidup kita dalam keberkahan.
Berikut 4 di antaranya:
1. Merasakan kerinduan kepada Allah SWT. Orang yang dalam keberkahan, akan menyadari bahwa manusia tidak akan mendapatkan apapun tanpa pertolongan dari Allah. Mereka menyadari bahwa segala nikmat bersumber dari Allah.Hal itu akan menciptakan kerinduan kepada-Nya.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Al-Anfal: 2-3)
2. Sabar menghadapi ujian
Orang yang dianugerahkan keberkahan dalam hidupnya akan mudah bersabar dalam menghadapi ujian. Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. (QS. Ali Imran: 200).
3. Istiqomah dalam kebaikan
Orang yang beristiqomah atau konsisten dalam kebaikan berarti ia akan terus memegang teguh perintah Allah dalam segala kondisi. Orang yang hidupnya dalam keberkahan maka ia akan melaksanakan kebaikan secara konsisten sampai akhir hidupnya.
Allah SWT berfirman:
“Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya (Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh, dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (QS. Ali Imran: 101)
4. Merasakan kenikmatan beramal saleh
Tanda hidup mendapat keberkahan adalah merasakan kenikmatan dalam beribadah.
Allah SWT berfirman:
“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam”. (QS: Al-An'am: 125)
Referensi : Empat Tanda Hidup Anda Mendapat Keberkahan
Tanda-tanda Hidup Anda Berkah
- Merasa nikmat dalam beramal shaleh (Al-An’am 6 : 125)
- Konsisten (istiqamah) dalam kebaikan (QS. Ali Imran 3:101)
- Merasakan kerinduan kepada Allah (QS. Al-Anfal 8 : 2-3)
- Pandai bersyukur (QS. Ibrahim 14:7, QS. Luqman 31:12)
- Selalu Shabar menghadapi ujian (QS. Ali Imran 3:200)
Tanda-tanda Hidup Anda Berkah
BERKAH berasal dari bahasa Arab, yakni barokah, artinya nikmat. Dalam istilah lain berkah adalah mubarak, dan tabaruk yang berarti nikmat.
Menurut Imam Al-Ghazali istilah, berkah (barokah) artinya “bertambahnya kebaikan”. Sementara para ulama juga menjelaskan makna berkah sebagai segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah-berkah material dan spiritual, seperti keamanan, ketenangan, kesehatan, harta, anak, dan usia.
Dalam keseharian, kita acapkali mendengar kata “semoga berkah”, bermaksud mencari kebaikan atau tambahan kebaikan, baik kebaikan berupa bertambahnya harta, rezeki, maupun berupa kesehatan, ilmu, dan amal kebaikan (pahala).Dalam Al-Qur`an kata berkah (barakah) hadir dengan beberapa makna, di antaranya: kelanggengan kebaikan, banyak, dan bertambahnya kebaikan. Al-Quran sendiri merupakan berkah bagi manusia sebagaimana firman-Nya:
“Ini (Al-Quran) adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran.” (QS. Shaad: 29).
Sementara berkah atau barakah dalam arti yang luas menyangkut masyarakat atau kaum bermakna sebagai kebaikan, keselamatan, dan kesejahteraan bagi seluruh kaum dalam suatu wilayah. Hal ini tercantum dalam ayatAl Quran:
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96).
Setidaknya dari kedua ayat tersebut dapat kita pahami bahwa sumber dan Al Quran adalah keberkahan bagi orang-orang yang beriman dan keberkahan itu datangnya dari Allah Swt. Sementara syarat untuk datangnya berkah dari Allah adalah dengan beriman dan bertakwa. Ini berlaku baik secara individu maupun bermasyarakat (jama’i) sehingga keberkahan dapat kita rasakan sebagai pribadi muslim maupun dalam kontek kehidupan bermasyarakat.
Sebagai pribadi, keberkahan dapat kita rasakan misalnya dengan mendaptkan hidup yang tenang, bahagia, sehat, rezeki yang cukup, anak shalih shalihah, tetangga yang baik dan sebagainya. Dalam konteks hidup bermasyarakat keberkahan itu seperti lingkungan aman, damai, tidak ada bencana, bahan makanan yang melimpah dan murah dan sebagainya.
