Amalan Ringan yang Bisa Mendatangkan Rezeki, Rezeki, segala sesuatu yang kita dapatkan di dunia ataupun di akhirat. Rezeki bisa datang dari mana saja, termasuk yang berasal dari amalan-amalan ringan. Rezeki yang didapatkan haruslah halal dan sesuai dengan aturan agama Islam. Semua yang ada di dunia ini pada hakikatnya bukanlah milik manusia. Pasangan hidup, anak dan bentuk kekayaan lainnya adalah milik Allah SWT. Allah SWT memberikan jaminan kepada makhluk-Nya bahwa Dia memberikan rezeki kepada semua makhluknya.
"Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mauhfuzh). (QS. Hud 11 : 6)
Ada tiga macam rezeki yakni:
1. Rezeki yang tanpa kita minta dan tanpa kita usahakan telah diberikan Allah SWT kepada kita.
2. Rezeki yang kita peroleh melalui ikhtiar dan kerja keras.
3. Rezeki yang diberikan Allah SWT yang tidak disangka-sangka.
Dikutip dalam buku berjudul 'Mempercepat Datangnya Rezeki dengan Ibadah Ringan' oleh Dr. KH. Mukhlis Aliyudin, M. Ag dan Drs. H. Enjang AS, M. Ag., Msi berikut 7 amalan ringan pembuka pintu rezeki:
1. Takwa dan Tawakal
Allah SWT berfirman, "Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah SWT nicaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar dari kesulitan, dan memberikan rezeki kepadanya dari jalan yang tidak pernah diduga. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Al-Thalaq 65 :2-3).
2. Memperbanyak Istighfar dan Taubat
Allah SWT berfirman, "Mohon ampunlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula (di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS. Nuh [71]: 10-12).
3. Melakukan Sholat Dhuha
Rasulullah SAW bersabda, "Hai anak Adam, tunaikanlah kewajibanmu untuk-Ku yaitu sholat empat rakaat pada pagi hari, niscaya Aku akan mencukupi sepanjang harimu." (HR. Ahmad dan Abu Ya'la).
4. Membiasakan Bersedekah
Allah SWT berfirman, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkankan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah 2: 261).
5. Berbakti Kepada Orang Tua
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang berbakti kepada orangtuanya, dia akan memperoleh keberuntungan yang besar dan Allah akan menambah umurnya." (HR. Ahmad dan Abu Ya'la).
6. Silaturahim
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia bersilaturahim." (HR. Bukhari)
7. Selalu Bersyukur dalam Setiap Keadaan
Allah SWT berfirman, "Dan ingatlah, tatkala Tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur, maka Aku pasti tambah (kenikmatan) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim 14:7).
Keutamaan Istighfar yang Rutin Dibaca, Pembuka Pintu Rezeki Hingga Taubat. Istighfar atau Astaghfirullah al-'Adzim merupakan salah satu kalimat istimewa dalam Islam. Kalimat ini memiliki keutamaan serta manfaat bagi yang terus melafalkannya. Untuk mendapatkan keutamaannya, maka amalkanlah setiap hari.
Membaca istighfar secara harfiah dilakukan dengan mengulang-ulang perkataan dalam bahasa Arab berupa kalimat 'astaghfirullah', yang artinya "Saya memohon ampunan kepada Allah". Beristighfar dalam filosofi Islam, bermakna sebagai seseorang yang selalu memohon ampunan atas kesalahan dan terus berusaha untuk menaati perintah Tuhan dan tidak melanggarnya.
Manusia memang tidak luput dari dosa karena sudah kodratnya sebagai tempat luput dari dosa dan lupa. Manusia yang menyadari kesalahannya dianjurkan untuk cepat bertobat dengan memperbanyak istighfar agar mendapat ampunan Allah SWT.
1. Menghapuskan dosa
Keutamaan membaca istighfar dapat menghapuskan dosa dan mencegah terjadinya azab karena pertaubatan seorang hamba-Nya. Seperti firman Allah SWT:Wamaa kaanallaahu mu'adzdzibahum wahum yastaghfiruun.
Artinya:” Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. (Al Anfal:33) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :
"Allah Ta'ala mengabarkan, bahwa Allah Ta'ala tidak akan mengazab orang yang beristighfar (memohon ampun dari dosa). Karena istighfar itu akan menghapus dosa yang dosa itu sendiri merupakan penyebab datangnya adzab, sehingga adzab itupun sirna dengan cepat."
2. Mendapat kebaikan di dunia
Dengan mengucapkan kalimat astaghfirullah dengan niat yang tulus dan ihklas bisa mendapatkan ganjaran berupa kebaikan di dunia. Seperti firman Allah SWT:
Wa anistagfirụ rabbakum ṡumma tụbū ilaihi yumatti'kum matā'an ḥasanan ilā ajalim musamman wa yu`ti kulla żī faḍlin faḍlah, wa in tawallau fa innī akhāfu 'alaikum 'ażāba yauming kabīr.
Artinya: “Dan minta ampunlah kepada Robb kalian, dan bertaubatlah. Niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai kepada waktu yang sudah ditentukan, dan Dia akan memberikan kepada hambanya yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (Hud: 3)
3. Menurunkan hujan yang membawa berkah
Sesuai dengan isi kandungan surah Qaaf ayat 9 yang menyatakan bahwa hujan merupakan berkah yang diturunkan Allah. Seorang muslim yang senantiasa mengucap Istighfar akan diberikan keberkahan berupa hujan. Firman Allah SWT:
Wa yaa qawmis taghfiruu Rabbakum summa tuubuuu ilaihi yursilis samaa'a 'alaikum midraaranw wa yazidkum quwwatan ilaa quwwatikum wa laa tatawallaw mujrimiin.
Artinya: “Dan (dia berkata): ‘Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Lalu bertaubat lah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang deras untukmu. Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa” (Hud: 52)
4. Mengabulkan doa
Berdoa merupakan kegiatan seorang muslim untuk memohon sesuatu kepada sang pencipta. Seorang muslim tentu menginginkan doanya terkabul. Salah satu keutamaan istighfar yaitu mengabulkan doa-doa. Allah SWT berfirman:
Wa ilaa Samuuda akhaahum Saalihaa; qoola yaa qawmi' budul laaha maa lakum min ilaahim ghairuhuu Huwa ansha akum minal ardi wasta' marakum fiihaa fastaghfiruuhu summa tuubuuu ilaih; inna Rabbii Qariibum Mujiib.
