Penghalang-Penghalang Do’a. Banyak orang yang berdoa melakukan perbuatan yang menyebabkan doa mereka ditolak dan tidak dikabulkan, karena kebodohan mereka tentang syarat-syarat doa, padahal apabila tidak terpenuhi salah satu syarat tersebut, maka doa tersebut tidak dikabulkan.
Adapun syarat-syarat yang terpenting antara lain.
1. Ikhlas
Sebagaimana firman Allah.
فَادْعُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya“. [Ghafir/40 : 14]. Ibnu Katsir mengatakan bahwa setiap orang yang beribadah dan berdoa hendaknya dengan ikhlas serta menyelisihi orang-orang musyrik dalam cara dan madzhab mereka.[Tafsir Ibnu Katsir 4/73]
Dari Abdurrahman bin Yazid bahwa dia berkata bahwasanya Ar-Rabii’ datang kepada ‘Alqamah pada hari Jum’at dan jika saya tidak ada dia memberikan kabar kepada saya, lalu ‘Alqamah bertemu dengan saya dan berkata : Bagaimana pendapatmu tentang apa yang dibawa oleh Rabii’.? Dia menjawab : “Berapa banyak orang yang berdoa tetapi tidak dikabulkan ? Karena Allah tidak menerima doa kecuali yang ikhlas”. Saya berkata : Bukankah itu telah dikatakannya ? Dia berkata : Abdullah mengatakan bahwa Allah tidak mendengar doa seseorang yang berdoa karena sum’ah, riya’ dan main-main tetapi Allah menerima orang yang berdoa dengan ikhlas dari lubuk hatinya”. [Imam Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad 2/65 No. 606. Dishahihkan sanadnya oleh Al-Albani dalam Shahih Adabul Mufrad No. 473. Nakhilah maksudnya adalah iikhlas, Masma’ adalah orang yang beramal untuk dipuji atau tenar].
Termasuk syarat terkabulnya doa adalah tidak beribadah dan tidak berdoa kecuali kepada Allah. Jika seseorang menujukan sebagian ibadah kepada selain Allah baik kepada para Nabi atau para wali seperti mengajukan permohonan kepada mereka, maka doanya tidak terkabulkan dan nanti di akhirat termasuk orang-orang yang merugi serta kekal di dalam Neraka Jahim bila dia meninggal sebelum bertaubat.
2 & 3. Tidak Berdoa Untuk Sesuatu Dosa Atau Memutuskan Silaturrahmi
Dari Abu Said bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Apabila seorang muslim berdoa dan tidak memohon suatu yang berdosa atau pemutusan kerabat kecuali akan diakabulkan oleh Allah salah satu dari tiga ; Akan dikabulkan doanya atau ditunda untuk simpanan di akhirat atau menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya“.[Musnad Ahmad 3/18. Imam Al-Mundziri mengatakannya Jayyid (bagus) Targhib 2/478].
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa yang dimaksud “tidak berdoa untuk suatu yang berdosa” artinya berdoa untuk kemaksiatan suatu contoh : “Ya Allah takdirkan aku untuk bisa membunuh si fulan”, sementara si fulan itu tidak berhak dibunuh atau “Ya Allah berilah aku rizki untuk bisa minum khamer” atau “Ya Allah pertemukanlah aku dengan seorang wanita untuk berzina”. Atau berdoa untuk memutuskan silaturrahmi suatu contoh : “Ya Allah jauhkanlah aku dari bapak dan ibuku serta saudaraku” atau doa semisalnya. Doa tersebut pengkhususan terhadap yang umum. Imam Al-Jazri berkata bahwa memutuskan silaturahmi bisa berupa tidak saling menyapa, saling menghalangi dan tidak berbuat baik dengan semua kerabat dan keluarga.
4. Hendaknya Makanan Dan Pakaian Dari Yang Halal Dan Bagus
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan :
“Seorang laki-laki yang lusuh lagi kumal karena lama bepergian mengangkat kedua tanganya ke langit tinggi-tinggi dan berdoa : Ya Rabbi, ya Rabbi, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dagingnya tumbuh dari yang haram, maka bagaimana doanya bisa terkabulkan.?” [Shahih Muslim, kitab Zakat bab Qabulus Sadaqah 3/85-86].
Imam An-Nawawi berkata bahwa yang dimaksud lama bepergian dalam rangka beribadah kepada Allah seperti haji, ziarah, bersilaturrahmi dan yang lainnya.
Pada zaman sekarang ini berapa banyak orang yang mengkonsumsi makanan, minuman dan pakaian yang haram baik dari harta riba, perjudian atau harta suap yang yang lainnya. [Syarh Shahih Muslim 7/100].
Ahli Syair berkata.
“Kita berdoa dan menyangka doa terangkat padahal dosa menghadangnya lalu doa tersebut kembali. Bagaimana doa kita bisa sampai sementara dosa kita menghadang di jalannya”. [Al-Azhiyah dalam Ahkamil Ad’iyah hal. 141].
5. Tidak Tergesa-gesa Dalam Menunggu Terkabulnya Doa
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda.
