Cara agar Diampuni dari Dosa Mencuri dan Ghibah. Mencuri ataupun ghibah merupakan salah satu perbuatan yang sangat dilarang oleh Allah SWT. Sehingga, ketika seseorang melakukan hal tersebut maka akan berdosa. Seseorang yang telah melanggar aturan Allah, harus melakukan taubat agar diampuni dosa-dosanya. Akan tetapi, ketika ingin bertaubat juga harus memperhatikan dan menggunakan cara yang benar.
Karena setiap dosa yang diperbuat, cara bertaubatnya pun akan berbeda. Namun, ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh seseorang untuk bisa tetap bertaubat, sebab Allah Swt adalah Maha Pengampun. Tentang cara bertaubat atas dosa mencuri dan ghibah yang pernah dilakukan.
Seseorang yang ingin diampuni dari dosa mencuri terdapat 2 cara, dan masing-masing cara yang dilakukan tergantung pada kondisi saat mencuri.
Mengembalikan barang yang dicuri secara langsung kepada orang yang bersangkutan dan meminta maaf terhadap apa yang telah dilakukan. Ketika ingin mendapatkan ampunan dari Allah SWT atas dosa mencuri yang telah dilakukan, maka jangan hanya sekedar menyesal tapi harus mengembalikannya secara langsung. Hal tersebut berlaku bagi seseorang yang mencuri dan orang yang bersangkutan mengetahui siapa yang mencuri harta bendanya. Maka secara terang-terangan harus menemui orang tersebut, dan mengganti seluruh harta benda yang telah dicurinya.
Mengembalikan harta benda curian secara diam-diam. Hal ini dilakukan ketika orang yang dicuri tidak mengetahui siapa yang telah mencuri harta bendanya. Karena tidak mungkin jika menemui orang tersebut secara terang-terangan, dan kemudian mengaku bahwa dulu pernah mencuri. Sebab jika mengaku secara terang-terangan seperti itu, akan menyebabkan perdebatan atau konflik diantara keduanya. Oleh karena itu, agar terhindar dari adanya perdebatan. Jika ketika mencuri orang yang bersangkutan tidak mengetahui pelakunya, maka cukup kembalikan harta benda tersebut dengan dikirimkan melalui orang lain. Tidak hanya dosa mencuri, dosa karena ghibah atau menggunjing orang juga tidak bisa sembarangan ketika ingin mendapat ampunan dari Allah Swt.
Ketika seseorang berghibah atau menggunjing orang, berikut cara bertaubatnya:
Meminta maaf secara langsung kepada orang yang dighibahkan, hal ini berlaku jika orang tersebut mengetahui bahwa dirinya sudah dijadikan sebagai bahan ghibahan.
Jika orang yang dighibahkan tidak mengetahui, maka cara bertaubatnya yaitu dengan membicarakan kebaikan orang tersebut di tempat yang sama seperti saat berghibah.
Selain itu meminta ampunan kepada Allah Swt karena sudah berghibah, serta memohonkan segala perbuatan orang tersebut. Maka tidak perlu meminta maaf secara langsung kepada orang yang bersangkutan.
Ciri Orang yang Tidak Diridhoi Allah Swt Meski Sering Baca Al Quran. Ada tiga ciri orang yang tidak diridhoi Allah meski sering membaca Al Quran. Kita harus berhati-hati karena orang yang membaca Al Quran saja tidak diridhoi Allah Swt jika nampak tiga ciri ini.
Orang Ini Tidak Diridhoi Allah Meski Rajin Baca dan Menghafalkan Al Quran berikut ini tiga ciri orang tidak diridhoi Allah meski rajin membaca Al Quran:
1. Orang Zalim Orang yang zalim tidak akan mendapatkan ridho dari Allah Swt meski dia sering membaca dan menghafalkan Al Quran setiap hari. Ada orang yang senang kepada Al Quran tapi Zalim orangnya, rajin baca dia rajin tidak mampu menempatkan ayat Al Quran sesuai dengan tempatnya. Segala perbuatan yang tidak ditempatkan pada tempatnya seperti orang yang mengetahui makna surat Al Ikhlas tetapi malah mengatakan bahwa semua agama sama. Ada orang yang sering ngaji baca qul huwallahu ahad katakan hanya Allah Swt, hafal ayatnya tahu maknanya tapi tidak menempatkan ayat sesuai dengan tempatnya, ia katakan semua agama sama.
2. Orang yang Berbuat Baik Hanya untuk Dirinya Saja Perbuatan ini lebih baik dari pada orang zalim tetapi orang yang seperti ini hanya berbuat baik kepada dirinya bukan kepada orang lain atau lingkungannya. Sebagai contoh, orang yang dikenal suka mojok di masjid untuk membaca Al Quran tetapi saat dirinya diminta untuk menjadi imam sholat dia tidak mau.
3. Orang yang Punya Perilaku Buruk Membaca dan menghafalkan Al Quran merupakan salah satu perbuatan baik sehingga seharusnya sikap yang ditunjukkan juga baik. Jadi jangan bangga kalau anak anda hafal 30 juz tetapi tidak merubah perilaku. Dekat dengan Al Quran akan ada perubahan dalam dirinya, minimal sifatnya menjadi tenang, terukur dan baik kemudian lama-lama menjadi sikap atau perilaku.
Karakteristik Manusia Dzalim. alam kehidupan sehari-hari antara umat manusia di muka bumi ini pasti memiliki rasa kesolidaritasan yang sangat tinggi. Suatu hubungan yang sangat erat. Namun rasa kesolidaritasam tersebut terkadang sering di salah artikan oleh banyak kalangan dari kita sehingga menimbulkan perbuatan yang subversif dalam ajaran agama Islam. Salah satu perbuatan yang dimaksud disini yakni zalim.
Perbuatan zalim dalam ajaran agama Islam harus dihindari oleh setiap Muslim di muka bumi ini. Mengapa demikian? Karena perbuatan zalim ini dapat merugikan pelakunya dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat nanti. Selain merugi, Allah SWT juga akan membenci kepada orang yang berbuat zalim ini. Maka dari itu, setiap dari kita yang beragama Islam harus mengetahui seluk beluk lebih dalam dari perbuatan zalim ini.
Menurut ajaran agama Islam, kata zalim berasal dari bahasa Arab, yakni “Dho-La-Ma” yang memiliki makna sebagai gelap atau lebih dikenal dengan istilah suram. Di dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 200 ayat yang secara spesifik mengupas tentang orang yang zalim ini. “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah sangat benci kepada orang-orang yang berbuat zalim”.(QS. Ali-Imran:57).
Secara global makna kata zalim yang kita kenal adalah segala sesuatu perbuatan jahat ataupun berbuat aniaya; baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri dan makhluk-makhluk yang lainnya. Dalam syari’at agama Islam pengertian zalim ini mengacu pada firman Allah yang berbunyi: “Dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zalim”.(Al-Baqarah:229).
Dari penggalan ayat ini maka makna zalim menurut sebagian para ulama mendefinisikan zalim sebagai segala sesuatu tindakan yang melampaui batas, yang tidak lagi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Baik dengan cara menambah ataupun mengurangi hal-hal yang berkaitan dengan waktu, tempat, maupun sifat dari perbuatan-perbuatan yang melampaui batas tersebut.
Selanjutnya, kezaliman ini memiliki beberapa karakteristik yang perlu Anda perhatikan. Karakteristik dari perbuatan kezaliman ini cukup banyak. Tentu tidak semua di tuangkan dalam tulisan yang sangat terbatas ini. Minimal ada 2 hal yang perlu Anda perhatikan. Diantaranya:
Pertama, mendustakan Allah SWT dan mendustakan kebenaran. Allah SWT berfirman yang artinya sbb ini:
“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir”.(Az-Zumar:32).
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah SWT akan memasukkan kedalam neraka bagi orang yang tidak mau menuruti perintah-Nya. Orang yang zalim pada hakikatnya mereka itu akan melencengkan kebenaran yang ada. Sekarang banyak kebenaran-kebenaran yang telah dibelokan oleh orang-orang yang tidak mengerti agama. Oleh karena itu berhati-hatilah dengan kebenaran yang ada. Cek dulu kebenaran yang kita dengar atau peroleh. Apakah yang kita peroleh itu benar atau tidak?
Kedua, suka menipu. Ciri yang kedua ini tentunya sudah tidak asing ditelinga kita. Coba kita lihat dengan seksama. Banyak diantara dari kita yang sering menipu orang lain khususnya mereka para pejabat-pejabat tinggi. Mereka melakukan perbuatan yang sangat fenomenal yang hingga kini terus bergejolak. Apakah itu? Yaitu korupsi. Hampir setiap hari media-media memberitakan tentang korupsi. Mereka dengan senangnya mengambil uang negara untuk dinikmati seorang diri. Imbasnya setelah mereka melakukan korupsi, mereka masuk jeruji besi. Namun setelah mereka bebas dari jeruji besi, mereka kembali berulah dengan kasus yang sama. Sungguh sangat memprihatinkan.
Padahal melakukan perbuatan menipu dalam semua jeni hal sangat dilarang oleh agama Islam. Rasulullah SAW pernah melarang kepada pedagang yang melakukan perbuatan penipuan terhadap barang daganganya. Sebagaimana sabda beliau, Dari Ibnu Abbas ra, dia berkata, “Rasulullah telah melarang untuk melakukan jual-beli yang licik (menipu)”.(HR. Muslim).
