This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Jumat, 05 Agustus 2022

8 Tanda Stres yang Sering Tidak Anda Sadari

yang padat sering membuat Anda tidak menyadari jika kondisi kesehatan mental sedang terganggu. Ya, banyak orang yang tidak sadar sedang mengalami kondisi yang tergolong sebagai tanda stres. Lalu, apa saja kondisi yang tidak disadari sebagai tanda dari stres? Simak penjelasannya berikut ini. Berbagai penyebab yang dapat menjadi pertanda stres

Berikut beberapa kondisi yang sering tidak disadari:

1. Merasa terlalu emosional

Saat senggang, Anda mungkin sering memikul banyak beban pikiran dan masalah yang mungkin tak bisa Anda bagi dengan orang lain. Lama-kelamaan, beban pikiran tersebut turun ke perasaan dan membuat Anda menjadi emosional.

Namun, hal tersebut sering Anda anggap sebagai suatu hal yang normal terjadi. Saat itu, Anda hanya menganggap bahwa sedang dalam keadaan rapuh, sehingga merasa emosional adalah hal yang wajar.

Padahal, hal ini bisa jadi salah satu tanda stres yang tak Anda sadari. Jika Anda membiarkannya berlarut-larut, hal tersebut bisa menjadi cikal bakal gangguan mental dan emosional yang berkepanjangan.

2. Lebih sibuk dari biasanya

Biasanya, menjadi lebih sibuk tak melulu karena memang ada kesibukan, tetapi karena sedang ingin mengalihkan pikiran dari masalah yang sedang melanda. Sebagai contoh masalah keluarga, masalah dengan pasangan, dan lain-lain.

Ini artinya, saat mendadak ingin lebih sibuk, padahal tak ada hal penting yang harus dikerjakan, itu adalah salah satu tanda stres dan kesibukan itu adalah upaya Anda untuk menghindarinya.

Hal tersebut mungkin bisa menjadi jalan pintas sesaat untuk mencegah stres Anda alami. Namun, terlalu sibuk justru bisa mendatangkan stres dan gangguan emosional.

Oleh sebab itu, alih-alih mencari banyak kesibukan untuk ‘lari’ dari stres, lebih baik hadapi dan selesaikan permasalahan yang membuat Anda stres.

3. Sensitif atau lebih mudah marah

Tanda stres lain adalah Anda menjadi lebih mudah marah. Anda mungkin tak menyadari, tetapi hal-hal kecil yang mengganggu tetapi biasanya bisa Anda maklumi, kini dapat menyulut amarah dengan begitu mudahnya.

Bahkan, Anda juga lebih sering melampiaskan amarah kepada orang-orang terdekat. Hal ini jelas menggambarkan bahwa Anda sedang stres dan terganggu stabilitas emosinya.

Anda perlu berhati-hati jika sudah menunjukkan gejala stres yang satu ini. Pasalnya, bisa jadi Anda justru menyakiti perasaan orang lain hanya demi melampiaskan amarah yang tak ada kaitannya dengan orang tersebut.

Mengontrol diri dalam keadaan seperti ini memang merupakan tantangan yang cukup sulit. Namun, bukan berarti orang lain ikut menanggung amarah tersebut.

4. Mood swing

Mood swing adalah kondisi saat kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan terasa begitu dekat. Ketiga hal tersebut terjadi secara bergantian dan tiba-tiba tanpa sebab yang jelas.

Jika hal ini terjadi, mungkin ada yang salah dengan kondisi kesehatan mental Anda. Artinya, mood swing bisa menjadi salah satu tanda stres yang tak Anda sadari.

Solusi yang bisa Anda coba untuk mengatasi kondisi yang terjadi akibat stres adalah membicarakan penyebab stres. Cobalah untuk berbagi dan menumpahkan perasaan Anda pada seseorang yang dapat memberikan sebuah perspektif lain dalam memandang hidup.

Akan lebih baik jika orang tersebut Anda rasa dapat memiliki solusi untuk masalah yang sedang Anda hadapi saat itu. Terkadang, dengan berbicara dengan orang lain, Anda baru sadar apa yang sedang terjadi pada diri sendiri.

5. Hilang arah dan tujuan hidup

Hidup dengan arah dan tujuan yang jelas dapat memberikan dampak yang baik untuk diri Anda. Bahkan, Anda bisa lebih percaya diri untuk menjalani hari.

Akan tetapi, stres terkadang membuat Anda merasa hilang arah dan tujuan. Tanda stres seperti ini tentu patut Anda waspadai sebelum menjadi semakin parah.

Saat Anda merasa arah dan tujuan hidup hilang, sirna pula kebahagiaan menjalani hidup. Contohnya, saat Anda gagal meraih suatu hal yang selama ini memicu semangat menjalani hari, bisa jadi semangat tersebut ikut lenyap seiring dengan kegagalan tersebut.

Ya, kondisi tersebut dapat terjadi karena stres dan jika tak segera Anda atasi, bisa mengakibatkan gangguan emosional berkepanjangan.

6. Selalu ingin memegang kendali

Tanda atau gejala stres lain yang juga kerap terjadi adalah terobsesi untuk mengendalikan segala sesuatu, termasuk hal-hal yang sebenarnya bukan ada pada kendali Anda.

Kecenderungan tersebut sangat lumrah terjadi. Intinya, Anda berusaha sebagaimana mungkin untuk mengubah semua hal menjadi seperti apa yang Anda inginkan.

Untuk mengatasi gejala tersebut, sebaiknya Anda berusaha untuk menerima realitas dan fokus pada hal-hal dalam diri Anda sendiri.

7. Pilih hal-hal yang berisiko

Tak sedikit dari Anda yang mungkin memilih melakukan hal-hal yang berisiko sebagai cara untuk melarikan diri dari stres. Contohnya, minum alkohol secara berlebihan, berjudi, melakukan hubungan seks dengan orang yang tak seharusnya, dan masih banyak lagi.

Menurut Cleveland Clinic, perilaku-perilaku penuh risiko seperti ini bisa jadi tanda stres yang tak Anda sadari. Gejala ini tentu dapat merugikan, apalagi jika Anda tak ada upaya untuk menghentikannya.

Bahkan, bisa jadi kondisi ini lama-kelamaan menjadi kebiasaan yang tak bisa lagi Anda hentikan. Oleh sebab itu, sebelum kondisinya bertambah parah, segera atasi stres dan hindari hal-hal yang berisiko ini.

8. Isolasi diri

Tanda stres lain yang juga perlu Anda waspadai adalah menghindari orang lain, bahkan orang terdekat, dan memilih untuk mengisolasi diri. Ini artinya, Anda memilih untuk mengurung diri dan tidak mau bertemu dengan orang lain.

Anda mungkin berpikir cara tersebut dapat membantu mengatasi stres yang melanda. Padahal, hal ini berpotensi membuat Anda semakin stres. Bagaimana bisa?

Pasalnya, pada saat itu, Anda justru hidup dengan pikiran-pikiran negatif yang cenderung muncul saat Anda sedang stres. Oleh sebab itu, jika Anda melihat ada orang lain atau orang terdekat memutuskan untuk menyendiri, segera dampingi dan jangan biarkan ia menyendiri terlalu lama.

Referensi : 8 Tanda Stres yang Sering Tidak Anda Sadari

















Gangguan Psikosomatis, Saat Pikiran Memengaruhi Kesehatan Tubuh

Gangguan Psikosomatis, Saat Pikiran Memengaruhi Kesehatan Tubuh. Tanpa Anda sadari, setiap hari Anda bisa dihadapkan dengan berbagai macam hal yang bisa memicu stres. Mulai dari stres akibat kemacetan di jalan, pertengkaran dengan pasangan, atau stres akibat masalah keuangan yang tidak kunjung membaik. Meski umumnya dapat diatasi, stres yang tidak berujung bisa berdampak buruk bagi kesehatan, salah satunya menyebabkan gangguan psikosomatis. Penasaran dengan kondisi ini? Baca selengkapnya pada ulasan berikut.