“Akan dikabulkan permintaan seseorang di antara kamu, selagi tidak tergesa-gesa, yaitu mengatakan : Saya telah berdoa tetapi belum dikabulkan“. [Shahih Al-Bukhari, kitab Da’awaat 7/153. Shahih Muslim, kitab Do’a wa Dzikir
8/87]
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata : Yang dimaksud dengan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Saya berdoa tetapi tidak dikabulkan”, Ibnu Baththaal berkata bahwa seseorang bosan berdoa lalu meninggalkannya, seakan-akan mengungkit-ungkit dalam doanya atau mungkin dia berdoa dengan baik sesuai dengan syaratnya, tetapi bersikap bakhil dalam doanya dan menyangka Alllah tidak mampu mengabulkan doanya, padahal Dia dzat Yang Maha Mengabulkan doa dan tidak pernah habis pemberian-Nya. [Fathul Bari 11/145].
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa Imam Al-Madzhari berkata : Barangsiapa yang bosan dalam berdoa, maka doanya tidak terkabulkan sebab doa adalah ibadah baik dikabulkan atau tidak, seharusnya seseorang tidak boleh bosan beribadah. Tertundanya permohonan boleh jadi belum waktunya doa tersebut dikabulkan karena segala sesuatu telah ditetapkan waktu terjadinya, sehingga segala sesuatu yang belum waktunya tidak akan mungkin terjadi, atau boleh jadi permohonan tersebut tidak terkabulkan dengan tujuan Allah mengganti doa tersebut dengan pahala, atau boleh jadi doa tersebut tertunda pengabulannya agar orang tersebut rajin berdoa sebab Allah sangat senang terhadap orang yang rajin berdoa karena doa memperlihatkan sikap rendah diri, menyerah dan merasa membutuhkan Allah. Orang sering mengetuk pintu akan segera dibukakan pintu dan begitu pula orang yang sering berdoa akan segera dikabulkan doanya. Maka seharusnya setiap kaum Muslimin tidak boleh meninggalkan berdoa. [Mir’atul Mafatih 7/349].
Syubhat.
Allah berfirman.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu“. [Ghafir/40 : 60].
Banyak orang yang berdoa tetapi tidak dikabulkan, kalau seandainya ayat tersebut sesuai dengan zhahirnya pasti tidak mungkin doa tersebut ditolak.
Hafizh Ibnu Hajar menjawab bahwa setiap orang yang berdoa pasti terkabulkan tetapi dengan bentuk pengkabulan yang berbeda-beda, terkadang apa yang diminta terkabulkan, atau terkadang diganti dengan sesuatu pemberian lain, sebagaimana hadits dari ‘Ubadah bin Shamit bahwasanya NabiShallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. ” Tidak ada seorang muslim di dunia berdoa memohon suatu permohonan melainkan Allah pasti mengabulkannya atau menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya”. [Fathul Bari 11/98].
6 & 7. Hendaknya Berdoa Dengan Hati Yang Khusyu’ Dan Yakin Bahwa Doanya Pasti Akan Dikabulkan
Dari Abdullah bin Amr bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Hati itu laksana wadah dan sebahagian wadah ada yang lebih besar dari yang lainnya, maka apabila kalian memohon kepada Allah, maka mohonlah kepada-Nya sedangkan kamu merasa yakin akan dikabulkan karena sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai“. [Musnad Ahmad 2/177, Mundziri dalam kitab Targhib 2/478, Al-Haitsami dalam Majma Zawaid 10/148]
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa yang dimaksud dengan sabda Nabi : ” dan kalian yakin akan dikabulkan”, adalah pengharusan artinya berdoalah sementara kalian bersikap dengan sifat yang menjadi penyebab terkabulnya doa. Imam Al-Madzhari berkata bahwa hendaknya orang yang bedoa merasa yakin bahwa Allah akan mengabulkan doanya sebab sebuah doa tertolak mungkin disebabkan yang diminta tidak mampu mengabulkan atau tidak ada sifat dermawan atau tidak mendengar terhadap doa tersebut, sementara kesemuanya sangat tidak layak menjadi sifat Allah. Allah adalah Dzat Yang Maha Pemurah, Maha Tahu dan Maha Kuasa yang tidak menghalangi doa hamba-Nya. Jika seorang hamba tahu bahwa Allah tidak mungkin menghalangi doa hamba-Nya, maka seharusnya kita berdoa kepada Allah dan merasa yakin bahwa doanya akan dikabulkan oleh Allah.
Seandainya ada orang yang mengatakan bahwa kita dianjurkan agar kita selalu yakin bahwa doa kita akan terkabulkan dan keyakinan itu akan muncul jika doa pasti dikabulkan, sementara kita melihat sebagian orang terkabul doanya dan sebagian yang lainnya tidak terkabulkan, bagaimana kita bisa yakin ?
Jawab.
Orang yang berdoa pasti terkabulkan dan pemintaannya pasti diberikan kecuali bila dalam catatan azali Allah doa tersebut tidak mungkin dikabulkan akan tetapi dia akan dihindarkan oleh Allah dari musibah semisalnya dengan permohonan yang dia minta sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits. Atau diberi ganti yang berupa pahala dan derajat di akhirat. Karena doa adalah ibadah dan barangsiapa yang beribadah dengan baik, maka tidak mungkin akan dihalangi dari pahala.
Yang dimaksud dengan sabda Nabi : “dari hati yang lalai” adalah hati yang berpaling dari Allah atau berpaling dari yang dimintanya. [Mir’atul Mafatih 7/360-361].
Banyak orang yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan untuk berdoa, padahal boleh jadi seseorang itu tergolong yang mustajab doanya tetapi kesempatan baik itu banyak disia-siakan. Maka seharusnya setiap muslim memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdoa sebanyak mungkin baik memohon sesuatu yang berhubungan dengan dunia atau akhirat.
Diantara Orang-Orang Yang Doanya Mustajab.