Wahai saudaraku, perlu diketahui bahwa zalim ini memiliki akibat yang luar biasa. Salah satunya akan masuk neraka. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang mengambil hak seorang Muslim maka Allah telah mewajibkan neraka baginya dan mengharamkan surga baginya”. Ada seorang yang bertanya: “Walaupun sesuatu yang remeh/sedikit wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Walaupun cuma sepotong kayu arak”. (HR. Muslim No 351).
Dalam ajaran agama, sifat zalim adalah kebalikan dari sifat adil. Sifat zalim ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang keji dan hina. Di antara ciri-ciri orang zalim yakni gemar melakukan kemungkaran, senantiasa mengingkari kebenaran dan suka membuat pembenaran, serta gemar berperilaku tercela sepertia suka menganiaya.
Zalim melambangkan kekejaman, tidak berperikemanusiaan, senang melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda, serta ketidak adilan. Pada dasarnya sifat zalim merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan akhlak manusia, yang seharusnya menggunakan akal untuk melakukan kebaikan.
Nah bila bertemu dengan orang yang memiliki ciri-ciri zalim, Islam mengajarkan doa agar kita dijauhkan atau dilindungi dari kezaliman orang tersebut. Sebelum membaca doa ini, dianjurkan kepada kita untuk membaca ayat qursi terlebih dahulu.
Artinya:
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah Swt tanpa izin-Nya. Allah Swt mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah Swt meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Berikut doa saat berhadapan dengan orang zalim
Artinya,
"Wahai Yang Maha Hidup lagi Yang Maha Berdiri sendiri (mengurusi makhluk-Nya), wahai Pencipta langit dan bumi, dan wahai Tuhan Yang memiliki keluhuran dan kemuliaan. Aku memohon kepada-Mu dengan perantaraan (ayat kursi) yang mulia ini dan rahasia yang tersembunyi di balik al asmaul a’zham, kiranya Engkau mengendalikan mulutnya dariku dan menjaga (mengunci) lisannya sehingga tidak mampu berbicara kecuali yang baik-baik atau diam. Kebaikanmu, wahai orang (yang sedang aku hadapi ini), terbayang jelas di depan kedua matamu dan kejahatanmu berada (terinjak) di bawah kedua telapak kakimu."
Sungguh Allah Swt telah melapangkan dan melonggarkan serta memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada kita untuk bertaubat kepada-Nya. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, artinya sebagai berikut ini :
“Sungguh, Allah meluaskan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di siang hari. Dan Allah meluaskan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di malam hari” (HR. Muslim no.7165)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda: “Sungguh Allah menerima taubat hamba-Nya selama nyawa belum sampai di kerongkongan” (HR. At Tirmidzi).
Kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga telah mengabarkan kepada kita kisah seorang lelaki yang telah membunuh 99 orang: “Lelaki tersebut ditunjukkan kepada seorang ahli ibadah, ia mendatanginya dan bertanya: ‘Aku telah membunuh 99 orang. Apakah aku masih bisa bertaubat?’. Ahli ibadah tadi berkata: ‘Tidak’. Lelaki tersebut pun membunuhnya hingga genaplah 100 orang. Kemudian ia bertanya kepada penduduk yang paling alim, dan ia pun ditunjukkan kepada seorang ulama. Ia kemudian bertanya: ‘Aku telah membunuh 100 orang. Apakah aku masih bisa bertaubat?’. Ulama tadi berkata: ‘Ya. Memangnya siapa yang bisa menghalangimu untuk mendapatkan taubat?’” (HR. Muslim, no.7184).
Maka siapakah yang bisa menghalangi anda dari taubat, saudaraku? Kesempatan selalu terbuka lebar!
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Allah kehendaki” (QS. An Nisa: 48)
Bahkan dosa syirik, Ketika seorang musyrik bertaubat kepada Allah Swt dan ia kembali ke jalan Allah Swt, maka tidak ada yang dapat menghalangi ia dari Allah Swt. Bahkan, Rasulullah Muhammad SAW mengabarkan bahwa orang musyrik dari kalangan ahlul kitab yang bertaubat, ia mendapat dua pahala dari taubatnya.
Mengulang Dosa Setelah Taubat
Memang demikianlah sifat dasar manusia, berbuat kesalahan tidak hanya sekali namun berkali-kali. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda yang artinya sbb ini “Setiap manusia pasti banyak berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang sering bertaubat” (HR. Tirmidzi).
Perhatikan dalam hadits ini digunakan kata خطاء yang artinya: banyak berbuat salah. Namun kata Nabi setelah itu, “sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang sering bertaubat”. Ini isyarat bahwa orang yang dosanya banyak, termasuk orang yang mengulang dosa yang sama setelah taubat, tetap akan diterima taubatnya.
Juga dalam sebuah hadits shahih disebutkan:
“Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu ia berkata: ‘Ya Rabbi, aku telah berbuat dosa, ampunilah aku’. Lalu Allah berfirman: ‘Hambaku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang mengampuni dosa’. Lalu dosanya diampuni. Dan berjalanlah waktu, lalu ia berbuat dosa lagi. Ketika berbuat dosa lagi ia berkata: ‘Ya Rabbi, aku telah berbuat dosa lagi, ampunilah aku’. Lalu Allah berfirman: ‘Hambaku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang mengampuni dosa’. Lalu dosanya diampuni. Dan berjalanlah waktu, lalu ia berbuat dosa lagi. Ketika berbuat dosa lagi ia berkata: ‘Ya Rabbi, aku telah berbuat dosa lagi, ampunilah aku’. Lalu Allah berfirman: ‘Hambaku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang mengampuni dosa’. Lalu dosanya diampuni. Lalu Allah berfirman: ‘Aku telah ampuni dosa hamba-Ku, maka hendaklah ia berbuat sesukanya’” (HR. Bukhari).
Dalam Fathul Baari dijelaskan Ibnu Hajar Al Asqalani berkata: “Makna dari firman Allah ‘Aku telah ampuni dosa hamba-Ku, maka hendaklah ia berbuat sesukanya‘ adalah: ‘Selama engkau selalu bertaubat setiap kali bermaksiat, Aku telah ampuni dosamu’”. Beliau juga membawakan perkataan Imam An Nawawi: “Jika seseorang berbuat dosa seratus kali, seribu kali, atau bahkan lebih banyak, dan setiap berbuat dosa ia bertaubat, maka taubatnya diterima. Bahkan jika dari ribuan perbuatan dosa tadi setelahnya ia hanya sekali bertaubat, taubatnya pun diterima” (Fathul Baari).
Apakah Ini Kabar Gembira Untuk Ahli Maksiat. Tentu ini bukan angin segar untuk terus berbuat maksiat. Karena seseorang bermaksiat hendaknya ia sadari bahwa belum tentu ia mendapatkan taufiq untuk bertaubat nasuha setelah maksiat dan belum tentu ia mati dalam keadaan sudah bertaubat. Rasulullah Muhammad SAW bersabda yang artinya sbb : “Sungguh setiap amal tergantung pada bagian akhirnya” (HR. Bukhari no. 6493).
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda: “Ada seseorang yang ia sungguh telah beramal dengan amalan penghuni surga dalam waktu yang lama, kemudian ia menutup hidupnya dengan amalan penghuni neraka. Dan ada seseorang yang ia sungguh telah beramal dengan amalan penghuni neraka dalam waktu yang lama, lalu ia menutup hidupnya dengan amalan penghuni surga” (HR. Al Bukhari).
Maka teruslah istiqamah menjauhi maksiat dan terus bertaubat kepada Allah, semoga kita dimatikan di atas kebaikan.
Penyesalan selalu datang terlambat. Demikian ucapan yang kerap terdengar di masyarakat. Begitu pun penyesalan manusia setelah mati di alam kubur. Mereka meminta dispensasi kepada Tuhan berharap bisa kembali ke dunia untuk beriman dan menjalankan perintah-Nya serta beramal baik.
5 Doa Selamat di Alam Kubur Artinya, Dibaca saat Tahiyat Akhir Setelah meninggal dunia, maka terputuslah semua amalan yang bisa dilakukan dunia, kecuali anak sholeh yang mendoakan orang tuanya, ilmu bermanfaat dan amal jariyah. Kehidupan yang diberikan Allah SWT kepada manusia selama masih berada di dunia ini ternyata merupakan anugerah terbesar yang jarang disyukuri.
Karena itu, harus memanfaatkan selagi masih hidup dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta beramal baik sebagai bekal menuju keabadian agar tidak timbul penyesalan. 13 Amalan Penerang Kubur agar Dijauhkan dari Siksa, Nomor 1 Wajib Dilakukan Muslim Penyesalan manusia yang sudah mati di alam kubur salah satunya disebutkan dalam Al Quran, Surat Al Munafiqun ayat 10. Allah SWT berfirman artinya sbb ;
Artinya: "Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), "Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang shalih." (Surat Al Munafiqun ayat 10)
Berikut penyesalan-penyesalan manusia setelah mati di alam kubur:
1.Penyesalan Orang Tidak Beriman Orang yang tidak beriman ketika diazab dalam neraka sebagaimana disebutkan dalam AL Quran Surat Fathir ayat 37, mereka meminta agar dikembalikan ke dunia untuk mengerjakan amal perbuatan yang berlainan dengan yang telah mereka kerjakan di masa lalu. Namun, Allah Swt telah mengetahui bahwa seandainya mereka dikembalikan ke dunia lagi, pastilah mereka akan kembali mengerjakan apa yang dilarang bagi mereka melakukannya. Sesungguhnya mereka benar-benar dusta dalam pengakuannya itu. Karena itu, Allah Swt. tidak memperkenankan permintaan mereka,
Artinya: Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: "Ya Rabb kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan." Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun. (QS. Fathir ayat 37)
2.Tidak Mau Mendengar Kebaikan Penyesalan manusia yang sudah mati di alam kubur berikutnya tidak mau mendengar nasihat kebaikan. Dalam Surat Al-Mulk ayat 8-10, Allah berfirman:
Artinya: Hampir meledak karena marah. Setiap kali ada sekumpulan (orang-orang kafir) dilemparkan ke dalamnya, penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka, “Apakah belum pernah ada orang yang datang memberi peringatan kepadamu (di dunia)?