Artinya: “Shaleh berkata : ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari tanah dan menjadikan kamu pemakmurnya. Karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat rahmat-Nya, dan maha mengabulkan doa-doa hamba-Nya.” (Hud: 61)
5. Melimpahnya rezeki
Keutamaan istighfar selanjutnya yaitu melimpahnya rezeki. Di zaman sekarang ini tentu uang sangatlah berarti. Namun jangan terlalu mengandalkan uang, karena uang bisa menjebak Anda. Salah satu ujian seorang muslim yaitu kekayaan. Bisa jadi karena kekayaan tersebut seorang muslim jadi buta karena harta. Memohonlah kepada Allah agar diiberikan rezeki yang berkah. Salah satunya dengan mengucap istighfar. Firman Allah SWT:
Faqultus taghfiruu Rabakam innahuu kaana Ghaffaaraa; Yursilis samaaa'a 'alaikum midraaraa; Wa yumdidkum bi am waalinw wa baniina wa yaj'al lakum Jannaatinw wa yaj'al lakum anhaaraa.
Artinya: “Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia adalah Maha pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Nuh: 10-12)
6. Dimudahkan segala urusan
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya:
“Barangsiapa yang memperbanyak istighfar, Allah akan melapangkan kesusahannya, mengeluarkannya dari kesempitan dan memberinya rizki dari jalan yang tidak disangka-sangka.” (Hadis Riwayat Muslim).
7. Taubat
Keutamaan istighfar kepada Allah SWT lainnya adalah menggugurkan dosa dalam taubat. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam Hadist Riwayat Bukhari nomor 6307 yang artinya:
"Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali."
8. Rasa Malas
Rasa malas bisa datang pada siapa saja. Hal ini tentu dapat menghalangi kegiatan seseorang, misalnya dalam beribadah. Namun, mengucap istighfar dapat menghilangkan rasa malas tersebut. Dalam Hadist Riwayat Muslim nomor 2702, Nabi Muhammad SAW juga bersabda yang artinya:"Ketika hatiku malas, aku beristighfar pada Allah dalam sehari sebanyak 100 kali."
9. Mendapatkan Keturunan
Dalam Alquran Allah WT berfirman:
Wa yumdidkum bi`amwāliw wa banīna wa yaj'al lakum jannātiw wa yaj'al lakum an-hārā.
Artinya: “Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS Nuh: 12)
Dalam Surat Nuh ayat 12 tersebut, keutamaan Istighfar bukan hanya akan memperbanyak harta tetapi juga membanyakkan anak-anak. Banyak ulama yang memahami keutamaan ini sehingga mereka menganjurkan orang yang ingin memiliki anak agar banyak beristighfar.
10. Mendapatkan Rahmat
Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:
Qāla yā qaumi lima tasta'jilụna bis-sayyi`ati qablal-ḥasanah, lau lā tastagfirụnallāha la'allakum tur-ḥamụn.
Artinya: “Dia (Shalih) berkata: ‘Hai kaumku, mengapa kalian meminta disegerakan suatu keburukan sebelum kebaikan? Mengapakah kalian tidak memohon ampun kepada Allah supaya kalian mendapatkan rahmat.” (QS An-Naml: 46)
Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa. Dan menjadi keharusan seorang muslim dan muslimah untuk bertaubat atas segala kesalahan yang pernah dilakukan dan senantiasa meminta ampun kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala .
Banyak ayat-ayat dalam Al-Quran yang menunjukkan bahwa kaum muslimin harus bertaubat dan beristighfar jika seseorang itu telah meninggalkan kewajiban. Allah Ta'ala berfirman :
"Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi." (QS Ghafir : 55)
Kemudian firman Allah :
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal." (QS Muhammad :19)
Dan firman Allah Ta'ala :
"Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus." (QS Al-Fath : 2)
Dengan demikian, taubat dengan istighfar dilakukan karena meninggalkan perintah dan melakukan pelarangan, sebab sesungguhnya keduanya termasuk keburukan, kesalahan dan dosa.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
"Hai sekalian manusia bertaubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampunan darinya, sesungguhnya saya bertaubat dalam sehari seratus kali." (HR: Muslim).
Hakikat Taubat dan Istighfar
Para ulama banyak menjelaskan hakikat istighfar dan taubat. Di antaranya Imam ar-Raghib al-Ashfahani. Beliau menerangkan, "Dalam istilah syara, taubat adalah meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang telah dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya, dan berusaha melakukan apa yang bisa diulangi (diganti). Jika keempat hal itu telah terpenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna."
Syaikul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya "Tazkiyatun Nafs' menjelaskan, orang yang bertaubat dari dosa atau dari kekafiran sangat boleh jadi lebih utama daripada orang yang tidak pernah terjerumus pada kekafiran dan dosa, lalu ia tidak mau bertaubat.
Karena itu, bertaubat dari setiap dosa hukumnya adalah wajib. Jika dosa itu adalah dosa terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan tidak ada sangkut pautnya dengan anak cucu Adam, maka syarat taubatnya adalah, berhenti dari melakukan perbuatan dosa itu, menyesal telah melakukan perbuatan dosa tersebut, dan berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi untuk selama-lamanya.
Jika taubat itu berkaitan dengan manusia, selain tiga syarat di atas, maka hendaknya ia membebaskan diri (memenuhi) hak orang tersebut. Jika berbentuk harta benda atau sejenisnya maka ia harus mengembalikannya. Jika berupa had (hukuman) tuduhan atau sejenisnya maka ia harus memberinya kesempatan untuk membalasnya atau meminta maaf kepadanya. Jika berupa ghibah (menggunjing), maka ia harus meminta maaf. Sedangkan istighfar, sebagaimana diterangkan Imam ar-Raghib al-Ashfahani adalah "Meminta (ampunan) dengan ucapan dan perbuatan. Allah Ta'ala berfirman,"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun." (QS Nuh: 10).
Taubat dan istighfar pun memiliki keutamaan dan faedah, di antaranya :
1. Bertaubat dapat meraih kecintaan Allah Ta'ala . Allah berfirman
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri" (QS Albaqarah : 222)
2. Bertaubat akan didoakan oleh para malaikat agar diampuni, dilindungi dari azab neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Allah berfirman :
(Malaikat-malaikat) yang memikul Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,
"Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS Ghafir : 7-8)
3. Orang yg bertaubat ditambah rezekinya oleh Allah.
Allah berfirman tentang perkataan Nabi Nuh alaihis salam kepada kaumnya:
"Aku (Nuh) katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai" (QS Nuh : 10-12)
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata :
" Maknanya, jika kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepadaNya dan kalian senantiasa mentaatiNya, niscaya Ia akan membanyakkan rizki kalian menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu perahan untuk kalian, membanyakan harta dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya bermacam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai diantara kebun-kebun itu (untuk kalian)." (Tafsir Ibnu Katsir 4/329)
4. Orang yang bertaubat dari kemaksiatan yang dia lakukan maka akan keburukan-keburukannya akan diubah oleh Allah menjadi kebaikan dan memperberat timbangan kebaikannya pada hari kiamat kelak. Allah berfirman :
"Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS Al-Furqan : 70)
5. Taubat bukan hanya menghapuskan dosa-dosa, bahkan merupakan sebab masuk surga
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS At-Tahriim : 8)
6. Taubat merupakan sebab datangnya kemenangan . Allah Ta'ala berfirman :
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung" (QS An-Nuur : 31)
7. Bertaubat menyebabkan terhalangnya azab. Allah Ta'ala berfirman
"Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun" (QS Al-Anfaal : 33)
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah SWT menerima taubat seorang hamba selama roh belum sampai ke tenggorrokan ( HR: Ahmad,
Ibnu Majah, Tirmizi dan ia berkata : hadis hasan ).
