Hukum Bertasharruf Harta Haram yang Sudah Ditaubati, Pertanyan: Assalamu'alaikum. Seseorang mau bertaubat, sedangkan ia mantan perampok, syarat-syarat taubat yang berkaitan dengan hak adami, misal harta orang lain yang sudah dirampok harus dikembalikan lagi kepada pemiliknya, sedangkan pemilknya sudah mati alias wafat, dan ahli warisnya pun tidak ada, maka dalam kasus ini bagimanakah tindakan untuk si mantan perampok, jika ia mau bertaubat ? monggo.? Barokallohu lii wa lakum.
Jawaban :
Wa alaikumus salaam warohmatulloh, harta tersebut boleh disalurkan kepada kemaslahatan umum muslimin seperti pembangunan jalan dan jembatan, pondok pesantren atau masjid dll. Dijelaskan dalam kitab majmu' sbb ini :
Imam Al-Ghozali berkata : " Jika seseorang memiliki harta yang haram dan ingin bertaubat maka jika pemilik harta tersebut masih hidup, wajib mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya atau wakilnya, dan jika pemiliknya sudah meninggal dunia diberikan kepada ahli warisnya, dan jika tidak diketahui pemiliknya, maka harta tersebut hendaknya dibelanjakan untuk kemaslahatan kaum muslimin yang bersifat umum, semisal untuk membangun jembatan, pesantren, masjid dan perbaikan jalan semisal Makkah dan semisanya dari hal-hal yang orang muslim bersekutu di dalamnya, jika tidak maka di sedekahkan kepada fakir miskin".
Seseorang yang memiliki harta haram dan ingin bertaubat, maka jika pemilik harta tersebut masih hidup, wajib mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya atau wakilnya. Apabila pemiliknya sudah meninggal dunia, maka diberikan kepada ahli warisnya. Jika tidak diketahui pemiliknya, maka harta tersebut wajib diserahkan kepada qadhi (baitul maal) yang adil untuk dibelanjakan untuk kemaslahatan kaum muslimin yang bersifat umum yang dibolehkan syar’i, seperti membangun mesjid atau lainnya, bila tidak ada kebutuhan maslahah umum maka di serahkan kepada faqir miskin. Namun jika qadhi tersebut bukan orang yang adil maka dengan menyerahkan kepada seorang alim dan adil yang ada di daerah tersebut. Apabila juga tidak mungkin, maka langsung di tasharuf sendiri kepada maslahah umum.
Bila di serahkan kepada faqir miskin maka si faqir tersebut halal menggunakan harta tersebut serta tidak di katakan ia telah memakai harta haram.Syarat shadaqah dan tabaru’ lainnya adalah harus harta milik sendiri. Maka karena harta haram tidak menjadi milik yang sah, maka shadaqah dengan harta haram juga tidak sah.Sedangkan menerimanya bila kita telah meyakini bahwa harta yang ia berikan kepada kita berasal dari hasil usaha haram maka haram bagi kita menerimanya. Sedangkan bila tidak bisa dipastikan bahwa harta yang di berikan berasal dari harta haram di karenakan ia juga memiliki usaha yang halal, maka boleh menerimanya namun yang wara` adalah jangan menerimanya.
Semoga dapat bermaanfaat, Referensi sebagai berikut ini ;
Ajaran Islam dengan tegas melarang kita untuk memakan harta hasil korupsi. “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi.. “ (QS al-Baqarah ayat 168). Korupsi masih menjadi penyakit moral di negeri ini. Praktik kejahatan luar biasa ini tidak hanya dilakukan kalangan menteri dan pejabat negara. Tidak sedikit pengusaha, pegawai hingga kaum cendekiawan yang terjerat dari perilaku tak terpuji itu. Di dalam Islam, korupsi termasuk perbuatan yang diharamkan.
Alquran dengan tegas melarang kita untuk memakan harta dengan jalan yang batil. "Dan janganlah (sebagian) kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui." (QS al-Baqarah[2]: 188).