Mereka menjawab, “Benar, sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada kami, tetapi kami mendustakan(nya) dan kami katakan, “Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun, kamu sebenarnya di dalam kesesatan yang besar.
”Dan mereka berkata, “Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala.” Pada ayat diatas dimaksudkan agar manusia lebih terbuka hatinya ketika ada seseorang yang menasehatinya dalam hal kebaikan.
Terkadang sebagai manusia selalu menolak dalam hatinya ketika dinasehati seakan menganggap orang yang menasehati kita akan menjerumuskan ke dalam keburukan.
3.Mengingkari Hari Kiamat Penyesalan manusia yang sudah mati di alam kubur selanjutnya yakni tidak memercayai Hari Kiamat atau hari kebangkitan. Allah SWT berfirman dalam Surat Yasin ayat 52: Mereka berkata:"Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?" Inilah yang dijanjikan (Rabb) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul(Nya).
4.Tidak Bersedekah Penyesalan manusia yang sudah mati di alam kubur yakni tidak sempat bersedekah. Karena hal yang terus mengalir hingga di alam kubur yaitu amal jariyah yang pernah dilakukan semasa hidup. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pun pernah bersabda tentang penyesalan bagi orang yang lalai bersedekah. Telah menceritakan kepada kami Abu Hurairah radliallahu anhu berkata,: "Seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahualaihiwasallam dan berkata,: "Wahai Rasulullah, shadaqah apakah yang paling besar pahalanya?". Beliau menjawab: "Kamu bershadaqah ketika kamu dalam keadaan sehat dan kikir, takut menjadi faqir dan berangan-angan jadi orang kaya. Maka janganlah kamu menunda-nundanya hingga tiba ketika nyawamu berada di tenggorakanmu. Lalu kamu berkata, si fulan begini (punya ini) dan si fulan begini. Padahal harta itu milik si fulan". (HR. Bukhari) (No. 1419 Fathul Bari) Shahih. Dari hadits di atas mengajarkan bahwa Muslim sudah semestinya selalu bersedekah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya baik di kala lapang maupun sempit.
5. Tidak Mengerjakan Sholat Ketika Sehat atau Sakit Penyesalan manusia setelah mati di alam kubur berikutnya tidak mengerjakan sholat yang telah diwajibkannya sebanyak lima waktu sehari. Dalam Surat Al Baqarah ayat 43, Allah SWT berfirman: Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku lah bersama orang-orang yang ruku. Bagi manusia yang menyia-nyiakan hidupnya apalagi masa mudanya maka pasti akan merasa merugi.
6.Memutus Silaturahmi Hal yang akan disesali manusia ketika sudah meninggal itu ketika orang tersebut tidak sempat memaafkan dan memutus tali silaturahmi kepada teman atau saudaranya, hal tersebut akan merugikan manusia itu sendiri ketika sudah di alam kubur. Rasulullah SAW bersabda:
".Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Uyaynah ibnu Abdur Rahman ibnu Jusyan, dari ayahnya, dari Abu Bakrah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada suatu perbuatan dosa pun yang lebih layak untuk disegerakan oleh Allah hukumannya di dunia selain dari azab yang disediakan untuk pelakunya kelak di akhirat selain dari zina dan memutuskan hubungan kekeluargaan.
7.Penyesalan Orang Kafir Minta Jadi Tanah Penyesalan manusia setelah mati di alam kubur yakni tidak beriman kepada Allah. Seandainya saja mereka tidak dijadikan wujud manusia dan berupa tanah tentu mereka berpikir tidak akan ditimpa azab pedih. Dalam Surat An Naba ayat 40, Allah SWT berfirman Artinya: Dan orang kafir berkata, "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah.” (An-Naba: 40) Orang kafir di hari itu berkhayal seandainya dirinya sewaktu di dunia berupa tanah dan bukan makhluk serta tidak dikeluarkan ke alam wujud. Demikian itu terjadi ketika dia menyaksikan azab Allah terpampang di hadapannya dan ia melihat semua amal perbuatannya yang telah dicatat oleh para malaikat juru tulis amal perbuatan, yang semuanya mulia lagi bertakwa. Semua amal perbuatannya penuh dengan kerusakan dan dosa-dosa.
8.Tidak Pernah Mengajak Kebaikan Penyesalan manusia di alam kubur lainnya yakni tidak pernah mengajak kebaikan atau dakwah kepada manusia lain. Dakwah juga tidak selalu harus berdiri di depan podium, namun bisa dimulai dari lingkungan terdekat seperti keluarga dan seruan yang kita lakukan tidak melenceng dari aturan Allah SWT. Dakwah juga bisa diartikan sama dengan menolong agama Allah SWT, maka barangsiapa yang tidak pernah melakukannya akan menyesal ketika sudah tidak ada di dunia.
9.Suka Mengadu Domba Penyesalan bagi manusia yang sudah mati di alam kubur yakni semasa hidupnya suka mengadu domba dengan menyebarkan kabar bohong atau hoaks hingga memicu pertengkaran antarsesama. Rasulullah SAW bersabda: Dari Ibnu `Abbas berkata, "Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam lewat di dekat dua kuburan, lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya keduanya sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah kencing, sementara yang satunya suka mengadu domba." Kemudian beliau mengambil sebatang dahan kurma yang masih basah, beliau lalu membelahnya menjadi dua bagian kemudian menancapkannya pada masing-masing kuburan tersebut. Para sahabat pun bertanya, "Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan ini?" beliau menjawab: "Semoga siksa keduanya diringankan selama batang pohon ini basah." (HR. Bukhari).
10. Penyesalan Orang Munafik Orang-orang munafik yang mengingkari Allah dan Rasul-Nya menjadi manusia yang menyesal ketika sudah mati di alam kubur nanti. Mereka awalnya beriman namun ingkar. Dalam Surat Ali Imran ayat 106, Allah SWT berfirman: Artinya: Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan):"Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu". (Surat Ali Imran ayat 106).
11. Kencing Sembarangan Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga kebersihan salah satunya etika dalam membuang air kecil atau kencing. Orang yang kencing sembarangan dan tidak bersuci setelah membuang hajatnya akan mendapat siksa di alam kubur. Rasulullah SAW bersabda Dari Ibnu `Abbas berkata, "Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam lewat di dekat dua kuburan, lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya keduanya sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah kencing, sementara yang satunya suka mengadu domba." Kemudian beliau mengambil sebatang dahan kurma yang masih basah, beliau lalu membelahnya menjadi dua bagian kemudian menancapkannya pada masing-masing kuburan tersebut. Para sahabat pun bertanya, "Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan ini?" beliau menjawab: "Semoga siksa keduanya diringankan selama batang pohon ini basah." (HR. Bukhari).
Itulah penyesalan manusia yang sudah mati di alam kubur, semoga bisa menjadi pengingat bagi yang masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. semoga sebelum meninggal Allah memberikan petunjuk kepada hamba-hambnya dan segera bertobat kepada Allah Swt, Aamin ya robbal 'Alamin.
Rintihan dan Kesediahan orang-orang yang menyesal di akhiratnya, Hidup di dunia sangatlah singkat dan kesenangan yang kita miliki saat ini hanya sementara. Jika dihitung dengan waktu, umur kita di dunia hanya 1,5 jam. Sebab 1 hari di Akhirat sama dengan 1.000 tahun di dunia. Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda dalam satu hadis dari Abu Hurairah: "Umur umatku antara 60 sampai 70 tahun. Dan sangat sedikit di antara mereka yang melewati itu". Dalam riwayat lain, dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah Muhammad SAW memegang kedua pundakku, lalu bersabda: "Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang musafir."
"Sebagian orang kegirangan jika diberi waktu yang panjang di dunia. Ketika nyawanya telah dicabut, ia ingin kembali ke dunia supaya bisa beramal saleh. Orang-orang seperti inilah yang menyesal di akhirat kelak, semoga kita tidak termasuk orang-orang semacam itu," kata Habib Quraisy Baharun dalam satu tausiyahnya. Habib Quraisy menukil salah satu ayat Al-Qur'an, Allah Swt berfirman dalam QS Al Mu'minun: Ayat 99-100 sebagai berikut ini : "Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan". (QS Al Mu'minun: Ayat 99-100)
Ketika orang kafir masuk ke neraka, mereka berharap keluar dan kembali ke dunia dan dipanjangkan umur supaya mereka bisa beramal . Mereka merintih sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur'an: "Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan'. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun." (QS Fathir: Ayat 37).
Agar Selamat di Akhirat Dalam satu ayat yang populer, Allah Swt berfirman: "Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan menusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku". (QS Adz-Dzariyat: 56)
Karena itu, nikmat umur yang kita jalani saat ini hendaknya dimanfaatkan untuk beramal saleh sebelum datangnya hari penyesalan. Allah juga mengabarkan lewat firman-Nya surah Surah Al-Ashr Ayat 1-3: "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya mentaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran." (Surah Al-Ashr Ayat 1-3)
Rasulullah Muhammad SAW Bersabda: "Takdir yang akan menimpa seseorang tidak bisa ditolak kecuali dengan doa, umur seseorang tiada bertambah kecuali dengan melakukan kebaikan, dan rezeki (kebaikan) akan diharamkan kepada seseorang karena dosa yang dilakukannya." (HR Ibnu Majah dan at-Tirmidzi).