1. Doa Seorang Muslim Terhadap Saudaranya Dari Tempat Yang Jauh
Dari Abu Darda’ bahwa dia berkata bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Tidaklah seorang muslim berdoa untuk saudaranya yang tidak di hadapannya, maka malaikat yang ditugaskan kepadanya berkata : “Amin, dan bagimu seperti yang kau doakan“. [Shahih Muslim, kitab Doa wa Dzikir bab Fadli Doa fi Dahril Ghalib].
Imam An-Nawawi berkata bahwa hadits di atas menjelaskan tentang keutamaan seorang muslim mendoakan saudaranya dari tempat yang jauh, jika seandainya dia mendoakan sejumlah atau sekelompok umat Islam, maka tetap mendapatkan keutamaan tersebut. Oleh sebab itu sebagian ulama salaf tatkala berdoa untuk diri sendiri dia menyertakan saudaranya dalam doa tersebut, karena disamping terkabul dia akan mendapatkan sesuatu semisalnya. [Syarh Shahih Muslim karya Imam An-Nawawi 17/49]
Dari Shafwan bin Abdullah bahwa dia berkata : Saya tiba di negeri Syam lalu saya menemui Abu Darda’ di rumahnya, tetapi saya hanya bertemu dengan Ummu Darda’ dan dia berkata : Apakah kamu ingin menunaikan haji tahun ini ? Saya menjawab : Ya. Dia berkata : Doakanlah kebaikan untuk kami karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda.
“Doa seorang muslim untuk saudaranya yang tidak ada di hadapannya terkabulkan dan disaksikan oleh malaikat yang ditugaskan kepadanya, tatkala dia berdoa untuk saudaranya, maka malaikat yang di tugaskan kepadanya mengucapkan : Amiin da bagimu seperti yang kau doakan”. Shafwan berkata : “Lalu saya keluar menuju pasar dan bertemu dengan Abu Darda’, beliau juga mengutarakan seperti itu dan dia meriwayatkannya dari Nabi. [Shahih Muslim, kitab Dzikir wa Doa bab Fadlud Doa Lil Muslimin fi Dahril Ghaib 8/86-87]
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa jika seorang muslim mendoakan saudaranya kebaikan dari tempat yang jauh dan tanpa diketahui oleh saudara tersebut, maka doa tersebut akan dikabulkan, sebab doa seperti itu lebih berbobot dan ikhlas karena jauh dari riya dan sum’ah serta berharap imbalan sehingga lebih diterima oleh Allah. [Mir’atul Mafatih 7/349-350]
Catatan.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa Imam Karmani menukil dari Al-Qafary bahwa ucapan doa seorang : “Ya Allah ampunilah dosa semua kaum muslimin” adalah doa terhadap sesuatu yang mustahil sebab pelaku dosa besar mungkin masuk Neraka dan masuk Neraka bertolak belakang dengan permohonan pengampunan, bisa saja pelaku dosa besar di doakan, sebab yang mustahil adalah mendoakan pelaku dosa besar yang kekal di Neraka, selagi masih bisa keluar karena syafaat atau dimaafkan, maka itu termasuk pengampunan secara keseluruhan.
Ucapan orang di atas bertentangan dengan doa Nabi Nuh ‘Alaihis Salam dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan“. [Muhammad/47 : 19]
Yang jelas permohonan dengan lafazh umum tidak mengharuskan permohonan untuk setiap orang secara kolektif. Mungkin yang dimaksud oleh Al-Qafary bahwa mendoakan kaum muslimin secara kolektif dilarang bila seorang yang berdoa menginginkan keseluruhan tanpa pengecualian dan bukan pelarangan terhadap syariat doanya. [Fathul Bari 11/202]
.2. Orang yang Memperbanyak Berdoa Pada Saat Lapang Dan Bahagia
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Barangsiapa yang ingin doanya terkabul pada saat sedih dan susah, maka hendaklah memperbanyak berdoa pada saat lapang“. [Sunan At-Tirmidzi, kitab Da’awaat bab Da’watil Muslim Mustajabah 12/274. Hakim dalam Mustadrak. Dishahihkan oleh Imam Dzahabi 1/544. Dan di hasankan oleh Al-Albani No. 2693].
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa makna hadits di atas adalah hendaknya seseorang memperbanyak doa pada saat sehat, kecukupan dan selamat dari cobaan, sebab ciri seorang mukmin adalah selalu dalam keadaan siaga sebelum membidikkan panah. Maka sangat baik jika seorang mukmin selalu berdoa kepada Allah sebelum datang bencana berbeda dengan orang kafir dan zhalim sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya ; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu“. [Az-Zumar/39 : 8].
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya“. [Yunus/10 : 12]. [Mir’atul Mafatih 7/360]
Wahai orang yang ingin dikabulkan doanya, perbanyaklah berdoa pada waktu lapang agar doa Anda dikabulkan pada saat lapang dan sempit.
3. Orang Yang Teraniaya
Dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Takutlah kepada doa orang-orang yang teraniyaya, sebab tidak ada hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan)“. [Shahih Muslim, kitab Iman 1/37-38]
Dari Abu Hurairah bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah bersabda.
