Anda pernah merasakan sakit di bagian tengah atas perut yang diiringi mual atau perut kembung? Jika pernah, bias jadi Anda mengalami gangguan ulu hati atau biasa disebut dengan nyeri ulu hati. Sakit ulu hati merupakan gejala sakit perut yang sering dikeluhkan oleh kebanyakan orang, kebanyakan dari mereka menduga nyeri ulu hati ini disebabkan oleh sakit maag. Memang ini merupakan penyebab tersering. Tapi tahukah Anda ternyata tidak hanya maag saja yang menjadi penyebabnya. Ada berbagai penyebab umum yang bias memicu rasa sakit di ulu hati.
Salam ilmu medis, daerah ulu hati disebut dengan epigastrium. Letak ulu hati berada di bawah tulang dada dan di atas pusar, serta berada di antara tulang rusuk. Selain mual dan perut kembung, rasa sakit di ulu hati juga bias diiringi sendawa, kram, rasa lapar, penurunan berat badan, atau muntah. Rasa sakit dapat menyebar ke atas dada atau punggung.
Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Columbia Asia dr. Rudy Dwi Laksono, M.Ked, SpPD FINASIM, nyeri ulu hati adalah rasa panas di dada, tepatnya di belakang tulang dada. Nyeri ini seringkali lebih buruk ketika berbaring atau membungkuk. Meskipun rasa sakit dirasakan di dada, nyeri ini tidak ada hubungannya dengan hati. Sebaliknya, memang sebagian besar disebabkan oleh asam lambung.
"Pada pasien yang pernah bermaslah dengan ulu hati, biasanya sakit tersebut merupakan representasi dari lambung, karena persis di bawah ulu hati adalah lambung. Ketika lambung bermasalah, tubuh mengirimkan sinyal atau tanda berupa nyeri di ulu hati. Jika dibiarkan, kalua memang benar-benar dari lambung, akan nada peningkatan asam lambung, jika tidak dikelola dengan baik akan melukai dinding lambung, makin lama makin banyak, sampai di lapisan pembuluh darah bias pecah. Namun, waspadai jika nyeri ulu hati terjadi pada usia tua, itu bisa merupakan sinyal dari serangan jantung," Pungkasnya.
Namun demikian, ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan timbulnya keluhan nyeri ulu hati. Misalnya adanya kecemasan sosial seperti pada saat Anda pertama kali masuk kerja atau sekolah, rasa cemas saat Anda harus menaji pembicara di suatu acara atau rapat kantor, rasa stres atau takut yang dapat disebabkan karena masalah keuangan, masalah di kantor, masalah dengan pasangan atau bisa juga karena merasa terlalu gembira yang kemudian menyebabkan gangguan pada perut, seperti saat Anda hendak menikah, lulus kuliah, atau bahkan berlibur.
Nyeri ulu hati ada juga yang disebabkan oleh pakreatitis. Pankreas adalah organ yang menghasilkan enzim yang membantu proses pencernaan dan hormone dalam mengatur upaya tubuh dalam memproses gula.
GERD/Penyakit asam lambung yang Mirip Serangan Jantung (Ulu Hati Sakit) Jantung Berdebar. GERD menyebabkan kerongkongan terpapar asam lambung secara berulang. Jika dibiarkan, lama-lama terjadi peradangan, penebalan, hingga kesulitan menelan. Kurniawan begitu cemas saat rasa nyeri menyerang ulu hatinya. Sakitnya menjalar sampai ke punggung. Napas pun pendek-pendek, terasa sesak. Istrinya pun panik melihat kondisinya. Tak mau ambil risiko, meski malam telah larut, saat itu juga mereka pergi ke rumah sakit. "Waktu itu yang saya takutkan cuma satu, takut kena serangan jantung. Kalau jantung kan harus cepat-cepat ditangani," tutur Kurniawan mengisahkan kejadian yang dialaminya dua pekan lalu.
Ia merasa beruntung karenaa dokter yang menanganinya cukup cermat. Setelah menjalani sejumlah pemeriksaan, kekhawatirannya tak terbukti. Ia bukan terkena serangan jantung, melainkan sakit gastro-esophageal reflux disease (GERD). Setelah mendapat pengobatan, pekerja di sebuah perusahaan multinasional itu pun diizinkan pulang. Kedua penyakit tersebut, GERD dan serangan jantung koroner, memang punya kemiripan gejala sehingga masyarakat awam kerap salah duga. Padahal, kedua penyakit itu sama sekali berbeda. Dokter konsultan gastroenterologi-hepatologi dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI)-Puri Indah, Jakarta, dr Hendra Nurjadin SpPD-KGEH, menjelaskan, GERD merupakan suatu gangguan berupa isi lambung termasuk asam lambung mengalami refluks (aliran balik) berulang ke dalam esofagus (kerongkongan) sehingga menyebabkan gejala dan komplikasi yang mengganggu. "Ini berbeda dengan sakit jantung koroner yang disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah koroner (jantung)," ujarnya pada diskusi tentang gangguan pencernaan yang digelar RSPI Group di Jakarta, beberapa waktu lalu. GERD ditandai dengan sejumlah gejala, seperti kembung, begah, mual, muntah, sendawa berulang tiada henti bahkan saat perut kosong, serta heart burn atau rasa nyeri, perih, dan panas di ulu hati/belakang dada yang menjalar ke punggung, dan sesak napas.
"Gejala nyeri ulu hati yang menjalar ke punggung dan sesak napas itulah yang menyebabkan penyakit ini sering dianggap sebagai serangan jantung," kata Hendra. Padahal, nyeri pada serangan jantung berbeda. Rasanya lebih seperti tertindih benda berat di dada yang menjalar ke lengan, pundak, leher, rahang, dan punggung. Sesak napas yang terjadi juga lebih berat. "Kalau pada GERD, sesak napasnya karena lambung yang kembung mengganjal pergerakan diafragma saat penderita GERD bernapas sehingga napas terasa tertahan, enggak lega," terangnya. Gejala GERD lainnya ialah rasa asam di mulut dan batuk berulang terutama saat tidur. Gejala itu terjadi karena naiknya asam lambung hingga mencapai mulut. "Ini tidak boleh dibiarkan karena asam lambung bersifat sangat asam, pH-nya sekitar 2. Kalau kerongkongan kena asam lambung berulang-ulang, lama-kelamaan terjadi iritasi, meradang, menebal, sehingga rongga kerongkongan menyempit. Akibatnya, susah untuk menelan atau yang disebut dysphagia, bahkan berisiko timbul kanker esofagus," papar Hendra.
Faktor Penyebab GERD Hendra menerangkan, pada GERD terjadi aliran balik isi lambung ke kerongkongan terjadi ketika klep lower-esophageal-sphincter (LES) terbuka. Klep yang terletak di perbatasan kerongkongan dan lambung itu seharusnya tertutup untuk mencegah makanan yang sudah masuk ke lambung kembali ke kerongkongan. Terbukanya klep tersebut bisa terjadi karena faktor-faktor yang menyebabkan penurunan tonus otot saluran cerna dan gerakan saluran cerna, seperti obat-obatan jenis tertentu, makan terlalu cepat dan berlebihan, konsumsi makanan dan minuman berkafein tinggi, berlemak tinggi, merokok, minum minuman beralkohol, stres berlebihan, serta kegemukan. Juga karena kehamilan dan adanya kelainan pada klep LES. "Sekali lagi, GERD tidak boleh diabaikan, harus ditangani dengan benar serta hindari juga faktor-faktor pencetusnya," pungkas Hendra.
Penyakit asam lambung atau GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) adalah suatu penyakit akibat asam lambung atau isi dari lambung naik ke tenggorokan. Hal ini terjadi dikarenakan lemahnya otot yang membatasi antara lambung dan tenggorokan bagian bawah.