Lalu bagaimana ciri orang yang merasakan hidupnya penuh berkah? Kita kembali mengacu pada Al Quran maupun hadits Rasulullah Saw. Ada beberapa indikator orang-orang yang mendapat berkah dalam hidupnya sesuai dengan kriteria Al Quran antara lain:
Merasa nikmat dalam beramal shaleh (Al-An’am 6 : 125)
Konsisten (istiqamah) dalam kebaikan (QS. Ali Imran 3:101)
Merasakan kerinduan kepada Allah (QS. Al-Anfal 8 : 2-3)
Pandai menggunakan indra, akal dan fitrah untuk memilih yang terbaik (QS. An-Nahl:78)
Pandai bersyukur (QS. Ibrahim 14:7, QS. Luqman 31:12)
Selalu Shabar menghadapi ujian (QS. Ali Imran 3:200)
Sabar menghadapi penderitaan, sabar dalam menggapai kesuksesan, sabar dalam menyampaikan kebenaran, sabar dalam beribadah, dan sabar menghadapi berbagai karakter orang.
Setidaknya jika kita dapat merasakan indikator tersebut maka secara pribadi atau individu boleh disebut hidupnya penuh keberkahan.
Namun demikian setiap pribadi tentu akan merasakan keberkahan hidupnya yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Meski demikian acuannya tetap sama yakni beriman dan bertakwa sehingga orang yang hidup gelimang harta dan serba kecukupan hidupnya belum tentu berkah selama dia tidak beriman dan bertakwa.
Referensi : Tanda-tanda Hidup Anda Berkah
Agar Rezeki Berkah Perhatikan Hal Ini
Namun, meski begitu, rezeki itu tetaplah harus dicari. Dengan berusaha dan bertawakal kepada Allah, maka rezeki akan didapatkan.
Tentunya berusaha untuk memperoleh rezeki itu sudah mampu dilakukan banyak orang. Tapi, mereka yang mengais rezeki dengan tetap mengikuti adab-adab Islam bisa dibilang semakin jarang- menghalalkan segala cara.
Padahal, dengan memakai adab-adab dalam mencari rezeki, maka rezeki itu akan lebih berkah. Lantas, apa sajakah adab-adab itu? Allah Ta’ala tidaklah menciptakan kita kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Allah beriman, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” Dan tidaklah Allah menciptakan alam semesta dan seiisinya kecuali supaya menjadi pendukung kita beribadah untuk mencari kebahagiaan di akhirat. Allah berfirman, “Dan carilah negeri akhirat di dalam apa-apa yang Allah berikan kepadamu, dan janganlah engkau lupakan bagianmu di dunia.”
Oleh karena itu, hendaklah kita camkan bahwa niat kita berusaha dan bekerja adalah untuk mendukung ibadah kita kepada Allah. Kita bekerja untuk mendapatkan uang, untuk menutupi aurat kita, bisa kuat beribadah shalat, haji, shadaqah, untuk silaturrahmi ke rumah saudara, membiayai anak yatim, menjaga diri dari meminta-minta dan lain sebagainya.
Kedua, mencari rezeki yang halal
Rezeki yang haram merupakan sebab seseorang terjerumus ke dalam neraka. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ, “Setiap jasad yang tumbuh dari yang haram maka neraka lebih pantas untuknya,” (HR. Ath-Thabrani, dan dishahihkan Al-Albani dalam Shahihul Jami 4519).
Ketiga, tidak bertawakkal kepada sebab tersebut
Mengambil sebab adalah disyari’atkan, akan tetapi bertawakkal dan berserah diri kepada sebab dan menganggap bahwa sebab tersebut yang dengan sendirinya memberi manfaat maka ini adalah kesyirikan. Yang seharusnya adalah mengambil sebab dan tetap bertawakkal kepada Allah yang telah menciptakan sebab tersebut. Kalau Allah menghendaki maka kita akan diberi rezeki dengan sebab tersebut, dan kalau Allah menghendaki maka kita tidak diberi rezeki dengan sebab tersebut.
