This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Kamis, 01 September 2022

4 TANDA REZEKI YANG BERKAH

Jika sebelumnya kita membahas 4 ciri-ciri. rezeki yang tidak berkah, kali ini kita akan mencoba membahas 4 tanda umum rezeki yang berkah. Semua orang berusaha dan bekerja sekuat tenaga, bersimbah peluh untuk sekedar mencari rezeki Allah yang berkah. Mengapa harus mencari rezeki yang berkah? Karena rezeki yang berkah akan menentukan kualitas hidup kita. Melalui rezeki yang berkah kita mengharapkan keridhaan Allah atas semua amal perbuatan yang kita usahakan. Dengan ridha Insya Allah kualitas hidup kita akan lebih baik, lebih tenang, lebih berkah, lebih mudah dan lebih dicintai Allah  "Sesungguhnya Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik."(H.R.Bukhari Muslim). rezeki berkah  Apa itu rezeki yang berkah ?  Rezeki yang berkah adalah rezeki yang diperoleh dari sumber-sumber yang halal dan dipergunakan untuk kebaikan di jalan Allah. Untuk mengetahui apakah rezeki kita termasuk rezeki yang berkah dapat diketahui melalui tanda-tanda umum berikut ini  Hati semakin dekat dengan Allah dan jiwa tenang. "Tidak sama yang buruk (rezeki yang haram) dengan yang baik (rezeki yang halal) meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang berakal agar kamu mendapat keberuntungan." (Q.S. Al Maidah : 100).  Ayat ini menunjukkan hubungan rezeki yang berkah dengan keberuntungan. Rezeki yang berkah bersumber dari sesuatu yang halal akan membuat hati merasa dekat dengan Allah karena telah dilimpahkan begitu banyak nikmat. Setiap kebaikan yang dilakukan termasuk rezeki yang dimanfaatkan untuk kebaikan akan membuat perasaan senang, tenang dan damai karena telah berbuat manfaat bagi diri dan orang lain.  Mudah memberi sedekah dan menunaikan zakat. Orang yang menyadari bahwa dalam rezekinya terdapat hak orang lain dan bahwa hartanya hanya titipan semata dengan mudah menunaikan zakat dan sedekah. Rasa ikhlas berbagi dan memberi pada orang lain adalah sifat mulia yang hanya dimiliki oleh orang yang diberkahi rezekinya.  Keluarga harmonis dan dikaruniai anak yang saleh/salehah."Hai para rasul makanlah yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal saleh".(Q.S.23 : 51). Secara mentalitas dan psikologis makanan yang kita makan dapat mempengaruhi hati manusia. Termasuk juga dengan rezeki yang kita peroleh secara haram akan mempengaruhi kualitas anak-anak dan istri yang memakannya. Anak-anak akan menjadi jauh dari Allah dan bisa jadi rumah tangga penuh dengan pertengkaran yang bisa berujung perceraian.  Senantiasa merasa cukup dan syukur."Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah. Ayat ini menunjukkan bahwa hanya rezeki yang halal yang bisa membuat orang bersyukur. Rezeki haram akan membuat orang merasa kurang dan semakin tamak, rakus dalam menumpuk harta untuk kepentingannya semata karena merasa semua itu adalah rezeki yang diperoleh karena hasil usahanya sendiri.  Jika dalam perjalanan hidup anda merasakan yang sebaliknya seperti hati jadi menjauh dari Allah, selalu was-was dan tidak tenang, susah untuk berbagi, anak-anak jadi liar, nakal, tukang cari masalah dan istri yang tidak taat, serta selalu merasa kurang, maka waspadalah mungkin rezeki anda tidak berkah. Segera introspeksi, mohon ampun kepada Allah dan benahi diri sebelum terlambat karena ajal sudah menjemput.
Jika sebelumnya kita membahas 4 ciri-ciri. rezeki yang tidak berkah, kali ini kita akan mencoba membahas 4 tanda umum rezeki yang berkah. Semua orang berusaha dan bekerja sekuat tenaga, bersimbah peluh untuk sekedar mencari rezeki Allah yang berkah. Mengapa harus mencari rezeki yang berkah? Karena rezeki yang berkah akan menentukan kualitas hidup kita. Melalui rezeki yang berkah kita mengharapkan keridhaan Allah atas semua amal perbuatan yang kita usahakan. Dengan ridha Insya Allah kualitas hidup kita akan lebih baik, lebih tenang, lebih berkah, lebih mudah dan lebih dicintai Allah

"Sesungguhnya Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik."(H.R.Bukhari Muslim).
rezeki berkah

Apa itu rezeki yang berkah ?

Rezeki yang berkah adalah rezeki yang diperoleh dari sumber-sumber yang halal dan dipergunakan untuk kebaikan di jalan Allah. Untuk mengetahui apakah rezeki kita termasuk rezeki yang berkah dapat diketahui melalui tanda-tanda umum berikut ini

Hati semakin dekat dengan Allah dan jiwa tenang. "Tidak sama yang buruk (rezeki yang haram) dengan yang baik (rezeki yang halal) meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang berakal agar kamu mendapat keberuntungan." (Q.S. Al Maidah : 100).

Ayat ini menunjukkan hubungan rezeki yang berkah dengan keberuntungan. Rezeki yang berkah bersumber dari sesuatu yang halal akan membuat hati merasa dekat dengan Allah karena telah dilimpahkan begitu banyak nikmat. Setiap kebaikan yang dilakukan termasuk rezeki yang dimanfaatkan untuk kebaikan akan membuat perasaan senang, tenang dan damai karena telah berbuat manfaat bagi diri dan orang lain.

Mudah memberi sedekah dan menunaikan zakat. Orang yang menyadari bahwa dalam rezekinya terdapat hak orang lain dan bahwa hartanya hanya titipan semata dengan mudah menunaikan zakat dan sedekah. Rasa ikhlas berbagi dan memberi pada orang lain adalah sifat mulia yang hanya dimiliki oleh orang yang diberkahi rezekinya.

Keluarga harmonis dan dikaruniai anak yang saleh/salehah."Hai para rasul makanlah yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal saleh".(Q.S.23 : 51). Secara mentalitas dan psikologis makanan yang kita makan dapat mempengaruhi hati manusia. Termasuk juga dengan rezeki yang kita peroleh secara haram akan mempengaruhi kualitas anak-anak dan istri yang memakannya. Anak-anak akan menjadi jauh dari Allah dan bisa jadi rumah tangga penuh dengan pertengkaran yang bisa berujung perceraian.

Senantiasa merasa cukup dan syukur."Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah. Ayat ini menunjukkan bahwa hanya rezeki yang halal yang bisa membuat orang bersyukur. Rezeki haram akan membuat orang merasa kurang dan semakin tamak, rakus dalam menumpuk harta untuk kepentingannya semata karena merasa semua itu adalah rezeki yang diperoleh karena hasil usahanya sendiri.