Apa itu psikosomatis (psikosomatik)?

Psikosomatis berasal dari kata “psyche” yang berarti fisik dan “soma” yang berarti tubuh. Psikosomatis atau psikosomatik adalah istilah yang mengacu pada keluhan gejala fisik yang muncul akibat pikiran dan emosi yang dirasakan seseorang.

Sayangnya, beberapa orang masih menganggap bahwa gejala yang ditimbulkan dari kondisi ini adalah khayalan alias tidak benar-benar terjadi. Alasannya, karena gejala yang dikeluhkan tidak menunjukkan adanya kelainan fisik setelah pemeriksaan dilakukan.

Hal ini menyebabkan penderitanya tidak segera memeriksakan diri ke dokter dan terlambat mendapatkan pengobatan. Padahal kenyatannya, gejala fisik yang dirasakan memang nyata dan memerlukan pengobatan seperti halnya penyakit lain.

Gangguan psikosomatis bisa berasal atau diperburuk oleh stres dan rasa cemas. Sebagai contoh, penderita depresi dapat merasakan gejala psikosomatik, terutama saat sistem kekebalan tubuhnya telah melemah karena ia tidak bisa mengelola stres dan rasa cemasnya dengan baik.

Keterkaitan psikosomatis dengan pikiran dan emosi telah dijlaskan pada situs Michigan Medicine. Otak menghasilkan berbagai zat kimia yang bermanfaat bagi kesehatan. Sebagai contoh, zat endorfin yang bisa menghilangkan rasa sakit atau zat gamma globulin yang bisa memperkuat sistem imun tubuh yang lemah. Nah, seluruh zat yang diproduksi tersebut sebagian besar bergantung dengan pikiran dan emosi Anda.  Jika saat tubuh Anda merasakan sakit, tapi Anda tetap berpikir positif dan yakin merasa lebih baik, maka otak Anda akan memproduksi endorfin lebih banyak sehingga bisa membantu kesembuhan.

Sebaliknya, jika pikiran dan emosi Anda cenderung negatif, otak tidak memproduksi bahan kimia yang membantu kepulihan tubuh. Tubuh malah akan melepaskan hormon yang mempercepat detak jantung, meningkatkan tekanan darah, dan membuat otot jadi tegang. Kondisi inilah yang pada akhirnya menimbulkan gejala pada tubuh.  Apa saja tanda dan gejala psikosomatis? Seseorang dengan psikosomatik bisa mengalami gejala yang bervasiasi, umumnya adalah:

  1. Muncul sensasi “kupu-kupu beterbangan” di perut.
  2. Jantung berdebar lebih kencang dari biasanya.
  3. Telapak tangan berkeringat.
  4. Otot-otot tubuh menegang yang menyebabkan nyeri otot.

Di samping itu, beberapa gejala yang ditimbulkan juga bisa bergantung dengan jenis kelamin penderitanya. Wanita lebih sering melaporkan gejala berupa tubuh kelelahan meski cukup tidur, mudah tersinggung, perut kembung, dan siklus menstruasi tidak beraturan. Di sisi lain, pria lebih sering mengalami nyeri dada, tekanan darah meningkat, dan gairah seks menurun.  Gejala gangguan psikosomatis juga bisa berbeda-beda jika dilihat dari faktor usia. Anak-anak dan remaja lebih sering mengalami gangguan pencernaan. Sementara pada lanjut usia atau lansia, biasanya mengalami keparahan penyakit yang sebelumnya dimiliki.

Tanda dan gejalanya yang tidak spesifik membuat penderitanya maupun dokter kadang sulit untuk mendeteksi kondisi ini. Beberapa penyakit yang gejalanya rentan bertambah parah akibat psikosomatis adalah psoriasis, eksim, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung.

Berbagai penyebab terjadinya psikosomatis

Penyebab utama dari psikosomatis adalah pikiran dan emosi negatif yang menimbulkan stres dan kecemasan. Namun, perlu Anda ketahui bahwa tidak semua stres itu buruk. Ada tipe stres yang disebut eustress, yakni jenis stres positif yang membuat tubuh Anda menjadi lebih berenergi. Anda mungkin akan mengalami stres ini ketika melakukan olahraga yang memacu adrenalin.

Pada dasarnya stres muncul untuk mengaktifkan sinyal tubuh pada mode “fight-or-flight”. Dengan begitu, Anda bisa menghindari suatu ancaman yang membahayakan. Sebagai contoh, Anda akan langsung mengerem sepeda dengan cepat ketika mendapati seekor kucing menyebrang tepat di depan Anda.

Akan tetapi, tidak semua orang bisa mengelola stres dengan baik. Akibatnya, stres pada tubuh akan semakin menumpuk menimbulkan kecemasan atau ketakutan yang akhirnya bisa menimbulkan gejala gangguan psikosomatis.

Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak hal yang bisa menyebabkan Anda stres dan cemas, seperti didiagnosis mengalami penyakit kronis, mengalami perceraian, ditinggal orang yang Anda sayangi, di-PHK dari tempat kerja, atau pindah lingkungan tempat tinggal.

Cara mengatasi tanda dan gejala psikosomatis

Setelah pemeriksaan dilakukan dan dokter mendiagnosis gejala tersebut adalah gangguan psikosomatis, dokter mungkin akan mengarahkan Anda pada dokter ahli kejiwaan, atau mungkin dokter juga bisa bekerja sama dengan psikolog/psikiater untuk membantu pengobatan Anda.

Anda mungkin akan direkomendasikan untuk belajar mengelola stres agar gejala bisa berkurang. Akan tetapi, proses tersebut memakan waktu lama, sementara gejala fisik yang dirasakan perlu diobati.

Sebagai contoh, jika Anda merasakan sakit leher, dokter akan meresepkan obat pereda nyeri dan memberikan pijatan pada area yang bermasalah bersamaan dengan perubahan gaya hidup yang bebas stres. Penggunaan obat untuk depresi mungkin bisa dipertimbangkan, mengingat antidepresan ini juga bisa membantu mengurangi nyeri.

Berikut ini adalah penerapan gaya hidup yang membantu mengurangi stres dan kecemasan pada pasien gangguan psikosomatis:

1. Aktif bergerak

Aktif bergerak seperti rutin menjalani olahraga dapat mengurangi stres dan kecemasan karena merangsang pelepasan hormon endorfin.

Anda bisa memilih berbagai jenis olahraga yang disukai, mulai dari jogging, yoga, bersepeda, hingga jalan santai. Namun, pilih jenis olahraga sesuaikan yang nyaman Anda lakukan agar tidak memperburuk gejala.

2. Terapkan pola makan sehat

Memperbaiki pola makan juga bisa membantu mengurangi stres pada pasien yang mengalami gangguan psikosomatis. Alasannya, selain memberikan nutrisi yang sehat untuk meningkatkan sistem imun, makanan yang sehat juga bisa mencegah keparahan gejala gangguan pencernaan dan menurunkan tekanan darah.

Perbanyak konsumsi buah, sayur, kacang-kacangan, dan bijian-bijian dan hindari alkohol maupun rokok. Pastikan porsi dan jam makan juga tepat agar tidak menimbulkan masalah nantinya.

3. Cukup tidur

Di samping aktif bergerak, Anda juga perlu menyeimbangkannya dengan cukup istirahat. Pasalnya, kurang tidur bisa membuat suasana hati jadi lebih buruk dan Anda rentan stres. Cobalah untuk tidur lebih awal dan bangun pagi setiap hari.

Supaya lebih nyaman, atur suhu dan pencahayaan kamar. Pastikan juga posisi bantal sesuai dengan kenyamanan dan kebersihan kamar selalu terjaga.