Gejala yang dapat dialami akibat GERD adalah:
• Nyeri pada ulu hati
• Rasa tidak nyaman di daerah dada
• Nyeri pada daerah dada
• Rasa panas/ seperti terbakar di daerah dada ( heartburn)
• Mual dan muntah
• Batuk
• Mulut dapat terasa pahit
• Sensasi rasa terbakar pada dada hingga tenggorokan
• Kesulitan menelan seperti ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan
• Bau napas tidak sedap
Beberapa tips yang dapat Anda lakukan :
• Ubah pola makan Anda menjadi teratur, jangan terlambat makan
• Makan dengan porsi kecil namun sering
• Jangan langsung berbaring setelah makan
• Hindari makan makanan yang berlemak dan pedas
• Hindari makan makanan yang terlalu asam
• Jangan minum kopi,teh dan minum alkohol
• Jangan merokok
• Olahraga secara teratur
• Jaga berat badan ideal
• Hindari stres berlebihan, kelola stress dengan baik
Jika keluhan Anda tidak kunjung membaik dan mengganggu, saya sarankan untuk lakukan konsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam. Dokter akan menanyakan keluhan yang Anda alami, melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan darah, endoskopi, CT scan, MRI, dll. Pengobatan pada GERD disesuaikan dengan gejala dan tingat keparahan penyakit yang Anda alami. Pengobatan penyakit asam lambung harus disiplin dan memerlukan waktu yang cukup panjang.
Definisi generalized anxiety disorder. Apa itu generalized anxiety disorder? Generalized anxiety disorder (GAD) atau gangguan kecemasan umum adalah kondisi kecemasan yang berlebihan hingga cenderung tidak terkendali. Orang dengan GAD bukan merasakan kecemasan biasa, ia bahkan bisa sangat gelisah meskipun sedang tidak berada dalam situasi yang menegangkan alias ketika tidak ada apa-apa. Itu sebabnya, kondisi ini sering disebut sebagai kecemasan kronis. Bagi ereka, rasa cemas ibarat musuh yang bisa dengan mudah menyerang dalam kondisi apapun. Meski sulit untuk menenangkan diri, orang yang sedang mengalami GAD umumnya hanya bisa merasakan kekhawatirannya sendiri tanpa mampu mengungkapkannya pada orang lain. Nantinya, kecemasan berlebihan tanpa alasan ini hanya akan menghambat aktivitas sehari-hari.
Seberapa umum generalized anxiety disorder? Kondisi ini tergolong cukup umum terjadi pada orang dewasa. Meski begitu, wanita memiliki kecenderungan lebih besar mengalami kondisi ini dibandingkan pria. Jika Anda mengalami salah satu dari jenis gangguan kecemasan ini, segera periksakan diri ke dokter ahli kesehatan mental.
Tanda & gejala generalized anxiety disorder, Generalized anxiety disorder (GAD) adalah kondisi yang berkembang secara perlahan. Awalnya, kondisi ini dimulai sejak masa remaja atau usia muda. Namun, lambat laun, tanpa penanganan ahli, kondisi ini bisa semakin parah.
Gejala umum yang mungkin timbul
Untuk dapat mengatasinya, Anda perlu peka dan waspada terhadap berbagai gejala dari jenis gangguan kecemasan ini, di antaranya:
Memiliki rasa khawatir yang terlalu berlebihan tentang permasalahan sehari-hari.
Tidak bisa mengontrol rasa khawatir atau rasa cemas yang dimiliki.
Menyadari bahwa kekhawatiran yang dirasakan sebenarnya berlebihan.
Tidak bisa santai dan rileks.
Tidak bisa berkonsentrasi.
Mudah terperanjat atau terkejut.
Tidak bisa tidur nyenyak.
Sering kali merasa lelah.
Sakit kepala, nyeri otot, kram perut, dan berbagai rasa sakit yang tidak ada penyebabnya.
Kesulitan mengunyah makanan.
Mudah merasa marah dan kesal.
Mudah berkeringat, kepala terasa ringan, dan kehabisan napas.
Gejala lanjutan yang perlu diperhatikan, Jika hal ini terjadi pada anak-anak, sering kali anak akan terlalu khawatir akan beberapa hal berikut:
Khawatir nilai jelek atau takut kalah dalam pertandingan olahraga.
Khawatir akan bencana alam, seperti gempa atau banjir.
Sementara itu, pada orang dewasa, rasa khawatir yang muncul secara berlebihan biasanya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya:
Performa dalam bekerja.
Kesehatan diri dan keluarga.
Kondisi keuangan.
Pekerjaan rumah dan berbagai tanggung jawab lainnya.
Baik anak-anak maupun orang dewasa yang mengalami GAD biasanya mengalami gejala fisik yang membuatnya kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari. Penyebab generalized anxiety disorder. Sama halnya dengan berbagai gangguan kesehatan mental lainnya, penyeab dari generalized anxiety disorder terjadi karena berbagai faktor, baik biologis maupun lingkungan, seperti:
Adanya perbedaan fungsi dan zat kimia pada otak.
Faktor genetik atau keturunan.
Proses tumbuh kembang dan karakteristik.
Cara pandang masing-masing individu terhadap ancaman.
Faktor risiko generalized anxiety disorder
Dibandingkan pria, wanita memang lebih sering didiagnosis mengalami generalized anxiety disorder. Ada beberapa faktor risiko pendukung terhadap hal tersebut, seperti:
1. Karakteristik diri
Jika Anda sering merasa sungkan dan tidak enak hati terhadap orang lain, risiko Anda mengalami kondisi ini biasanya lebih besar dibanding orang lain. Apalagi, karena memiliki sifat-sifat tersebut, Anda cenderung lebih suka lari dari masalah karena tidak berani menghadapinya.
2. Faktor keturunan
Apabila ada anggota keluarga yang mengalami gangguan kecemasan, khususnya GAD, potensi untuk mengalami kondisi yang sama tentu lebih besar. Pasalnya, kondisi ini bisa diturunkan di dalam keluarga.
3. Pengalaman tertentu dalam hidup
Pengalaman hidup orang memang berbeda-beda. Namun, sebagian orang mengalami trauma hebat di dalam hidupnya, perubahan yang tidak terduga, dan berbagai pengalaman pahit yang tidak atau belum tentu dialami oleh orang lain.
Pengalaman-pengalaman yang memberikan dampak negatif kepada kehidupan ini bisa saja menjadi pemicu terjadinya gangguan kecemasan umum ini. Diagnosis & pengobatan generalized anxiety disorder, Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda. Bagaimana generalized anxiety disorder didiagnosis? Ada beberapa hal yang mungkin akan dilakukan oleh dokter untuk memeriksa dan mendiagnosis kondisi Anda:
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tahu adanya gejala yang mungkin berkaitan dengan penggunaan obat atau kondisi medis tertentu. Tes darah dan tes urine jika diduga ada kondisi medis tertentu yang menjadi penyebab gangguan kecemasan umum ini.
Bertanya secara mendalam dan mendetil tentang gejala yang muncul dan riwayat kesehatan yang dimiliki. Meminta Anda untuk kuisioner mengenai kondisi psikologis Anda untuk menentukan diagnosis yang tepat.Apa saja pilihan pengobatan untuk generalized anxiety disorder? Menurut National Institute of Mental Health, ada beberapa pilihan pengobatan untuk jenis gangguan kecemasan yang satu ini, di antaranya:
1. Psikoterapi
Salah satu jenis psikoterapi yang disebut cognitive behavioral therapy (CBT) biasanya akan dilakukan untuk mengatasi generalized anxiety disorder.
Terapi CBT ini akan membantu pasien untuk memiliki pola pikir, sikap, dan merespons situasi-situasi tertentu dengan cara yang berbeda. Biasanya, hal ini membantu pasien untuk tidak mudah merasa cemas dan khawatir secara berlebihan.
2. Penggunaan obat-obatan
Dokter mungkin akan merekomendasikan penggunaan obat-obatan tertentu untuk mengatasi kondisi ini jika dirasa menjalani terapi saja tidak cukup untuk mengatasinya. Ada beberapa kelompok obat-obatan, termasuk obat antidepresi, yang mungkin akan diresepkan untuk pasien, seperti:
Penggunaan obat-obatan depresi ini juga bisa digunakan untuk meredakan gejala dari GAD. Meski begitu, obat ini baru bisa benar-benar bekerja jika dikonsumsi selama beberapa minggu.