Jika dalam perjalanan hidup anda merasakan yang sebaliknya seperti hati jadi menjauh dari Allah, selalu was-was dan tidak tenang, susah untuk berbagi, anak-anak jadi liar, nakal, tukang cari masalah dan istri yang tidak taat, serta selalu merasa kurang, maka waspadalah mungkin rezeki anda tidak berkah. Segera introspeksi, mohon ampun kepada Allah dan benahi diri sebelum terlambat karena ajal sudah menjemput.

Referensi : 4 TANDA REZEKI YANG BERKAH

Perkara yang Bisa Menyebabkan Keberkahan Hidup Hilang

Perkara yang Bisa Menyebabkan Keberkahan Hidup Hilang Perkara yang Bisa Menyebabkan Keberkahan Hidup Hilang. Berkah kehidupan lenyap karena ketiadaan rasa takut atau khasyyah kepada Allah SWT. Khasyyah kepada Allah telah lenyap karena hati anak bangsa ini dipenuhi sikap kufur nikmat. Bukankah ini sebuah pesan dari Allah bahwa ironi kehidupan kita sudah begitu absurdnya.  Bukankah juga sebuah ironi jika kita bisa bertahan hidup ‘tenang’ di sebuah negara hukum, sementara penegak hukumnya adalah godam yang meluluhlantakkan hukum itu sendiri.  Hanya mereka yang tidak takut kepada Allah sajalah yang dengan senang hati memperjualbelikan ayat demi ayat dan pasal demi pasal untuk kepentingan tertentu.  وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ  “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS An-Nahl 112)     Namun, jika yangkedua yang terjadi, berkaca pada perumpamaan tadi negeri ini sungguh telah berubah menjadi negeri berlimpah bencana dan penuh kesengsaraan. Semua berlangsung seperti di luar kendali ketika rasa aman dan sejahtera telah lenyap bersama hilangnya berkah kehidupan.  Oleh karena itu, pantas jika ironi di bidang hukum, suka pula memunculkan ironi lanjutan ketika orang yang lemah berhadapan dengan hukum. Secara berkelakar ia akan ditanya terkena pasal berapa? Dengan demikian, karena jeratan pasal itu, ia harus menginap di balik jeruji.  Akan tetapi, jika yang bermasalah dengan hukum adalah orang penuh daya, banyak uang, status sosial tinggi, dekat ring kekuasaan, tanpa takut kepada Allah dengan enteng ia akan bertanya, berapa harga pasal yang dikenakan kepadanya.  Di negeri kita, hal begini sering terjadi di depan mata. Hukum telah kehilangan lubb-nya sehingga tak mengandung pesan positif yang dapat berubah menjadi keberkahan hidup. Hukum telah berubah menjadi laknat dalam kehidupan sehari-hari. Bangsa Indonesia yang selama ini dikenal amat religius, sangat menjunjung nilai-nilai ketimuran, sarat dengan keagungan adat, memiliki tingkat toleransi yang tinggi, sejatinya telah jatuh dalam sumur hukum tanpa dasar.  Jangankan memikirkan cara bagaimana keluar dari sumur itu, membayangkan kesadaran yang tersisa pun kita tak berani. Lihatlah di negeri ini, betapa institusi hukum dibuat hanya untuk dirusak. Lihatlah betapa komisi demi komisi dibuat dan badan demi badan dibentuk, tetapi korupsi terus menguatkan dirinya sendiri.  Semakin canggih perangkat penegaknya dibuat, akan semakin canggih pula baron-baron hukum menyiasatinya. ‘Senjata makan tuan,’ ‘mulutmu harimaumu,’ ‘kau yang mulai kau yang meng akhiri’, serta banyak pameo lain subur di negeri ini.   Di negara hukum inilah, pedang keadilan jamak memenggal lehernya sendiri. Berharap lahirnya tokoh ‘Judge Bao’, bak pungguk merindukan bulan. Sesuatu yang mustahil terjadi tanpa bantuan Allah.  Pada saat-saat seperti itu, seharusnya kesadaran betapa kecilnya diri ini, betapa tak kuasanya bangsa ini, dan betapa butuhnya kita akan pertolongan dari Allah, dimunculkan dalam diri. Segeralah tanamkan rasa takut kepada Allah. Karena kita sudah menyianyiakan anugerah kehidupan. Bersyukurlah kepada-Nya karena begitu banyak nikmat telah kita ingkari.   وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ “Dan apa saja yang ada pada kamu, maka nikmat itu datangnya dari Allah. Lalu, jika kamu disentuh oleh kemudaratan, hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan." (QS an-Nahl [16]: 53).   Namun, mungkinkah khosyyah kepada Allah datang di saat kita semua bermain-main dengan kehidupan? Masihkah kita menyisakan rasa khawatir akan sempitnya kehidupan di saat begitu banyak karunia Allah kita kufurkan?    Beginilah nasib hukum yang hilang keberkahannya disebabkan  keadilan tak mampu menjangkau mereka yang seharusnya dilindungi oleh hukum. Hukum yang rusak secara signifikan akan menyebabkan sendi kehidupan lainnya terjerembab. Lihatlah betapa berbedanya antara law (al-hukmu) dengan justice (al-’adalah).    Referensi : Perkara yang Bisa Menyebabkan Keberkahan Hidup Hilang
Perkara yang Bisa Menyebabkan Keberkahan Hidup Hilang. Berkah kehidupan lenyap karena ketiadaan rasa takut atau khasyyah kepada Allah SWT. Khasyyah kepada Allah telah lenyap karena hati anak bangsa ini dipenuhi sikap kufur nikmat. Bukankah ini sebuah pesan dari Allah bahwa ironi kehidupan kita sudah begitu absurdnya.

Bukankah juga sebuah ironi jika kita bisa bertahan hidup ‘tenang’ di sebuah negara hukum, sementara penegak hukumnya adalah godam yang meluluhlantakkan hukum itu sendiri.

Hanya mereka yang tidak takut kepada Allah sajalah yang dengan senang hati memperjualbelikan ayat demi ayat dan pasal demi pasal untuk kepentingan tertentu.

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS An-Nahl 112)   

Namun, jika yangkedua yang terjadi, berkaca pada perumpamaan tadi negeri ini sungguh telah berubah menjadi negeri berlimpah bencana dan penuh kesengsaraan. Semua berlangsung seperti di luar kendali ketika rasa aman dan sejahtera telah lenyap bersama hilangnya berkah kehidupan.