4. Terhubung dengan orang terdekat

Saat stres dan merasa tertekan, Anda pasti lebih ingin menghabiskan waktu sendiri tenggelam dengan berbagai konflik yang dihadapi. Sayangnya, tindakan ini malah membuat stres semakin parah, dan membuat pengobatan psikosomatis yang dijalani jadi kurang efektif.  Lantas, apa yang harus dilakukan? Pilihan terbaik adalah tetap berhubungan dengan orang di sekeliling Anda, baik itu keluarga maupuin sahabat. Selain mereka bisa menjadi tempat Anda untuk mencurahkan segala keluh kesah, Anda juga akan semakin merasa lebih baik karena dukungan yang mereka berikan.

Referensi : Gangguan Psikosomatis, Saat Pikiran Memengaruhi Kesehatan Tubuh
















Islam & Masalah Kesehatan Jiwa

Dalam kehidupan modern yang serba kompleks ini, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi begitu canggih dan mengelaborasi  ke hampir seluruh kawasan dunia (global). Pada saat mana manusia harus berkelit dengan problem kehidupan yang serba materialistis dan pada gilirannya sangat egois dan individual. Hubungan antara manusia pada zaman modern juga cenderung “impersonal”, sedemikian rupa sehingga hubungan mereka sudah tidak terlalu akrab lagi. Masyarakat tradisional yang guyub dikikis oleh gelombang masyarakat modern yang tembayan. Fenomena-fenomena  tersebut membuat manusia semakin kehilangan jati dirinya. Kondisi demikian juga mengharuskan manusia untuk benar-benar mampu bertahan mengendalikan dirinya, untuk kemudian tetapi tegar dalam kepribadian.

Seperti yang diakui oleh Zakiah Darajat (1990: 15-16) bahwa ketenangan hidup, ketentraman jiwa atau kebahagiaan batin tidak banyak tergantung kepada faktor-faktor luar; sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dan sebagainya, malainkan lebih tergantung kepada cara dan sikap menghadapi faktor-faktor tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang  dilakukan terhadap para pasien yang terganggu kesehatan mentalnya, ia menyimpulkan bahwa kesehatan mental yang terganggu dapat  mempengaruhi keseluruhan hidup seseorang. Pengaruh itu adalah perasaan, pikiran, kelakuan, kesehatan badan, sedang yang tergolong penyakit jiwa (psychoses) adalah lebih berat lagi.

Manusia yang serasi, selaras dan seimbang adalah merupakan jargon hidup bangsa Indonesia. Sejalan dengan ini adalah usaha untuk memperoleh hidup sehat dan layak: jiwa yang seimbang, pribadi yang “integrated” dan kemampuan memecahkan segala problema hidup dengan percaya diri dan kepribadian yang solid. Sebab kesehatan adalah kondisi normal bagi seseorang dari terhindarnya gangguan jiwa (neorosis) dan penyakit jiwa (psychoses). Manusia demikian adalah manusia yang sehat secara jasmani maupun rohani lahir maupun batin.

Penyakit jiwa (psichoses) adalah kelainan kepribadian yang  ditandai oleh mental dalam (profound-mental) dan gangguan emosional. Penyakit tersebut dapat mengubah individu normal menjadi tidak mampu menyesuaikan dirinya dalam masyarakat (abnormal). Dua istilah yang dapat diidentifikasikan dengan psychoses ini adalah insanity dan dementia. Insanity  adalah istilah resmi yang menunjukkan bahwa individu itu kacau dan terganggu akibat tindakannya. Pada saat lain istilah demenia digunakan untuk kebanyakan kelainan mental, tetapi secara umum kini diinterpretasikan sebagai sinonim dengan kekacauan mental (mental disorder) yang menyolok. Kebanyakan semua penyakit jiwa ini disertai dementia  (James D, Page. 1978:209).

Pada masyarakat umum, penyakit jiwa ini biasanya diistilahkan dengan gila atau penyakit gila. Sebab mereka sering melakukan tingkah laku yang semaunya sendiri, tidak wajar dan abnormal.

Seseorang yang terserang penyakit jiwa, kepribadiannya terganggu dan selanjutnya menyebabkan kurang mampu menyesuaikan diri dengan wajar dan tidak sanggup memahami problemanya. Seringkali orang yang sakit jiwa tidak merasa  bahwa dirinya sakit, sebaliknya ia menganggap dirinya normal, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari yang lain (Zakiah Darajat, 1990:56).

Jenis-jenis Penyakit Jiwa :

Penyakit jiwa biasanya dibedakan menjadi dua katagori umum, yaitu: Pertama, adalah kelainan mental yang dicirikan oleh gangguan fungsional. Warisan keturunan yang tidak menyenangkan (unfavovorable heredity) dilengkapi faktor-faktor konstitusional dan pengalaman hidup yang merugikan adalah merupakan sebab utama dari penyakit tersebut, termasuk dalam kategori ini adalah: schizopharenia, paranoia, manic-depressive dan involution melancolia. Kedua, terdiri dari penyakit mental yang dikelompokkan dengan pertanda atau bukti organik (toxis-organic psychoses) termasuk dalam kelompok ini adalah senile dementia, psychoses with cerebral arteriosclerosis, general presis, alcoholic psychoses (James D, 1978:212)

Seperti juga Zakiah sebutkan (Zakiah Darajat, 1990:56), bahwa penyakit itu terdiri dari dua macam: pertama, adalah penyakit jiwa yang disebabkan oleh gangguan-gangguan kejiwaan telah  berlarut-larut, sehingga mencapai puncaknya tanpa suatu penyelesaian yang wajar, atau dengan kata lain disebabkan oleh hilangnya keseimbangan mental secara menyeluruh akibat kondisi lingkungan yang sangat menekan, ketegangan batin dan sebagainya: kedua, penyakit jiwa yang disebabkan oleh adanya kerusakan anggota tubuh, misalnya: otak, sentral saraf atau anggota fisik lain untuk menjalankan tugasnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena keracunan akibat minum-minuman keras, obat-obat perangsang atau narkotik akibat penyakit kotor (sifilis), dan sebagainya.

Pandangan Islam tentang Penyakit Jiwa

Dalam perspektif Islam, penyakit jiwa sering diidentikkan dengan beberapa sifat buruk atau tingkah laku tercela (al-akhlaq al-mazmumah), seperti sifat tamak, dengki, iri hati, arogan, emosional dan seterusnya.

Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw ‘Ilmiah Nafsi (1970), membagi penyakit jiwa dalam sembilan bagian, yaitu: pamer (riya’), marah (al-ghadhab), lalai dan lupa (al-ghaflah wan nisyah), was-was (al-was-wasah), frustrasi (al-ya’s), rakus (tama’), terperdaya (al-ghurur), sombong (al-ujub), dengki dan iri hati (al-hasd wal hiqd).

Beberapa sifat tercela di atas ada relevansinya jika dianggap sebagai penyakit jiwa, sebab dalam kesehatan mental (mental hygiene) sifat-sifat tersebut merupakan indikasi dari penyakit kejiwaan manusia (psychoses). Jadi pada penderitanya sakit jiwa salah satunya ditandai oleh sifat-sifat buruk tersebut.

Riya’ : 

Seperti  yang dijelaskan oleh As-Sarqawi (1979:69), bahwa dalam penyakit riya’ terdapat unsur penipuan terhadap dirinya sendiri dan juga orang lain, karena hakikatnya ia mengungkapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Penyakit riya’ merasuk dalam jiwa seseorang dengan halus dan tidak terasa sehingga hampir tidak ada orang yang selamat dari serangan penyakit ini kecuali orang arif yang ikhlas dan taat.

Dalam riya’ terhdap unsur-unsur kepura-puraan, penipuan, munafik, seluruh tingkah-lakunya cenderung mengharap pujian orang lain, senang kepada kebesaran dan kekuasaan. Over acting, menutup-nutupi kejelekannya dan seterusnya. Sifat yang demikian ini digambarkan dalam al-Qur’an surat an-Nisa’: 142 dan at-Taubah:67 dan juga hadits nabi:

“Yang paling aku kuatirkan terhadap umatku adalah riya’ dan syahwat yang tersembunyi’.

Islam memberikan terapi riya’ ini dengan cara mengikis nafsu syahwat sedikit demi sedikit dan menanamkan sifat merendahkan diri (tawadu’) dengan melihat kebesaran Allah SWT (As-Syarqawi: 73).