Setelah di alam akhirat orang-orang kafir menyesal kenapa di dunia dia tidak bersyahadat (menjadi seorang muslim) percaya bahwa Allah SWT yang Maha Esa dan Muhammad adalah utusannya. Penyesalan ini diabadikan oleh Allah SWT dalam surat Al-Hijr ayat 2-3 yang artinya:
"Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). (Al-Hijr: 2-3)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, bahwa ayat 2 ini menceritakan tentang orang-orang kafir, bahwa di akhirat kelak mereka akan menyesali kekafiran mereka selama di dunia, dan mereka hanya bisa berharap seandainya saja mereka menjadi orang-orang muslim ketika di dunia.
As-Saddi di dalam kitab tafsirnya telah menukil sebuah asar berikut sanadnya yang berpredikat masyhur dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud serta sahabat-sahabat lainnya, bahwa orang-orang kafir Quraisy saat mereka akan dimasukkan ke dalam neraka berharap seandainya saja mereka dahulu menjadi orang-orang muslim.
Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah setiap orang kafir di saat menghadapi kematiannya menginginkan seandainya saja dia menjadi orang mukmin sebelumnya. Menurut pendapat yang lainnya, ayat ini menceritakan perihal hari kiamat, sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya Al-An'am ayat 27.
"Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman, " (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan).
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, dari Abuz Zahiriyah, dari Abdullah (Ibnu Mas'ud) sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. (Al-Hijr: 2)
Bahwa ayat ini menceritakan perihal orang-orang yang menghuni neraka Jahanam ketika melihat teman-teman mereka dikeluarkan dari neraka. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Muslim, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Farwah Al-Abdi, bahwa Ibnu Abbas dan Anas ibnu Malik menakwilkan ayat ini, yaitu firman-Nya: Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. (Al-Hijr: 2) dengan pengertian berikut:
Ayat ini menceritakan hari (ketika itu) Allah memasukkan orang-orang yang berdosa dari kalangan kaum muslim ke dalam neraka bersama orang-orang musyrik. Kemudian orang-orang musyrik berkata kepada mereka, "Tiada manfaatnya bagi kalian penyembahan kalian (kepada Allah) ketika di dunia."
Maka Allah murka kepada orang-orang musyrik, lalu berkat kemurahan dari-Nya, Dia mengeluarkan orang-orang muslim dari neraka. Yang demikian itu disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firman-Nya: Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. (Al-Hijr: 2)
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami As-Sauri, dari Hammad, dari Ibrahim dan dari Khasifi dari Mujahid, keduanya mengatakan bahwa penghuni tetap neraka berkata kepada ahli tauhid yang berada di dalam neraka, "Tiada manfaatnya bagi kalian iman kalian." Manakala mereka mengatakan demikian, Allah berfirman, "Keluarkanlah semua orang yang di dalam kalbunya terdapat iman sebesar biji sawi!" Perawi mengatakan bahwa yang demikian itulah apa yang disebutkan oleh firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. (Al-Hijr: 2)
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ad-Dahhak, Qatadah, Abul Aliyah, dan lain-lainnya. Masalah ini disebutkan pula dalam banyak hadis marfu’ seperti penjelasan berikut:
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan: "Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Abbas (yaitu Al-Akhram), telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mansur At-Tusi, telah menceritakan kepada kami Saleh ibnu Ishaq Al-Jahbaz dan Ibnu Ulayyah Yahya ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ma'ruf ibnu Wasil, dari Ya'qub ibnu Nabatah, dari Abdur Rahman Al-Agar, dari Anas ibnu Malik Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda: Sesungguhnya ada sebagian orang dari kalangan orang-orang yang mengucapkan, "Tidak ada Tuhan selain Allah, " masuk ke dalam neraka karena dosa-dosa mereka.
Maka berkatalah kepada mereka para penyembah Lata dan 'Uzza (orang-orang musyrik), "Tiada manfaatnya bagi kalian ucapan kalian, 'Tidak ada Tuhan selain Allah, ' sedangkan kalian sekarang berada di dalam neraka bersama-sama kami.”
Maka Allah murka terhadap mereka, lalu Allah mengeluarkan ahli tauhid yang berdosa itu (dari neraka) dan melemparkan mereka ke dalam sungai kehidupan, maka mereka menjadi bersih dari kehangusannya, sebagaimana bersihnya rembulan setelah gerhana. Lalu mereka dimasukkan ke dalam surga, dan mereka di dalam surga dijuluki dengan sebutan golongan Jahannamiyyun.
Lalu ada seorang lelaki berkata kepada sahabat Anas, "Hai Anas, apakah benar kamu mendengar hadis ini dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam?" Sahabat Anas menjawab bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: Barang siapa yang mendustakan aku dengan sengaja, maka hendaklah ia bersiap-siap untuk menduduki tempatnya di neraka.”Ya, saya mendengarnya langsung dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam saat beliau mengatakan hadis ini."
Kemudian Imam Tabrani mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Al-Jahbaz secara munfarid. Imam Thabrani mengatakan:
"Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah menceritakan kepada kami Abusy Sya'sa Ali ibnu Hasan Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Nafi' Al-Asy'ari, dari Sa'id ibnu Abu Burdah, dari ayahnya, dari Abu Musa Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:
Apabila ahli neraka telah berkumpul di dalam neraka yang antara lain termasuk ahli kiblat yang dikehendaki oleh Allah (masuk neraka), maka orang-orang kafir berkata kepada orang-orang muslim.
"Bukankah kalian orang-orang muslim?” Orang-orang muslim menjawab, "Benar, kami orang muslim.” Mereka berkata, "Tiada manfaatnya Islam bagi kalian, sedangkan kalian menjadi orang-orang yang dimasukkan ke dalam neraka bersama-sama kami.”
Orang-orang muslim menjawab, "Dahulu kami banyak melakukan dosa, maka kami dihukum karenanya.”
Allah mendengar apa yang dikatakan oleh mereka, maka Dia memerintahkan agar orang-orang yang ada di dalam neraka dari kalangan ahli kiblat dikeluarkan. Ketika orang-orang kafir yang masih tetap di dalam neraka melihat hal tersebut, maka mereka berkata
"Sekiranya kami dahulu menjadi orang-orang muslim, tentulah kami akan dikeluarkan (dari neraka) sebagaimana mereka dikeluarkan.”
Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam membacakan firman Allah yang dimulainya dengan bacaan, "Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk."
Alif, Lam, Ra. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat Al-Kitab (yang sempurna), yaitu (ayat-ayat) Al-Our'an yang memberi penjelasan. Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. (Al-Hijr: 1-2).
Kata-Kata Tobat Islami, Bisa Menjadi Bahan Renungan untuk Lebih Baik dan Semoga menjadikan kita selalu bertobat kepada Allah Swt. etiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dalam dunia. Namun kesalahan tersebut bukan menjadi sebuah hal yang hina ya KLovers. Ada banyak pelajaran hidup yang bisa kita ambil saat salah menentukan jalan kehidupan. Untuk menjadi seorang yang lebih baik lagi, ada baiknya kita tobat dan tak melakukan kesalahan yang sama. Ada banyak sekali kata-kata tobat yang menyentuh hati dan dapat menjadi sebuah bahan renungan bagi kita.
Sebesar apapun kesalahan yang pernah kita lakukan, nyatanya Allah SWT akan memaafkan setiap hambanya bila ia tak lagi melakukan kesalahan tersebut. Namun tobat ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan berjanji pada diri sendiri untuk tak melakukan kesalahan yang sama. Karena hal ini juga akan membuat kita merasa rugi bila masuk ke dalam lubang yang sama terus-terusan.
Tak hanya baik untuk kehidupan kita di dunia saja, nyatanya tobat juga bisa mempermudah kita untuk jalan menuju surga di akhirat kelak. Tak mudah memang untuk melakukan tobat dan mengakui segala dosa yang telah diperbuat, akan tetapi cobalah untuk berusaha sekuat mungkin. Dengan niat tobat yang tulus maka akan ada kemudahan-kemudahan yang bisa kalian dapatkan dalam jalan menuju tobat.
inilah kata-kata tobat Islami yang menyentuh hati dan dapat menjadi bahan renungan yang baik bagi kehidupan. Berikut kata-kata tobat Islami tersebut:
"Kebanyakan jeritan dari para penghuni neraka itu adalah penyesalan karena menunda tobat mereka." - HR.Muslim
"Istighfar adalah senjata paling ampuh yang akan membawamu kembali pada Allah dan dapat memudahkan kesulitan yang kamu hadapi."
"Jadikan tobat bukan hanya untuk dosa-dosa yang telah kamu lakukan, tapi juga untuk kewajiban yang belum kamu tunaikan." - Ibnu Taymiyyah
"Kecuali orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh. Maka kejahatan mereka itu akan diganti oleh Allah dengan kebaikan (di akhirat kelak)." - Q.S Al Furqan: 70
"Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. - Q.S An Nur: 31
"Kulihat dosa-dosaku seakan begitu besar. Tapi saat kusandingkan dengan ampunan-Mu, ternyata ampunan-Mu jauh lebih besar." - Imam Syafi'i
"Tobat sejati bukan hanya berhenti dari berbuat maksiat, tetapi juga berbalik menuju kebaikan dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk tetap berada di jalan kebaikan itu."