Pintu taubat juga sudah tertutup apabila matahari telah terbit dari arah barat. Rasululllah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Barang siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari tempat tenggelamnya (sebelah barat ), niscaya Allah SWT akan menerima taubatnya. (HR: Muslim )
Walau demikian, janganlah kita menunda-nunda taubat. Karena taswif (menunda-nunda ) adalah tanda orang yang tidak beruntung.
Tiga Janji Allah Swt bagi Orang yang Memperbanyak Istighfar (Ustaz Abdul Somad). Setiap manusia tidak luput dari salah dan dosa. Karena itu, Islam mengajarkan umatnya untuk selalu bertaubat, memohon ampunan Allah SWT. Salah satunya dengan memperbanyak zikir dan beristighfar. Dalam sebuah ceramah Ustaz Abdul Somad (UAS) mengatakan ada tiga janji Allah kepada orang yang memperbanyak istighfar. “Pertama, setiap kesempitannya diberi kelapangan, dengan membaca induk Istighfar yaitu Sayyidul Istighfar. Kedua, setiap kesusahan dan kesulitan diberi Allah jalan melepaskannya. Ketiga, diberi Allah rezeki yang tidak disangka-sangka, Allah punya rezeki, kita punya usaha,” ujar UAS.
UAS juga mengutip sebuah hadits yang artinya “Siapa yang melazimkan atau membiasakan diri beristigfar, maka Allah akan menjadikan setiap kesedihannya menjadi kebahagiaan,”. "Demi Allah, kata Nabi Muhammmad: Aku beristigfar 100 x sehari semalam. Padahal Nabi Muhammad tidak berdosa atau ma’sum (suci) tapi dia tetap beristigfar pada Allah. Ada kalanya istighfar bukan karena dosa saja, tapi karena beliau memelihara rasa malu kepada Allah, dan mencari fadillah yang disebarkan Allah," kata UAS. Menurut UAS, istighfar juga sebagai ungkapan terima kasih kepada Allah sekaligus ungkapan rasa malu karena sudah dipinjamkan mata, hati, pendengaran, paru-paru. “Dengan Istighfar dijauhkan musibah, penyakit, dan mendapat kesehatan dan ketenangan bathin," jelas UAS.
“Tidak ada yang lebih hebat daripada maaf. Tidak ada yang lebih hebat dari taubat. Orang yang memaafkan saudaranya maka Allah akan memafkan silap dan salahnya. Mintalah ampun kepada Allah dengan istighfar,” ujar UAS. Ada berberapa macam bacaan istighfar yang bisa dilafalkan. Mulai dari istighfar pendek sampai dengan Sayyidul Istighfar
Istighfar pendek
Bacaan Istighfar pendek biasanya digunakan Nabi SAW seusai melaksanakan sholat.
أستغفر الله
ASTAGHFIRULLAH
Artinya: “Aku memohon ampun kepada Allah.”
Istighfar Nabi Sebelum Wafat
Nabi SAW senantiasa membaca zikir berikut setelah penaklukkan Makkah (Fathu Makkah).
SUBHANALLAHI WABIHAMDIH, ASTAGHFIRULLAHA WA ATUUBU ILAIH
Artinya: “Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.”
Istighfar Penghapus Dosa Besar
Dosa besar dapat diampuni Allah SWT jika bertobat secara tulus dengan tekad yang kuat untuk tidak pernah mengulang lagi perbuatan dosa tersebut.
أستغفر الله الذي لا إله إلا هو الحي القيوم و أتوب إليه
ASTAGHFIRULLAH, ALLADZI LA ILAHA ILLA HUWAL HAYYUL QAYYUMU WA ATUUBU ILAIH.
Artinya: “Aku memohon ampun kepada Allah, Dzat yang tidak ada sesembahan kecuali Dia. Yang Mahahidup lagi Maha Berdiri Sendiri. Dan aku bertaubat kepada-Nya.”
Istighfar dalam Majelis
Nabi SAW sebelum meninggalkan tempat duduk beliau selalu membaca istighfar berikut sebanyak 100 kali.
رب اغفر لي و تب علي إنك أنت التوب الرحيم
RABBIGHFIRLI WA TUB ‘ALAIYA, INNAKA ANTAT TAWWABUR RAHIIM
Artinya: “Wahai Pemeliharaku, ampunilah aku dan berilah taubat kepadaku. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Istighfar saat sholat sebelum salam
Bacaan istighfar pada saat tahiyat akhir sebagai berikut.
ALLAHUMMA INNI DHALAMTU NAFSI DHULMAN KATSIRA, WALA YAGHFIRUDZ DZUNUBA ILLA ANTA, FAGHFIRLII MAGHFIRATAN MIN INDIK, WARHAMNII INNAKA ANTAL GHAFURUR RAHIIM.
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku telah dhalim kepada diriku dengan kedhaliman yang banyak dan tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau. Ampunilah aku dengan ampunan dari-Mu dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Istighfar Nabi Adam
Nabi Adam membaca istighfar berikut setelah melanggar perintah Allah SWT.
ROBBANA DHOLAMNA ANFUSANA, WA ILLAM TAGHFIR LANA WA TARHAMNA, LANAKUUNANNA MINAL KHASIRIN
Artinya: "Wahai Pemelihara kami, sesungguhnya kami telah berbuat dhalim terhadap diri-diri kami. Jika Engkau tidak mengampuni dan merahmati kami, sungguh kami termasuk golongan orang-orang yang rugi."