Perawatan rumah untuk generalized anxiety disorder, Untuk mendukung proses pengobatan GAD, lakukan beberapa hal berikut ini di rumah:
5 Cara Menghadapi Pasangan yang Mengalami Gangguan Kecemasan, Seseorang yang memiliki gangguan kecemasan identik dengan selalu diselimuti oleh perasaan khawatir berlebih setiap saat. Tidak mudah memang untuk berada di posisi ini, terlebih bagi Anda yang dihadapkan langsung dengan tantangan bahwa pasangan mengalami gangguan kecemasan. Jika ini yang sedang Anda alami, tentu sulit rasanya untuk memahami apa yang sebenarnya sedang dialami oleh pasangan. Bahkan mungkin, kadang Anda merasa hampir menyerah dalam membina hubungan bersamanya. Namun, sebenarnya ini bukanlah penghalang untuk terus mendampingi pasangan melewati masa-masa sulitnya, lho!
Pasangan mengalami gangguan kecemasan, apa yang harus dilakukan. Sebaliknya, padahal Anda sebagai pasangan sudah berusaha keras untuk terus mempertahankan ikatan ini. Jangan keburu putus asa dulu, sudah terapkan beberapa hal ini dalam menghadapi pasangan yang mengalami gangguan kecemasan, belum?
1. Pahami mengenai gangguan kecemasan
pasangan seks dan penyakit kelamin, Ada berbagai jenis gangguan kecemasan. Apakah Anda sudah memahami semuanya? Atau paling tidak, mengerti benar mengenai jenis gangguan kecemasan yang dialami oleh pasangan. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Kevin Gilliland, Psy.D., seorang psikolog klinis sekaligus dosen di Southern Methodist University, Amerika Serikat.
Menurutnya, Anda belum dapat sepenuhnya memahami kondisi pasangan bila tidak tahu apapun mengenai masalah medis yang sedang ia alami. Sekilas ia mungkin terlihat normal seperti orang lain pada umumnya, tapi dalam waktu cepat ia bisa berubah drastis dengan kecemasannya yang sulit dikendalikan.
Jadi, sebenarnya tidak ada alasan untuk enggan memelajari gangguan kecemasan bila Anda benar-benar ingin terus bersama orang terkasih.
2. Dengarkan keluh kesahnya
Sembari Anda belajar mengerti apa yang sedang dihadapi oleh pasangan, coba berusaha untuk lebih “peka” dengan kondisi saat ini. Jadilah pendengar yang baik di segala situasi, terlebih saat ia sedang bercerita mengenai keluh kesahnya.
Hindari terlalu memaksakan pendapat pribadi yang malah akan memperkeruh suasana dan kecemasan pasangan. Anda boleh saja mengungkapkan saran untuknya, tapi sebaiknya memang saat pasangan meminta saran dari Anda. Pastikan cara penyampaiannya halus, tidak menyulut emosi, sehingga lebih mudah dipahami oleh orang terkasih.
Intinya, bertindaklah sebagai sepasang telinga yang bersedia mendengar keluhannya kapanpun dibutuhkan. Dengan begitu, mereka tahu bahwa Anda benar-benar peduli dan menyayanginya.
3. Jangan takut dengan emosinya
selalu merasa benar, Ada kalanya pasangan akan bersikap berlebihan saat mengekspresikan apa yang sedang ia rasakan. Misalnya dengan menangis, berteriak kencang, hingga mengamuk hebat. Respons orang yang melihatnya tentu tidak selalu sama, termasuk Anda. Ya, ada yang bisa tetap tenang atau ada yang cenderung takut sampai tidak bisa melakukan apapun.
Bagaimana pun perasaan Anda saat itu, kuncinya adalah kendalikan ketakutan Anda sendiri. Pasalnya, terlalu gegabah sampai menunjukkan perilaku yang tidak tepat justru hanya akan memperburuk kondisi pasangan.
Sebaliknya, cukup tarik napas panjang, pikirkan apa solusi terbaik untuk masalah ini, dan usahakan untuk tetap tenang.
4. Cari cara untuk mengurangi kecemasan Anda sendiri
komunikasi dengan pasangan komunikasi dalam hubungan, Dijelaskan oleh Paulette Sherman, Psy.D., seorang psikolog yang asal New York City dan penulis sekaligus penulis Dating from the Inside Out, bahwa kecemasan adalah energi yang ternyata bisa menular.
Anda mungkin saja tanpa sadar terserang kecemasan karena terus-menerus dekat dengan pasangan yang mengalami gangguan kecemasan. Bahkan meskipun Anda sedang tidak cemas akan hal apapun.
Kecemasan dalam diri sendiri ini yang akan menyulitkan Anda nantinya untuk memahami pasangan. Maka itu, sebisa mungkin cobalah untuk menemukan cara agar diri Anda tetap tenang dan tidak terpengaruh dengan kecemasan pasangan. Misalnya dengan melakukan meditasi, yoga, atau me time.
5. Ingat Anda bukan terapisnya
Peran Anda di sini adalah sebagai pasangan yang seharusnya mendukung, menuntun, dan menemani orang terkasih yang mengalami gangguan kecemasan. Bukan sebaliknya, yang bertindak sebagai “pengelola” utama kecemasan yang dialami oleh pasangan Anda.
Sherman menganjurkan untuk menyerahkan itu semua pada pihak ketiga, yaitu terapis, yang bertugas untuk membantu meredakan kecemasan pasangan. Namun, tetap pastikan Anda selalu siap sedia untuk membantu orang terkasih dalam mengatasi kecemasan yang mereka alami.
Setiap orang pasti pernah merasa cemas. Sebagai contoh, jika Anda berada dalam kondisi tidak bisa pulang ke rumah karena hari sudah malam, tidak ada kendaraan umum yang masih beroperasi, dan hujan turun dengan lebatnya. Anda mungkin merasa cemas akan bertemu dengan orang jahat atau harus menunggu hingga pagi baru bisa pulang. Namun, apakah merasa cemas adalah pertanda bahwa Anda mengalami gangguan kecemasan? Nah, artikel ini akan membahas beda cemas dan gangguan kecemasan. Simak, yuk!
Apa yang dimaksud cemas dan gangguan kecemasan?
Anda mungkin berpikir bahwa rasa cemas menandakan bahwa Anda mengalami gangguan kecemasan. Padahal, meski saling berkaitan, kedua kondisi tersebut tidaklah sama.
Rasa cemas sifatnya sementara, sebagai respons terhadap suatu kondisi yang menyebabkan stres. Kondisi ini masih tergolong wajar karena Anda tidak mengalaminya secara terus-menerus.
Ini artinya, pada satu titik di mana Anda sudah tidak merasa stres, rasa cemas itu pun hilang. Biasanya, setelah berhasil melewati situasi pemicu stres atau berhasil menghadapinya, rasa cemas itu pun hilang dengan sendirinya.
Sebenarnya, sesekali merasa cemas bukanlah hal yang buruk. Bahkan, cemas dapat memicu Anda untuk mengambil tindakan supaya terbebas dari situasi yang tidak menyenangkan tersebut.
Sebagai contoh, jika stres karena hendak menghadapi ujian, Anda akan mempersiapkan diri agar bisa mengerjakan ujian tersebut dengan baik. Selain itu, Anda juga menjadi lebih waspada jika sedang dalam bahaya.
Akan tetapi, cemas beda dengan gangguan kecemasan. Menurut Mayo Clinic, jika mengalami salah satu gangguan mental ini, Anda akan merasakan rasa cemas hampir setiap waktu. Selain itu, perasaan cemas yang muncul juga sangat intens.
Bahkan, alih-alih mencoba menghadapi situasi tertentu, orang yang mengalami gangguan kecemasan lebih memilih untuk menghindari sepenuhnya hal yang dapat menyebabkan rasa cemas tersebut.