“Doanya orang yang teraniaya terkabulkan, apabila dia seorang durhaka, maka kedurhakaannya akan kembali kepada diri sendiri“. [Musnad Ahmad 2/367. Dihasankan sanadnya oleh Mundziri dalam Targhib 3/87 dan Haitsami dalam Majma’ Zawaid 10/151, dan Imam ‘Ajluni No. 1302]
4.5. Doa Orang Tua Terhadap Anaknya Dan Doa Seorang Musafir.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda.
“Tiga orang yang doanya pasti terkabulkan ; doa orang yang teraniyaya; doa seorang musafir dan doa orang tua terhadap anaknya“. [Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Do’a bi Dhahril Ghaib 2/89. Sunan At-Tirmidzi, kitab Al-Bir bab Doaul Walidain 8/98-99. Sunan Ibnu Majah, kitab Doa 2/348 No. 3908. Musnad Ahmad 2/478. Dihasankan Al-Albani dalam Silsilah Shahihah No. 596]
6. Doa Orang Yang Sedang Puasa
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Tiga doa yang tidak ditolak ; doa orang tua terhadap anaknya ; doa orang yang sedang berpuasa dan doa seorang musafir”. [Sunan Baihaqi, kitab Shalat Istisqa bab Istihbab Siyam Lil Istisqa’ 3/345. Dishahihkan oelh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah No. 1797].
“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadanya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu menginga(Nya)“. [An-Naml/27 : 62]
Imam As-Syaukani berkata bahwa ayat diatas menjelaskan betapa manusia sangat membutuhkan Allah dalam segala hal terlebih orang yang dalam keadaan terpaksa yang tidak mempunyai daya dan upaya. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan orang terpaksa adalah orang-orang yang berdosa dan sebagian yang lain berpendapat bahwa yang dimaksud terpaksa adalah orang-orang yang hidup dalam kekurangan, kesempitan atau sakit, sehingga harus mengadu kepada Allah. Dan huruf lam dalam kalimat Al-Mudhthar untuk menjelaskan jenis bukan istighraq (keseluruhan). Maka boleh jadi ada sebagian orang yang berdoa dalam keadaan terpaksa tidak dikabulkan dikarenakan adanya penghalang yang menghalangi terkabulnya doa tersebut. Jika tidak ada penghalang, maka Allah telah menjamin bahwa doa orang dalam keadaan terpaksa pasti dikabulkan. Yang menjadi alasan doa tersebut dikabulkan karena kondisi terpaksa bisa mendorong seseorang untuk ikhlas berdoa dan tidak meminta kepada selain-Nya. Allah telah mengabulkan doa orang-orang yang ikhlas berdoa meskipun dari orang kafir, sebagaimana firman Allah.
“Sehingga tatkala kamu di dalam bahtera, dan meluncurkan bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan keta’atan kepada-Nya semata-mata’. (Mereka berkata) : ‘Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami termasuk orang-orang yang bersyukur“. [Yunus/10 : 22]
“Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Alla)“. [Al-Ankabut/29: 65].
Dari ayat di atas Allah mengabulkan doa mereka, padahal Allah tahu bahwa mereka pasti akan kembali kepada kesyirikan. [Fathul Qadir 4/146-147]
Imam Ibnu Katsir berkata bahwa Imam Hafizh Ibnu ‘Asakir mengisahkan seorang yang bernama Abu Bakar Muhammad bin Daud Ad-Dainuri yang terkenal dengan kezuhudannya. Orang tersebut berkata : “Saya menyewakan kuda tunggangan dari Damaskus ke negeri Zabidany, pada satu ketika ada seorang menyewa kuda saya dan meminta untuk melewati jalan yang tidak pernah saya kenal sebelumnya”, Dia berkata : “Ambillah jalan ini karena lebih dekat”. Saya bertanya : “Bolehkah saya memilih jalan ini”, Dia berkata : “Bahkan jalan ini lebih dekat”. Akhirnya kami berdua menempuh jalan itu sehingga kami sampai pada suatu tempat yang angker dan jurangnya yang sangat curam yang di dalamnya terdapat banyak mayat. Orang tersebut berkata : “Peganglah kepala kudamu, saya akan turun”. Setelah dia turun dan menyingsingkan baju lalu menghunuskan golok bermaksud ingin membunuh saya, lalu saya melarikan diri darinya, akan tetapi dia mampu mengejarku. Saya katakan kepadanya : “Ambillah kudaku dan semua yang ada padanya”. Dia berkata : “Kuda itu sudah milikku, tetapi aku ingin membunuhmu”. Saya mencoba menasehati agar dia takut kepada Allah dan siksaan-Nya tetapi ternyata dia seorang yang tidak mudah menerima nasehat, akhirnya saya menyerahkan diri kepadanya.
Saya berkata kepadanya : “Apakah anda mengizinkan saya untuk shalat?” Dia berkata : “Cepat shalatlah!” Lalu saya beranjak untuk shalat akan tetapi badan saya gemetar sehingga saya tidak mampu membaca ayat Al-Qur’an sedikitpun dan hanya berdiri kebingungan. Dia berkata : “cepat selesaikan shalatmu!”, maka setelah itu seakan-akan Allah membukakan mulut saya dengan suatu ayat yang berbunyi.