Dalam dzikir setelah shalat disebutkan, “Ya Allah tidak ada yang memberi apa yang Engkau tahan, dan tidak ada yang menahan apa yang Engkau beri,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Al-Mughirah bin Syu’bah).
Keempat, merasa cukup dengan pemberian Allah (Qanaah)
ﷺ bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dari banyaknya perhiasan dunia, akan tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa (merasa cukup dan kaya dengan pemberian Allah),” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Kelima, berdoa
Hal inilah yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ. Sebagaimana diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anha bahwasanya Nabi ﷺ setiap selesai salam dari shalat subuh beliau mengatakan, “Ya Allah aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, dan rezeki yang baik, dan amal shaleh yang diterima,” (HR. Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani).
Keenam, jangan sampai kesibukkan kita dalam mencari rezeki melalaikan kita dari menuntut ilmu, beribadah, dan berdakwah
Mencari rezeki dan menuntut ilmu bukanlah 2 hal yang bertentangan bagi siapa yang diberi taufik oleh Allah dan memiliki kesungguhan. Dari Umar bin Khaththab beliau berkata, “Dulu aku dan tetanggaku dari kaum Anshar tinggal di qabilah Umayyah bin Zaid di Awali Al-Madinah, kami bergantian pergi ke tempat Rasulullah ﷺ, hari ini aku yang pergi, kemudian besok dia yang pergi. Kalau aku yang pergi maka aku akan kembali kepadanya dengan membawa kabar hari itu baik wahyu maupun yang lain, dan kalau dia yang pergi maka juga melakukan yang demikian,” (HR. Al-Bukhari).
Referensi : Agar Rezeki Berkah Perhatikan
Penyebab Seseorang Dijauhi Rezeki dan Hidup Tidak Berkah
Seharusnya, setiap anggota keluarga harus saling memahami keinginan anggota keluarga yang lain serta membuang egonya sendiri.
Dengan begitu, keributan tidak akan pernah terjadi. Sehingga energi yang ada di rumah adalah energi positif yang dapat mendatangkan rezeki.
Sebaliknya, jika masing-masing anggota keluarga tidak ada yang bisa mengontrol keributan, otomatis akan mendatangkan energi negatif yang menolak datangnya rezeki.
4. Menyakiti hati orang tua
Kedua orang tua adalah orang yang menjadi perantara manusia dapat terlahir ke dunia ini. Mereka adalah malaikat penjaga yang nyata.
Al-Qur'an melarang keras seorang anak untuk menyakiti hati orang tuanya, sekalipun hanya berkata "ah".
Anak yang menyakiti hati orang tuanya akan dijauhi oleh rezeki. Sebab rezeki adalah pemberian Allah. Sedangkan Allah melarang anak menyakiti hati orang tuanya.
5. Memberi yang disertai dengan pamrih
Pamrih adalah adalah adanya maksud terselubung untuk mendapatkan keuntungan saat memberi atau membantu orang lain. Orang pamrih sama halnya dengan orang yang tidak ikhlas. Dia memberi karena ingin balasan atau keuntungan yang lebih. Cara memberi seperti ini tidak disarankan, bahkan dilarang. Sebab hanya menjadikan hatinya semakin kotor.
Memberi dengan disertai rasa pamrih dapat menjauhkan rezeki. Allah hanya akan membalas pemberian seseorang yang dilandasi dengan hati ikhlas.
6. Sombong
Sombong dan angkuh merupakan sifat yang tidak pantas disandang oleh manusia. Sifat ini hanya pantas disandang oleh Allah SWT. Tidak ada alasan bagi setiap makhluknya untuk berlaku sombong dan angkuh di hadapan orang lain. Manusia yang angkuh dan sombong, selain tidak disukai Allah dan orang lain, juga dapat menjauhkan rezekinya.Rezeki sangat enggan untuk mendatangi orang-orang yang sombong dan angkuh. Dengan demikian, jalan rezeki orang tersebut akan sangat sempit. Setelah mengetahui semua penyebab rezeki tidak mau mendekat, kita harus introspeksi diri.
Referensi : Penyebab Seseorang Dijauhi Rezeki dan Hidup Tidak Berkah