Emosi/Marah :

Marah pada hakikatnya adalah memuncaknya kepanikan di kepala, lalu menguasai otak atau pikiran dan akhirnya kepada perasaan. Kondisi semacam ini seringkali sulit untuk dikendalikan (Ibid: 73).

Lebih lanjut As-Syarqawi mengungkapkan, bahwa emosi marah akan menimbulkan beberapa pelampiasan, misalnya secara lisan akan memunculkan caci-makian, kata-kata kotor/keji dan secara fisik akan menimbulkan tindakan-tindakan destruktif. Dan jika orang marah tidak mampu melampiaskan tindakan-tindakannya di atas, maka dia akan berkompensasi pada dirinya sendiri dengan cara misalnya: merobek-robek pakaian, menampar mukanya sendiri, mencakar-cakar tanah, membanting perabot rumah tangga dan seterusnya seperti tindakan orang gila. Marah juga dapat berpengaruh pada hati seseorang, yaitu sifat dengki dan iri hati, menyembunyikan kejahatan, rela melihat orang lain menderita, cemburu, suka membuka aib orang lain dan seterusnya. (Ibid: 79).

Atas dasar inilah maka nabi melarang orang yang sedang marah untuk melakukan putusan atau memutuskan sesuatu perkara sebagaimana sabdanya:

“Seseorang jangan membuat keputusan diantara dua orang (yang berselisih) sementara ia dalam keadaan marah”.

Al-Ghazali berpendapat, bahwa cara untuk menanggulangi kemarahan sampai batas yang seimbang dengan jalan mujahadah untuk kemudian menanamkan jiwa sabar dan kasih sayang (Ibid:81)

Berkaitan dengan hal di atas, Usman Najati ((1985:125-126) berpendapat bahwa emosi marah yang menguasai seseorang dapat membuat kemandegan berpikir. Di samping itu energi tubuh selama marah berlangsung akan membuat orang siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang akan disesali di kemudian hari, dengan jalan mengendalikan diri, sebab mengendalikan diri dari marah itu mempunyai beberapa manfaat:

1. Dapat memelihara kemampuan berpikir dan pengambilan keputusan yang benar.

2. Dapat memelihara keseimbangan fisik, karena mampu melindungi dari ketegangan fisik yang timbul akibat meningkatnya energi.

3. Dapat menghindarkan seseorang dari sikap memusuhi orang lain, baik fisik maupun umpatan, sikap tersebut juga dapat menyadarkan diri untuk selalu berintrospeksi.

4. Dari segi kesehatan, pengendalian marah dapat menghindarkan seseorang dari berbagai penyakit fisik pada umumnya.

Dalam hal ini Nabi juga sangat memuji tindakan pengendalian diri terhadap emosi marah ini  dan menganggapnya sebagai orang yang kuat, sebagaimana sabdanya:

“Tidaklah orang dikatakan kuat itu adalah orang yang pandai bergulat, tetapi orang kuat adalah orang yang mampu menahan amarahnya”. (Lihat juga Q.S. 3:134).

Lalai dan Lupa : Lalai dan lupa termasuk salah satu dari penyakit mental. Lupa oleh sebagian psikolog juga digambarkan sebagai persoalan yang telah dilalaui sebelumnya. Dan berdasarkan penelitian para ahli, bahwa penyebabnya antara lain adalah:

a. Perbedaan kadar kemampuan seseorang di  dalam menangkan dan mengingat sesuatu yang telah diketahui sebelumnya.

b. Bahwa pda mulanya proses kelupaan akan terjadi secara drastis dan berangsur-angsur (As-Syarqawi:83).

c. Banyaknya informasi yang diterima akibatnya terjadi inferensi informasi (Usman Najati: 29).

Proses kelupaan juga sangat erat kaitannya dengan waktu dan konsentrasi seseorang terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sebagian psikolog berpendapat, bahwa seseorang yang terlalu banyak mengurusi persoalan-persoalan yang rumit, maka akan menyebabkan terjadinya proses kelupaan terhadap sesuatu yang telah diketahui sebelumnya. Oleh karena itu dianjurkan seseorang tidak terlalu memforsir diri. Dan hendaknya menyisihkan sebagian waktunya untuk beristirahat (rekreasi, refresing). Daya tangkap seseorang, tidak selmanya menjamin kemampuan ingatan seseorang, sebab secara  internal terdapat faktor-faktor yang dapat menghalangi seseorang untuk  mengingat sesuatu, seperti rasa takut yang mencekam dan adanya interferensi dan seterusnya. (As-Syarqawi:84).

Banyaknya informasi dan kegiatan yang  menumpuk sebelumnya membuat seseorang semakin sulit untuk mengingat materi-materi yang dipelajari kemudian. Sementara jika informasi terhadap materi yang baru relatif lebih baik jika informasi dan kegiatan  lebih sedikit. Hal ini terbukti pada anak yang lebih mampu mengingat secara mendetail berbagai peristiwa pada masa lalu daripada orang dewasa  (Usman Najati:229).

Di sisi lain lupa merupakan sifat asal (tabiat) manusia. Tabiat inilah yang kadang-kadang membuat manusia lupa akan hal-hal yang penting, lalai akan Allah swt, dan perintah-Nya, sementara setan selalu menggodanya. Dari aspek ini kita melihat keberhasilan iblis dalam menggoda Adam As. (Ibid:232).

Referensi : Islam & Masalah Kesehatan Jiwa










Atasi Gangguan Psikosomatis, Sakit Fisik yang Dipicu Stress

Atasi Gangguan Psikosomatis, Sakit Fisik yang Dipicu Stress. Gangguan psikosomatis adalah sebuah kondisi dimana gejala sakit fisik yang timbul atau dipengaruhi oleh pikiran dan emosi kita, bukannya dari suatu penyebab fisik seperti luka atau infeksi.

Namun, banyak orang masih tidak mengetahui ini. Bahkan, masih banyak yang menyangkal kalau stres secara pikiran dapat menyebabkan penyakit fisik yang serius. Akhirnya, gangguan psikosomatis menjadi tidak diatasi dan menjadi makin parah.

Lantas bagaimana sih cara kita mendeteksi apakah kita mengalami gangguan psikosomatis?

Gejala psikosomatis

Mungkin kamu masih belum terbiasa dengan konsep bahwa stres bisa mempunyai efek samping secara fisik. Namun, jika kamu sudah terbiasa dengan mendeteksi sinyal-sinyal dari tubuh kamu bahwa kamu terlalu stres sehingga akan sakit.

Dengan begitu, kamu pun lebih bisa mencegah penyakit yang timbul akibat stress. Berikut beberapa tanda yang kamu mungkin rasakan secara fisik ketika stres:

  1. Deg-degan
  2. Sesak napas
  3. Gemetar
  4. Tidak bisa bergerak atau kehilangan tenaga
  5. Otot yang tegang
  6. Berkeringat
  7. Kurang nafsu makan
  8. Sakit kepala
  9. Sakit gigi
  10. Kesulitan tidur
  11. Nyeri ulu hati

Bila kamu perempuan, maka kamu juga mungkin mengalami gejala lain, seperti kelelahan walaupun tidur sudah cukup, atau perubahan siklus menstruasi. Sedangkan untuk pria lebih cenderung mengalami gejala, seperti nyeri dada atau perubahan pada keinginan seksual.  Berdasarkan umurnya, anak kecil juga menunjukkan gejala masalah pencernaan, seperti sering sakit perut. Sementara, remaja dan orang lanjut usia juga menjadi golongan usia yang rentan untuk terkena depresi atau stres yang tidak teratasi, menyebabkan berbagai penyakit.

Dalam melihat kembali gejala fisik tersebut, kamu perlu memperhatikan 3 hal :  Apa saja keluhan fisik yang kamu punya? Terutama yang berulang.  Kapan keluhan fisik tersebut muncul? Apakah hanya saat kamu sedang di bawah tekanan atau bagaimana? Bagaimana perasaanmu atas keluhan fisik tersebut? Bila disertai rasa cemas atau khawatir, maka ada kemungkinan kamu mengalami gangguan psikosomatis.