"Istighfar adalah senjata paling ampuh yang akan membawamu kembali pada Allah dan dapat memudahkan kesulitan yang kamu hadapi."
"Jangan terbiasa meremehkan dosa kecil. Ibarat kerikil, sedikit demi sedikit bertambah dan segera berubah menjadi gunung." - Mufti Ismail Menk
"Bertobatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung." - Q.S An Nur: 31
"Meninggalkan dosa lebih mudah daripada bertaubat."
"Jadikan taubat bukan hanya untuk dosa-dosa yang telah kamu lakukan, tapi juga untuk kewajiban yang belum kamu tunaikan." - Ibn Taymiyyah
"Keindahan Islam adalah bahwa tidak ada kata terlambat untuk memohon ampunan kepada Allah, tapi kita juga harus ingat bahwa kamu tidak pernah tahu kapan kamu akan mati."
"Tobat sejati bukan hanya berhenti dari berbuat maksiat, tetapi juga berbalik menuju kebaikan dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk tetap berada di jalan kebaikan itu."
"Jangan terbiasa meremehkan dosa kecil. Ibarat kerikil, sedikit demi sedikit bertambah dan segera berubah menjadi gunung."
"Tobat itu adalah urusan antara manusia dengan Tuhan. Allah akan menerima tobat setiap manusia, siapapun dia, asalkan itu dilakukan dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh." - Nima Mumtaz
"Berkah terindah yang telah diberikan kepada kita adalah kesempatan untuk bertaubat. Jadi tunggu apa lagi?"
"Kenikmatan bagi orang yang diuji dengan kesusahan karena dia berhasil membuatnya lebih dekat kepada Allah dengan evaluasi diri, taubat, dan memperbaiki diri." - Abdullah Gymnastiar
"Dosa adalah penyakit, taubat adalah obatnya, dan berpantang dari itu adalah obat yang paling mujarab." - Ali bin Abi Thalib
"Jadikan taubat bukan hanya untuk dosa-dosa yang telah kamu lakukan, tapi juga untuk kewajiban yang belum kamu tunaikan." - Ibnu Taymiyyah
"Dosa yang membuatmu sedih dan menyesal itu lebih disukai oleh Allah daripada perbuatan baik yang membuatmu sombong." - Ali bin Abi Thalib
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." - Q.S Al Baqarah: 222
"Kebanyakan jeritan dari para penghuni neraka itu adalah penyesalan karena menunda tobat mereka." - HR Muslim
"Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik mereka yang berbuat kesalahan adalah yang mau bertobat." - HR Ahmad
"Jangan menunda taubat, karena semakin lama perjalanan yang ditempuh, kembalinya juga menjadi semakin sulit.
"Jika ingin kedamaian hati, taatlah kepada Allah, taruh keningmu di atas tanah, bicaralah kepada-Nya, dan curahkan semua isi hatimu. Renungkan hidupmu, sesali kesalahanmu, dan bertobatlah."
"Sesungguhnya Allah akan menerima tobat seorang hamba selama nafasnya belum sampai di tenggorokan (sakaratul maut)." - HR Ibnu Majah dan Tirmidzi
"Tidak ada kata terlambat untuk memohon ampunan kepada Allah."
Itu bukan hak kita untuk menghakimi. Bila Allah saja bisa menerima taubat dari dosa-dosa besar, apakah manusia ciptaan-Nya punya pilihan untuk angkuh? - Irene Dyah
"Jangan menunda tobat, karena semakin lama perjalanan yang ditempuh, kembalinya juga menjadi semakin sulit."
"Mungkin Matahari masih terbit esok hari, tapi belum tentu dengan kamu (apakah masih hidup ataukah tidak). Maka bertaubatlah hari ini."
"Kamu menginginkan kedamaian? taatlah kepada Allah, taruh keningmu di atas tanah, bicaralah kepada-Nya dan curahkan semua isi hatimu, renungkan, sesali dan bertaubatlah."
"Berkah terindah yang telah diberikan kepada kita adalah kesempatan untuk bertaubat. Jadi tunggu apa lagi?"
"Kebahagiaan dicapai melalui tiga hal: 1) Bersabar ketika diuji, 2) Bersyukur ketika menerima nikmat, dan 3) bertaubat atas dosa-dosa." - Ibn al-Qayyim
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)." - QS. At Tahrim: 8
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Demi Allah, sesungguhnya aku meminta ampun dan bertaubat kepada-Nya setiap hari lebih dari 70 kali'." - Hadist
"Sekelam apapun masa lalu kita, selagi kita masih bernyawa, kita tetap berpeluang menjadi ahli surga. Jangan pernah berputus asa untuk berubah dan mencari ampunan dari Allah Yang Maha Esa."
"Pemberi syafaat bagi orang yang berdosa adalah pengakuan akan dosa itu, sedangkan taubatnya adalah memohon ampunan."
"Hati kita pedih menyaksikan musibah yang menimpa bangsa ini, penyebabnya bisa jadi karena kelalaian dan kesalahan kita, maka taubat adalah kunci bagi kita." - Aa Gym
"Sungguh mengherankan bagi orang yang binasa (celaka), padahal keselamatan itu ada bersamanya." Imam 'Ali r.a. ditanya, "Apa keselamatannya itu, wahai Amirul Mu'minin?" Beliau menjawab, "Istighfar"."
"Jika engkau melakukan suatu perbuatan dosa, maka segeralah menghapusnya dengan bertaubat."
"Dosa itu perlu dibakar, entah itu dengan sakitnya rasa penyesalan di dunia ini ataukah dengan api neraka di akhirat kelak." - Ibnu Qayyim
"Sehitam mana sekali pun sejarah hidup kita, selagi kita bernyawa, kita tetap berpeluang menjadi ahli surga. Jangan pernah berputus asa untuk berubah dan mencari ambunan dari Allah."
"Taubat sejati bukan hanya berhenti dari berbuat maksiat, namun juga berbalik menuju kebaikan dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk tetap berada di jalan kebaikan itu."
"Jangan pernah meremehkan kekuatan istighfar (memohon ampunan Allah). Karena itu adalah senjata yang akan membawamu kembali kepada Allah dan dapat meringankan kesulitan yang kamu hadapi."
Itulah Kata-Kata Tobat Islami, Bisa Menjadi Bahan Renungan untuk Lebih Baik dan Semoga menjadikan kita selalu bertobat kepada Allah Swt. semoga bagai yang membaca dan dapat merenungi dan mengilhammi setiap perkataan-perkatan para sahabat, dan orang-orang solih. semoga bermanfaat dan semoga menjadikan kita masuk surga nya Allah Swt dan dijauhkan dari nerakaNYA Allah Swt, semoga keluarga kita dikumpulkan di Surganya Allah SWT dan bertemu dengan orang-orang solih.
Anjuran untuk Bertobat dan Kembali kepada Allah Swt Maha Pengasih dan Maha Pengampun. Dalam berinteraksi dengan jiwa manusia, Islam memiliki metode yang sangat agung. Metode itu bertolak dari ilmu (pengetahuan) Allah Swt kerena Dialah yang telah mencipta dan menyempurnakan jiwa manusia, serta mengilhamkan kepadanya potensi kejahatan dan potensi ketakwaan. Allah-lah yang mengetahui persis kelemahan dan kehinaannya, serta dominasi syahwat dan syubhat terhadapnya. Merupakan tabiat jiwa manusia, bahwa ia telah diberikan fitrah melakukan kesalahan, akan tetapi Allah Swt menciptakan pintu yang luas untuknya, yaitu pintu tobat dan pintu kembali kepada Allah, serta tidak berputus asa dari rahmat-Nya.
Kepada manusia yang telah melampaui batas dalam melakukan dosa dan tenggelam dalam kesalahan, Allah Swt menyeru agar tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Bahkan Allah Swt menyeru mereka dengan menyebut mereka sebagai hamba-hamba-Nya, sebagaimana tercantum dalam firman-Nya (yang artinya): "Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah Swt. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa seluruhnya, sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Kembalilah kepada Tuhan kalian dan berserahdirilah kepada-Nya" (QS. Az-Zumar: 53-54)
Metode Islam dalam berinteraksi dengan jiwa manusia adalah metode yang sangat agung. Metode yang bertolak dari kemahatahuan Allah Swt terhadap jiwa itu sendiri.,Karena Allah Swt lah yang telah menciptakan dan menyempurnakannya, serta mengilhamkan potensi kejahatan dan ketakwaan kepadanya. Allah Swt berfirman (yang artinya): "Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya." (QS. Asy-Syams: 7-8)
Allah Swt juga berfirman (yang artinya): "Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kalian perlihatkan atau rahasiakan); sementara Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui?" (QS. Al-Mulk: 14)
Allah Swt mengetahui kelemahan dan kehinaan jiwa manusia, serta adanya dominasi musuh (Syetan) terhadapnya. Oleh karena itu, Allah Swt berinteraksi dengan jiwa manusia berdasarkan pengetahuan-Nya itu. Allah menetapkan kewajiban atasnya, sekaligus mendidiknya berdasarkan pada pemahaman tentang hakikatnya serta pengetahuan tentang rahasia-rahasianya.