Oleh karena itu, pantas jika ironi di bidang hukum, suka pula memunculkan ironi lanjutan ketika orang yang lemah berhadapan dengan hukum. Secara berkelakar ia akan ditanya terkena pasal berapa? Dengan demikian, karena jeratan pasal itu, ia harus menginap di balik jeruji.

Akan tetapi, jika yang bermasalah dengan hukum adalah orang penuh daya, banyak uang, status sosial tinggi, dekat ring kekuasaan, tanpa takut kepada Allah dengan enteng ia akan bertanya, berapa harga pasal yang dikenakan kepadanya.

Di negeri kita, hal begini sering terjadi di depan mata. Hukum telah kehilangan lubb-nya sehingga tak mengandung pesan positif yang dapat berubah menjadi keberkahan hidup. Hukum telah berubah menjadi laknat dalam kehidupan sehari-hari. Bangsa Indonesia yang selama ini dikenal amat religius, sangat menjunjung nilai-nilai ketimuran, sarat dengan keagungan adat, memiliki tingkat toleransi yang tinggi, sejatinya telah jatuh dalam sumur hukum tanpa dasar.

Jangankan memikirkan cara bagaimana keluar dari sumur itu, membayangkan kesadaran yang tersisa pun kita tak berani. Lihatlah di negeri ini, betapa institusi hukum dibuat hanya untuk dirusak. Lihatlah betapa komisi demi komisi dibuat dan badan demi badan dibentuk, tetapi korupsi terus menguatkan dirinya sendiri.

Semakin canggih perangkat penegaknya dibuat, akan semakin canggih pula baron-baron hukum menyiasatinya. ‘Senjata makan tuan,’ ‘mulutmu harimaumu,’ ‘kau yang mulai kau yang meng akhiri’, serta banyak pameo lain subur di negeri ini. 

Di negara hukum inilah, pedang keadilan jamak memenggal lehernya sendiri. Berharap lahirnya tokoh ‘Judge Bao’, bak pungguk merindukan bulan. Sesuatu yang mustahil terjadi tanpa bantuan Allah.

Pada saat-saat seperti itu, seharusnya kesadaran betapa kecilnya diri ini, betapa tak kuasanya bangsa ini, dan betapa butuhnya kita akan pertolongan dari Allah, dimunculkan dalam diri. Segeralah tanamkan rasa takut kepada Allah. Karena kita sudah menyianyiakan anugerah kehidupan. Bersyukurlah kepada-Nya karena begitu banyak nikmat telah kita ingkari. 

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ “Dan apa saja yang ada pada kamu, maka nikmat itu datangnya dari Allah. Lalu, jika kamu disentuh oleh kemudaratan, hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan." (QS an-Nahl [16]: 53). 

Namun, mungkinkah khosyyah kepada Allah datang di saat kita semua bermain-main dengan kehidupan? Masihkah kita menyisakan rasa khawatir akan sempitnya kehidupan di saat begitu banyak karunia Allah kita kufurkan?  

Beginilah nasib hukum yang hilang keberkahannya disebabkan  keadilan tak mampu menjangkau mereka yang seharusnya dilindungi oleh hukum. Hukum yang rusak secara signifikan akan menyebabkan sendi kehidupan lainnya terjerembab. Lihatlah betapa berbedanya antara law (al-hukmu) dengan justice (al-’adalah).  

Referensi : Perkara yang Bisa Menyebabkan Keberkahan Hidup Hilang


Empat Tanda Hidup Anda Mendapat Keberkahan

Empat Tanda Hidup Anda Mendapat KeberkahanBerkah dalam bahasa Arab berarti nikmat. Keberkahan dalam hidup adalah hal yang didambakan setiap umat Islam. Hidup yang penuh berkah akan mendapat limpahan kebaikan dan petunjuk dari Allah SWT.  Ada beberapa tanda saat hidup kita dalam keberkahan.  Berikut 4 di antaranya:  1. Merasakan kerinduan kepada Allah SWT. Orang yang dalam keberkahan, akan menyadari bahwa manusia tidak akan mendapatkan apapun tanpa pertolongan dari Allah. Mereka menyadari bahwa segala nikmat bersumber dari Allah.Hal itu akan menciptakan kerinduan kepada-Nya.  “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Al-Anfal: 2-3)  2. Sabar menghadapi ujian  Orang yang dianugerahkan keberkahan dalam hidupnya akan mudah bersabar dalam menghadapi ujian. Allah SWT berfirman:  “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. (QS. Ali Imran: 200).  3.  Istiqomah dalam kebaikan  Orang yang beristiqomah atau konsisten dalam kebaikan berarti ia akan terus memegang teguh perintah Allah dalam segala kondisi. Orang yang hidupnya dalam keberkahan maka ia akan melaksanakan kebaikan secara konsisten sampai akhir hidupnya.   Allah SWT berfirman:  “Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya (Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh, dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (QS. Ali Imran: 101)  4. Merasakan kenikmatan beramal saleh  Tanda hidup mendapat keberkahan adalah merasakan kenikmatan dalam beribadah.  Allah SWT berfirman:  “Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam”. (QS: Al-An'am: 125)
Berkah dalam bahasa Arab berarti nikmat. Keberkahan dalam hidup adalah hal yang didambakan setiap umat Islam. Hidup yang penuh berkah akan mendapat limpahan kebaikan dan petunjuk dari Allah SWT.  Ada beberapa tanda saat hidup kita dalam keberkahan.

Berikut 4 di antaranya:

1. Merasakan kerinduan kepada Allah SWT. Orang yang dalam keberkahan, akan menyadari bahwa manusia tidak akan mendapatkan apapun tanpa pertolongan dari Allah. Mereka menyadari bahwa segala nikmat bersumber dari Allah.Hal itu akan menciptakan kerinduan kepada-Nya.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Al-Anfal: 2-3)

2. Sabar menghadapi ujian

Orang yang dianugerahkan keberkahan dalam hidupnya akan mudah bersabar dalam menghadapi ujian. Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. (QS. Ali Imran: 200).

3.  Istiqomah dalam kebaikan

Orang yang beristiqomah atau konsisten dalam kebaikan berarti ia akan terus memegang teguh perintah Allah dalam segala kondisi. Orang yang hidupnya dalam keberkahan maka ia akan melaksanakan kebaikan secara konsisten sampai akhir hidupnya. 

Allah SWT berfirman:

“Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya (Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh, dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (QS. Ali Imran: 101)

4. Merasakan kenikmatan beramal saleh

Tanda hidup mendapat keberkahan adalah merasakan kenikmatan dalam beribadah.

Allah SWT berfirman:

“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam”. (QS: Al-An'am: 125)


Referensi : Empat Tanda Hidup Anda Mendapat Keberkahan



Tanda-tanda Hidup Anda Berkah

Tanda-tanda Hidup Anda Berkah
Tanda-tanda Hidup Anda Berkah. Seringkali kita mendengar kata-kata; semoga berkah dalam keseharian kita. Pun kita jadi terbiasa berkata-kata semoga berkah. Lalu berkah itu sendiri apa? Dan apakah tandanya kehidupan kita sudah berkah dan atau diberkahi Allah?