Referensi sebagai berikut ini ; Atasi Gangguan Psikosomatis, Sakit Fisik yang Dipicu Stress














Cara Mengatasi Depresi Menurut Islam

Ilustrasi : Cara Mengatasi Depresi Menurut Islam

Cara Mengatasi Depresi Menurut Islam. Hidup adalah sebuah perjalanan yang sangat panjang untuk menuju suatu titik tujuan yaitu meraih kebahagiaan bahkan dunia sampai di akhirat, sebagaimana yang dipanjatkan dalam doa setiap umat muslim setiap selesai sholat wajib. Namun, sayangnya perjalanan hidup tak selalu sesuai dengan keinginan. Sering kali dihadapkan pada kesulitan-kesulitan yang kerap membuat kita stres hingga putus asa.

Perasaan putus asa yang berlangsung lama dapat membuat kita ada dalam situasi depresi yang sangat buruk untuk kesehatan mental dan juga fisik kita. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang kerap tak menyadari bahwa dirinya sedang mengalami depresi. Banyak orang awam memandang depresi hanya sebagai persoalan batin yang biasa-biasa saja dan tak perlu dikhawatirkan.

Padahal kondisi tersebut seharusnya segera mendapat penanganan yang tepat agar tidak menimbulkan kondisi yang lebih parah. Dalam Islam kita sering kali diperintahkan untuk menyerahkan segala kesulitan hidup yang kita hadapi kepada Allah sembari terus mengupayakan segala bentuk penyelesaiannya. 

Cara Mengatasi Depresi Menurut Islam

Depresi merupakan keadaan yang dapat dialami semua orang tanpa terkecuali. Kondisi paling dominan dalam seseorang yang mengalami depresi adalah emosi yang berlebihan seperti susah, sedih, murung, merasa tidak bahagia, tidak lagi memiliki semangat hidup. Keadaan depresi merupakan salah satu bentuk gangguan mental yang mengancam psikologis seseorang.

Dalam Islam, sebagai seorang mukmin yang taat diberi kekuasaan untuk berusaha melakukan pengobatan atas ujian ringan atau berat yang sedang dialami agar memperoleh kelulusan, kesembuhan dan bebas dari kesulitan atau penderitaan. Sebagaimana jaminan Allah yang tertera dalam surat Al-Asyra ayat 6-7 yang artinya "karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

Pendekatan spiritual sendiri telah banyak diadopsi oleh para psikiater Amerika Serikat yang dikenal dengan pendekatan bio, psiko, sosial dan spiritual dalam upaya melakukan terapi terhadap pasien atau klien. Adapun cara mengatasi depresi menurut agama Islam adalah sebagai berikut:

Meneguhkan keyakinan bahwa hanya Allah lah yang berkuasa memberi penyakit, cobaan/ujian dan Allah pula lah yang akan menyembuhkannya, menghapus cobaan tersebut.

  1. Memohon pertolongan dari Allah Swt melalui salat dan berlaku sabar.
  2. Selalu berdoa demi pemulihan kesehatan mentalnya.
  3. Do'a agar Hati Lebih Tenang

Dalam keadaan tertentu, seseorang dapat mengalami tekanan. Baik karena pekerjaan, berselisih dengan orang lain, atau masalah-masalah lainnya yang cukup mengganggu pikiran. Pada batas tertentu, depresi karena tekanan tersebut dapat menyebabkan seseorang kehilangan kesabaran. Ini dapat berdampak pada kondisi psikologis seseorang.

Saat berada dalam kondisi seperti ini, dianjurkan untuk terus mengingat Allah SWT. Selain itu, juga dapat dengan membaca doa di bawah ini yang termuat dalam Alquran surat Ar Rad, ayat 28.

"Alladziina aamanuu watathmainnu quluubuhum bi dzikrillaahi alaa bi dzikrillaahi tathmainnul quluubu."

Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram."

Referensi sbb : Cara Mengatasi Depresi Menurut Islam



















Cara Sembuh dari Anxiety Menurut Islam

Al-Quran yang menjadi pembimbing dan panduan bagi umat Islam, ternyata memiliki obat dan penawar untukmu agar sembuh dari anxiety atau kecemasan.  Salah satu surat dalam Al-Quran yang dapat kamu baca adalah Surat Ad-Dhuha. Penting bagimu untuk membaca surat-surat dari Al-Quran, karena banyak sekali kandungan dan arti dari setiap ayatnya, dan tentunya kamu akan mendapat pahala yang banyak. Coba untuk menyimak setiap ayat dari Surat Ad-Dhuha ini, semoga bisa membantumu untuk sembuh dari anxiety. 

Ayat 1 : Wad duhaa  وَالضُّحَىٰ

Demi waktu dhuha (ketika matahari naik setinggi galah)

Ini adalah perkara pertama yang perlu kamu beritahu pada seseorang yang mengalami tekanan emosi atau depresi adalah:

“Bangun! Lihatlah matahari. Hidup ini tak selamanya hancur dan kelam”

Di luar sana ada matahari yang memancarkan cahayanya yang sangat indah.

Ayat 2 : Wal laili iza sajaa  وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ

Dan demi malam apabila telah sunyi

Seorang yang mengalami depresi atau tekanan emosi adalah mereka yang terjaga hingga malam. Mereka tidur di siang hari dan berjaga di malam hari.

Ayat 3 : Ma wad da’aka rabbuka wa ma qalaa’  مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ

Tuhanmu tidak meninggalkanmu (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu Allah tidak membenci Muhammad, apa lagi melupakannya.

Sama halnya seperti denganmu, wahai jiwa-jiwa yang tertekan dan cemas, Allah tidak sesekali membencimu. Dan Allah tidak sesekali melupakanmu.

Ayat 4 : Wa lal aakhiratukhairul laka minal-oola’  وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَىٰ

Sesungguhnya kesudahan itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan

Apa yang bakal mendatangimu nantinya adalah jauh lebih baik dengan apa yang sedang kamu alami sekarang. Tetaplah bersabar.

Ayat 5 : Wa la sawfa yu’teeka rabbuka fatarda’  وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰ

Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas

Katakan ini pada mereka yang depresi dan dilanda kecemasan;

“Sedikit masa lagi wahai kaum Muslimin, Allah akan memberikan syurgaNya, dan insyaAllah dan memberi bahagia buat kita.”

“Sabarlah untuk sedikit masa lagi, Allah akan memberi kemenangan untuk semua kesukaran ini dan membuatkan kita merasa bahagia gembira.”

“Inilah janji Allah dan akan tertunailah sabarlah untuk sedikit masa lagi.”

“Sabarlah sahabatku, kita semua akan masuk ke syurga Allah, insya-Allah”

Bukankah ini kata-kata yang cukup indah yang perlu kita tuturkan pada seseorang yang tertekan jiwanya, serta yang merasa sakit dalam hatinya.

Dan Allah memberi sebab untuk kita percayakan semua janjinya itu.

Ayat 6 : Alam ya jidka yateema Fa aawaa’  أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?

Tanyakah dirimu, tidakkah pernah kamu berasa sakit-sakit? Tidakkah kamu pernah menjadi anak kecil, yang mana Allah melindungi dan menjagamu ketika usia itu?

Ayat 7 : Wa wa jadaka daal lan fahada  وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ

Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kebingungan, lalu dia memberikan petunjuk

Bukankah kita juga senantiasa dalam kebingungan sebelum menemui jalan keluar?

Terkadang kita meninggalkan kewajiban sholat, dan masalah terkadang datang menghampiri. Dan Allah melihat dirimu dalam kebingungan lalu Allah membantumu.

Tidakkah kamu menyadari bahwa meskipun kamu jarang menunaikan ibadah dan kamu sering dilanda kebingungan dan kecemasan, namun Allah tetap membantumu?