Pada dasarnya, jiwa manusia bersandar pada pengetahuan tentang kebenaran. Inilah yang merupakan tujuan dasar. Yaitu bagaimana setiap menusia mengetahui hakikat kebenaran yang menjadi tujuan ia diciptakan oleh Allah Swt. Allah Swt berfirman (yang artinya): "Adakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanya orang-orang yang berakal sajalah yang dapat mengambil pelajaran." (QS. Ar-Semoga Allah meridhainya`d: 19)
Manusia ada dua model: Pertama, orang yang mengetahui serta menyadari kebenaran dan Agama. Makna kata menyadari di sini adalah sampainya hakikat kebenaran itu ke dalam jiwa manusia. Inilah yang disebut dengan kesadaran, bukan sekedar memahami atau mengetahui. Ia adalah kesadaran yang bermakna keyakinan. Orang seperti ini diberi taufik oleh Allah sehingga ia mampu menyadari. Adapun model yang kedua adalah orang yang tidak menyadari dan tidak pula mengetahui kebenaran. Artinya, ia buta terhadap jalan kebenaran. Allah Swt (yang artinya): "Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di Akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)." (Al-Isrâ': 72)
Manusia model pertama mengetahui dan menyadari kebenaran. Pengetahuan dan kesadarannya terhadap kebenaran itu membuatnya berjalan di atas jalan kebenaran. Lalu ia menjalankan kewajiban-kewajibannya, menjauhi segala larangan, serta meninggalkan segala bentuk maksiat dan kemungkaran. Perbuatan seperti ini cukup untuk menjamin dirinya sampai kepada derajat kesempurnaan yang tinggi, ketika ia menjalankan seluruh perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Ia bukan lagi sekedar manusia sederhana dan biasa, tetapi telah naik dari kedudukannya semula, karena Allah Swt berfirman (yang artinya): "Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu." (QS. Asy-Syams: 7-9). Yakni,mengangkat jiwanya menuju kedudukan yang tinggi. Kata "tazkiyyah" (menyucikan) di sini berarti meninggikan dan mengangkat jiwa itu. Lalu Allah Swt lanjutkan dengan firman-Nya (yang artinya): "Dan merugilah orang yang mengotori (jiwa)-nya." (QS. Asy-Syams: 10). Yakni menenggelamkan serta melumurinya dengan dosa dan maksiat.
Apabila manusia menjalankan ketaatan dan meninggalkan maksiat, jiwanya akan naik menuju puncak ketinggian. Di sinilah ia pantas menyandang gelar hamba Allah dan menjadi khalifah di muka dunia. Hanya saja, manusia dengan status kemanusiaannya dan tabiat penciptaannya tidak mampu selamanya berada pada kedudukan yang tinggi. Ia mungkin saja terpeleset dan terjatuh, baik karena kebodohannya, dorongan syahwatnya, tekanan berbagai syubhat, maupun karena pengaruh teman-temannya. Semua batu sandungan ini selalu berusaha menarik manusia ketika ia meniti jalan kemuliaan dan ketinggian. Syahwat, syubhat, kawan, kelalaian, dan kebodohan, semua itu adalah faktor-faktor penggoda. Lantaran semua faktor itu, terjadilah penyelewengan pada diri manusia dari jalan yang benar.
Efek Penyelewengan Keagamaan Terhadap Manusia, Penyelewengan semacam ini akan menjatuhkan manusia dari derajat kemanusiaannya, sekaligus akan menghalangi dirinya dari usaha pembersihan diri, peningkatan martabat, dan ketinggian status di hadapan Allah. Sehingga manusia pun menjadi sangat rendah dan tidak berharga dalam pandangan Allah Swt. Manusia terjatuh ke dalam jurang yang akan menyulitkan dirinya untuk bangkit mengikuti Agama ini, sehingga ia pun menjadi terbiasa bermaksiat dan menjadi berat melakukan ketaatan (ibadah). Ketika sampai pada tingkatan seperti ini, manusia tidak lagi akan memiliki visi hidup yang jelas di atas dunia, tidak memiliki tujuan dan idealisme. Segala kemampuannya dikerahkan hanya untuk memuaskan hawa nafsu belaka. Ia akan mendahulukan segala hal yang menjadi kepentingan dirinya dengan mengingkari kepentingan-kepentingan lain, sehingga ia menjadi makhluk yang sangat egois. Ambisinya hanya tertuju kepada bagaimana membuat segala sesuatu berputar untuk kepentingan dirinya sendiri.
Ketika kehidupan ini telah kehilangan hati manusia yang hidup dan tidak lagi dihiasi oleh individu-individu yang shalih, maka ia akan berubah menjadi kancah pertarungan, tak ubahnya pertarungan hewan-hewan liar. Inilah makna firman Allah Swt (yang artinya): "Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal shalih ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahanam adalah tempat tinggal mereka." (QS. Muhammad: 12)
Dalam ayat lain, Allah Swt berfirman (yang artinya): "Atau apakah kalian mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)." (QS. Al-Furqân: 44). Mengapa demikian? Karena mereka turun dari tangga keimanan. Mereka turun dari ketinggian Agama menuju kerendahan hewani. Mereka hidup seperti hidupnya binatang. Sungguh, mereka tidak akan memiliki nilai apa-apa kecuali dengan kembali berpegang teguh kepada tali Agama Allah. Allah Swt (yang artinya): "Maka berpegang teguhlah kepada Agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya engkau berada di atas jalan yang lurus. Dan Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar merupakan kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu, dan kelak kalian akan diminta pertanggungjawaban." (QS. Az-Zukhruf: 43-44)
Kebesaran nama Anda, ketinggian kedudukan Anda, kehormatan Anda, eksistensi Anda, di mana semua itu terletak? Semuanya terletak dalam Kitab Allah Swt.
"Dan Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar merupakan kemuliaan besar bagimu dan bagi kaumm" Tanpa Al-Quran, nama Anda tidak akan pernah dikenang. Tanpa Agama ini, tidak ada artinya hidup Anda. Tanpa iman, tidak ada nilainya diri Anda. Karena pada hakikatnya, siapa diri Anda? Anda hanya sebutir atom di tengah kumpulan atom alam semesta ini. Anda tak ubahnya laksana seekor serangga tersesat di tengah kumpulan serangga yang ada di alam raya ini. Akan tetapi dengan iman, Anda menjadi makhluk paling besar dan paling mulia di antara makhluk-makhluk yang ada di alam ini.
Tetapi kapan kemuliaan itu bisa terwujud, Ia baru terwujud ketika Anda berpegang teguh. Namun bagaimana caranya? Harus ada perasaan. Seorang manusia yang tengah mengalami penurunan derajat harus merasakan hal itu terjadi pada dirinya. Ia harus merasakan bahwa ada suara yang berteriak memanggil, "Janganlah engkau memenuhi panggilan hina itu! Kembalilah, dan janganlah berputus asa dari rahmat Allah Swt." Karena Syetan selalu berkata, "Semuanya telah usai, engkau tidak beramal shalih, engkau telah terjatuh, dan tidak usah kembali naik. Untuk apa engkau bersusah payah, karena Allah tidak akan mengampunimu!" Syetan kemudian memperbesar gambaran kesalahan dan dosa Anda dengan berkata, "Engkau adalah penjahat yang selalu berbuat dosa". Ia bisikkan itu guna memalingkan Anda dari usaha untuk bangkit kembali. Inilah bisikan jahat Iblis. Adapun bisikan iman, akan selalu memanggil Anda dan senantiasa berkata kepada Anda, "Engkau adalah manusia."
Manusia Memiliki Fitrah Melakukan Kesalahan, Anda bukanlah Malaikat yang suci, bukan pula manusia yang maksum (terpelihara dari dosa). Anda hanyalah manusia yang selalu digempur oleh berbagai kekuatan, ditarik oleh hawa nafsu, dan dikalahkan oleh tabiat penciptaan Anda, sehingga terkadang Anda naik tinggi, tapi terkadang jatuh tersungkur. Benar, Anda harus menolak panggilan untuk turun dan tersungkur itu. Perbaikilah kesalahan Anda, obatilah penyakit Anda, cucilah dosa Anda, dan mulailah menapaki kembali perjalan Anda bersama Tuhan Anda. Nabi SAW bersabda menjelaskan tabiat manusia, "Seluruh anak Adam itu bersalah—berbuat salah adalah ciri khas anak Adam, akan tetapi sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang selalu bertobat." (HR. Ibnu Majah).
Nabi SAW mengatakan, "Seluruh anak ada…", dan Anda adalah anak Adam. Apakah Anda ingin menjadi Malaikat yang tidak pernah bersalah walaupun sekali? Tentu tidak mungkin! Tidak ada di dunia ini seorang manusia yang tidak bersalah. Semua manusia pernah melakukan kesalahan. Akan tetapi kesalahan dalam hidup seorang muslim adalah sesuatu yang datang dan tidak tetap, sementara dalam kehidupan para penjahat ia merupakan sesuatu yang konstan dan senantiasa melekat. Adapun seorang muslim tidaklah demikian. Dosa dan kesalahan hanya sekedar datang kepadanya, kemudian ia segera bertobat. "Dan sebaik-baik orang yang bersalah ialah yang selalu beratubat." Demikianlah Rasulullah Muhammad SAW bersabda.