Berkah berasal dari bahasa Arab, yakni barokah, artinya nikmat. Dalam istilah lain berkah adalah mubarak, dan tabaruk yang berarti nikmat.

Menurut Imam Al-Ghazali istilah, berkah (barokah) artinya “bertambahnya kebaikan”. Sementara para ulama juga menjelaskan makna berkah sebagai segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah-berkah material dan spiritual, seperti keamanan, ketenangan, kesehatan, harta, anak, dan usia.

Dalam keseharian, kita acapkali mendengar kata “semoga berkah”, bermaksud mencari kebaikan atau tambahan kebaikan, baik kebaikan berupa bertambahnya harta, rezeki, maupun berupa kesehatan, ilmu, dan amal kebaikan (pahala).

Dalam Al-Qur`an kata berkah (barakah) hadir dengan beberapa makna, di antaranya: kelanggengan kebaikan, banyak, dan bertambahnya kebaikan. Al-Quran sendiri merupakan berkah bagi manusia sebagaimana firman-Nya:

“Ini (Al-Quran) adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran.” (QS. Shaad: 29).

Sementara berkah atau barakah dalam arti yang luas menyangkut masyarakat atau kaum bermakna sebagai kebaikan, keselamatan, dan kesejahteraan bagi seluruh kaum dalam suatu wilayah. Hal ini tercantum dalam ayatAl Quran:

“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96).

Setidaknya dari kedua ayat tersebut dapat kita pahami bahwa sumber dan Al Quran adalah keberkahan bagi orang-orang yang beriman dan keberkahan itu datangnya dari Allah Swt. Sementara syarat untuk datangnya berkah dari Allah adalah dengan beriman dan bertakwa. Ini berlaku baik secara individu maupun bermasyarakat (jama’i) sehingga keberkahan dapat kita rasakan sebagai pribadi muslim maupun dalam kontek kehidupan bermasyarakat.

Sebagai pribadi, keberkahan dapat kita rasakan misalnya dengan mendaptkan hidup yang tenang, bahagia, sehat, rezeki yang cukup, anak shalih shalihah, tetangga yang baik dan sebagainya. Dalam konteks hidup bermasyarakat keberkahan itu seperti lingkungan aman, damai, tidak ada bencana, bahan makanan yang melimpah dan murah dan sebagainya.

Lalu bagaimana ciri orang yang merasakan hidupnya penuh berkah? Kita kembali mengacu pada Al Quran maupun hadits Rasulullah Saw. Ada beberapa indikator orang-orang yang mendapat berkah dalam hidupnya sesuai dengan kriteria Al Quran antara lain:
  1. Merasa nikmat dalam beramal shaleh (Al-An’am 6 : 125)
  2. Konsisten (istiqamah) dalam kebaikan (QS. Ali Imran 3:101)
  3. Merasakan kerinduan kepada Allah (QS. Al-Anfal 8 : 2-3)
Pandai menggunakan indra, akal dan fitrah untuk memilih yang terbaik (QS. An-Nahl:78)
  1. Pandai bersyukur (QS. Ibrahim 14:7, QS. Luqman 31:12)
  2. Selalu Shabar menghadapi ujian (QS. Ali Imran 3:200)
Sabar menghadapi penderitaan, sabar dalam menggapai kesuksesan, sabar dalam menyampaikan kebenaran, sabar dalam beribadah, dan sabar menghadapi berbagai karakter orang.

Setidaknya jika kita dapat merasakan indikator tersebut maka secara pribadi atau individu boleh disebut hidupnya penuh keberkahan.

Namun demikian setiap pribadi tentu akan merasakan keberkahan hidupnya yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

Meski demikian acuannya tetap sama yakni beriman dan bertakwa sehingga orang yang hidup gelimang harta dan serba kecukupan hidupnya belum tentu berkah selama dia tidak beriman dan bertakwa. 