Alhasil, aktivitas sehari-harinya akan terganggu karena tidak bisa menghadapi banyak hal. Kondisi ini sering kali tidak bisa dihadapi sendiri. Oleh sebab itu, orang yang mengalami gangguan kecemasan biasanya harus mendapatkan penanganan medis tertentu.
Beda antara cemas dan gangguan kecemasan
Berikut ini adalah beberapa pembeda antara cemas dan gangguan kecemasan yang perlu Anda tahu, yaitu:
1. Pemicu
Kondisi-kondisi tertentu memang dapat menimbulkan rasa cemas. Contohnya, ujian semester, interview pekerjaan, bertengkar dengan teman, atau deadline pekerjaan yang sudah dekat dapat membuat Anda cemas.
Namun, ini adalah rasa cemas yang wajar terjadi. Artinya, sebagian besar orang lain yang mengalami kondisi serupa mungkin juga merasakan hal yang sama.
Sementara itu, pemicu rasa cemas pada penderita gangguan kecemasan biasanya dari hal-hal sederhana yang terjadi sehari-hari. Artinya, sebagian besar orang tidak merasa cemas saat menghadapi situasi tersebut.
Contohnya, pergi ke toko membeli barang, atau bertemu dengan teman di pusat perbelanjaan. Bahkan, sering kali orang yang mengalami kondisi ini tidak memahami apa pemicu yang menyebabkan gangguan kecemasannya kambuh.
2. Intensitas dan frekuensi
Umumnya, orang merasa cemas tepat beberapa saat sebelum menjalani ujian. Akan tetapi, penderita gangguan kecemasan bisa jadi sudah merasa cemas berminggu-minggu sebelum hari ujian.
Bahkan, tepat sebelum menjalani ujian, muncul berbagai gejala gangguan kecemasan intens yang berpotensi membuatnya tidak mampu mengikuti ujian tersebut. Jika sudah demikian, rasa cemas yang ia alami bisa bertahan hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Oleh sebab itu, bisa dikatakan bahwa rasa cemas yang muncul saat Anda mengalami gangguan kecemasan memiliki frekuensi dan intensitas yang tinggi. Untuk mengatasinya, Anda tentu perlu memeriksakan kondisi tersebut ke psikolog atau dokter.
3. Gejala-gejala fisik dan psikologis
Saat merasa cemas, Anda mungkin hanya sekedar panik dan hanya bisa fokus terhadap pemicu rasa cemas tersebut. Namun, hal ini berbeda saat Anda mengalami gangguan kecemasan.
Selain rasa cemas, Anda juga akan mengalami berbagai gejala lainnya, seperti serangan panik, berkeringat, gemetar, jantung berdetak kencang, sakit kepala, mual, tidak bisa bernapas, hingga tidak bisa berbicara sama sekali. Bukan sekedar itu saja, ada pula gejala psikologis yang mungkin muncul, seperti tidak bisa berkonsentrasi, dan tidak berpikir dengan baik.
4. Gangguan aktivitas sehari-hari
Beda cemas dan gangguan kecemasan juga dapat Anda perhatikan dari aktivitas sehari-hari. Jika merasa cemas, Anda masih bisa berkegiatan seperti biasa. Apalagi jika pemicu rasa cemas sudah berhasil Anda lalui.
Namun, hal ini belum tentu berlaku dengan penderita gangguan kecemasan. Mengingat rasa cemas cukup sering dan intens muncul, orang yang mengalami kondisi ini sering kali memilih untuk menghindari pemicu stres.
Kenali Perbedaannya Antara Cemas & Gangguan Kecemasan, Setiap orang pasti pernah merasa cemas. Sebagai contoh, jika Anda berada dalam kondisi tidak bisa pulang ke rumah karena hari sudah malam, tidak ada kendaraan umum yang masih beroperasi, dan hujan turun dengan lebatnya. Anda mungkin merasa cemas akan bertemu dengan orang jahat atau harus menunggu hingga pagi baru bisa pulang. Namun, apakah merasa cemas adalah pertanda bahwa Anda mengalami gangguan kecemasan? Nah, artikel ini akan membahas beda cemas dan gangguan kecemasan.
Apa yang dimaksud cemas dan gangguan kecemasan?
Anda mungkin berpikir bahwa rasa cemas menandakan bahwa Anda mengalami gangguan kecemasan. Padahal, meski saling berkaitan, kedua kondisi tersebut tidaklah sama. Rasa cemas sifatnya sementara, sebagai respons terhadap suatu kondisi yang menyebabkan stres. Kondisi ini masih tergolong wajar karena Anda tidak mengalaminya secara terus-menerus.
Ini artinya, pada satu titik di mana Anda sudah tidak merasa stres, rasa cemas itu pun hilang. Biasanya, setelah berhasil melewati situasi pemicu stres atau berhasil menghadapinya, rasa cemas itu pun hilang dengan sendirinya.
Sebenarnya, sesekali merasa cemas bukanlah hal yang buruk. Bahkan, cemas dapat memicu Anda untuk mengambil tindakan supaya terbebas dari situasi yang tidak menyenangkan tersebut.
Sebagai contoh, jika stres karena hendak menghadapi ujian, Anda akan mempersiapkan diri agar bisa mengerjakan ujian tersebut dengan baik. Selain itu, Anda juga menjadi lebih waspada jika sedang dalam bahaya.
Akan tetapi, cemas beda dengan gangguan kecemasan. Menurut Mayo Clinic, jika mengalami salah satu gangguan mental ini, Anda akan merasakan rasa cemas hampir setiap waktu. Selain itu, perasaan cemas yang muncul juga sangat intens.
Bahkan, alih-alih mencoba menghadapi situasi tertentu, orang yang mengalami gangguan kecemasan lebih memilih untuk menghindari sepenuhnya hal yang dapat menyebabkan rasa cemas tersebut.
Alhasil, aktivitas sehari-harinya akan terganggu karena tidak bisa menghadapi banyak hal. Kondisi ini sering kali tidak bisa dihadapi sendiri. Oleh sebab itu, orang yang mengalami gangguan kecemasan biasanya harus mendapatkan penanganan medis tertentu.
Beda antara cemas dan gangguan kecemasan
Berikut ini adalah beberapa pembeda antara cemas dan gangguan kecemasan yang perlu Anda tahu, yaitu:
1. Pemicu
Kondisi-kondisi tertentu memang dapat menimbulkan rasa cemas. Contohnya, ujian semester, interview pekerjaan, bertengkar dengan teman, atau deadline pekerjaan yang sudah dekat dapat membuat Anda cemas.
Namun, ini adalah rasa cemas yang wajar terjadi. Artinya, sebagian besar orang lain yang mengalami kondisi serupa mungkin juga merasakan hal yang sama.
Sementara itu, pemicu rasa cemas pada penderita gangguan kecemasan biasanya dari hal-hal sederhana yang terjadi sehari-hari. Artinya, sebagian besar orang tidak merasa cemas saat menghadapi situasi tersebut.
Contohnya, pergi ke toko membeli barang, atau bertemu dengan teman di pusat perbelanjaan. Bahkan, sering kali orang yang mengalami kondisi ini tidak memahami apa pemicu yang menyebabkan gangguan kecemasannya kambuh.
2. Intensitas dan frekuensi
Umumnya, orang merasa cemas tepat beberapa saat sebelum menjalani ujian. Akan tetapi, penderita gangguan kecemasan bisa jadi sudah merasa cemas berminggu-minggu sebelum hari ujian.
Bahkan, tepat sebelum menjalani ujian, muncul berbagai gejala gangguan kecemasan intens yang berpotensi membuatnya tidak mampu mengikuti ujian tersebut. Jika sudah demikian, rasa cemas yang ia alami bisa bertahan hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Oleh sebab itu, bisa dikatakan bahwa rasa cemas yang muncul saat Anda mengalami gangguan kecemasan memiliki frekuensi dan intensitas yang tinggi. Untuk mengatasinya, Anda tentu perlu memeriksakan kondisi tersebut ke psikolog atau dokter.