Beliau juga pernah menjelaskan, "Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk memberi tobat kepada pelaku dosa di siang hari, dan membentangkan tangan-Nya pada siang hari untuk memberi tobat kepada pelaku dosa di malam hari, (demikian seterusnya) hingga matahari terbit dari tempat terbenamnya (barat)." (HR. Muslim). Allah Swt membentangkan tangannya adalah untuk segera memberi ampunan. Hari ini Anda telah berbuat dosa di siang hari, dan pada malam hari itu juga Allah Swt membentangkan tangan-Nya bagi seluruh orang yang berbuat kesalahan dan dosa. Maka kembalilah segera, kembalilah dan jangan terus-menerus berada dalam maksiat. Allah Swt membentangkan tangan berarti memanggil para hamba-Nya. Oleh karena itu, Rasulullah bersabda, "Allah Swt membentangkan tangannya pada malam hari.", untuk siapa? Bukan orang orang-orang yang shalih, akan tetapi untuk para pendosa: "…untuk memberi tobat kepada pelaku dosa di siang hari, dan membentangkan tangan-Nya pada siang hari untuk memberi tobat kepada pelaku dosa di malam hari." Sampai kapan? "…Hingga matahari terbit dari tempat terbenamnya (barat)."
Allah Swt yang Maha mengetahui tabiat dan kelemahan manusia telah berfirman dalam Kitab Suci-Nya (yang artinya): "Sesungguhnya Allah tidak akan membebankan seseorang di luar batas kemampuannya." (QS. Al-Baqarah: 286)
Tentang Nabi Adam AS Allah Swt (yang artinya):
"Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) Surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia (karena mengikuti bisikan Syetan). Kemudian Tuhannya memilihnya (sebagai hamba-Nya yang dekat kepada-Nya), maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk." (QS. Thâhâ: 121-122)
"Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah Swt menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah: 37)
Kalimat yang diterima oleh Nabi Adam dari Tuhannya, dan kemudian ia ucapkan itu adalah firman Allah Swt (yang artinya): "Keduanya berkata, 'Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi'." (QS. Al-A`râf: 23). Ketika ia berdoa dengan kalimat di atas, Allah Swt memberi tobat dan menganugerahkan hidayah kepadanya.
Tetapi lain halnya dengan Iblis. Ia tidak mengucapkan kalimat itu, padahal ia dengan Adam sama-sama berdosa. Dosa Iblis adalah tidak mau bersujud kepada Adam, dan dosa Adam adalah memakan buah pohon yang terlarang. Kedua dosa ini yaitu "meninggalkan perintah" yang dilakukan oleh Iblis ketika diperintah untuk bersujud, dan "mengerjakan larangan" yang dilakukan oleh Adam ketika dilarang memakan buah itu—merupakan asas seluruh dosa di dunia ini. Karena seluruh maksiat atau dosa berbentuk "mengerjakan larangan" atau "meninggalkan perintah". Akibat kedua dosa itu, Allah Swt berfirman kepada Adam dan Iblis (yang artinya): "Allah Swt berfirman (yang artinya): 'Turunlah kalian berdua dari Surga bersama-sama, sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku, lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka'." (QS. Thâhâ: 123).
Iblis tidak mau bertobat, tetapi malah meminta diberi tenggang waktu agar bisa menyesatkan anak Adam, sebagaimana tercantum dalam firman Allah (yang artinya): "Iblis berkata: 'Wahai Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan'." [QS. Shâd: 79]. Allah Swt pun mengabulkan permintaannya itu. "Allah berfirman (yang artinya): 'Sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang diberi tangguh." [QS. Shâd: 80]
Sementara Adam, ia bersimpuh memohon ampun bersama istrinya, sebagaimana tercantum dalam firman Allah Swt (yang artinya): "Keduanya berkata: 'Wahai Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi'." (QS. Al-A`râf: 23). Ketika ia dan istrinya mengucapkan kalimat yang ia terima dari Allah itu, Allah Swt pun mengampuninya. Allah Swt berfirman (yang artinya): "Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia (karena mengikuti bisikan Syetan). Kemudian Tuhannya memilihnya (sebagai hamba-Nya yang dekat kepada-Nya), maka Dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk." (QS. Thâhâ: 121-122)
Allah Swt berfirman kepada Adam dan seluruh manusia (yang artinya): "Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa seluruhnya, sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Kembalilah kepada Tuhan kalian dan berserahdirilah kepada-Nya…" (QS. Az-Zumar: 53-54)
Luasnya Ampunan Allah Swt
Allah Swt berfirman (yang artinya): "Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia akan mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nisâ': 110). Ini adalah firman Allah Swt, wahai saudaraku. Tidak ada alasan untuk berputus asa. Tidak ada alasan untuk menyerah kepada tipu daya Syetan.
Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah Swt juga berfirman (yang artinya): "Wahai anak Adam, sesungguhnya selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, Aku akan mengampunimu atas semua dosamu, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, walaupun dosa-dosamu telah mencapai awan di langit, kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku niscaya Aku akan mgnampunimu atas segala dosa-dosamu, dan aku tidak peduli." (HR. At-Tirmidzi)
Ibnu Abi Hâtim meriwayatkan semuah kisah, bahwa suatu hari, seorang lelaki datang menghadap Nabi SAW. Karena demikian tua dan berumurnya, alis lelaki itu telah turun ke matanya. Ia lalu berkata, "Wahai Rasulullah, aku adalah seorang lelaki yang telah banyak berbuat khianat dan kejahatan. Tidak satu pun dosa kecil maupun dosa besar yang tidak pernah aku lakukan. Dosaku sangat banyak, sehingga kalau dibagikan kepada seluruh penduduk bumi ini niscaya akan mampu menghancurkan mereka." Mendengar itu, Nabi SAW bersabda kepadanya, "Apakah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa aku adalah rasul-Nya?" Lelaki itu menjawab, "Ya." Nabipun kembali bersabda, "Pergilah, sesungguhnya Allah telah memberimu kebaikan untuk setiap keburukan yang telah engkau lakukan." Laki-laki itu sangat heran. Bagaimana mungkin seluruh keburukannya berganti menjadi kebaikan. Ia berkata, "Bagaimana dengan berbagai pengkhianatan dan kejahatanku? Maksudnya adalah dosa-dosa besar yang ia bayangkan tidak mungkin akan diampuni. Nabi SAW menjawab, "Termasuk berbagai pengkhianatan dan kejahatanmu (berganti menjadi kebaikan)!" Lelaki itu pun berlalu sambil berucap, "Tidak ada Tuhan selain Allah, segala puji hanya bagi Allah Swt." (Tafsir Ibnu Katsir)
Hadits shahîh ini disebutkan oleh Ibnu Katsîr ketika menafsirkan firman Allah Swt (yang artinya): "Mereka itulah yang Allah ganti keburukan-keburukan mereka dengan kebaikan-kebaikan." (QS. Al-Furqân: 70)
Nabi SAW juga bersabda, "Sesungguhnya Allah Swt menerima tobat seorang hamba selama nafasnya belum sampai di tenggorokan." Nafas sampai di tenggorokan berarti ketika ruh telah sampai pada saat-saat berpisahnya dengan jasad, di mana tidak ada lagi kemungkinan untuk hidup. Tobat pada saat seperti ini sama seperti dengan tobat orang yang terpaksa. Apabila ruh telah sampai ditenggorokan dan nafas sudah mulai tersengal-sengal, ketika itu tobat tidak ada gunanya lagi, karena manusia telah melihat kematian. Akan tetapi sebelum itu terjadi, Allah Swt tetap menerima tobat dan mengampuni perbuatan maksiat para hambanya.
Cara Bertobat Dalam Islam, Saudaraku, tobat dalam Islam adalah perkara yang sangat mudah, tidak perlu harus ke pendeta sebagaimana dalam agama Kristen, tidak perlu harus menghadap syaikh tarekat sebagaimana dalam aliran sufi, tidak perlu juga pergi menemui seorang yang alim atau mendatangi tempat tertentu, tidak. Tobat dalam Islam hanyalah kesadaran hati dengan merasakan bahwa diri telah melenceng dari jalan yang lurus dan harus kembali kepada Allah Swt Dan itu bisa dilakukan oleh setiap orang, menyadarkan hatinya sambil berkata: Demi Allah, aku telah berdosa, aku memohon ampun dan bertobat kepada Allah Swt yang Maha Agung.
Setelah itu, kita hanya diperintahkan untuk menghadap kepada Allah Swt melalui jalan yang begitu singkat, dengan tiga cara:
Untuk perkara yang telah berlalu kita diperintahkan memperbaikinya dengan istighfâr (meminta ampun). Hal ini tidaklah sulit dilakukan. Apakah sulit bagi seseorang untuk sekedar beristigfar, sehingga kemudian Allah menggantikan keburukannya dengan kebaikan? Sama sekali tidak ada kesulitan dalam melakukannya.
Untuk perkara yang akan datang, kita diperintahkan memperbaikinya dengan memasang niat yang baik, yaitu berniat untuk hanya melakukan amal–amal yang baik di waktu mendatang. Apakah sekedar berniat seperti ini terasa sulit? Ironisnya, ada sebagian orang yang bahkan tidak ingin untuk sekedar berniat baik di dalam hati. Kalau Anda berkata kepadanya, "Apakah nanti mau berbuat baik?" Ia menjawab, "Tidak." Ia tidak ingin berbuat baik walaupun sekedar dalam niat.
Setelah memperbaiki perbuatan masa lalu dan masa yang akan datang, kini tersisa perkara yang ada sekarang. Masa sekarang adalah detik yang sedang Anda lalui saat ini. beberapa waktu lalu, ia adalah masa depan, tetapi beberapa saat setelah ini, ia akan berubah menjadi masa lalu. Dalam sebuah ungkapan disebutkan: "Masa lalu telah pergi, masa mendatang masih mistri, dan yang ada di tangan Anda hanyalah waktu yang Anda miliki saat ini."