Doa Sayyidul Istighfar
Sayyidul istighfar merupakan bacaan istighfar terbaik dan paling utama yang telah diajarkan Nabi SAW sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Bukhari,
ALLAHUMMA ANTA RABBII LAA ILAAHA ILLAA ANTA KHALAQTANII ANNA 'ABDUKA WA ANAA 'ALAA 'AHDIKA WA WA'DIKA. MASTATHA'TU A'UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA SHANA'TU ABUU U LAKA BINI' MATIKA 'ALAYYA WA ABUU-U BIDZANBII FAGHFIR LII FA INNAHU LAA YAGFIRUDZ DZUNUUBA ILLA ANTA.
“Ya Allah, Engkaulah Pemeliharaku. Tiada sesembahan kecuali Engkau. Engkau ciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Dan aku berada pada kesepakatan dan perjanjian dengan-Mu, semampuku. Aku berlindung kepada Engkau dari keburukan yang aku perbuat. Aku bertaubat kepada-Mu dengan karunia-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu dengan dosaku. Maka, ampunilah aku karena tiada yang mampu mengampuni dosa kecuali Engkau.”
Segera Bertaubat Kepada Allah Swt bila Sudah Berbuat Hal Ini, Dosanya Lebih Besar dari Zina (Alm. Syekh Ali Jaber). Syekh Ali Jaber dalam sebuah tausiah membeberkan ada satu perbuatan yang dosanya lebih besar dari dosa zina. Cepat bertaubat kepada Allah SWT bila sudah terlanjur melakukan perbuatan ini kata Syekh Ali Jaber.
Menurut Syekh Ali Jaber, perbuatan ini bahkan masih juga dilakukan orang. Padahal dosanya melebihi dari dosa zina.Syekh Ali Jaber lalu mengingatkan untuk menjauhi perbuatan yang dosanya lebih besar dari dosa zina. Lantas, perbuatan seperti apa yang dosanya lebih besar dari dosa zinatersebut?
Menurut Syekh Ali Jaber, perbuatan yang dosanya lebih besar dari dosa zina itu adalah riba. “Hati-hati bapak ibu, jangan terbiasa riba,” pesan almarhum Syekh Ali Jaber. Bahkan, Syekh Ali Jaber mengatakan bahwa orang yang melakukan perbuatan riba, dosanya lebih besar dari 36 kali melakukan zina dengan orang tua. “Satu kali riba, dosanya lebih besar dari pada 36 kali zina dengan ibu kita sendiri. Punya usaha, jalankan usaha dengan apa yang ada, Allah berkahi, jangan keburu mau jadi kaya,” ucap Syekh Ali Jaber.
“Jangan keburu mau usaha besar. Semakin bertingkat usaha kita, tapi dengan riba, berarti selama hidup, keluarga sampai anak cucu, makan dari hasil riba itu,” kata Syekh Ali Jaber. Perbuatan riba ini, menurut Syekh Ali Jaber, dapat menghancurkan rezeki lain yang halal. “Sedikit saja, riba masuk ke dalam rumah kita, hancur yang halal itu. Bahaya itu (riba) penyakit. Hati-hati,” tegas Syekh Ali Jaber.
Karena perbuatan riba, adalah perbuatan dosa yang sungguh besar. “Jangan pernah melakukan riba,” kata Syekh Ali Jaber berpesan. Di dalam Al Quran banyak ayat yang menjelaskan soal riba. Seperti dalam Al Quran Surah Al Imron Ayat 130:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir." Dalam Al Quran Surah Al Baqarah Ayat 278-280 juga dijelaskan soal riba.
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tinggalkanlah apa yang tersisa dari riba, jika kalian adalah orang-orang yang beriman. Maka jika kalian tidak meninggalkan, maka umumkanlah perang kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka jika kalian bertaubat, maka bagi kalian adalah pokok harta kalian. Tidak berbuat dhalim lagi terdhalimi. Dan jika terdapat orang yang kesulitan, maka tundalah sampai datang kemudahan. Dan bila kalian bersedekah, maka itu baik bagi kalian, bila kalian mengetahui.
Inilah yang Akan Dirasakan Jika Taubat Kita Diterima Allah Swt , Salah Satunya Tak Henti Merasa Berdosa, Allah SWT menyukai hamba-Nya yang bertaubat. Meski demikan terdapat enam hal yang menandakan taubat seorang hamba diterima atau tidak. Berikut sembilan tanda taubat diterima oleh Allah SWT:
1. Hati Lebih Tentram dan Tenang
Saat hatimu merasa lebih tentram dan tenang maka itu akan menjadi tanda bahwa taubatmu sudah diterima. Hal ini dikarenakan ia lebih banyak beribadah kepada Allah SWT.
2. Lebih Suka Berkumpul dengan Orang-orang Sholeh atau Sholehah
Kita memang dituntut untuk pandai dalam bergaul. Jangan sampai kita terjerus ke dalam jurang kemaksiatan. Pilihlah teman yang baik agar jiwa kita senantiasa ikut terpengaruhi oleh hal positif.
3. Lebih Menyibukkan Diri dengan Kewajiban dan Ibadah Terhadap Allah SWT
Allah akan terus menggerakkan hati seseorang untuk senantiasa beribadah saat hamba-Nya benar-benar bertaubat.
4. Lebih Banyak Bersyukur
Bersyukur adalah kunci utama kebahagiaan serta ketakwaan seseorang. Jika Allah menerima taubat seorang hamba-Nya maka semakin besar pula kesadaran diri akan kebesaran yang Allah.
5. Akhlaknya Lebih Baik
Mereka yang bertaubat akan berupaya untuk memperbaiki diri dan Allah akan senantiasa meringankan hati hamba-Nya yang bertakwa.Sehingga akhlaknya akan semakin baik dari waktu ke waktu.
6. Senang Bersedekah
Sedekah adalah salah satu amalan yang sangat sulit dilakukan oleh Manusia lantara sikap alami manusia yang selalu merasa kurang.
7. Menjaga Aurat
Bentuk taubat yang paling mudah dilihat secara kasat mata adalah dari penampilan.Baik dari hal auratnya dan dari kesesuaian penampilan yang telah diatur dalam syaruat Islam.
8. Menjaga Sikap dan Ucapannya
Sikap dan ucapan seseorang yang bertaubat tentu berbeda dengan seorang yang belum menempuh taubat.Mereka akan senantiasa menjaga sikapnya dan ucapannya agar lebih santun dari sebelumnya.
9. Masih Merasa Penuh Dosa dan Terus Menerus Berupaya Memperbaiki Diri
Menyadari akan kesalahannya dan menyesali adalah salah satu syarat bertaubat.Orang yang bertaubat tak akan pernah merasa cukup akan ibadah yang ia lakukan lantara merasa bahwa dosanya masih terus ada.