Referensi : Tanda-tanda Hidup Anda Berkah


Tanda-tanda Hidup Anda Berkah

Tanda hidup yang tidak diberkahi Tuhan harus bisa kita teliti sedini mungkin, sebab, bila hal itu terjadi pada kita, kita terancam menjalani hidup menderita selamanya.  Menjalani hidup ini, hal yang paling kita butuhkan adalah keberkahan dari Tuhan.  Pasalnya, dengan mendapat keberkahan dariNya, semua urusan kita sejurus akan lancar, dan kita bisa menjalani hidup ini dengan hati yang tentram dan damai.  Namun, lantaran dunia ini menjadi tempat huni banyak orang, selalu ada orang-orang tertentu yang hidupnya justru menentangNya, sehingga berkah dariNya pun tak datang.  Orang-orang semacam itu menjalani hidup yang jauh dari berkah Tuhan, sehingga mereka selalu ada dalam kegelisahan dan ketakutan tanpa henti. Tanda-tanda Hidup Anda Berkah. Seringkali kita mendengar kata-kata; semoga berkah dalam keseharian kita. Pun kita jadi terbiasa berkata-kata semoga berkah. Lalu berkah itu sendiri apa? Dan apakah tandanya kehidupan kita sudah berkah dan atau diberkahi Allah?  BERKAH berasal dari bahasa Arab, yakni barokah, artinya nikmat. Dalam istilah lain berkah adalah mubarak, dan tabaruk yang berarti nikmat.  Menurut Imam Al-Ghazali istilah, berkah (barokah) artinya “bertambahnya kebaikan”. Sementara para ulama juga menjelaskan makna berkah sebagai segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah-berkah material dan spiritual, seperti keamanan, ketenangan, kesehatan, harta, anak, dan usia.  Dalam keseharian, kita acapkali mendengar kata “semoga berkah”, bermaksud mencari kebaikan atau tambahan kebaikan, baik kebaikan berupa bertambahnya harta, rezeki, maupun berupa kesehatan, ilmu, dan amal kebaikan (pahala).Dalam Al-Qur`an kata berkah (barakah) hadir dengan beberapa makna, di antaranya: kelanggengan kebaikan, banyak, dan bertambahnya kebaikan. Al-Quran sendiri merupakan berkah bagi manusia sebagaimana firman-Nya:  “Ini (Al-Quran) adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran.” (QS. Shaad: 29).  Sementara berkah atau barakah dalam arti yang luas menyangkut masyarakat atau kaum bermakna sebagai  kebaikan, keselamatan, dan kesejahteraan bagi seluruh kaum dalam suatu wilayah. Hal ini tercantum dalam ayatAl Quran:  “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96).  Setidaknya dari kedua ayat tersebut dapat kita pahami bahwa sumber dan Al Quran adalah keberkahan bagi orang-orang yang beriman dan keberkahan itu datangnya dari Allah Swt. Sementara syarat untuk datangnya berkah dari Allah adalah dengan beriman dan bertakwa. Ini berlaku baik secara individu maupun bermasyarakat (jama’i) sehingga keberkahan dapat kita rasakan sebagai pribadi muslim maupun dalam kontek kehidupan bermasyarakat.  Sebagai pribadi, keberkahan dapat kita rasakan misalnya dengan mendaptkan hidup yang tenang, bahagia, sehat, rezeki yang cukup, anak shalih shalihah, tetangga yang baik dan sebagainya. Dalam konteks hidup bermasyarakat keberkahan itu seperti lingkungan aman, damai, tidak ada bencana, bahan makanan yang melimpah dan murah dan sebagainya.  Lalu bagaimana ciri orang yang merasakan hidupnya penuh berkah? Kita kembali mengacu pada Al Quran maupun hadits Rasulullah Saw. Ada beberapa indikator orang-orang yang mendapat berkah dalam hidupnya sesuai dengan kriteria Al Quran antara lain:  Merasa nikmat  dalam beramal shaleh (Al-An’am 6 : 125)  Konsisten (istiqamah) dalam kebaikan (QS. Ali Imran 3:101)  Merasakan kerinduan kepada Allah (QS. Al-Anfal 8 : 2-3)  Pandai menggunakan indra, akal dan fitrah untuk memilih yang terbaik (QS. An-Nahl:78)  Pandai bersyukur (QS. Ibrahim 14:7, QS. Luqman 31:12)  Selalu Shabar menghadapi ujian (QS. Ali Imran 3:200)  Sabar menghadapi penderitaan, sabar dalam menggapai kesuksesan, sabar dalam menyampaikan kebenaran, sabar dalam beribadah, dan sabar menghadapi berbagai karakter orang.  Setidaknya jika kita dapat merasakan indikator tersebut maka secara pribadi atau individu boleh disebut hidupnya penuh keberkahan.  Namun demikian setiap pribadi tentu akan merasakan keberkahan hidupnya yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.  Meski demikian acuannya tetap sama yakni beriman dan bertakwa sehingga orang yang hidup gelimang harta dan serba kecukupan hidupnya belum tentu berkah selama dia tidak beriman dan bertakwa.  Tanda hidup yang tidak diberkahi Tuhan harus bisa kita teliti sedini mungkin, sebab, bila hal itu terjadi pada kita, kita terancam menjalani hidup menderita selamanya.  Menjalani hidup ini, hal yang paling kita butuhkan adalah keberkahan dari Tuhan.  Pasalnya, dengan mendapat keberkahan dariNya, semua urusan kita sejurus akan lancar, dan kita bisa menjalani hidup ini dengan hati yang tentram dan damai.  Namun, lantaran dunia ini menjadi tempat huni banyak orang, selalu ada orang-orang tertentu yang hidupnya justru menentangNya, sehingga berkah dariNya pun tak datang.  Orang-orang semacam itu menjalani hidup yang jauh dari berkah Tuhan, sehingga mereka selalu ada dalam kegelisahan dan ketakutan tanpa henti.
Tanda-tanda Hidup Anda Berkah. Seringkali kita mendengar kata-kata; semoga berkah dalam keseharian kita. Pun kita jadi terbiasa berkata-kata semoga berkah. Lalu berkah itu sendiri apa? Dan apakah tandanya kehidupan kita sudah berkah dan atau diberkahi Allah?

BERKAH berasal dari bahasa Arab, yakni barokah, artinya nikmat. Dalam istilah lain berkah adalah mubarak, dan tabaruk yang berarti nikmat.

Menurut Imam Al-Ghazali istilah, berkah (barokah) artinya “bertambahnya kebaikan”. Sementara para ulama juga menjelaskan makna berkah sebagai segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah-berkah material dan spiritual, seperti keamanan, ketenangan, kesehatan, harta, anak, dan usia.

Dalam keseharian, kita acapkali mendengar kata “semoga berkah”, bermaksud mencari kebaikan atau tambahan kebaikan, baik kebaikan berupa bertambahnya harta, rezeki, maupun berupa kesehatan, ilmu, dan amal kebaikan (pahala).Dalam Al-Qur`an kata berkah (barakah) hadir dengan beberapa makna, di antaranya: kelanggengan kebaikan, banyak, dan bertambahnya kebaikan. Al-Quran sendiri merupakan berkah bagi manusia sebagaimana firman-Nya:

“Ini (Al-Quran) adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran.” (QS. Shaad: 29).

Sementara berkah atau barakah dalam arti yang luas menyangkut masyarakat atau kaum bermakna sebagai  kebaikan, keselamatan, dan kesejahteraan bagi seluruh kaum dalam suatu wilayah. Hal ini tercantum dalam ayatAl Quran:

“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96).

Setidaknya dari kedua ayat tersebut dapat kita pahami bahwa sumber dan Al Quran adalah keberkahan bagi orang-orang yang beriman dan keberkahan itu datangnya dari Allah Swt. Sementara syarat untuk datangnya berkah dari Allah adalah dengan beriman dan bertakwa. Ini berlaku baik secara individu maupun bermasyarakat (jama’i) sehingga keberkahan dapat kita rasakan sebagai pribadi muslim maupun dalam kontek kehidupan bermasyarakat.

Sebagai pribadi, keberkahan dapat kita rasakan misalnya dengan mendaptkan hidup yang tenang, bahagia, sehat, rezeki yang cukup, anak shalih shalihah, tetangga yang baik dan sebagainya. Dalam konteks hidup bermasyarakat keberkahan itu seperti lingkungan aman, damai, tidak ada bencana, bahan makanan yang melimpah dan murah dan sebagainya.

Lalu bagaimana ciri orang yang merasakan hidupnya penuh berkah? Kita kembali mengacu pada Al Quran maupun hadits Rasulullah Saw. Ada beberapa indikator orang-orang yang mendapat berkah dalam hidupnya sesuai dengan kriteria Al Quran antara lain:

Merasa nikmat  dalam beramal shaleh (Al-An’am 6 : 125)

Konsisten (istiqamah) dalam kebaikan (QS. Ali Imran 3:101)

Merasakan kerinduan kepada Allah (QS. Al-Anfal 8 : 2-3)

Pandai menggunakan indra, akal dan fitrah untuk memilih yang terbaik (QS. An-Nahl:78)

Pandai bersyukur (QS. Ibrahim 14:7, QS. Luqman 31:12)

Selalu Shabar menghadapi ujian (QS. Ali Imran 3:200)

Sabar menghadapi penderitaan, sabar dalam menggapai kesuksesan, sabar dalam menyampaikan kebenaran, sabar dalam beribadah, dan sabar menghadapi berbagai karakter orang.