Meski demikian, adakalanya seorang pelaku tindak pidana korupsi diberi kesempatan kedua setelah melewati masa hukumannya. Dia pun ingin bertobat ke jalan yang benar dan memutihkan harta kekayaan yang diperolehnya lewat perilaku korupsi. Dia sadar jika hanya harta halal yang mampu menyelamatkannya dari neraka.
Meski kebanyakan pelaku tindak pidana korupsi diwajibkan untuk membayar uang kerugian negara sesuai kejahatan yang dilakukan, hanya dia sendiri yang mengetahui mana harta yang benar-benar dikategorikan sebagai harta halal setelah adanya praktik tersebut.
"Alquran dengan tegas melarang kita untuk memakan harta dengan jalan yang batil".
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS al-Baqarah ayat 168).
Imam Al Ghazali dalam Rahasia Halal-Haram (Al Halal wa Al Haram) mengungkapkan, ada dua kondisi harta seseorang yang bercampur dengan harta haram. Pertama, jumlah barang yang haram diketahui. Semisal jika setengah dari hartanya haram maka dia harus memisahkan setengah hartanya. Caranya yakni menurut apa yang diyakini dan dugaan yang kuat.
Al Ghazali berpendapat, dua cara tersebut dikemukakan para ulama terkait dengan keraguan dalam jumlah rakaat shalat. Dalam shalat ketika terlupa maka seseorang hanya dibolehkan mengambil jumlah rakaat yang diyakini. Sebab, yang pokok adalah melaksanakan tanggungan lalu menempuh istishhab nggapan tetapnya sifat yang ada dan diketahui sebelumnya sampai ada bukti yang mengubahnya.
Meski demikian, tidak mungkin dikatakan jika harta pokok orang tersebut merupakan harta yang haram. Karena itu, ia boleh mengambil menurut dugaan kuat sebagai ijtihad.
"Jika orang tersebut ingin bersifat wara’, maka dia hanya menyisakan kadar yang diyakini kehalalannya dari harta yang telah bercampur".
Pertama, harta haram itu merupakan kepunyaan seseorang sehingga wajib diserahkan kepadanya atau kepada pemiliknya. Kedua, harta haram itu dimiliki seseorang yang tidak diketahui. Tidak pula diketahui apakah sudah meninggal atau belum serta apakah ada ahli warisnya. Dalam hal ini tidak mungkin dikembalikan kepada pemiliknya.
Akan tetapi, hendaknya ditangguhkan hingga persoalan menjadi jelas. Terkadang, harta tersebut tidak mungkin dikembalikan karena pemiliknya banyak. Contoh harta rampasan perang yang dicuri. Dalam hal ini, Al Ghazali menyarankan untuk menyedekahkan harta tersebut.
Terakhir, harta tersebut merupakan harta negara yang tidak bergerak. Karena itu, harta itu hendaknya digunakan untuk membangun jembatan, masjid, hingga fasilitas publik seperti jalan sehingga dapat bermanfaat bagi kaum Muslimin.
Bagaimana cara bertaubat dari harta haram, penting diketahui dan dikaji oleh setiap muslim dan muslimah, terutama kita yang hidup di akhir zaman ini. Sebab, hidup di akhir zaman sangat jarang manusia bisa selamat dari tersentuh harta yang haram alias tidak halal untuk digunakan.
Sebelumnya, maksud harta haram di sini adalah harta yang didapatkan dari transaksi yang tidak dibenarkan oleh Syari’at Islam. Sehingga, harta yang didapatkan tersebut haram untuk digunakan.
Status keharaman harta tipe ini bukan ‘dzati’ alias haram secara dzat atau materi hartanya, tapi ‘aridhi’ alias mendatang, akibat dari cara mendapatkannya yang tidak dibenarkan oleh syari’at. Misal harta haram tipe ini adalah harta hasil curian, rampasan, tipu menipu, korupsi, dan semacamnya.