Waktu yang sedang Anda jalani ini, manfaatkanlah ia dengan baik. Berusahalah mengisinya dengan melakukan perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian, Anda telah tergolong orang-orang bertobat yang Allah Swt terima tobat mereka, sehingga mereka berbahagia di dunia dan Akhirat.
Allah Gembira karena Tobat Hamba-Nya
Allah Swt sangat gembira melihat tobat hamba-Nya. Nabi SAW bersabda dalam sebuah hadits shahîh: "Sungguh Allah Swt lebih gembira melihat tobat hamba-Nya daripada kegembiraan seorang laki-laki di tengah padang pasir bersama hewan tunggangannya yang membawa semua perbekalan dan makanannya. Tiba-tiba hewan itu menghilang. Laki-laki itu berusaha mencarinya kesana kemari, namun tidak menemukannya, sehingga ia pun sadar bahwa ia akan mati. Ia pun menyerah pada kematian dan berbaring di bawah naungan sebuah pohon dengan rasa putus asa. Lalu Allah mengembalikan hewan tunggangan itu kepadanya. Ketika terbangun, ia melihat hewan miliknya berdiri di dekat kepalanya lengkap dengan semua makanan dan perbekalannya. Karena demikian gembiranya, ia pun salah berucap, 'Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu!'"
Ia sebenarnya ingin mengatakan: Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku dan aku adalah hamba-Mu! Namun ia salah ucap karena demikian gembiranya ketika itu. Bagaimana menurut Anda dahsyatnya kegembiraan yang dialami oleh laki-laki ini?! Apakah ada di dunia ini kegembiraan yang melebihi apa yang dirasakannya? Ibarat seseorang yang telah dihukum mati, lalu ia dibebaskan, seperti apakah kebahagiaan yang ia rasakan? Sudah pasti, bahwa kebahagiaan yang ia rasakan sangatlah dahsyat. Tetapi kegembiraan Allah Swt karena tobat hambanya jauh lebih besar daripada kegembiraan si laki-laki tadi karena kembalinya unta tunggangannya. Walaupun sebenarnya Allah Swt tidak membutuhkan ketaatan siapa pun, serta tidak akan pernah rugi oleh maksiat orang-orang yang mendurhakai-Nya. Karena Dia-lah yang justeru memenuhi kebutuhan para makhluk dan menjaga mereka dari bahaya.
Allah Swt berfirman menggambarkan orang-orang beriman (yang artinya): "Dan orang-orang yang telah mengerjakan dosa besar atau menzalimi diri mereka kemudian mengingat Allah." Yakni mengingat keagungan Allah, serta apa yang Allah persiapkan untuk para pelaku dosa besar dan kezaliman itu. ".kemudian mereka memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa mereka dan siapakah yang dapat memberi ampunan selain Allah Swt dan mereka tidak terus-menerus melakukan dosa yang mereka perbuat, sementara mereka mengetahui." (QS. Âli `Imrân: 135)
Apakah balasan bagi mereka yang telah melakukan dosa besar tapi kemudian memohon ampun kepada Allah? Allah Swt berfirman (yang artinya): "Balasan bagi mereka itu adalah ampunan dari Tuhan mereka dan Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan sungguh baik balasan bagi orang-orang yang beramal." (QS. Âli `Imrân: 136)
Para ulama Tafsir mengatakan: Betapa besar rahmat Allah! Mereka ini, apa yang telah mereka perbuat? Mereka melakukan maksiat dan dosa-dosa. Akan tetapi ketika mereka menggantinya dengan istighfâr dan tobat, Allah Swt menganugerahkan Surga untuk mereka, lalu menegaskan (yang artinya): "Dan sungguh baik balasan bagi orang-orang yang beramal." Allah Swt menjadikan perbuatan buruk mereka bagian dari nikmat, yaitu bagian dari amal yang membuat Allah ridha. Mengapa? Karena mereka menutup semua maksiat itu dengan tobat dan istighfar.
Akan tetapi saudaraku, malapetaka dahsyat yang tidak ada jalan selamat darinya adalah sikap terus-menerus melakukan dosa, menenggelamkan diri di dalam maksiat, dan tidak mau berhenti. Perilaku seperti ini merupakan bukti tidak adanya pengetahuan sekaligus pengagungan terhadap Allah Swt . Itu adalah tanda kosongnya diri dari iman, tanda keringnya hati dari ajaran Agama. Begitulah kondisi orang yang melakukan dosa-dosa besar dan terus-menerus tenggelam di dalamnya tanpa merasa bahwa ia berada di tengah dosa, dan tidak berupaya untuk ber-istighfâr. Oleh karena itu, Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman kepada penghuni Neraka (yang artinya): "Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar." [QS. Al-Wâqi`ah: 45-46]. Mereka tidak henti-hentinya melakukan dosa dan maksiat. Itulah sebabnya Allah membalas mereka dengan Neraka. Na'ûdzubillâhi min dzalik.
Segera Bertobat Tobat adalah sesuatu yang harus segera dilakukan. Harus dilakukan dari sekarang, tanpa ditunda dengan mengatakan, "Nanti kalau saya sudah tua". Padahal Anda tidak tahu apakah akan sampai berumur tua atau tidak. Jangan berkata, "Besok", atau bahkan, "Nanti setelah Isya." Sekarang juga, katakanlah: Aku memohon ampun dan bertobat kepada Allah yang Maha Agung.
Sebuah hadits diriwayatkan dari Al-Agharr Al-Muzani, bahwa Nabi SAW bersabda, "Wahai hamba-hamba Allah, bertobatlah kalian kepada Allah, karena sesungguhnya aku bertobat kepada Allah seratus kali dalam sehari." (HR. Muslim)
Nabi SAW ber-istighfar meminta ampun kepada Allah Swt seratus kali dalam sehari, padahal beliau adalah penghulu para ahli ibadah, memohon ampun tanpa ada dosa. Kalau beliau saja demikian, kenapa kita semua tidak ber-istighfâr dan bertobat kepada Allah Swt, Allah Swt berfirman (yang artinya): "Sesungguhnya tobat di sisi Allah hanyalah tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran ketidaktahuan lalu mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah tobatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Mahabijaksana." (QS. An-Nisâ': 17)
Apabila manusia segera bertobat setelah melakukan dosa tanpa menunda-nunda, juga tidak terus-menerus tenggelam di dalamnya, Allah Swt berfirman tentang mereka (yang artinya): "…Maka mereka itulah yang diterima Allah tobatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Mahabijaksana" (QS. An-Nisâ': 17)
Apabila seorang hamba menyertakan permohonan ampun dengan keikhlasan dan keyakinan, itulah yang mengundang datangnya rahmat AAllah Swt. Allah Swt berfirman (yang artinya): "Tuhan kalian telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwa barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kalian lantaran ketidaktahuan, kemudian ia bertobat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-An`âm: 54)
Rukun Tobat : Allah Swt berfirman (yang artinya): "Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, beramal shalih, dan kemudian tetap di jalan yang benar." (QS. Thaha: 82). Inilah empat perkara yang menjadi rukun tobat: 1) Bertobat. 2) beriman. 3) Melakukan amal Shalih. 4) Isitqamah di atas jalan yang lurus.
Allah Swt berfirman (yang artinya): "Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan semua perbuatan itu niscaya ia mendapat (pembalasan) dosa-(nya). Akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari Kiamat, dan ia akan kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal shalih; maka kejahatan mereka itu diganti oleh Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Swt Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Furqân: 68-70)
Sebuah hadits diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud Semoga Allah Swt meridhainya, bahwa seorang laki-laki pernah datang mengadu kepada Nabi SAW bahwa ia telah mencium seorang perempuan yang tidak halal baginya. Ketika lelaki itu mendatangi Nabi SAW seraya menceritakan hal itu, turunlah firman Allah Swt (yang artinya): "Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat." (QS. Hûd: 114). Kemudian laki-laki itu berkata, "Apakah ayat ini hanya untuk aku, wahai Rasulullah?" Nabi SAW menjawab, "Untuk seluruh umatku." (HR. Al-Bukhâri dan Muslim).
Tapi perhatikanlah, betapa lelaki itu memiliki perasaan yang sangat peka. Sebuah ciuman membuatnya datang mengadu kepada Nabi SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah, celakalah diriku." Nabi ketika itu bertanya, "Apa yang engkau inginkan?" Ia menjawab, "Laksanakanlah hukum had atasku!" Ia mengira bahwa Nabi SAW akan mengikatnya lalu merajamnya dengan batu karena satu ciuman yang ia lakukan itu.
Lihatlah sikap lelaki itu, ia tak mau diam karena melakukan maksiat itu. Ia tidak mau tenggelam dengan terus mengulangi dosa itu. Sebaliknya, ia ingin segera menyucikan dirinya, karena merasa telah berbuat dosa dan meyakini adanya bencana yang mengancam. Akhirnya, Allah Swt pun menurunkan ayat di atas untuk lelaki itu.
Ketika ayat itu turun, ia mengira bahwa itu adalah kemuliaan yang khusus untuk dirinya sendiri. Ia bertanya, "Apakah ayat ini hanya untuk aku, wahai Rasulullah?" Tapi ternyata Nabi SAW menjawab, "Untuk seluruh umatku." (HR. Al-Bukhâri dan Muslim)
Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang berwuduk dan menyempurnakan wuduknya, lalu ia shalat dua atau empat rakaat dengan menyempurnakan rukuk dan sujudnya, kemudian ia meminta ampun kepada Allah, niscaya Allah akan mengampuninya." (HR. Ath-Thabrâni). Shalat ini dinamakan dengan shalat Tobat.