Setidaknya jika kita dapat merasakan indikator tersebut maka secara pribadi atau individu boleh disebut hidupnya penuh keberkahan.

Namun demikian setiap pribadi tentu akan merasakan keberkahan hidupnya yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

Meski demikian acuannya tetap sama yakni beriman dan bertakwa sehingga orang yang hidup gelimang harta dan serba kecukupan hidupnya belum tentu berkah selama dia tidak beriman dan bertakwa. 


Referensi : Tanda-tanda Hidup Anda Berkah



Agar Rezeki Berkah Perhatikan Hal Ini

Agar Rezeki Berkah Perhatikan Hal IniAgar Rezeki Berkah Perhatikan Hal Ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyiapkan rezekinya bagi setiap hambaNya. Ya, semua orang telah ditentukan kadar rezeki yang akan diperolehnya.  Namun, meski begitu, rezeki itu tetaplah harus dicari. Dengan berusaha dan bertawakal kepada Allah, maka rezeki akan didapatkan.  Tentunya berusaha untuk memperoleh rezeki itu sudah mampu dilakukan banyak orang. Tapi, mereka yang mengais rezeki dengan tetap mengikuti adab-adab Islam bisa dibilang semakin jarang- menghalalkan segala cara.  Padahal, dengan memakai adab-adab dalam mencari rezeki, maka rezeki itu akan lebih berkah. Lantas, apa sajakah adab-adab itu? Allah Ta’ala tidaklah menciptakan kita kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Allah beriman, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” Dan tidaklah Allah menciptakan alam semesta dan seiisinya kecuali supaya menjadi pendukung kita beribadah untuk mencari kebahagiaan di akhirat. Allah berfirman, “Dan carilah negeri akhirat di dalam apa-apa yang Allah berikan kepadamu, dan janganlah engkau lupakan bagianmu di dunia.”  Oleh karena itu, hendaklah kita camkan bahwa niat kita berusaha dan bekerja adalah untuk mendukung ibadah kita kepada Allah. Kita bekerja untuk mendapatkan uang, untuk menutupi aurat kita, bisa kuat beribadah shalat, haji, shadaqah, untuk silaturrahmi ke rumah saudara, membiayai anak yatim, menjaga diri dari meminta-minta dan lain sebagainya.  Kedua, mencari rezeki yang halal  Rezeki yang haram merupakan sebab seseorang terjerumus ke dalam neraka. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ, “Setiap jasad yang tumbuh dari yang haram maka neraka lebih pantas untuknya,” (HR. Ath-Thabrani, dan dishahihkan Al-Albani dalam Shahihul Jami 4519).  Ketiga, tidak bertawakkal kepada sebab tersebut  Mengambil sebab adalah disyari’atkan, akan tetapi bertawakkal dan berserah diri kepada sebab dan menganggap bahwa sebab tersebut yang dengan sendirinya memberi manfaat maka ini adalah kesyirikan. Yang seharusnya adalah mengambil sebab dan tetap bertawakkal kepada Allah yang telah menciptakan sebab tersebut. Kalau Allah menghendaki maka kita akan diberi rezeki dengan sebab tersebut, dan kalau Allah menghendaki maka kita tidak diberi rezeki dengan sebab tersebut.  Dalam dzikir setelah shalat disebutkan, “Ya Allah tidak ada yang memberi apa yang Engkau tahan, dan tidak ada yang menahan apa yang Engkau beri,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Al-Mughirah bin Syu’bah).  Keempat, merasa cukup dengan pemberian Allah (Qanaah)  ﷺ bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dari banyaknya perhiasan dunia, akan tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa (merasa cukup dan kaya dengan pemberian Allah),” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).   Kelima, berdoa  Hal inilah yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ. Sebagaimana diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anha bahwasanya Nabi ﷺ setiap selesai salam dari shalat subuh beliau mengatakan, “Ya Allah aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, dan rezeki yang baik, dan amal shaleh yang diterima,” (HR. Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani).  Keenam, jangan sampai kesibukkan kita dalam mencari rezeki melalaikan kita dari menuntut ilmu, beribadah, dan berdakwah   Mencari rezeki dan menuntut ilmu bukanlah 2 hal yang bertentangan bagi siapa yang diberi taufik oleh Allah dan memiliki kesungguhan. Dari Umar bin Khaththab beliau berkata, “Dulu aku dan tetanggaku dari kaum Anshar tinggal di qabilah Umayyah bin Zaid di Awali Al-Madinah, kami bergantian pergi ke tempat Rasulullah ﷺ, hari ini aku yang pergi, kemudian besok dia yang pergi. Kalau aku yang pergi maka aku akan kembali kepadanya dengan membawa kabar hari itu baik wahyu maupun yang lain, dan kalau dia yang pergi maka juga melakukan yang demikian,” (HR. Al-Bukhari).    Referensi : Agar Rezeki Berkah Perhatikan. Agar Rezeki Berkah Perhatikan Hal Ini
Agar Rezeki Berkah Perhatikan Hal Ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyiapkan rezekinya bagi setiap hambaNya. Ya, semua orang telah ditentukan kadar rezeki yang akan diperolehnya.

Namun, meski begitu, rezeki itu tetaplah harus dicari. Dengan berusaha dan bertawakal kepada Allah, maka rezeki akan didapatkan.

Tentunya berusaha untuk memperoleh rezeki itu sudah mampu dilakukan banyak orang. Tapi, mereka yang mengais rezeki dengan tetap mengikuti adab-adab Islam bisa dibilang semakin jarang- menghalalkan segala cara.

Padahal, dengan memakai adab-adab dalam mencari rezeki, maka rezeki itu akan lebih berkah. Lantas, apa sajakah adab-adab itu? Allah Ta’ala tidaklah menciptakan kita kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Allah beriman, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” Dan tidaklah Allah menciptakan alam semesta dan seiisinya kecuali supaya menjadi pendukung kita beribadah untuk mencari kebahagiaan di akhirat. Allah berfirman, “Dan carilah negeri akhirat di dalam apa-apa yang Allah berikan kepadamu, dan janganlah engkau lupakan bagianmu di dunia.”

Oleh karena itu, hendaklah kita camkan bahwa niat kita berusaha dan bekerja adalah untuk mendukung ibadah kita kepada Allah. Kita bekerja untuk mendapatkan uang, untuk menutupi aurat kita, bisa kuat beribadah shalat, haji, shadaqah, untuk silaturrahmi ke rumah saudara, membiayai anak yatim, menjaga diri dari meminta-minta dan lain sebagainya.