3. Gejala-gejala fisik dan psikologis
Saat merasa cemas, Anda mungkin hanya sekedar panik dan hanya bisa fokus terhadap pemicu rasa cemas tersebut. Namun, hal ini berbeda saat Anda mengalami gangguan kecemasan.
Selain rasa cemas, Anda juga akan mengalami berbagai gejala lainnya, seperti serangan panik, berkeringat, gemetar, jantung berdetak kencang, sakit kepala, mual, tidak bisa bernapas, hingga tidak bisa berbicara sama sekali.
Bukan sekedar itu saja, ada pula gejala psikologis yang mungkin muncul, seperti tidak bisa berkonsentrasi, dan tidak berpikir dengan baik.
4. Gangguan aktivitas sehari-hari
Beda cemas dan gangguan kecemasan juga dapat Anda perhatikan dari aktivitas sehari-hari. Jika merasa cemas, Anda masih bisa berkegiatan seperti biasa. Apalagi jika pemicu rasa cemas sudah berhasil Anda lalui. Namun, hal ini belum tentu berlaku dengan penderita gangguan kecemasan. Mengingat rasa cemas cukup sering dan intens muncul, orang yang mengalami kondisi ini sering kali memilih untuk menghindari pemicu stres.
Semua orang, anak-anak maupun orang dewasa, pasti pernah mengalami kecemasan atau rasa takut. Merasa cemas dalam sebuah situasi adalah kondisi yang sangat tidak menyenangkan. Namun, pada anak-anak, merasa cemas adalah sesuatu yang wajar. Rasa cemas dibutuhkan agar mereka dapat belajar mengatasi beragam situasi di dalam hidup. Cemas atau takut adalah hal alami yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri. Beberapa anak bisa mengatasinya dengan baik, namun ada sebagian pula yang tidak.
Kecemasan sering disebut sebagai “ketakutan tanpa sebab yang jelas”. Perasaan itu biasanya muncul walau ketika tidak ada ancaman langsung terhadap dirinya, namun yang bersangkutan merasa ancaman itu nyata. Kecemasan membuat seseorang ingin segera lari dari situasi yang sedang ia hadapi. Jantung berdegup kencang, muncul keringat dingin, dan perut terasa berkecamuk. Tapi, tak selamanya kecemasan berdampak negatif. Manfaat rasa cemas antara lain membantu kita tetap waspada dan fokus. Memiliki rasa takut atau cemas terhadap suatu hal dapat membantu Si Kecil untuk tetap pada jalurnya, misalnya Si Kecil yang takut dengan api tentu secara alami akan menghindari bermain dengan korek api.
Menurut situs childanxiety.net, 90% anak usia 2 hingga 14 tahun mempunyai setidaknya satu ketakutan terhadap hal tertentu. Bayi hingga balita usia 2 tahun umumnya memiliki ketakutan terhadap suara keras, orang asing, dan terpisah dari orangtua. Anak usia prasekolah (3 hingga 6 tahun) terutama takut kepada monster, hantu, kegelapan, dan halilintar. Sementara itu, anak usia sekolah (7 hingga 16 tahun) memiliki ketakutan terhadap hal yang lebih realistis, seperti kecelakaan, penyakit, performa di sekolah, kematian, dan bencana alam.
Rasa takut dapat disebabkan oleh berbagai hal, bahkan yang sepele sekalipun. Beberapa hal yang dapat membangkitkan rasa takut pada anak di antaranya pengalaman traumatik seperti dikejar anjing atau tenggelam di kolam renang.
Sebagian anak bisa merasa takut hanya dengan melihat ekspresi orang lain yang sedang ketakutan terhadap hal tertentu. Imajinasi anak yang berkembang “liar” pun dapat berkontribusi terhadap rasa takut ini. Namun demikian, ada pula anak yang merasa takut tanpa penyebab yang jelas sekalipun.
Biasanya rasa takut pada anak akan hilang dengan sendirinya pada usia tertentu. Namun jika rasa takut tersebut terus menetap, bahkan mengganggu aktivitas kesehariannya termasuk tidur, hal tersebut sudah berubah menjadi fobia.
Fobia adalah rasa takut berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu akibat suatu trauma atau peristiwa yang sangat membekas pada benak anak-anak. Ketakutan berlebihan ini tidak jarang dapat menyebabkan depresi, kecemasan, serta kepanikan yang parah. Fobia dapat muncul karena ketidaktahuan dan imajinasi berlebihan, terlalu banyak menyerap informasi yang tidak mampu dicerna dengan baik, ataupun melihat reaksi orang lain terhadap suatu hal.
Berdasarkan jenis ketakutannya, fobia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
Fobia spesifik, yang merupakan ketakutan berlebihan terhadap objek tertentu, seperti binatang, tempat tertutup, ketinggian, dan lain-lain.
Fobia sosial, yang muncul bila anak berada di tempat ramai, atau takut menjadi pusat perhatian.
Fobia kompleks, yang merupakan gabungan dari fobia spesifik dan sosial secara bersamaan.
Apabila fobia dibiarkan berlarut-larut maka Si Kecil berisiko mengalami gangguan perkembangan mental, oleh karena itu fobia harus segera ditangani. Ayah dan Bunda dapat membawanya ke psikolog atau psikiater anak untuk penanganan lebih lanjut.
Ayah dan Bunda dapat membantu Si Kecil mengatasi rasa takutnya sehingga rasa tersebut tidak berevolusi menjadi reaksi fobia. Lakukan kiat-kiat berikut ini:
Kenalkan pada hal yang membuatnya takut
Rasa takut bisa terjadi karena Si Kecil belum mengenal objek yang ia takuti. Oleh karena itu, kenalkanlah ia pada hal yang membuatnya takut. Misalnya, jika ia takut kucing, berikan informasi yang lengkap dan menarik seputar hewan tersebut, disertai dengan gambar-gambar lucu dari televisi atau buku cerita.
Hadapkan Si Kecil pada ketakutannya
Si Kecil tidak akan bisa mengatasi ketakutannya apabila ia tidak mencoba untuk menghadapinya. Pastikan ia tidak menghindari sumber ketakutannya. Misalnya, Si Kecil takut menjadi pusat perhatian. Ayah dan Bunda bisa melatihnya untuk lebih sering bersosialisasi (memasukkannya ke kursus atau lebih sering mengajaknya bermain dengan teman-teman (playdate) dan lainnya). Menghindari sumber ketakutan hanya akan menjadi solusi sementara, namun cara tersebut tidak akan membantu Si Kecil mengatasi ketakutannya dengan efektif.
Jangan menertawakan Si Kecil
Penyebab rasa takut muncul berbeda untuk tiap orang. Mungkin Ayah dan Bunda menganggap penyebab ketakutan Si Kecil adalah sesuatu yang lucu. Namun, rasa takutnya adalah hal yang serius bagi Si Kecil. Tunjukkan padanya bahwa Ayah dan Bunda bersimpati sekaligus siap membantunya. Ia perlu tahu bahwa Bunda dan Ayah selalu berada di sisinya untuk memberikan dukungan yang ia butuhkan.
Kunci untuk mengatasi rasa takut dan cemas adalah dengan menghadapinya, bukan menghindarinya. Pastikan Ayah dan Bunda menyampaikan pada Si Kecil bahwa tidak ada yang harus ia takuti, ia dalam keadaan aman, dan semuanya akan baik-baik saja. Rasa nyaman lama kelamaan akan meningkatkan pertahanan mentalnya dan ia pun akan bisa mengalahkan ketakutannya.
Pernahkah Anda meninggalkan anak hanya beberapa saat ke dapur atau kamar mandi, tapi anak sudah menangis kencang? Hal ini sebenarnya sangat wajar terjadi, khususnya pada bayi atau balita. Namun, pada tingkatan yang sudah parah, kondisi ini dikenal sebagai separation anxiety disorder. Simak penjelasan mengenai kondisi tersebut di bawah ini.