Cinta Allah Swt kepada Orang yang mau Bertobat, “Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (an-Nuur 24 :31) Allah Swt memerintahkan bertobat kepada kita dengan kalimat Tûbû sebanyak tujuh kali di dalam Alquran (al Baqarah :54, Huud :3, 52, 61, 90, at Tahrim: 8, dan an Nuur :31), sesungguhnya pengulangan perintah kepada kita untuk bertobat menunjukkan bahwasanya kebanyakan manusia berbuat kesalahan. Manusia di istilahkan para ulama sebagai tempatnya salah dan khilaf, istilah tersebut disandarkan pada sebuah hadis riwayat Imam Muslim, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.” (HR. Muslim ).
Akan tetapi Allah adalah Maha Bijaksana dan Maha Adil. Ketika kita melakukan kesalahan, Allah pun memberikan solusi terbaik untuk menebus kesalahan kita, sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Setiap anak Adam (manusia) berbuat kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang bertobat.” (HR at Tirmidzi).
Dari sini kita seharusnya sadar bahwa Allah itu sangat dekat dengan kita walaupun kita dilumuri dengan berbagai macam dosa. Kita diperintahkan untuk mendekat kepada-Nya dengan mengakui setiap dosa dan kesalahan kita, bukan dengan menjauhi-Nya dengan menambah dosa, sebagaimana ajaran Rasulullah dalam berdoa yang masyhur dengan sayyidul istighfar.
“Allahumma anta robbi laa ilaha illa anta, kholaqtani wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu, abuu-u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu-u bi dzanbi, faghfirliy fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta”
Ya Allah Swt, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Rabb yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” (HR Bukhari).
Allah Swt sangat mencinta dan 'memanjakan' orang-orang yang bertobat. “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” At Tahrim 66 : 8).
Itulah kecintaan Allah bagi orang yang bertobat, dimana Allah akan menutupi (menghapus) setiap kesalahan kita dan memasukkan kita kedalam surga-Nya.
Janji Allah Swt Setelah Kalian Bertaubat, Firman Allah “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (Qs Ali Imran: 133). Pernyataan dalam firman Allah, yang mengemukakan bahwa Allah akan menerima taubat mereka yang mendatangi-Nya dengan segera, lalu mengungkapkan kesalahan-kesalahan dan mohon ampun dengan berjanji bertaubat tidak mengulangi lagi semua kegiatan yang maksiat.
Allah Maha Pengampun atas dosa-dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya. Kata Allah Swt dalam FirmanNya: yang artinya: “Kecuali mereka yang telah bertaubat, mengadakan perbaikan dan menjelaskan(nya). Mereka itulah yang Aku terima taubatnya, dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” ( QS Al-Baqarah ayat 160).
Makna dari surah ini semakin diperjelas dalam surah Al-An’am ayat 54. Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi demikian: yang artinya: “Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu, maka katakanlah, “Salamun ‘alaikum (selamat sejahtera untuk kamu sekalian).” Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih sayang pada diri-Nya, (yaitu) bahwa barangsiapa di antara kamu berbuat suatu keburukan karena kebodohan, kemudian setelah itu dia bertaubat dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”( QS.Al-An’am: 54)
Lalu, ada pula ayat yang menyatakan bahwa Allah SWT menyukai mereka yang bertaubat: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS Al-Baqarah ayat 222).
Dalam surah Al-Maidah ayat 7 Allah SWT mengatakan bahwa Dia akan menerima taubat seseorang yang zalim. Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi demikian: yang artinya: “Tetapi barangsiapa bertaubat setelah melakukan kezaliman dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”. (QS. Al-Maidah:7)
Betapa Allah akan memberikan rasa kasih sayangnya kepada mereka yang bertaubat atau menyucikan dirinya dari kemungkinan-kemungkinan yang akan menimbulkan dosa. Inilah bentuk kasih-sayang Allah kepada Hamba yang sungguh-sungguh berusaha untuk suci dari debu yang menimbulkan dosa. x (QS. An-Nisa: 17)
Makanya, Allah mempertanyakan kepada hambanya, kenapa lagi kalian tidak bertraubat, sementara begitu sayang dan cintanya Allah kepada mereka yang terus menyatakan permohonan ampun kepada-Nya, Firman Allah yang artinya: “Mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampunan kepada-Nya? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.””(QS. Al-Maidah ayat 74.).
Kemudian dengan bertaubat, maka Allah pun memberikan kenikmatan dan kebahagiaan. Janji Allah atas kenikmatan tersebut, sekaligus merupakan pemenuhan kebutuhan yang dalam arti luas. “dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.(QS.Hud (11):3)
Seungguh kebahagiaan yang akan diperoleh dengan menyatakan permohonan ampun kepada Allah. Taubat merupakan sebuah pengakuan yang begitu sangat disenangi Allah. Kiranya tiada keraguan untuk bertaubat, karena semua pemenuhan kebutuhan akan menjadi kenyataan. Janji Allah itu adalah Maha Benar.
Dalam Firman Allah, Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”. (QS.Hud (11): 52).
Hujan yang akan menyuburkan tanah pertanda sebagai rezeki yang akan hadir dalam setiap kebutuhan kita. Bahkan Allah menjanjikan kekuatan pada hambanya yang memohon ampun atau bertaubat tersebut. Sebuah penghargaan yang tinggi derajatnya dari Allah kepada Hamba yang bertaubat.
Janji Allah dalam Firman ini, ‘’Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.(QS. At Tahrim (66): 8)
Betapa banyaknya, firman Allah sebagai janji, dalam Alquran kepada mereka yang meohon ampun dari dosa-dosa serta bertaubat atas semua dosa yang pernah dilakukan. Maka, janji Allah dengan bertaubat ini eloklah rasanya dijemput dan dilaksanakan dengan segera. SEmoga Allah memberikan ampunan bagi kita. Aamin ya Allah Swt.
Janji Allah SWT pada umat Islam terdapat dalam ayat-ayatNya yang mulia. Janji-janji bersifat duniawi dan ukhrawi ini ditujukan bagi hambaNya yang beriman dan beramal sholeh. Harapan dari Allah SWT inilah yang sangat dinanti-nantikan hambaNya. Sebab Allah adalah sebaik-baiknya pembuat janji dan mustahil mengingkari janji-Nya. Apa sajakah janji-janji Allah tersebut
Janji Allah SWT Kepada Umat Islam
1. Janji akan surga
Janji Allah SWT pertama ditujukan bagi orang yang bertakwa. Allah menjanjikan surga seluas langit dan bumi dalam QS. Ali Imran ayat 133,
Artinya: "Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa."
2. Janji disempurnakan pahala
Berikutnya adalah janji Allah SWT dalam menyempurnakan pahala bagi mereka mengamalkan segala perintah Allah, serta meninggalkan semua larangan-Nya. Allah berfirman,
Artinya: "Dan adapun orang yang beriman dan melakukan kebajikan, maka Dia akan memberikan pahala kepada mereka dengan sempurna. Dan Allah tidak menyukai orang zalim." (QS Ali Imran: 57).