Kedua, mencari rezeki yang halal

Rezeki yang haram merupakan sebab seseorang terjerumus ke dalam neraka. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ, “Setiap jasad yang tumbuh dari yang haram maka neraka lebih pantas untuknya,” (HR. Ath-Thabrani, dan dishahihkan Al-Albani dalam Shahihul Jami 4519).

Ketiga, tidak bertawakkal kepada sebab tersebut

Mengambil sebab adalah disyari’atkan, akan tetapi bertawakkal dan berserah diri kepada sebab dan menganggap bahwa sebab tersebut yang dengan sendirinya memberi manfaat maka ini adalah kesyirikan. Yang seharusnya adalah mengambil sebab dan tetap bertawakkal kepada Allah yang telah menciptakan sebab tersebut. Kalau Allah menghendaki maka kita akan diberi rezeki dengan sebab tersebut, dan kalau Allah menghendaki maka kita tidak diberi rezeki dengan sebab tersebut.

Dalam dzikir setelah shalat disebutkan, “Ya Allah tidak ada yang memberi apa yang Engkau tahan, dan tidak ada yang menahan apa yang Engkau beri,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Al-Mughirah bin Syu’bah).

Keempat, merasa cukup dengan pemberian Allah (Qanaah)

ﷺ bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dari banyaknya perhiasan dunia, akan tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa (merasa cukup dan kaya dengan pemberian Allah),” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Kelima, berdoa

Hal inilah yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ. Sebagaimana diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anha bahwasanya Nabi ﷺ setiap selesai salam dari shalat subuh beliau mengatakan, “Ya Allah aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, dan rezeki yang baik, dan amal shaleh yang diterima,” (HR. Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani).

Keenam, jangan sampai kesibukkan kita dalam mencari rezeki melalaikan kita dari menuntut ilmu, beribadah, dan berdakwah

Mencari rezeki dan menuntut ilmu bukanlah 2 hal yang bertentangan bagi siapa yang diberi taufik oleh Allah dan memiliki kesungguhan. Dari Umar bin Khaththab beliau berkata, “Dulu aku dan tetanggaku dari kaum Anshar tinggal di qabilah Umayyah bin Zaid di Awali Al-Madinah, kami bergantian pergi ke tempat Rasulullah ﷺ, hari ini aku yang pergi, kemudian besok dia yang pergi. Kalau aku yang pergi maka aku akan kembali kepadanya dengan membawa kabar hari itu baik wahyu maupun yang lain, dan kalau dia yang pergi maka juga melakukan yang demikian,” (HR. Al-Bukhari).


Referensi : Agar Rezeki Berkah Perhatikan



Penyebab Seseorang Dijauhi Rezeki dan Hidup Tidak Berkah

Penyebab Seseorang Dijauhi Rezeki dan Hidup Tidak Berkah Penyebab Seseorang Dijauhi Rezeki dan Hidup Tidak Berkah. Rezeki tidak hanya berupa uang atau harta kekayaan. Apapun yang dirasakan manusia merupakan rezeki yang diberikan oleh Allah SWT.  Wujud rezeki yang paling besar adalah kesehatan. Harta kekayaan tidak ada harganya jika dirinya tidak sehat. Kesehatan pun bisa dipilah menjadi beberapa bagian, di antaranya kesehatan tubuh, kesehatan pikiran, dan kesehatan hati.  Dari tiga macam rezeki kesehatan tersebut, kesehatan hati adalah yang paling utama, selanjutnya pikiran, kemudian tubuh.  dari tiga macam rezeki kesehatan ini tidak dapat berdiri sendiri. Kesehatan tubuh membutuhkan kesehatan hati, begitu juga sebaliknya.Dengan demikian, rezeki memiliki arti yang sangat luas, tidak selalu tentang harta dan kekayaan. Rezeki yang beraneka ragam tersebut akan jauh dari seseorang apabila dirinya menyimpan hal-hal yang tidak baik.   Sebagaimana dikutip Bondowoso Network dari channel YouTube ESA Production, ada 6 perkara yang menyebabkan rezeki seseorang menjauh dan tidak berkah menurut primbon Jawa.  1. Tidak menghargai pemberian orang lain  Setiap orang akan sangat mudah menghargai pemberian orang lain manakala pemberiannya sangat besar dan berharga. Berbeda jika pemberian tersebut kecil dan tidak berharga, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menghargainya. Menghargai pemberian orang lain bukan hanya sekedar mengucap terimakasih saat menerimanya, lalu membuangnya saat si pemberi tidak ada.  Akan tetapi hatinya sangat bersyukur kepada Allah karena telah mendapatkan pemberian dari orang lain, terlepas dari besar atau kecilnya pemberian.  2. Iri terhadap kesuksesan orang lain  Tidak ada seorang pun yang bisa lepas dari rasa iri. Akan tetapi, cara seseorang menghadapi rasa iri, antara satu dengan lain berbeda-beda.  Ada yang membiarkan rasa iri terus menggerogoti hatinya. Ada pula yang menyadari bahwa rasa iri ini harus segera dimusnahkan.  Rasa iri adalah bentuk bisikan setan supaya dirinya tidak ikhlas saat ada orang lain mendapatkan kebahagiaan.atkan pemberian dari orang lain, terlepas dari besar atau kecilnya pemberian.  3. Sering ribut  Keributan yang sering terjadi yaitu antara suami dan istri serta orang tua dan anak. Sebab orang-orang itulah yang sering diajak untuk berinteraksi. Terjadinya keributan dalam sebuah keluarga disebabkan oleh adanya ketidaksepahaman antara anggota keluarga satu dengan lainnya. Misalnya, suami tidak sepaham dengan apa yang diinginkan dan dimaksudkan oleh istri, atau orang tua tidak sepaham dengan anak. Seharusnya, setiap anggota keluarga harus saling memahami keinginan anggota keluarga yang lain serta membuang egonya sendiri.  Dengan begitu, keributan tidak akan pernah terjadi. Sehingga energi yang ada di rumah adalah energi positif yang dapat mendatangkan rezeki.  Sebaliknya, jika masing-masing anggota keluarga tidak ada yang bisa mengontrol keributan, otomatis akan mendatangkan energi negatif yang menolak datangnya rezeki.  4. Menyakiti hati orang tua  Kedua orang tua adalah orang yang menjadi perantara manusia dapat terlahir ke dunia ini. Mereka adalah malaikat penjaga yang nyata.    Al-Qur'an melarang keras seorang anak untuk menyakiti hati orang tuanya, sekalipun hanya berkata "ah".  Anak yang menyakiti hati orang tuanya akan dijauhi oleh rezeki. Sebab rezeki adalah pemberian Allah. Sedangkan Allah melarang anak menyakiti hati orang tuanya.  5. Memberi yang disertai dengan pamrih  Pamrih adalah adalah adanya maksud terselubung untuk mendapatkan keuntungan saat memberi atau membantu orang lain. Orang pamrih sama halnya dengan orang yang tidak ikhlas. Dia memberi karena ingin balasan atau keuntungan yang lebih. Cara memberi seperti ini tidak disarankan, bahkan dilarang. Sebab hanya menjadikan hatinya semakin kotor.  Memberi dengan disertai rasa pamrih dapat menjauhkan rezeki. Allah hanya akan membalas pemberian seseorang yang dilandasi dengan hati ikhlas.  6. Sombong  Sombong dan angkuh merupakan sifat yang tidak pantas disandang oleh manusia. Sifat ini hanya pantas disandang oleh Allah SWT. Tidak ada alasan bagi setiap makhluknya untuk berlaku sombong dan angkuh di hadapan orang lain. Manusia yang angkuh dan sombong, selain tidak disukai Allah dan orang lain, juga dapat menjauhkan rezekinya.Rezeki sangat enggan untuk mendatangi orang-orang yang sombong dan angkuh. Dengan demikian, jalan rezeki orang tersebut akan sangat sempit. Setelah mengetahui semua penyebab rezeki tidak mau mendekat, kita harus introspeksi diri.. Penyebab Seseorang Dijauhi Rezeki dan Hidup Tidak Berkah
Penyebab Seseorang Dijauhi Rezeki dan Hidup Tidak Berkah. Rezeki tidak hanya berupa uang atau harta kekayaan. Apapun yang dirasakan manusia merupakan rezeki yang diberikan oleh Allah SWT. 
Wujud rezeki yang paling besar adalah kesehatan. Harta kekayaan tidak ada harganya jika dirinya tidak sehat. Kesehatan pun bisa dipilah menjadi beberapa bagian, di antaranya kesehatan tubuh, kesehatan pikiran, dan kesehatan hati.