Apa yang dimaksud dengan separation anxiety disorder?
Separation anxiety disorder (SAD) adalah salah satu gangguan kecemasan yang umumnya terjadi pada anak-anak. Sebenarnya, wajar jika anak merasa sedih saat harus berpisah dengan orangtua, khususnya saat masih bayi atau balita.
Namun, seiring berjalannya waktu, sebagian besar anak sudah mulai terbiasa jika harus berpisah dengan orangtua dan bisa menyesuaikan diri dengan kondisi. Biasanya, kondisi ini sudah tidak lagi terjadi saat anak memasuki usia tiga tahun.
Oleh sebab itu, jika sudah berusia tiga tahun atau lebih dan anak masih merasa sedih hingga menangis meraung-raung setiap kali harus berpisah dengan orangtua, mungkin ia mengalami separation anxiety disorder.
Jenis gangguan kecemasan yang satu ini ditandai dengan anak yang cemas, gelisah, hingga merasa sedih dan menangis jika harus berpisah dengan orangtuanya. Bahkan, kondisi ini bisa mengganggu aktivitasnya di sekolah dan berbagai aktivitas sehari-hari lainnya. Anak juga berpotensi mengalami serangan panik akibat SAD.
Meski sering kali terjadi pada anak-anak, bukan berarti remaja dan orang dewasa tidak bisa mengalaminya. Maka itu, segera periksakan kondisi kesehatan ke dokter jika mengalami beberapa gejala dari separation anxiety disorder.
Gejala separation anxiety disorder yang sering muncul
Saat mengalami SAD, anak biasanya merasakan kecemasan yang berlebihan jika harus berpisah dengan orangtua atau pengasuh yang sangat dekat dengannya. Meski kondisi ini mungkin tergolong wajar pada bayi dan balita, bukan berarti kondisi ini harus dibiarkan begitu saja.
Oleh karena itu, ada beberapa gejala SAD pada anak yang mungkin perlu Anda perhatikan agar bisa lebih waspada, seperti:
Tidak bisa berpisah dengan orangtua dan selalu menangis jika ditinggal pergi.
Takut dan khawatir akan ada hal buruk yang akan terjadi pada anggota keluarganya jika berpisah.
Selain menangis, anak mungkin akan marah dan tantrum setiap berpisah dengan orangtua.
Selalu ingin tahu ke mana orangtuanya akan pergi, dan selalu menelpon dan mengirim pesan singkat setiap berpisah.
Ikut ke mana pun salah satu orangtuanya pergi, meski sama-sama berada di dalam rumah.
Sering mengalami mimpi buruk yang berkaitan dengan hal buruk yang terjadi pada keluarga.
Muncul gejala fisik seperti sakit perut, sakit kepala, hingga pusing.
Sering bolos sekolah dan tidak mau diajak bermain dengan teman.
Apa penyebab dari separation anxiety disorder?
Ada beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab terjadinya separation anxiety disorder pada anak seperti berikut:
1. Perubahan pada lingkungan di sekitarnya
Saat Anda membawa anak pindah ke rumah yang baru atau memindahkannya ke sekolah lain yang baru, anak mungkin merasa tidak familiar dengan suasana dan lingkungannya. Hal ini bisa memicu timbulnya SAD.
2. Stres akibat kondisi tertentu
Pada kondisi-kondisi tertentu, anak juga bisa merasa stres dan tertekan. Sebagai contoh, saat anak harus mengikuti Anda sekeluarga pindah keluar kota sehingga ia harus pindah sekolah.
Selain itu, perceraian orangtua atau anggota keluarga terdekat yang meninggal dunia juga bisa menyebabkan stres pada anak, sehingga memicu terjadinya separation anxiety disorder.
3. Orangtua yang terlalu protektif
Sebagai orangtua, Anda tentu ingin melindungi dan mengawasi anak 24 jam dalam sehari. Namun, sikap overprotektif seperti ini bisa memengaruhi rasa cemas dan takut berlebihan yang dirasakannya. Ya, saat terlalu khawatir berlebihan padanya, anak juga bisa merasakan hal yang sama saat harus berpisah dengan Anda.
Bagaimana cara mengatasi separation anxiety disorder?
Jangan khawatir, karena ternyata ini masih bisa diatasi, baik dengan bantuan dokter atau ahli terapi, maupun dengan bantuan Anda sebagai orangtua. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi separation anxiety disorder:
1. Mendengarkan dan membicarakan rasa takut yang dialami anak
Sebagai orangtua, Anda perlu menjadi pendengar yang baik untuk anak. Sebaiknya, hindari untuk meremehkan perasaan takutnya, dan alih-alih menghargai perasaan tersebut. Dengan begitu, anak akan merasa dihargai dan didengarkan. Hal tersebut bisa membantu memberikan dukungan emosional untuk sang anak.
Selain itu, cobalah untuk mengajak anak berdiskusi mengenai perasaan takut yang mereka miliki. Jadilah orangtua dengan perasaan empati terhadap anak sehingga anak tidak merasa sendiri dalam kondisi yang tidak menyenangkan baginya.
2. Mengantisipasi masalah yang muncul saat terpaksa berpisah dengan anak
Setelah beberapa kali menghadapi anak saat mengalami separation anxiety disorder, cobalah untuk mengantisipasi permasalahan yang mungkin muncul.
Sebagai contoh, saat hendak mengantarkan anak ke sekolah yang baru. Di antara Anda dan pasangan, dengan siapa anak merasa lebih mudah untuk mengalami perpisahan? Jika anak lebih susah berpisah dengan Anda, mintalah pasangan untuk mengantarkannya ke sekolah.
Selain itu, menurut HelpGuide, anak akan lebih tenang jika orangtua yang hendak berpisah dengannya juga tenang. Maka itu, hindari menangis atau terlihat sedih dan khawatir saat harus berpisah dengan anak.
3. Melakukan terapi psikologi (psikoterapi)
Kondisi ini bisa diatasi dengan menjalani terapi psikologi. Terkadang, terapi ini juga didampingi dengan penggunaan obat-obatan antidepresan seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs). Tujuan dari terapi ini adalah mengurangi gejala yang muncul saat anak mengalami SAD.
Salah satu jenis psikoterapi yang bisa dipilih adalah terapi kognitif dan perilaku (cognitive behavioral therapy). Saat menjalani terapi ini, anak bisa belajar bagaimana menghadapi dan mengelola rasa takut tentang perpisahan atau ketidakpastian.
Tak hanya itu, orangtua yang mendampingi dalam proses terapi juga bisa belajar bagaimana memberikan dukungan emosional pada anak secara efektif, sekaligus mendorong anak agar bisa lebih mandiri sesuai dengan usianya.
Pernahkah Anda meninggalkan anak hanya beberapa saat ke dapur atau kamar mandi, tapi anak sudah menangis kencang? Hal ini sebenarnya sangat wajar terjadi, khususnya pada bayi atau balita. Namun, pada tingkatan yang sudah parah, kondisi ini dikenal sebagai separation anxiety disorder. Simak penjelasan mengenai kondisi tersebut di bawah ini.
Separation anxiety disorder (SAD) adalah salah satu gangguan kecemasan yang umumnya terjadi pada anak-anak. Sebenarnya, wajar jika anak merasa sedih saat harus berpisah dengan orangtua, khususnya saat masih bayi atau balita.
Namun, seiring berjalannya waktu, sebagian besar anak sudah mulai terbiasa jika harus berpisah dengan orangtua dan bisa menyesuaikan diri dengan kondisi. Biasanya, kondisi ini sudah tidak lagi terjadi saat anak memasuki usia tiga tahun.
Oleh sebab itu, jika sudah berusia tiga tahun atau lebih dan anak masih merasa sedih hingga menangis meraung-raung setiap kali harus berpisah dengan orangtua, mungkin ia mengalami separation anxiety disorder.