3. Janji tambahan nikmat
Dalam ayat ini, Allah SWT mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Dengan bersyukur, Dia menjanjikan tambahan nikmat kepada hamba-Nya
Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS Ibrahim: 7).
4. Janji diingat Allah SWT
Menurut tafsir Kemenag, yang dimaksud dalam mengingat Allah SWT pada ayat ini dilakukan melalui lisan dengan berdzikir, melalui hati dengan mengingat kekuasaan dan kebijaksanaan Allah, maupun melalui fisik dengan menaati Allah SWT.
Artinya: "Maka ingatlah kepadaKu, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku." (QS Al Baqarah: 152).
5. Janji diijabah doanya
Janji ini dimaksudkan Allah SWT dengan tujuan untuk mengajak hambaNya datang dan mendekatkan diri kepadaNya. Berdasarkan tafsir Kemenag, QS Ghafir atau Al-Mu'min ayat 60 menjelaskan Allah SWT akan mengabulkan doa hambaNya.
Artinya: "Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina."
6. Janji diberikan kehidupan yang baik
Allah SWT menjanjikan kehidupan yang baik di dunia bagi siapa pun yang mengerjakan kebajikan sekecil apa pun. Kehidupan bahagia dan sejahtera di dunia yang dimaksud dalam ayat ini adalah suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh ketenangan dan kedamaian karena merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan.
Artinya: "Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS An Nahl: 97).
Masih banyak lagi janji Allah SWT kepada umat Islam yang mengerjakan perintah-Nya dan amal saleh. Semoga dengan mengetahui janji Allah SWT dapat menambah keimanan dan meningkatkan frekuensi ibadah kita kepada Allah Swt.
Menolong Orang Zalim Dan Yang Terzalimi, Semua orang tentu sepakat bahwa menolong orang yang tertimpa kesulitan adalah satu pebuatan yang terpuji. Sedangkan membiarkannya sendirian dalam kesulitan di saat kita mampu untuk membantunya adalah perilaku yang tercela. Islam mengajarkan kepada semua umatnya untuk menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Baik itu menghilangkan kesulitan orang lain atau hanya sekedar meringankan beban deritanya. Terlebih lagi jika yang sedang tertimpa kesulitan adalah seorang muslim.
Kesulitan yang dirasakan oleh seorang Muslim adalah kesulitan yang juga harus dirasakan muslim lainnya. Karena perumpamaan bagi orang-orang yang beriman adalah bagaikan satu tubuh. Jika satu bagian tubuh merasakan sakit, sekujur tubuh pun akan turut merasakan sakit tersebut.
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Tidak boleh saling mendengki, saling menipu, saling membenci, dan saling memutus hubungan kekerabatan. Dan tidak akan sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai kebaikan untuk saudaranya, sebagaimana ia mencintai kebaikan untuk dirinya sendiri.
Sesama muslim haruslah saling tolong menolong. Ibarat bangunan, antara satu komponen dengan komponen lainnya saling menguatkan. Sebab jika ada satu komponen yang lemah akan berpengaruh dengan kekokohan bangunan tersebut. Oleh karenanya Allah menjadikan seorang muslim sebagai penolong muslim yang lain.
Allah Swt berfirman, “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (Qs. At-Taubah: 71)
Imam al-Qurthubi menjelaskan dalam tafsirnya bahwa hati orang-orang beriman melebur dalam rasa saling mencintai, mengasihi, dan bersimpati. Selalu menyeru pada kebaikan untuk beribadah kepada Allah dan mengesakanNya. Serta mencegah dari mengerjakan perbuatan mungkar seperti beribadah kepada selain Allah Swt.
Perintah untuk saling tolong menolong dalam Islam hanya ditujukan untuk perkara kebaikan saja. Sedangkan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan tidaklah diperbolehkan. Dalam ayat yang lain Allah menyandingkan perintah untuk menolong berbuat baik dengan larangan menolong berbuat dosa dan permusuhan.
Allah Swt berfirman, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksa-Nya.” (Qs. Al-Maidah: 2)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya bahwa dalam ayat ini Allah memerintahkan hambaNya untuk saling ta’awun (menolong) dalam mengerjakan al-birr (segala macam kebaikan) dan takwa. Serta melarang untuk saling menolong dalam berbuat al-Itsmu (dosa) dan perkara-perkara yang diharamkanNya. Adapun makna al-Itsmu itu sendiri menurut Ibnu Jarir adalah sengaja meninggalkan apa yang telah Allah perintahkan untuk dikerjakan.
Banyak sekali keutamaan yang Allah janjikan bagi hambaNya yang ikhlas saling menolong antara saudara semuslim. Diantaranya adalah Allah akan membebaskan dirinya dari berbagai kesusahan di Hari Kiamat kelak. Sedangkan semasa hidup, Allah akan mudahkan segala urusan dunianya.
Nabi Saw bersabda, “Barangsiapa membebaskan dari seorang mukmin satu kesusahannya di dunia maka niscaya Allah akan membebaskan darinya satu kesusahan di Hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan seseorang yang sedang dalam kesulitan maka Allah akan memudakan urusannya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama ia menolong saudaranya sesama muslim. (HR. Muslim)
Saling menolong dalam berbuat kebaikan sesama saudara semuslim akan menumbuhkan ikatan ukhuwah islamiyah yang kuat. Kehidupan sosial masyarakat akan menjadi lebih baik. Lingkungan yang dipenuhi keharmonisan pun juga akan tercipta. Sehingga pada akhirnya membuahkan sebuah negeri yang penuh keberkahan dari penciptanya.
Saling menolong dalam berbuat kezaliman jelas dilarang dalam Islam. Akan tetapi Nabi Saw tidak hanya memerintahkan kita untuk menolong orang yang terzalimi. Melainkan juga memerintahkan kita untuk menolong orang yang zalim. Yaitu dengan cara mencegahnya dari berbuat kezaliman.
Dari Anas bin Malik Ra ia berkata, Rasulullah Saw bersabda; “Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang terzalimi.” Salah seorang sahabat bertanya; “Wahai Rasulullah, kami menolongnya ketika ia dalam keadaan terzalimi, lantas bagaimana cara kami menolongnya ketika ia berbuat zalim?” “Menahan dan mencegahnya dari berbuat zalim. Begitulah cara kalian menolongnya.” Jawab Rasul. (HR. Bukhari)
Diantara hikmah yang bisa kita petik dari hadits ini adalah bahwa tidak selamanya menolong dan membantu harus berbentuk materi. Namun bisa juga dengan bentuk lain seperti mendoakan kebaikan baginya, menjaga kehormatannya, merahasiakan aibnya, mengajaknya untuk berbuat kebaikan, dan mencegah serta menahannya dari berbuat zalim.