Dari tiga macam rezeki kesehatan tersebut, kesehatan hati adalah yang paling utama, selanjutnya pikiran, kemudian tubuh.  dari tiga macam rezeki kesehatan ini tidak dapat berdiri sendiri. Kesehatan tubuh membutuhkan kesehatan hati, begitu juga sebaliknya.Dengan demikian, rezeki memiliki arti yang sangat luas, tidak selalu tentang harta dan kekayaan. Rezeki yang beraneka ragam tersebut akan jauh dari seseorang apabila dirinya menyimpan hal-hal yang tidak baik.   Sebagaimana dikutip Bondowoso Network dari channel YouTube ESA Production, ada 6 perkara yang menyebabkan rezeki seseorang menjauh dan tidak berkah menurut primbon Jawa.

1. Tidak menghargai pemberian orang lain

Setiap orang akan sangat mudah menghargai pemberian orang lain manakala pemberiannya sangat besar dan berharga. Berbeda jika pemberian tersebut kecil dan tidak berharga, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menghargainya. Menghargai pemberian orang lain bukan hanya sekedar mengucap terimakasih saat menerimanya, lalu membuangnya saat si pemberi tidak ada.  Akan tetapi hatinya sangat bersyukur kepada Allah karena telah mendapatkan pemberian dari orang lain, terlepas dari besar atau kecilnya pemberian.

2. Iri terhadap kesuksesan orang lain

Tidak ada seorang pun yang bisa lepas dari rasa iri. Akan tetapi, cara seseorang menghadapi rasa iri, antara satu dengan lain berbeda-beda.

Ada yang membiarkan rasa iri terus menggerogoti hatinya. Ada pula yang menyadari bahwa rasa iri ini harus segera dimusnahkan.

Rasa iri adalah bentuk bisikan setan supaya dirinya tidak ikhlas saat ada orang lain mendapatkan kebahagiaan.atkan pemberian dari orang lain, terlepas dari besar atau kecilnya pemberian.

3. Sering ribut

Keributan yang sering terjadi yaitu antara suami dan istri serta orang tua dan anak. Sebab orang-orang itulah yang sering diajak untuk berinteraksi. Terjadinya keributan dalam sebuah keluarga disebabkan oleh adanya ketidaksepahaman antara anggota keluarga satu dengan lainnya. Misalnya, suami tidak sepaham dengan apa yang diinginkan dan dimaksudkan oleh istri, atau orang tua tidak sepaham dengan anak.

Seharusnya, setiap anggota keluarga harus saling memahami keinginan anggota keluarga yang lain serta membuang egonya sendiri.

Dengan begitu, keributan tidak akan pernah terjadi. Sehingga energi yang ada di rumah adalah energi positif yang dapat mendatangkan rezeki.

Sebaliknya, jika masing-masing anggota keluarga tidak ada yang bisa mengontrol keributan, otomatis akan mendatangkan energi negatif yang menolak datangnya rezeki.

4. Menyakiti hati orang tua

Kedua orang tua adalah orang yang menjadi perantara manusia dapat terlahir ke dunia ini. Mereka adalah malaikat penjaga yang nyata.


Al-Qur'an melarang keras seorang anak untuk menyakiti hati orang tuanya, sekalipun hanya berkata "ah".

Anak yang menyakiti hati orang tuanya akan dijauhi oleh rezeki. Sebab rezeki adalah pemberian Allah. Sedangkan Allah melarang anak menyakiti hati orang tuanya.

5. Memberi yang disertai dengan pamrih

Pamrih adalah adalah adanya maksud terselubung untuk mendapatkan keuntungan saat memberi atau membantu orang lain. Orang pamrih sama halnya dengan orang yang tidak ikhlas. Dia memberi karena ingin balasan atau keuntungan yang lebih. Cara memberi seperti ini tidak disarankan, bahkan dilarang. Sebab hanya menjadikan hatinya semakin kotor.

Memberi dengan disertai rasa pamrih dapat menjauhkan rezeki. Allah hanya akan membalas pemberian seseorang yang dilandasi dengan hati ikhlas.

6. Sombong

Sombong dan angkuh merupakan sifat yang tidak pantas disandang oleh manusia. Sifat ini hanya pantas disandang oleh Allah SWT. Tidak ada alasan bagi setiap makhluknya untuk berlaku sombong dan angkuh di hadapan orang lain. Manusia yang angkuh dan sombong, selain tidak disukai Allah dan orang lain, juga dapat menjauhkan rezekinya.Rezeki sangat enggan untuk mendatangi orang-orang yang sombong dan angkuh. Dengan demikian, jalan rezeki orang tersebut akan sangat sempit. Setelah mengetahui semua penyebab rezeki tidak mau mendekat, kita harus introspeksi diri.


Referensi : Penyebab Seseorang Dijauhi Rezeki dan Hidup Tidak Berkah