Jenis gangguan kecemasan yang satu ini ditandai dengan anak yang cemas, gelisah, hingga merasa sedih dan menangis jika harus berpisah dengan orangtuanya. Bahkan, kondisi ini bisa mengganggu aktivitasnya di sekolah dan berbagai aktivitas sehari-hari lainnya. Anak juga berpotensi mengalami serangan panik akibat SAD.
Meski sering kali terjadi pada anak-anak, bukan berarti remaja dan orang dewasa tidak bisa mengalaminya. Maka itu, segera periksakan kondisi kesehatan ke dokter jika mengalami beberapa gejala dari separation anxiety disorder.
Gejala separation anxiety disorder yang sering muncul
Saat mengalami SAD, anak biasanya merasakan kecemasan yang berlebihan jika harus berpisah dengan orangtua atau pengasuh yang sangat dekat dengannya. Meski kondisi ini mungkin tergolong wajar pada bayi dan balita, bukan berarti kondisi ini harus dibiarkan begitu saja.
Oleh karena itu, ada beberapa gejala SAD pada anak yang mungkin perlu Anda perhatikan agar bisa lebih waspada, seperti:
Tidak bisa berpisah dengan orangtua dan selalu menangis jika ditinggal pergi.
Takut dan khawatir akan ada hal buruk yang akan terjadi pada anggota keluarganya jika berpisah.
Selain menangis, anak mungkin akan marah dan tantrum setiap berpisah dengan orangtua.
Selalu ingin tahu ke mana orangtuanya akan pergi, dan selalu menelpon dan mengirim pesan singkat setiap berpisah.
Ikut ke mana pun salah satu orangtuanya pergi, meski sama-sama berada di dalam rumah.
Sering mengalami mimpi buruk yang berkaitan dengan hal buruk yang terjadi pada keluarga.
Muncul gejala fisik seperti sakit perut, sakit kepala, hingga pusing.
Sering bolos sekolah dan tidak mau diajak bermain dengan teman.
Apa penyebab dari separation anxiety disorder?
Ada beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab terjadinya separation anxiety disorder pada anak seperti berikut:
1. Perubahan pada lingkungan di sekitarnya
Saat Anda membawa anak pindah ke rumah yang baru atau memindahkannya ke sekolah lain yang baru, anak mungkin merasa tidak familiar dengan suasana dan lingkungannya. Hal ini bisa memicu timbulnya SAD.
2. Stres akibat kondisi tertentu
Pada kondisi-kondisi tertentu, anak juga bisa merasa stres dan tertekan. Sebagai contoh, saat anak harus mengikuti Anda sekeluarga pindah keluar kota sehingga ia harus pindah sekolah. Selain itu, perceraian orangtua atau anggota keluarga terdekat yang meninggal dunia juga bisa menyebabkan stres pada anak, sehingga memicu terjadinya separation anxiety disorder.
3. Orangtua yang terlalu protektif
Sebagai orangtua, Anda tentu ingin melindungi dan mengawasi anak 24 jam dalam sehari. Namun, sikap overprotektif seperti ini bisa memengaruhi rasa cemas dan takut berlebihan yang dirasakannya. Ya, saat terlalu khawatir berlebihan padanya, anak juga bisa merasakan hal yang sama saat harus berpisah dengan Anda.
Bagaimana cara mengatasi separation anxiety disorder? Jangan khawatir, karena ternyata ini masih bisa diatasi, baik dengan bantuan dokter atau ahli terapi, maupun dengan bantuan Anda sebagai orangtua. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi separation anxiety disorder:
1. Mendengarkan dan membicarakan rasa takut yang dialami anak
Sebagai orangtua, Anda perlu menjadi pendengar yang baik untuk anak. Sebaiknya, hindari untuk meremehkan perasaan takutnya, dan alih-alih menghargai perasaan tersebut. Dengan begitu, anak akan merasa dihargai dan didengarkan. Hal tersebut bisa membantu memberikan dukungan emosional untuk sang anak.
Selain itu, cobalah untuk mengajak anak berdiskusi mengenai perasaan takut yang mereka miliki. Jadilah orangtua dengan perasaan empati terhadap anak sehingga anak tidak merasa sendiri dalam kondisi yang tidak menyenangkan baginya.
2. Mengantisipasi masalah yang muncul saat terpaksa berpisah dengan anak
Setelah beberapa kali menghadapi anak saat mengalami separation anxiety disorder, cobalah untuk mengantisipasi permasalahan yang mungkin muncul.
Sebagai contoh, saat hendak mengantarkan anak ke sekolah yang baru. Di antara Anda dan pasangan, dengan siapa anak merasa lebih mudah untuk mengalami perpisahan? Jika anak lebih susah berpisah dengan Anda, mintalah pasangan untuk mengantarkannya ke sekolah.
Selain itu, menurut HelpGuide, anak akan lebih tenang jika orangtua yang hendak berpisah dengannya juga tenang. Maka itu, hindari menangis atau terlihat sedih dan khawatir saat harus berpisah dengan anak.
3. Melakukan terapi psikologi (psikoterapi)
Kondisi ini bisa diatasi dengan menjalani terapi psikologi. Terkadang, terapi ini juga didampingi dengan penggunaan obat-obatan antidepresan seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs). Tujuan dari terapi ini adalah mengurangi gejala yang muncul saat anak mengalami SAD.
Salah satu jenis psikoterapi yang bisa dipilih adalah terapi kognitif dan perilaku (cognitive behavioral therapy). Saat menjalani terapi ini, anak bisa belajar bagaimana menghadapi dan mengelola rasa takut tentang perpisahan atau ketidakpastian.
Tak hanya itu, orangtua yang mendampingi dalam proses terapi juga bisa belajar bagaimana memberikan dukungan emosional pada anak secara efektif, sekaligus mendorong anak agar bisa lebih mandiri sesuai dengan usianya.
Euforia menjadi seorang ibu tentunya kerap dirasakan oleh para perempuan yang baru melahirkan. Antusiasme mengurus si kecil membuat Anda sering bertanya-tanya yang menjurus pada apa yang disebut dengan postnatal anxiety. Penjelasan tentang postnatal anxiety, ostnatal anxiety atau juga dikenal dengan nama postpartum anxiety merupakan sebuah keadaan ketika seorang ibu memiliki kekhawatiran yang berlebihan tentang keadaan bayinya.
Biasanya hal ini terjadi pada kelahiran anak pertama, masa-masa di mana ibu belum memiliki pengalaman dalam mengurus bayi. Postnatal anxiety sendiri terdiri dibagi menjadi beberapa jenis yang berbeda, termasuk postnatal generalized anxiety disorder, postnatal obsessive compulsive disorder, dan postnatal health anxiety. Pada postnatal generalized anxiety disorder, seorang ibu memiliki kecemasan tingkat tinggi yang konstan tentang segala hal menyangkut si kecil, mulai dari kesehatan bayi, pemberian makan, hingga kemampuannya sendiri sebagai orang tua.
Sedangkan postnatal obsessive compulsive disorder adalah kondisi di mana seorang ibu seringkali memikirkan kemungkinan bahaya yang akan menimpa bayinya. Lain lagi dengan postnatal health anxiety yang berarti seorang ibu cenderung memikirkan bahkan meragukan kesehatan bayinya sendiri.
Seringnya, hal ini dipicu dari rasa takut tidak bisa mengurus si kecil dengan baik. Terlebih lagi, proses kehamilan sampai melahirkan yang tentunya juga menyebabkan perubahan besar pada tubuh wanita dari segi fisik maupun naik turunnya hormon yang dapat berdampak pada suasana hati.
Mengurus anak pun mau tak mau akan membuat Anda lebih sering terjaga di tengah malam. Jam tidur yang tidak menentu berpengaruh terhadap tingkat stres. Ujungnya, semua faktor tersebut memicu rasa cemas yang lebih besar dari biasanya.