Ayat 8 : Wa wa jadaka ‘aa-ilan fa aghnaa’  وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَ

Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan

Berapa ramai dari kalangan kita dalam peliharaan Tuhannya. Allah memelihara keluarga kita ketika saat sukar.

Dan dalam ayat seterusnya, Allah berikan kamu dengan lebih banyak lagi sebab. Kepada Rasulullah dan juga kita.

Mengingatkan kita berulang-ulang kali. Kenapa kita harus meyakini setiap peringatanNya ini. Janjinya itu benar.

Jadi, kepada kamu yang mengalami tekanan, inilah cara terbaik untuk menasihati mereka. Beritahulah kisah-kisah terdahulu yang telah berlaku.

Dan berikan sebab untuk mereka meyakini janji Allah itu benar, sama seperti yang pernah Allah beri pada masa terdahulu.

Kemudian Allah memberikan kamu penawar untuk merawat tekanan emosi itu. Apakah obat yang Allah turunkan ini? Obatnya hanya adalah mendidik hati agar mengingat kesukaran orang lain yang jauh lebih susah daripada kita.

Ayat 9 : Fa am mal yateema falaa taqhar’  فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ

Maka terhadap anak yatim, janganlah engkau berlaku sewenang-wenangnya

Ayat 10 : Wa am mas saa-ila fala tanhar’ وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ

Dan orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardiknya

Yang pertama adalah anak yatim, yang kedua adalah pengemis. Ingatlah bahwa anak-anak yatim ini mereka tidak memiliki siapa-siapa dan tidak ada yang menjaga.

Sedangkan kamu mempunyai orang tua untuk menjagamu. Kamu ada keluarga untuk menjagamu. Malah kamu punya satu tempat yang kamu panggil rumah.

Anak yatim tak punya siapa-siapa. Pengemis pula tak punya makanan, sebaliknya dia minta makanan daripada kamu. Mereka tidur dalam kelaparan setiap hari.

Lihat dirimu, Dear! Allah masih memberikan kamu makanan. Berapa banyak dari orang-orang lain yang kurang mampu.

Berapa banyak yang pernah tidur dalam kelaparan? Subhanallah.

Jadi, Allah sebenarnya sudah memberitahu kita penawar untuk merawat hati yang sakit itu adalah untuk melihat kembali kesusahan orang lain.

Seandainya semua itu telah dilakukan tetapi perasaan kamu masih terasa jauh daripada Allah, bacalah firman Allah ini.

Ayat 11 : Wa amma bi ni’mati rabbika fahad dith  وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur) Allah kurniakan kita dengan kenikmatan yang tidak terhingga.

Ucapkanlah:

“Alhamdulillah untuk mata ini, Alhamdulillah untuk tangan ini, Alhamdulillah untuk mulut ini, Alhamdulillah untuk hati ini.”

Perhatikan ini, jika Allah tak sayang kenapa Allah masih menghidupkan kita? Jika Allah tak sayang kita kenapa Allah berikan kita rezeki setiap menit dalam kehidupan kita. Jika Allah tak cinta dan sayang kita, kenapa kita masih ada di sini hari ini? Cobalah untuk berpikir sedalam-dalamnya. Selain membaca, memahami, dan meresapi setiap arti dari ayat Al-Quran, kamu bisa mengatasi dan agar sembuh dari anxiety atau kecemasanmu dengan mencoba untuk konseling dengan psikolog.

Referensi : Cara Sembuh dari Anxiety Menurut Islam













Alasan Utama Allah Swt Memberikan Sakit Berupa Penyakit Kepada Tubuh Manusia

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah Swt yang memiliki kedudukan paling tinggi di dunia. Manusia diciptakan memiliki hawa nafsu, sehingga dalam keadaan sehat manusai biasanya sering melupakan keberadaan Allah yang kemudain melakukan hal kemakasiatan. Hingga pada akhirnya Allah memberikan rasa sakit berupa penyakit pada tubuh manusia tersebut.

Rasa sakit tersebut bahkan membuat manusia tidak nyaman dan membuat aktivitasnya terhambat. Namun Allah memberikan rasa sakit atau penyakit pada tubuh manusia juga memiliki tujuan tertentu. 

1. Sakit Akan Menyelamatkan Manusia dari Api Neraka. 

Seperti yang telah disampaikan oleh Rasulullah dalam hadis, “Janganlah kamu mencaci penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan menghapus dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran pada besi.” (HR. Muslim). Sehingga manusia tidak boleh mengeluh hingga berburuk sangka kepada Allah atas rasa sakit dari penyakit yang dideritanya.

Bahkan Rasulullah juga menyampaikan dalam hadis, “Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukin dari api neraka.” (HR. Al Bazzar).

2. Sakit dapat Mengugurkan Dosa

Hal ini sudah disampaikan dalam firman Allah, “Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Suura ayat 30).

Sehingga penyakit yang manusia derita bisa menjadi pengugur atas dosa yang telah diperbuat oleh manusia.

3. Sakit Membuat Kita Kembali Kepada Allah dan Senantiasa Mengingat Allah

Manusia yang sehat akan dapat terjerumus ke hal kemaksiatan yang mementingkan nafsunya, sehingga membuatnya lupa dengan Allah Swt.  Maka dari itu Allah memberikan penyakit kepadanya agar mereka ingat dengan Allah bahwa mereka hanyalah hamba yang lemah dan tidak berdaya di depan Allah Swt. Rasulullah juga telah menyampaikan, ”Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka akan ditimpakan cobaan padanya.” (HR. Bukhari).

4. Sakit Menjadikan Sumber Kebaikan bagi Seorang Muslim Jika Dia Bersabar

Rasulullah bersabda, “Sesungguh menajubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika dia mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)

Referensi sbb ; Alasan Utama Allah Swt Memberikan Sakit Berupa Penyakit Kepada Tubuh Manusia












Psikosomatik: Saat Sakit Fisik Diakibatkan Stres

Mungkin pernah mengeluhkan penyakit umum seperti maag atau diare yang berkepanjangan. Namun ketika dikonsultasikan ke dokter, penyebabnya tidak ditemukan. Meski terdengar janggal, hal ini bisa dialami siapa saja. Dan lagi, penyakit psikosomatik yang sulit diketahui ini bisa jadi gejala gangguan pikiran yang kita sendiri belum menyadarinya.  Pada artikel kali ini, kita akan mengenali lebih jauh isu kesehatan khusus ini bersama dokter dari tim Jovee, Fala Adinda. Sehingga, nantinya kamu bisa lebih mengetahui bahwa penyakit fisik tidak hanya berasal dari faktor kesehatan tubuh tapi juga kesehatan mental.

Apa Itu Psikosomatik?

Psikosomatik diambil dari dua kata “psykho” yaitu pikiran dan “soma” yang berarti tubuh. Secara umum, psikosomatik merupakan penyakit fisik yang timbul karena gangguan pikiran, entah itu stres atau depresi. Seperti yang diungkapkan dr. Fala, “Penyakit-penyakit itu dia munculnya, akar penyebabnya itu bukan viral, bukan bakteri gitu, tapi memang pikiran kita sendiri.” Bahkan, psikosomatik tidak hanya memicu penyakit, tapi juga membuat penyakit yang sudah ada makin parah.

Contoh kasus penyakit psikosomatik adalah orang yang mengidap maag yang hebat, sampai ia mual dan muntah. Ia lalu memutuskan pergi ke dokter. Setelah diperiksa, dokter tidak menemukan ada yang salah darinya. Bahkan, ia sendiri menjalani pola makan yang normal dan jarang mengonsumsi makanan pedas.

Meski dokter sudah meresepkan obat untuk mengatasi masalah kesehatannya, orang yang sebenarnya menderita psikosomatik ini tetap akan kembali ke dokter dengan keluhan yang sama lagi. Jika kamu mendapati hal serupa dan sedang mengalami stres atau gangguan pikiran lain di saat yang sama, ada kemungkinan kamu sedang terjangkit masalah psikosomatik yang muncul dalam bentuk hampir semua penyakit.