“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadanya, dan yang menghilangkan kesusahan“. [An-Naml : 62]
Tidak terduga muncul dari mulut bukit seorang satria datang ke arah kami dengan menggemgam tombak di tangannya, lalu melempar tombak tersebut ke arah orang tadi dan tombak pun mengenai jantungnya lalu seketika itu orang tersebut langsung mati terkapar. Setelah itu, maka saya memegang erat-erat satria tersebut dan saya bertanya : “Demi Allah siapakah engkau sebenarnya?” Dia mejawab : “Saya adalah utusan Dzat Yang Maha Mengabulkan permohonan orang-orang yang dalam keadaan terpaksa tatkala dia berdoa dan menghilangkan segala malapetaka”. Kemudian saya mengambil kuda dan semua harta lalu pulang dalam keadaan selamat. [Tafsir Ibnu Katsir 3/370-371]
Proses Ta’aruf merupakan proses di mana perkenalan pria dan wanita yang bertujuan untuk menuju ke jenjang pernikahan sesuai dengan ketentuan yang ada di agama Islam. Bukan hanya untuk menyatukan kedua belah pihak saja namun ta’aruf memiliki tahapan yang sudah ditetapkan. Sebagaimana yang telah Allah SWT firmankan dalam Q.S Al-Hujurat ayat 13, yang berbunyi :
“Wahai manusia! sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. “
Makna dari mengenal satu sama lain yaitu mengetahui latar belakang, kepribadian, budaya, pendidikan, keluarga, dan agama. Jika terdapat kecocokan maka selanjutnya akan dilanjutkan dengan khitbah (peminangan) atau pertunangan.
Hal ini sesuai dengan ajaran Islam, pasalnya Allah SWT melarang umatnya untuk mendekati segala bentuk perzinaan. Oleh karena itu, ta’aruf menjadi jalan yang terbaik untuk kamu yang ingin melanjutkan ke jenjang pernikahan. Ketahui juga jenis pernikahan yang dilarang.
Inilah Proses Ta’aruf Menurut Ajaran Islam Yang Bisa Kamu Lakukan
Di kalangan anak muda saat ini, proses ta’aruf menurut Islam mungkin dipandang sebagai salah satu hal yang kuno. Namun, untuk umat muslim, sangat dilarang untuk mendekati zina seperti pacaran. Berikut ini proses ta’aruf sesuai ajaran Islam yang bisa kamu ikuti :
1. Mengunjungi Kedua Orang Tua atau Keluarga Calon Pasangan
Proses awal yang perlu kamu lakukan sebagai pria yaitu dengan mengunjungi kedua orang tua atau keluarga calon pasangan. Sehingga pada proses ini, bukan berarti menemui calon pasangan hanya berdua.
Dalam Islam, sebagai pria diajarkan untuk mendatangi kedua orang tua wanita secara langsung dan mengutarakan maksud tujuan kedatangannya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Kalian tidak akan beriman sampai kalian menyukai sikap baik untuk saudaranya, sebagaimana dia ingin disikapi baik yang sama. “
2. Memberikan CV Ta’aruf
Ketika mendatangi orang tua atau keluarga calon pasangan, kamu bisa memberikan CV atau data biodata dan bertukar dengan calon pasangan. Tujuannya agar masing-masing calon mengetahui latar belakang pendidikan, umur, dan tujuan dalam pernikahan.
Sehingga masing-masing calon bisa lebih mengenal latar belakang calon pasangan. Bertukar CV atau biodata sebenarnya sudah dilakukan sejak zaman dulu, hanya pada zaman sekarang lebih mudahnya dengan bertukar CV ta’aruf.
3. Pendekatan Kepada Calon Pasangan yang Ditemani Mahrom
Jika CV ta’aruf masing-masing pasangan telah diterima dengan baik, maka diperbolehkan untuk bertemu. Dengan catatan pertemuan yang dilakukan tidak boleh dilakukan hanya berdua saja. Harus ditemani dengan mahrom masing-masing calon pasangan. Pertemuan ini bertujuan untuk menimbulkan perasaan cinta satu sama lain.
4. Tetap Menjaga Pandangan
Ketika sedang menemui calon pasangan meskipun sedang berta’aruf, kamu tetap harus menjaga pandangan. Sebab hubungan di antara kamu dengan calon pasangan belum terikat pernikahan sehingga bukan mahrom.
Tetap menjaga aurat bagi perempuan dan harus ditemani dengan mahrom. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S An-Nur ayat 30, yang berbunyi:
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu, lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
5. Mempersiapkan Waktu Khitbah atau Akad Nikah
Dalam Islam, waktu ta’aruf dengan khitbah atau akad nikah tidak boleh dilaksanakan terlalu lama. Pada umumnya hanya berjarak sekitar satu hingga tiga minggu saja. Banyak pula yang menyalahartikan tentang ta’aruf itu sendiri. Pahami juga syarat-syarat dalam akad nikah agar berjalan lancar.
Ta’aruf tidak sama dengan pacaran, pada proses ta’aruf pihak laki-laki ataupun perempuan memang sebelumnya sudah menyiapkan diri untuk menikah.
Sangat dilarang untuk melakukan ta’aruf namun ternyata belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Sebab, pasangan kamu akan merasa digantungi dengan ketidakpastian.
6. Mantapkan Niat dan Sholat Istikharah
Setelah semua proses ta’aruf berjalan dengan baik dan masing-masing pasangan merasa cocok. Maka proses selanjutnya adalah melaksanakan akad nikah.
Namun, sebelumnya kamu perlu memantapkan pilihan dan hati untuk melaksanakan akad. Karena semua orang pasti menginginkan akad yang dilaksanakan hanya sekali dalam seumur hidup.
Dan setelah menikah kamu akan menghabiskan sisa waktu hidup bersama pasangan yang kamu nikahi. Oleh karena itu, butuh kesiapan yang kemantapan dari diri dan hati kamu.
Salah satu cara untuk memantapkan hati dan pilihan adalah dengan melaksanakan sholat istikharah agar diberikan pilihan terbaik oleh Allah SWT.