Ditambah pandangan dari orang-orang di sekitar yang menganggap bahwa masa-masa setelah baru melahirkan seharusnya menjadi momen yang bahagia, tak jarang ibu pun ikut tertekan dan merasa bersalah jika mereka tidak dapat melaluinya dengan baik.
cemas sebelum melahirkan caesar
Meski hampir semua orang tua kerap merasa cemas dan khawatir apakah mereka sudah cukup baik dalam merawat si kecil, berhati-hatilah jika Anda sudah menunjukkan beberapa gejala seperti berikut ini: Rasa khawatir yang muncul terus menerus dan tidak menghilang seiring waktu
Perasaan cemas bahwa hal-hal yang Anda takuti akan terjadi
Perubahan waktu tidur dan nafsu makan yang tidak biasa
Sulit berkonsentrasi
Anda juga mungkin akan mengalami gejala fisik meliputi:
Kelelahan
Jantung berdetak kencang
Sesak nafas
Keringat dingin
Mual
Pusing
Tubuh bergetar
Pada beberapa kasus, ibu bisa saja mengalami serangan panik dan rasa ketakutan akan kematian bayinya. Jika terjadi, bagaimana cara mengatasinya? Jenis gangguan kecemasan, Tidak seperti baby blues yang cenderung terjadi dalam waktu singkat, postnatal anxiety bisa saja menimpa Anda selama berbulan-bulan. Ketika tidak segera ditangani, hal ini bisa saja berdampak pada masalah mental lainnya seperti gangguan kecemasan atau obsessive-compulsive disorder (OCD).
Jika rasa cemas yang muncul sudah mulai mengganggu jam tidur dan menyita pikiran Anda, segera konsultasikan kekhawatiran Anda pada dokter. Pastikan juga Anda melakukan pemeriksaan setelah melahirkan sekitar enam minggu pertama. Pada kesempatan tersebut, sampaikan apa saja yang membuat Anda tak tenang. Jadwalkan pertemuan lanjutan jika Anda mulai memiliki gejala yang lebih parah. Dokter nantinya akan memberi rujukan pada psikiater atau spesialis kesehatan mental agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat.
Biasanya, Anda akan melalui terapi khusus seperti cognitive behavioral therapy yang akan membantu mengubah pola pikir Anda pada masalah yang dihadapi. Bila perlu, Anda mungkin juga akan diberikan obat-obatan.
meditasi untuk gangguan kecemasan, Aktivitas tertentu pun dapat membantu mengurangi kecemasan yang Anda rasakan. Latihan teknik relaksasi seperti meditasi atau berolahraga akan mengalihkan pikiran Anda dan membuat Anda merasa lebih kuat.
Telah dibuktikan pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Georgia bahwa latihan aerobik dapat mengurangi intensitas datangnya gangguan kecemasan sebanyak 40% sampai 60 persen. Selain itu, menerapkan mindfulness juga akan membantu Anda mengendalikan stres yang diakibatkan dari rasa cemas. Mindfulness merupakan sebuah tindakan di mana Anda fokus pada sesuatu yang sedang dikerjakan tanpa memikirkan hasil ke depannya. Lakukan usaha ini perlahan bersama dengan meditasi, diharapkan Anda akan merasa lebih tenang dan tak lagi terlalu banyak memikirkan hal-hal buruk yang akan terjadi.
Adalah kecemasan dan ketakutan berlebih, terutama takut pada hal - hal masa depan yang belum tentu terjadi. Dan hal ini sangat mengganggu sekali, terutama untuk aktifitas sehari hari. Bahkan, tidak hanya orang dewasa atau orang tua saja yang kena anxiety, tetapi anak – anak pun bisa terkena anxiety.
Beberapa ciri – cirinya seseorang yang kena anxiety sbb :
Selalu cemas berlebihan, sehingga sesuatu yang seharusnya tidak dicemaskan, secara terus menerus justru dicemaskan.
Fikirannya selalu takut akan kejadian buruk masa depan, yang belum tentu terjadi.
Insomnia, atau susah tidur karena gelisah.
Badan suka lemas
Suka mempertanyakan kondisi buruk kepada diri sendiri, sehingga dianalisa sendiri, dan dijawab sendiri.
Asam lambung suka meningkat tidak stabil.
Terjadi GERD
Takut bepergian sendiri.
Suka mengeluh
Hipnoterapi juga mampu membantu menyembuhkan keluhan psikis, mental, dan emosi lainnya, seperti :
Jangan Biarkan Cemas Berlebihan (Anxiety) Anda Bisa Memicu Penyakit Yang Membahayakan Kesehatan Mental Anda. “Luangkan Waktu Anda Selama 2-3 Menit Untuk membaca Website Ini Agar Keluhan Anda Teratasi”. Apakah GERD Bisa Menyebabkan Cemas Berlebihan (Anxiety)?
Sebuah studi menunjukkan bahwa GERD dapat menjadi sumber cemas berlebihan (anxiety) dan stres karena rasa sakit dan tidak nyaman yang ditimbulkannya. Selain itu, penderita GERD yang memiliki gejala nyeri dada cenderung memiliki tingkat depresi dan kecemasan lebih tinggi.
Apakah Cemas Berlebihan (Anxiety) Berbahaya?
Efek cemas berlebihan (anxiety) bisa memicu kondisi-kondisi seperti peningkatan detak jantung, jantung berdebar, serta timbulnya rasa nyeri di dada. Selain itu, Anda juga berisiko tinggi mengalami hipertensi (tekanan darah tinggi) dan penyakit jantung koroner.
Apa Gejala Cemas Berlebih (Anxiety) dan Gelisah?
Gangguan kecemasan merupakan penyakit kesehatan mental yang gejalanya berupa cemas, gugup, khawatir, dan ketakutan yang berlebihan. Kondisi ini bisa mengubah emosi dan perilaku pengidapnya. Bahkan, gejala gangguan cemas berlebihan (anxiety) bisa berkembang menjadi gejala fisik yang berisiko memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Apa Yang dirasakan Penderita Cemas Berlebihan (Anxiety)?
Selain munculnya rasa cemas berlebihan (anxiety) yang mengganggu, penderita gangguan kecemasan umum juga dapat merasa cepat lelah, tegang, mual, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, sesak, dan insomnia. Selain itu Cemas berlebihan merupakan penyebab utama Asam Lambung GERD.
Apakah Cemas Berlebihan (Anxiety) Bisa disembuhkan?
Cemas berlebihan (anxiety) bisa diatasi, namun ada baiknya jika keluhan anda diatasi dengan bahan herbal agar tidak menimbulkan efek samping. Anda hraus membaca website ini agar keluhan anda dapat teratasi.
Sebenarnya, faktor risiko cemas berlebihan (anxiety) dapat bervariasi. Berikut ini adalah beberapa faktor risiko nya secara umum:
Asam Lambung Kronis (GERD)
Trauma
Kepribadian tertentu
Riwayat genetik
Gangguan Stres & Depresi
Penggunaan obat obatan
Mengkonsumsi alkohol berlebih.
Gejala cemas berlebihan (anxiety) cukup beragam. Hal ini dapat memengaruhi kondisi kesehatan pengidapnya, baik secara fisik maupun psikis. Berikut adalah gejala yang bisa muncul saat mengalami cemas berlebihan:
Merasa cemas secara terus menerus, bahkan untuk hal yang sepele
Merasa selalu tegang
Merasa resah dan tidak bisa tenang
Merasa takut tanpa alasan yang jelas
Merasa sulit konsentrasi
Detak jantung berdetak lebih cepat
Keluar keringat dingin
Otot di sekujur tubuh terasa tegang
Menjadi mudah terkejut
Napas menjadi pendek
Sesak nafas dan sesak dada
Nyeri dada
Mengalami serangan kepanikan.
Selain mengobati gangguan pencernaan, Madu Vitagerd berkhasiat mengatasi beragam masalah kesehatan seperti sebagai berikut:
Mengatasi Cemas Berlebih (Anxiety)
Mengatasi Masalah Depresi
Menurunkan Asam Lambung Tinggi
Mengatasi Sakit Maag Kronis
Mengatasi Sakit GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)