Mencegah dan menahan seseorang dari berbuat zalim bisa dilakukan dengan beberapa cara yang diajarkan oleh Nabi Saw. Yaitu mencegahnya dengan kekuatan atau kekuasaan yang kita miliki, jika kita tidak mampu melakukannya maka cegahlah dengan memberikan nasihat atau teguran, dan jika masih tidak mampu lagi maka cegahlah dengan kita tidak mengikutinya.
Demikianlah keindahan yang bisa kita lihat dari sempurnanya syiar agama Islam. Disaat ada seorang muslim tertimpa sebuah kesulitan maka kesulitan itu harus dirasakan dan diselesaikan bersama. Ketika ada seorang muslim membutuhkan bantuan uluran tangan maka muslim yang lain datang untuk memberikan uluran tangan dan saling menguatkan. Dan bilamana ada seorang muslim akan berbuat zalim maka muslim yang lain adalah penolong baginya untuk mencegah dari bebuat kezaliman.
Mari kita senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah SWT. Dengan sebenar-benarnya takwa. Dan juga meninggalkan larangan. Jangan sekali-kali meninggalkan dunia ini kecuali dalam keadaan Islam, yakni husnul khatimah. Dikisahkan suatu hari, baginda Nabi bersabda di hadapan para sahabat:
"Tolonglah saudaramu baik yang berbuat zalim atau yang dizalimi!"
Para sahabat bingung. Kalau menolong orang yang dizalimi itu wajar. Nah, kalau menolong orang yang zalim, bagaimana tidak aneh? Lalu salah seorang sahabat bertanya:
"Cegahlah dia, atau laranglah dia dari berbuat zalim. Inilah hakikat dari menolong orang zalim."
Kata zalim sering kita dengar. Zalim itu perbutan yang merugikan diri sendiri, maupun orang lain. Arti dari kata zalim sendiri adalah wadh’u al-sya’i fi ghairi maudhi’ihi (meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya).
Perbuatan zalim ini bisa dilakukan oleh siapa saja. Bisa dari seseorang kepada temannya. Misal, menipu teman sendiri, ghasab, tidak mengembalikan hutang. Bisa dari majikan kepada karyawannya. Misal, memaksa karyawannya dengan pekerjaan yang ia tidak mampu.
Bahkan, perbuatan zalim itu bisa dilakukan seorang pemimpin kepada rakyatnya. Misal menaikkan tarif disaat keadaan rakyat sedang susah. Impor beras disaat stok beras sedang melimpah. Hal itu jelas berdampak buruk pada petani. Untung saja ormas besar seperti NU berani menyuarakan sikapnya atas kebijakan pemerintah tersebut. Selaras dengan sabda Nabi:
Barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran dengan tangannya (kekuasaan, otoritas), ketika tidak mampu dengan lisannya, ketika tidak bisa maka dengan hati kita. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman.
Maraknya kezaliman itu bukan banyaknya orang jahat. Tapi karena diamnya orang baik. Kalau saja saat ada kezaliman, lantas pemerhati kebaikan (orang saleh, alim) itu diam saja. Maka maraklah kezaliman tersebut.
Jangan sampai kezaliman marak di negeri kita. Kalau sampai seperti itu negeri kita akaan diberi azab oleh Allah.
Dan begitulah siksa Tuhanmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih, sangat berat. (Surat Hud: 102)
Maka dari itu, kita harus meminimalisir perbuatan-perbuatan zalim. Tentunya dengan cara yang santun. Semoga kita dihindarkan dari perbuatan zalim. Jangan sampai kita pelaku perbuatan zalim. Ketika itu, para sahabat yang menyimaknya lantas bertanya, "Bagaimana cara menolong orang yang zalim, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Engkau mencegah dia dari berbuat zalim. Maka sesungguhnya engkau telah menolongnya." Pencegahan yang dimaksud bisa macam-macam bentuknya. Mulai dari lisan hingga perbuatan. Sebagai contoh, ketika seorang Muslim menyaksikan seseorang hendak berbuat jahat kepada yang lain, maka langsung katakan kepadanya, "Jangan kamu melakukannya."
Cara yang paling ampuh adalah dengan membuat suatu sistem yang menangkal kezaliman. Hal itu juga sudah diisyaratkan dalam hadis Nabi SAW yang lain, sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim. "Aku (Abu Sa’id Al Khudri) pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa di antara kalian yang melihat kemunkaran, maka hendaknya dia mengubahnya dengan kedua tangannya. Jika tidak mampu melakukannya, maka hendaknya dengan lisannya. Jika tidak mampu lagi, maka hendaknya (mencegah kemunkaran) dengan hatinya, itulaj selemah-lemahnya iman.'" Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang dizalimi. Mereka bertanya: Wahai Rasulullah Muhammad Saw jelas kami faham menolong orang yang dizalimi, tapi bagaimana kami harus menolong orang yang berbuat zalim? Beliau bersabda: Pegang tangannya (hentikan ia agar tidak berbuat zalim).
Hadis Menolong Orang Zalim, Tolong menolong dalam Islam itu wajib. Karena di situlah nilai ukhuwah Islamiyah kita. Kita menginginkan yang baik untuk saudara kita, dan menjauhi yang buruk dari saudara kita. Ada dua keadaan dalam menolong saudara seiman. Menolong saat mereka dizalimi. Dan menolong saat mereka berbuat zalim. Inilah menariknya. Kalau menolong saudara kita yang dizalimi itu wajar. Tapi, bagaimana menolong saudara seiman yang berbuat zalim. Tidakkah itu akan menjadi tolong menolong dalam dosa? Bukan itu maksudnya. Yang dimaksud menolong saudara kita yang zalim adalah dengan menghalangi dirinya dari berbuat zalim. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا
“Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang dizalimi.”
Kemudian ada seseorang bertanya tentang bagaimana cara menolong orang yang berbuat zalim? Beliau menjawab, “Kamu cegah dia dari berbuat zalim, maka sesungguhnya engkau telah menolongnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Boleh jadi, mencegah orang berbuat zalim lebih susah dari menolong yang dizalimi. Karena yang berbuat zalim biasanya lebih kuat dan berkuasa. Dan yang berbuat zalim sedang berada dalam hasutan setan yang membakar amarahnya. Namun hikmah dan maslahatnya jauh lebih besar. Karena mencegah saudara seiman berbuat zalim bukan hanya menolong orang itu dari dirinya sendiri yang dalam pengaruh setan. Tapi juga menolong yang akan dizalimi. Dengan mencegah terjadinya kezaliman, ada dua pihak yang ditolong: yang berbuat zalim dan yang menjadi korban kezaliman.