Perbedaan Psikosomatik dengan Gejala Stres dan Waham Somatik

Perbedaan dengan Gejala Stres

Meski memang bisa diakibatkan stres, depresi, serangan panik, dan lain sebagainya, psikosomatik tidaklah sama dengan gejala stres. Namun, gejala stres, seperti mulas, mual, dan keringat dingin, bisa jadi tanda atau pemicu psikosomatik itu sendiri. Stres dan psikosomatik memiliki keterkaitan besar karena dari gangguan pikiran itulah gejala psikosomatik yang berupa penyakit fisik bisa terjadi, terlebih bila stres atau gelisah tersebut dialami secara terus-menerus.

Perbedaan pasien psikosomatik dan pasien dengan “mental illness” terletak dari tanda akan keluhan yang dimilikinya. Jika pasien mental illness hanya mengeluhkan penyakit berdasarkan halusinasinya, berbeda dengan pasien psikosomatik yang memang mengeluhkan penyakit atau gangguan fisik yang benar adanya dan sedang dia alami.

Pasien mental illness mungkin akan mengatakan kalau di dalam perutnya terasa seperti ada batu yang mengganjalnya tapi sebenarnya tidak. Sedangkan, pasien psikosomatik bisa benar-benar mengalami diare setiap 2 hari dan dokter tidak dapat menemukan penyebabnya.

Perbedaan dengan Waham Somatik

Pernyataan soal halusinasi tentang penyakit yang diidap mirip pula dengan waham somatik, dan kondisi ini tidaklah sama dengan psikosomatik. Waham somatik terjadi karena seseorang membayangkan seakan dirinya sedang terjangkit penyakit. Tapi, ketika diperiksa lagi tidak ditemukan penyakit yang dikeluhkannya.

Penyakit yang dikeluhkan pasien waham somatik hanya berasal dari pikirannya dan sebenarnya tubuhnya tidak merasakan apa yang dia pikirkan. “Misalnya, orang dengan waham datang, dia bilang, ‘Dok, saya gak suka sama kulit saya, kulit saya ini putih banget, dan itu tuh gatel di seluruh badan. Saya tuh ngerasa kayak kebakar badan saya.’ Tapi, kalau orang dengan psikosomatik, dia datang benar-benar dengan (kulit) bersisik, gatal. Gitu, itu bedanya,” jelas dr. Fala.

Faktor yang Menyebabkan Penyakit Psikosomatik

Ada banyak pemahaman mengenai bagaimana psikosomatik bisa terjadi. Namun, banyak dari pemahaman tersebut masih berupa teori. Hal ini pula yang coba dijelaskan dr. Fala, “Gangguan kejiwaan, mental illness, atau neurologis seperti itu tuh unik. Karena satu, kita tidak bisa menjelaskan secara pasti mengapa stres itu bisa bermanifestasi menjadi penyakit yang keluar seperti layaknya penyakit bakterial atau virus.”

Beberapa teori di antaranya menyebutkan bahwa stres menjadi penyebab munculnya zat-zat kimia tertentu yang menyimpan faktor inflamasi atau peradangan. Ada pula yang mengatakan kalau stres memiliki kaitan dengan peningkatan infus atau rangsangan saraf. Walau begitu, penyebab dari gejala psikosomatik masih belum bisa dipastikan.

Cara Diagnosis Psikosomatik

Psikosomatik memang sulit diketahui secara langsung kemunculannya dan dokter umum pun bisa melewatkan hal ini saat pemeriksaan. Sebab, psikosomatik sendiri sudah masuk ke bidang penyakit yang hanya bisa didiagnosa seorang psikiater atau psikolog. Dokter umum cuma dapat mengatasi masalah penyakit yang muncul di permukaan dengan meresepkan obat sesuai dengan keluhan yang diberikan pasien.

Meski begitu, bukan berarti pengidap psikosomatik tidak bisa mengenali akar masalah penyakit fisik yang diakibatkan gangguan pikirannya tersebut. Pengidap psikosomatik bisa mengenali sumber permasalahannya begitu ia sering mengalami penyakit yang sama namun begitu dikonsultasikan ke dokter hingga dites sekalipun penyebabnya tidak diketahui.

Ia bisa mulai mengaitkan penyakit yang dideritanya dengan stres, depresi, atau serangan panik yang mungkin muncul bersamaan dengan penyakit tersebut, terlebih jika ia sudah menjaga gaya hidup dan pola makan yang sehat.

Karena hal inilah, salah satu cara ampuh untuk mengenal psikosomatik bagi penderitanya adalah dengan sadar diri atau introspeksi. “Artinya kita menyadari kekurangan kita. Kita menyadari bahwa kita under pressure. Kita menyadari bahwa kita tuh sedang stres berlebihan.” Dengan menyadari hal tersebut, kita juga akan terbuka dengan kemungkinan psikosomatik yang menyerang dan bisa melakukan perawatan maupun pencegahan.

Perawatan dan Pencegahan Psikosomatik

Setelah penderita psikosomatik tahu bahwa penyakit yang dideritanya ada keterkaitan dengan psikosomatik, ia bisa mengambil langkah untuk mengurangi masalah yang terjadi karena gangguan pikiran tersebut.

Ada satu cara sederhana yang dikemukakan dr. Fala di mana penderita psikosomatik dapat mengatasi akar penyakitnya. “Namanya adalah coping mechanism alias bagaimana cara mekanisme tubuh kita untuk meredam itu semua…Caranya beragam. Biasanya itu disesuaikan dengan pasiennya sendiri. Dia happy-nya gimana.”

Tindakan untuk meredam stres tersebut sepenuhnya berasal dari penderita psikosomatik itu sendiri dan kesadaran dirinya akan penyebab penyakit yang berupa stres beserta pemicunya (stressor). Ada orang yang mengetahui bagaimana menghadapi stres dengan melakukan pengendalian diri melalui meditasi atau aktivitas yang membuatnya senang sehingga dapat menurunkan tingkat stresnya.

Walau begitu, mengatasi penyebab psikosomatik bukan perkara mudah. Sebab, jika stressor tidak dapat ditangani, psikosomatik bisa jadi permasalahan yang dapat bertahan lama bahkan hingga bertahun-tahun. Dalam hal ini, ada orang yang menerima permasalahan stres dan penyakit yang muncul karenanya. Ia pun mengatasi akibat stres tersebut dengan obat-obatan.

Dalam kasus lainnya, ada orang yang belum bisa mengatasi masalah stresnya itu meski dia sudah paham stressornya. Maka dari itu, ia bisa datang meminta bantuan psikiater atau psikolog. Pemberian obat untuk menekan stres tersebut mungkin diperlukan. Kita bisa meminta dokter umum untuk memberi rujukan ke klinik khusus psikolog atau psikiater.

Keberadaan penyakit psikosomatik perlu dipahami, khususnya bagi orang yang sering mengalami penyakit fisik karena stres yang dideritanya. Penanggulangan stres pun menjadi hal penting yang perlu kita cari tahu jalan keluarnya, baik itu dengan cara kita sendiri atau meminta bantuan psikiater atau psikolog.

Referensi sbb : Psikosomatik: Saat Sakit Fisik Diakibatkan Stres















Mengenal Psikosomatis, Penyakit Fisik yang Disebabkan Pikiran

Gangguan fisik yang menimpa tubuh kita ternyata juga bisa disebabkan dan diperparah oleh kondisi mental atau emosional kita. Kondisi tersebut dikenal dengan nama psikosomatis. Gangguan psikosomatis atau psikologis-fisiologis ini bisa menyebabkan penyakit atau memperburuk penyakit yang sudah ada sebelumnya dalam diri seseorang. 

Penyakit psikosomatik berasal dari stres emosional dan bermanifestasi dalam tubuh sebagai rasa sakit fisik dan gejala lainnya. Banyak orang mengira kondisi psikosomatik adalah khayalan atau hanya ada dalam pikiran penderitanya. Padahal, gejala fisik dari psikosomatik itu nyata dan memerlukan perawatan seperti penyakit lainnya.