Itulah proses ta’aruf dalam Islam yang perlu kamu ketahui, sebagai umat Islam tidak diperbolehkan untuk melakukan pacaran atau perzinaan. Ta’aruf merupakan cara terbaik untuk meminta dipertemukan dengan pasangan yang tepat.
Referensi : 6 Tahapan Proses Ta’aruf dalam Islam yang Benar
Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk mengemban amanah dan menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Dengan melihat asal mula kejadian manusia, kita dapat mengetahui bahwa Allah memberikan kelebihan bagi manusia dalam hal akal dan pengetahuan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Saat Allah SWT menciptakan Adam As, Allah memerintahkan para malaikatnya untuk bersujud kepada Adam karena kelebihan yang ia miliki meskipun ada makhluk yang menolak untuk bersujud yakni iblis.
“Yang membuat segala sesuatu yang memciptakan sebaik-baiknya dan memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunan dari saripati air yang hina kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya ruh (ciptaan) Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati (tetapi) sedikit sekali tidak bersyukur.”(QS As sajadah 7-9)
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah Kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, Kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, Kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), Kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, Maka apabila dia menetapkan sesuatu urusan, dia Hanya bekata kepadanya: “Jadilah”, Maka jadilah ia. (QS Al Mukmin 67)
Tujuan Hidup Menurut Islam
Manusia tidak diciptakan begitu saja tanpa adanya tujuan hidup. Adapun tujuan utama manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah agar dapat menyembah dan beribadah kepada Allah SWT. Berikut ini adalah tujuan hidup manusia di bumi yang disebutkan dalam Alqur’an dan sunah rasul
1. Menyembah Allah
Adapun tujuan hidup manusia yang paling utama adalah untuk menyembah dan beribadah kepada Allah SWT. Sebagai hamba Allah, manusia wajib menjalankan segala perintah dan menjauhi segala laranganNya. Manusia juga harus menjadikan rukun iman dan rukun islam sebagai pedoman hidupnya. Berikut ini adalah ayat yang menyebutkan kewajiban manusia untuk beribadah kepada Allah SWT
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (Qs Adz zariyat : 56).
Adapun ibadah yang dapat dilaksanakan oleh manusia untuk memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dapat berifat umum maupun khusus. Ibadah yang bersifat khusus adalah ibadah yang langsung ditujukan kepada Allah SWt seperti shalat, baik shalat wajib ataupun shalat sunnah, puasa (baca puasa ramadhan dan keutamaan puasa senin kamis), zakat (baca penerima zakat dan syarat penerima zakat), haji (baca syarat wajib haji) dan ibadah lainnya yang sifatnya sunnah seperti membaca Alqur’an (baca manfaat membaca Alqur’an dalam kehidupan dan manfaat membaca alqur’an bagi ibu hamil), bersedekah (baca keutamaan bersedekah). Adapun ibadah yang dilakukan secara umum adalah ibadah yang kaitannya dengan hubungan manusia dengan sesamanya seperti menyambung tali silaturahmi (baca keutamaan menyambung tali silaturahmi) dan tolong menolong antar sesama sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk sosial
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al hujurat : 13)
2. Menjalankan perannya sebagai khalifah
Manusia adalah khalifah di muka bumi dan setiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Istilah khalifah disini adalah pemimpin dimana manusai bertanggung jawab menjaga keberlangsungan hidupnya dan alam sekitarnya. Sebagai makhluk yang dikaruniai akal maka manusia memiliki kewajiban untuk mengelola sumber daya alam dan menjaga kelestariannya. Tidak hanya itu, manusia juga berkewajiban untuk menjaga dirinya sendiri dari perilaku yang tidak baik karena setiap perlakuan atau perbuatan manusia di dunia kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Albaqarah ayat 30 yang bunyinya
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.(QS Al Baqarah :30)
3. Meneruskan Ajaran islam
Tidak hanya beribadah dan menjalankan tugasnya sebagai khalifah, manusia juga wajib menuntut ilmu dan meneruskannya (baca hukum menuntut ilmu) pada generasi selanjutnya agar ajaran islam tetap terjaga hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan menurut islam yang menyebutkan bahwa ilmu pendidikan islam bukan hanya ilmu yang diajarkan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT akan tetapi juga untuk menuntun perilaku manusia dan menunjukkan perbuatan amar ma’ruf nahi mungkar. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah surat Al imran ayat 104 yang bunyinya
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.“(QS Al Imran : 104)
Tujuan hidup manusia tersebut hendaknya dipahami dan dilaksanakan oleh manusia karena tanpa tercapainya tujuan hidup tersebut maka tuhas manusia di bumi ini tidaklah dapat terpenuhi.