Orang yang Berbuat Zalim Juga Perlu Ditolong, kita yang beranggapan bahwa menolong hanya boleh dilakukan kepada orang yang sedang terzalimi. Padahal, tahukah kamu bahwa kita pun harus menolong orang yang menzalimi? Ya, ternyata kita boleh bahkan sudah seharusnya kita pun menolong orang yang zalim. Segala aspek kehidupan telah Allah atur dengan begitu indah. Hanya saja kita terlalu malas untuk mempelajarinya. Termasuk perihal menolong orang zalim. Dari Anas ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang dizalimi.” Beliau menjawab, “Kamu cegah dia dari berbuat zalim, maka sesungguhnya engkau telah menolongnya.” (HR. Bukhari)
Ketika kita melihat suatu kemungkaran atau kezaliman, tugas kita bukan hanya menolong orang yang dizalimi atau disakiti. Namun Rasulullah SAW mengajari kita untuk menolong orang yang menzalimi juga. Yaitu dengan mencegah ia dari berbuat jahat atau zalim kepada orang lain. Dengan mencegahnya dari berbuat zalim kepada orang lain berarti kita sudah menolongnya dari berbuat dosa.
Jangan hanya sekadar menghakimi orang yang berbuat zalim. Tapi tolonglah ia dengan mengingatkannya. Seringkali, banyak di antara kita yang justru menzalimi orang yang sedang berbuat zalim pada orang lain. Padahal, 14 abad yang lalu, Rasulullah SAW telah mengajari kita untuk menolong orang yang zalim. Sungguh sangat indah Islam mengatur segala sesuatu yang terjadi di dunia ini.
Cara Menolong Orang yang Berbuat Zalim, “Tolonglah saudaramu yang berlaku zalim atau yang terzalimi. Sahabat bertanya, ‘wahai Rasulullah, kami menolong orang yang dizalimi, tetapi bagaimana kami menolong orang yang berbuat zalim?’ Rasulullah menjawab, cegahlah dia dari berbuat zalim maka sesungguhnya engkau telah menolongnya” (HR. Bukhari).
Dalam konteks ini, pihak yang terzalimi adalah korban terorisme yang mengalami begitu banyak penderitaan. Sementara di sisi lain AIDA juga mendukung pertobatan anggota jaringan terorisme dengan cara melibatkan mereka dalam upaya pembangunan perdamaian. “Kedua pihak memiliki kisah pengalaman yang mengandung banyak sekali ibroh dan sangat bermanfaat untuk perdamaian umat manusia,” ujar Laode. Menurut Laode, dalam Al-Qur’an, pendekatan ibroh melalui kisah umat-umat manusia terdahulu lebih banyak termuat dibandingkan dengan ayat-ayat hukum. Dari situ, umat Islam bisa menemukan banyak sekali pembelajaran-pembelajaran dan hikmah-hikmah yang luar biasa.
“Melalui kisah korban dan mantan pelaku terorisme, khalayak luas diharapkan dapat memetik pembelajaran perdamaian, supaya tidak ada lagi orang yang menjadi pelaku kekerasan, sehingga tidak ada lagi yang menjadi korban kekerasan,” kata Laode.
Dalam kegiatan ini, AIDA menghadirkan Dwi Siti Romdhoni, korban Bom Thamrin 2016. Dwiki, sapaan akrabnya, menuturkan musibah yang menimpanya saat melakukan rapat dengan klien kantornya di salah satu restoran Plaza Sarinah Jakarta, 14 Januari 2016. Peristiwa itu membuat Dwiki mengalami sejumlah cedera sehingga mengharuskannya menjalani serangkaian terapi yang cukup lama. Berkat dukungan keluarga, bantuan psikolog dan psikiater, serta rekan-rekannya sesama penyintas bom membantu Dwiki bangkit dari keterpurukannya. Sementara dari unsur mantan pelaku terorisme, hadir Kurnia Widodo yang memaparkan kisah awal keterlibatannya di jaringan ekstremisme kekerasan, menjalani hukuman penjara, hingga memutuskan tobat dan memilih menjadi aktivis perdamaian.
Menolong Orang Muslim yang Zalim, hubungan antarsesama manusia berlangsung dalam suasana tenteram. Apalagi, bila nuansanya adalah relasi di antara orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Namun, pada faktanya idealisme tidak selalu terwujud. Keharmonisan terganggu oleh orang-orang yang berlaku zalim terhadap sesama manusia atau orang beriman. Kezaliman akan mengganggu tatanan umum. Bentuknya bisa macam-macam, tetapi polanya selalu sama, yakni ketika orang yang kuat atau berkuasa menindas mereka yang lemah atau nirdaya. Sebuah hadis Rasulullah Muhammad SAW. Sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari, beliau bersabda, "Tolonglah saudaramu, baik yang zalim maupun yang dizalimi."
Ketika itu, para sahabat yang menyimaknya lantas bertanya, "Bagaimana cara menolong orang yang zalim, wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Engkau mencegah dia dari berbuat zalim. Maka sesungguhnya engkau telah menolongnya."
Pencegahan yang dimaksud bisa macam-macam bentuknya. Mulai dari lisan hingga perbuatan. Sebagai contoh, ketika seorang Muslim menyaksikan seseorang hendak berbuat jahat kepada yang lain, maka langsung katakan kepadanya, "Jangan kamu melakukannya."
Cara yang paling ampuh adalah dengan membuat suatu sistem yang menangkal kezaliman. Hal itu juga sudah diisyaratkan dalam hadis Nabi SAW yang lain, sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim.
"Aku (Abu Sa’id Al Khudri) pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa di antara kalian yang melihat kemunkaran, maka hendaknya dia mengubahnya dengan kedua tangannya. Jika tidak mampu melakukannya, maka hendaknya dengan lisannya. Jika tidak mampu lagi, maka hendaknya (mencegah kemunkaran) dengan hatinya, itulaj selemah-lemahnya iman.'"
Dari uraian di atas, tampak hubungan dialektis dalam menolong orang-orang agar terlepas dari kezaliman, baik mereka sebagai pelaku atau korban. Ketika lisan dan perbuatan tidak mampu juga melakukannya, maka hati yang "menjerit" sudah dinilai suatu kebaikan karena diniatkan untuk menolong sesama Muslim. Bagaimanapun, seorang Muslim memang tidak dilarang untuk mendoakan supaya hidayah dan petunjuk Allah SWT datang.