Gangguan fisik yang menimpa tubuh kita ternyata juga bisa disebabkan dan diperparah oleh kondisi mental atau emosional kita. Kondisi tersebut dikenal dengan nama psikosomatis. Gangguan psikosomatis atau psikologis-fisiologis ini bisa menyebabkan penyakit atau memperburuk penyakit yang sudah ada sebelumnya dalam diri seseorang. 

Penyakit psikosomatik berasal dari stres emosional dan bermanifestasi dalam tubuh sebagai rasa sakit fisik dan gejala lainnya. Banyak orang mengira kondisi psikosomatik adalah khayalan atau hanya ada dalam pikiran penderitanya. Padahal, gejala fisik dari psikosomatik itu nyata dan memerlukan perawatan seperti penyakit lainnya.

Hubungan mental dan penyakit fisik Selalu ada aspek mental pada setiap penyakit fisik. Bagaimana kita bereaksi terhadap penyakit dan bagaimana kita mengatasi penyakit sangat bervariasi dari orang ke orang. Misalnya ketika seseorang mengalami penyakit mental, mereka mungkin jadi tidak nafsu makan, malas beraktivitas, atau enggan mengurus diri sendiri. 

Akibatnya, beragam masalah atau penyakit fisik pun jadi mudah bermunculan. Beberapa penyakit fisik juga bisa ditimbulkan dan diperparah oleh stres dan kecemasan, seperti maag, penyakit jantung dan hipertensi. 

Depresi juga dapat berkontribusi pada penyakit psikosomatik, terutama ketika sistem kekebalan tubuh telah melemah oleh stres berat. Gejala fisik tersebut muncul karena meningkatnya aktivitas impuls saraf dari otak ke berbagai bagian tubuh. Pelepasan hormon adrenalin (epinefrin) ke dalam aliran darah juga bisa menyebabkan gejala fisik di atas. 

Beberapa riset juga membuktikan bahwa otak dapat memengaruhi sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh, yang terlibat dalam berbagai penyakit fisik. Pengobatan Melansir laman Medical Net, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi gejala psikosomatis. Berikut cara tersebut: 

  1. Psikoterapi Dalam teknik pengobatan ini, dokter dan pasien memiliki interaksi tentang status mental dan gaya hidup yang dialami pasien. Interaksi ini membantu terapis untuk menganalisis penyakit mental tertentu yang diderita pasien, untuk menyediakan terapi yang tepat. Baca juga: Gangguan Lambung Kronis? Mungkin Psikosomatik. 
  2. Psikoanalisis Terapi ini digunakan untuk mengobati depresi dan gangguan kecemasan. Ini adalah proses panjang yang melibatkan dua hingga lima sesi per minggu selama beberapa tahun. Dalam sesi terapi ini, dokter atau terapis akan membuat catatan tentang kenangan masa kecil pasien dan mimpi yang memiliki andil dalam kondisi mental pasien. 
  3. Terapi perilaku kognitif Terapi ini berfokus pada pemeriksaan pikiran dan keyakinan pasien yang memengaruhi kondisi mentalnya. Cara ini membantu untuk mengatasi perasaan pasien yang menyebabkan perubahan dalam perilakunya utnuk mengatasi situasi negatif seperti depresi, kemarahan, fobia, sakit kronis, dan sebagainya. 
  4. Terapi Electroconvulsive (ECT) Terapi ini biasanya diterapkan pada pasien dengan depresi berat dan kondisi mental lainnya. Sesi terapi melibatkan transisi arus listrik yang stabil melalui otak,untuk memicu aktivitasnya untuk meredakan gejala penyakit mental. ECT diberikan untuk jangka waktu satu bulan dengan interval tertentu. Terapi ini diklaim lebih aman dan lebih efektif dibandingkan pengobatan menggunakan obat-obatan. 
  5. Hipnoterapi Terapi ini menggunakan hipnosis atau rangsangan bawah sadar seseorang agar mudah diarahkan untuk memahami keadaan pikiran pasien. Hipnoterapi digunakan untuk mengobati gangguan terkait stres seperti insomnia dan kondisi lainnya, eksim, dan sebagainya. 
  6. Terapi abreaksi Terapi ini digunakan untuk menghilangkan emosi yang terkait dengan peristiwa traumatis. Durasi yang dibutuhkan untuk terapi ini lebih lama jika dibandingkan dengan terapi lain, dan tidak digunakan secara luas. 
  7. Terapi akupuntur Prinsip dasar terapi ini adalah menstimulasi titik-titik dalam tubuh dengan menggunakan jarum, untuk memperbaiki penyimpangan dalam aliran energi melalui saluran yang dikenal sebagai meridian. Terapi ini terutama digunakan untuk mengobati kecemasan dan depresi. Sesi terapi dapat bervariasi berdasarkan bantuan pasien dari faktor stres.
Nyatanya ada dua jenis stres di dalam hidup. Ada stres yang baik dan ada yang jahat. Stres yang baik adalah stres yang kamu masih bisa hadapi, dan membuatmu merasa senang. Contohnya stres saat menonton film horror atau adrenalin yang kamu rasakan setelah menyelesaikan suatu proyek. Stres baik ini memicu kita untuk semangat dan menjadi lebih baik, disebut juga dengan eustress.

Namun, ada juga stres yang buruk, yaitu distress. Jenis stres satu ini terjadi ketika kamu terlalu banyak menyimpan tekanan hidup di dalam dirimu, tanpa “mengeluarkan uneg-uneg” kamu sehingga menumpuk. Akhirnya stres yang satu ini menjadi racun dalam tubuhmu dan bahkan bisa membuat kamu lebih rentan terkena penyakit. 

Terlalu lama mengalami stres tanpa adanya waktu untuk beristirahat, curhat, atau sekedar bersantai dapat mempengaruhi otak dan melepaskan hormon adrenalin secara terus-menerus yang menyebabkan gejala fisik yang sudah disebutkan. Di bawah tekanan, otak juga dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga juga menyebabkan kita rentan terkena risiko penyakit fisik.

Tips cara mengatasi psikosomatis
Tidak perlu khawatir karena gangguan psikosomatis bisa disembuhkan. Namun, memang penyembuhannya membutuhkan waktu. Hal ini dikarenakan kamu harus belajar cara mengelola stres yang kamu alami, tapi di saat yang sama harus mengobati penyakit yang kamu derita.

Ibarat bila ada bendungan bocor dan terjadi banjir, maka kamu harus memperbaiki bendungan. Namun, di saat yang bersamaan, kamu juga harus mengatasi efek sampingnya (banjir yang terjadi).
Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk membantu mengatasi gangguan psikosomatis:
  1. Konseling untuk membantu mengelola stres
  2. Melakukan meditasi atau teknik relaksasi
  3. Mencoba menulis jurnal (journaling)
  4. Psikoterapi, seperti terapi CBT (Cognitive Behavior Therapy)
  5. Hipnoterapi
  6. Berkonsultasi pada ahli psikosomatis
  7. Mengkonsumsi obat berdasar resep dokter, seperti anti depresan
Dengan mencoba hal-hal berikut secara terus-menerus, maka kamu pun akan bisa mengatasi gangguan psikosomatis kamu dan membiasakan diri untuk mengelola stres dengan baik. Bagaimana cara mencegah gangguan psikosomatis? Kamu bisa melakukan ini dengan mencegah “pemicu” yang membuat stres berkembang menjadi penyakit fisik. Biasakan untuk mengelola stres dan perasaan kamu lebih baik. Mengalami tekanan itu biasa, yang perlu kamu atur adalah memberi dirimu istirahat agar kamu tidak merasa kewalahan.

Mulailah kebiasaan baik yang membuat kamu merasa lebih baik akan dirimu sendiri, seperti makan dan minum yang cukup, istirahat yang cukup, olahraga yang teratur, serta menceritakan masalahmu kepada orang di sekitarmu ketika kamu merasa terlalu negatif.



Referensi ; Mengenal Psikosomatis, Penyakit Fisik yang Disebabkan Pikiran