Rasulullah SAW memberitahukan 3 jenis doa yang sulit terkabul.Berdoa memang termasuk salah satu rahasia Allah SWT. Terkadang kita berdoa dan Allah SWT langsung mengabulkannya. Ada pula doa-doa yang belum terkabul atas kehendak-Nya. KH Ma’ruf Khozin, menjelaskan memang ada tiga macam doa yang tidak dikabulkan Allah: ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﺭَﺿِﻲَ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻋَﻦِ اﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ: ﻳُﺴﺘﺠﺎﺏُ ﻷﺣﺪِﻛُﻢ ﻣَﺎ ﻟَﻢ ﻳَﺪْﻉُ ﺑِﺈﺛﻢٍ ﺃَﻭ ﻗَﻄﻴﻌﺔُ ﺭَﺣﻢٍ، ﺃَﻭ ﻳَﺴﺘﻌﺠِﻞْ ﻓﻴﻘﻮﻝُ: ﺩَﻋﻮﺕُ ﻓَﻼ ﺃَﺭﻯ ﻳُﺴﺘَﺠﻴﺐُ ﻟِﻲ، ﻓَﻴﺪﻉُ اﻟﺪُّﻋَﺎء
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Doa kalian akan dikabulkan selama tidak berdoa
dengan dosa
memutus kekerabatan
ergesa-gesa. Dia akan berkata "Aku sudah berdoa tapi tidak dikabulkan" akhirnya dia meninggalkan doa." (HR Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad)
Sementara selain tiga jenis doa yang dikabulkan dia atas, menurut Kiai Ma’ruf, maka doa kita akan dikabulkan Allah dengan tiga cara. Dia mengutip hadis berikut:
Dari Abu Sa'id Al Khudri dari Nabi SAW bersabda: "Tidak seorang Muslim yang berdoa, selama tidak berdoa dengan dosa dan memutus kekerabatan, kecuali Allah mengabulkan dengan (1) disegerakan Dikabulkan / sesuai permintaan (2) Allah simpan dan diberikan di akhirat (3) Allah ganti dengan menghindarkan keburukan baginya yang setara dengan doanya". Sahabat bertanya: "Kalau begitu kita memperbanyak doa?" Nabi menjawab: "Allah akan lebih banyak mengabulkan." (HR Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad)
“Saya sendiri jika berdoa sesuatu namun seolah belum dikabulkan, maka saya berprasangka baik kepada Allah
Menurut Kiai Ma’ruf, diberikan keluarga yang tentram dan sehat, rezeki berkah, lingkungan orang-orang baik adalah perwujudan dari pemberian Allah. “Sebab kesemuanya itu adalah nikmat yang boleh jadi kita sendiri lupa meminta seperti itu,” kata dia.
Kiai Ma’ruf menukilkan nasihat Ibnu Athaillah As Sakandary, dalam kitabnya Al Hikam berikut: لا يَكُنْ تأَخُّرُ أَمَدِ العَطاءِ مَعَ الإلْحاحِ في الدُّعاءِ مُوْجِباً لِيأْسِكَ. فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ الإِجابةَ فيما يَخْتارُهُ لَكَ لا فيما تَخْتارُهُ لِنَفْسِكَ. وَفي الوَقْتِ الَّذي يُريدُ لا فِي الوَقْتِ الَّذي تُرْيدُ.
“Ditundanya pemberian dari Allah sementara engkau telah menggebu-gebu dalam berdoa, jangan menjadikanmu berputus asa. Allah menjamin mengabulkan doa untukmu sesuai pilihanNya, bukan pilihanmu. Di waktu yang Dia kehendaki, bukan di waktu yang kau kehendaki.”
Referensi : Doa Kita akan Sulit Terkabul Selama Ada 3 Sebabnya
Bertaubat, Sebab Dikabulkan Doa. Solusi Al-Hasan Al-Bashri terhadap Tiga Macam Kesulitan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ada seseorang mengeluhkan kekeringan kepada Al-Hasan Al-Bashri. Lalu Al-Hasan menasehatinya, “Beristighfarlah kepada Allah Swt!”
Orang yang lainpun mengeluhkan masalah kefakiran. Al-Hasan pun menasehatinya, “Beristighfarlah kepada Allah!”
Orang yang ketiga meminta (kepada beliau), “Berdoalah kepada Allah (untukku) agar Allah memberi rezeki anak kepadaku!”
Al-Hasan mengatakan kepadanya, “Beristighfarlah kepada Allah!” Maka kamipun menanyakan kepada beliau tentang jawabannya tersebut, Al-Hasan pun mengatakan, “Saya tidak mengucapkan jawaban tersebut dari pikiranku sendiri!” Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman dalam surat Nuh (ayat 10-12).
(12) Serta memperbanyak harta dan anak-anak kalian, mengadakan kebun-kebun untuk kalian, dan mengadakan (pula di dalamnya) sungai-sungai untuk kalian.
Tafsir Surat Nuh ayat ke 10-12
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan ayat-ayat tersebut di atas,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ
(10) maka aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Tuhan kalian,”
“Maksudnya tinggalkan dosa-dosa yang ada pada diri kalian, dan beristighfarlah kepada Allah dari dosa-dosa tersebut!”
إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
“Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,”
“(Dia) banyak ampunan-(Nya) bagi orang yang bertaubat dan beristighfar. Kemudian Allah memberi kabar gembira (kepada orang tersebut) berupa ampunan dosa, dan buah ampunan berupa didapatkannya pahala, dan terhindarnya dari siksa. Disamping itu, Allah juga memberi kabar gembira berupa kebaikan dunia yang disegerakan, Allah berfirman,
يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
(11) Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan lebat,
“Maksudnya hujan terus menerus yang mengairi lembah dan dataran rendah, dan menyebabkan hidupnya negeri dan penduduknya!”
وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ
(12) dan memperbanyak harta dan anak-anak kalian,
“Maksudnya Dia memperbanyak harta-harta kalian yang dengannya kalian memenuhi kebutuhan duniawi, dan (Dia memperbanyak) anak-anak kalian”
“Serta mengadakan untuk kalian kebun-kebun, dan mengadakan (pula di dalamnya) sungai-sungai untuk kalian.”
“Ini termasuk kelezatan dan harapan dunia yang paling dicari!”
Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat-ayat di atas,
أي : إذا تبتم إلى الله واستغفرتموه وأطعتموه ، كثر الرزق عليكم ، وأسقاكم من بركات السماء ، وأنبت لكم من بركات الأرض ، وأنبت لكم الزرع ، وأدر لكم الضرع ، وأمدكم بأموال وبنين ، أي : أعطاكم الأموال والأولاد ، وجعل لكم جنات فيها أنواع الثمار ، وخللها بالأنهار الجارية بينها
“Maksudnya apabila kalian bertaubat kepada Allah dan kalian beristighfar kepada-Nya, maka Dia akan memperbanyak rezeki kalian, memberi air hujan kepada kalian dari keberkahan di langit, menumbuhkan keberkahan di bumi dan tanaman, serta memperbanyak susu, harta dan anak-anak untuk kalian -maksudnya, Dia anugerahkan kepada kalian harta dan anak-anak- Dia jadikan kebun-kebun yang terdapat di dalamnya berbagai macam buah untuk kalian, serta Dia selingi di antara kebun-kebun tersebut sungai yang (airnya) mengalir.”
Demikianlah pentingnya bertaubat dan beristighfar kepada Allah Ta’ala sebelum memohon kepada Allah Ta’ala dalam berdoa, karena hal itu merupakan salah satu sebab dikabulkan doa.
“Dan (dia berkata): ‘Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhan kalian lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atas kalian, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatan kalian, dan janganlah kalian berpaling dengan berbuat dosa’”. (QS. Hud: 52).
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96).
“(42) Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.”
“(43) Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 42-43).
Allah Ta’ala berfirman memerintahkan hamba-Nya untuk bertaubat dan memohon ampun kepada Allah:
“Dan hendaklah kalian meminta ampun kepada Tuhan kalian dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kalian mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepada kalian sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kalian berpaling, maka sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa siksa hari kiamat.” (QS. Hud: 3).
Jadi, bertaubat dan memohon ampun kepada Allah Ta’ala adalah sebab turunnya kebaikan, keberkahan dan pengkabulan doa. Diriwayatkan dalam sebuah riwayat bahwa Amirul Mukminin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu keluar memohon kepada Allah agar diturunkan hujan, lalu beliau tidaklah mengucapkan lafal doa kecuali hanya sekedar istigfar hingga turunlah hujan atas manusia. Orang-orangpun berkata: ‘Kami tidak melihatmu mengucapkan doa meminta hujan.’ Beliaupun menjawab: ‘Saya telah memohon turun hujan dengan kunci-kunci langit yang dengan itu bisa turun hujan.’ Kemudian beliau membaca:
“(12) Dan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untuk kalian sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12).
Seringkali banyak diantara manusia yang beranggapan bahwa doa yang tidak dikabulkan oleh Allah merupakan keinginan Allah Swt. Akan tetapi, hal tersebut ternyata salah. Adapun menurut penceramah kondang Syekh Ali Jaber mengungkapkan bahwa doa yang tidak kunjung Allah kabulkan itu dikarenakan kesalahan manusia itu sendiri. “Seringkali manusia tidak pernah bermuhasabah diri mengapa sampai doa tidak kunjung Allah kabulkan,” ujar Syekh Ali Jaber, Lebih lanjut, Syekh Ali Jaber menyebutkan manusia cenderung lebih fokus terhadap urusan dunia sehingga lalai akan kesalahannya. “Bagi Allah memberikan rezeki bukan perkara yang susah, tapi mengapa masih ada orang yang merasa doanya tidak kunjung Allah kabulkan? Padahal mungkin setiap hari seseorang telah banyak berdoa dan berdzikir. Itu dikarenakan ibadah jalan dan dosa juga jalan,” ungkap Syekh Ali Jaber.
Kemudian Syekh Ali Jaber menyebutkan yang membuat tertundanya dikabulkan doa karena ulah manusia sendiri. Yaitu selalu beribadah akan tetapi dosa juga selalu dilakukan. “Ini yang membuat proses tertundanya dikabulkan doa oleh Allah, bukan doa seorang hamba tidak diterima tapi Allah tunda karena terhalang oleh dosa dan maksiat yang telah dibuat oleh manusia,” jelas Syekh Ali Jaber.
Menurut Syekh Ali Jaber seluruh anggota tubuh bahkan lisan bisa membuat dosa yang akhirnya menjadikan doa seseorang tertunda dikabulkan oleh Allah SWT. Dan terkadang doa tidak Allah kabulkan karena Allah akhirkan pengabulannya, hal tersebut bisa terjadi walaupun isi doa tersebut baik, dan dipanjatkan oleh orang yang shalih dan istiqomah. Akan tetapi Allah akhirkan pengabulan doa untuk kebaikan orang yang berdoa itu sendiri.
Oleh sebab itu, menurut Syekh Ali Jaber segeralah ubah kebiasan-kebiasaan buruk tersebut, yang selalu melakukan dosa dan maksiat, agar Allah menyegerakan terkabulnya doa. Selain mengubah kebiasaan berbuat dosa, bertaubat dan terus berdoa kepada Allah agar Allah memberikan taufik dan juga rahmatnya agar manusia senantiasa berada di jalan yang Allah ridhoi. “Karena itu selalu kita merasa dalam sisa umur kita selalu merasa diri butuh kepada Allah SWT, tunjukan bahwa kita butuh Allah SWT dan kita tidak bisa apa-apa tanpa Allah SWT,” jelas Syekh Ali Jaber.
Referensi : Tidak Kunjung Dikabulkan Oleh Allah Swt, Segera Bertaubat (Kata Syekh Ali Jaber).