Nah, bagaimana cara bertaubat dari harta haram ini? As Sayyid Abdurrahman Ba ‘Alawi dalam kitab Bughyah Al Mustarsyidin menjelaskan, mengutip fatwa Al Imam Al Habib Abdullah bin Husein bin Abdullah Bal Faqih dan Al Allamah As Syeikh Muhammad bin Abi Bakr Al Asykhar Al Yamani yang artinya sebagai berikut ini;
Ada harta haram atau hasil kezaliman pada diri seseorang dan ia ingin bertaubat darinya, maka jalannya adalah dengan mengembalikan semua harta tersebut kepada pemiliknya dengan segera. Bila ia tidak kenal siapa pemiliknya, dan ia masih berharap bisa mengenalinya, maka wajib untuk berusaha mencari tahu siapa pemiliknya dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Dan mengenalkan padanya hukumnya sunnah. Dan (bila belum menemukan pemiliknya) berniat untuk mengembalikan harta tersebut kapan pun bertemu pemiliknya ataupun ahli warisnya. Dan (sebelum menemukan pemiliknya atau ahli warisnya) tidak berdosa menahan harta tersebut bila tidak menemukan seorang hakim yang terpercaya sebagaimana umumnya terjadi di zaman ini.
Al Imam Al Ghazali dalam Minhaj Al ‘Abidin memberikan solusi berikut: Bahwa dosa yang terjadi antar sesama hamba Allah terkadang pada masalah harta. Maka wajib mengembalikan harta tersebut ketika mungkin. Bila tidak mungkin, misal karena kondisi fakir, maka wajib meminta halal. Bila tidak bisa meminta halal karena ketiadaan pemiliknya atau ia telah wafat, dan memungkinkan baginya untuk bersedekah (dengan atas nama pemilik harta tersebut), maka hendaklah ia melakukannya. Bila tidak mampu juga, maka hendaklah ia memperbanyak berbuat kebaikan dan menyerahkan urusannya kepada Allah dan merendahkan diri kepadaNya berharap Allah Swt membuat pemiliknya merelakannya di hari kiamat kelak.
Dan bila tidak bisa diharapkan mengenal pemiliknya, dengan -misalnya- keberadaan pemiliknya jauh (dan tidak bisa ditemukan), maka jadilah harta tersebut termasuk harta Baitul Mal (kas kaum Muslimin). Sebagaimana harta titipan dan harta rampasan yang tidak bisa diharapkan lagi mengenali siapa pemiliknya, dan harta peninggalan orang yang tidak dikenal siapa pewarisnya. Dalam kondisi seperti itu, maka harta digunakan untuk kepentingan kemaslahatan kaum Muslimin sesuai prioritasnya, mana yang lebih penting, seperti untuk membina masjid sekira tidak ada keperluan yang lebih umum dari itu. Bila orang, yang harta tersebut di bawah tanggungjawabnya, dalam kondisi fakir, maka ia boleh mengambil sekedar keperluannya, dan keperluan tanggungannya yang juga fakir. Ini sebagaimana dijelaskan dalam kitab At Tuhfah dan lainnya.
Dari penjelasan beberapa ulama diatas kita simpulkan bahwa bila seseorang ingin bertaubat dari harta yang didapatkan secara haram, maka cara bertaubatnya adalah berusaha mengembalikannya dengan bersungguh sungguh mencari pemiliknya. Bila ternyata pemiliknya sudah wafat, maka serahkan kepada ahli warisnya. Ini bila hartanya masih ada.
Bila hartanya sudah tidak ada alias sudah terlanjur habis digunakan, maka yang dikembalikan adalah nilainya atau bila tidak mampu mengakui dan meminta maaf atasnya.
Harta haram tidak boleh langsung disedekahkan selama pemiliknya masih mungkin untuk ditemukan. Hal ini sebagaimana jawaban Syekh Ibn Hajar yang dimuat dalam kitab kompilasi fatwa fatwanya yang berjudul Al Fatawa Al Kubra:
Syekh Ibn Hajar ditanya tentang harta rampasan yang jelas tidak tidak diketahuisiapa pemiliknya, apakah haram ataukah syubhat? Apakah menggunakannya, sebagaimana harta temuan, ataukah seperti selain harta temuan? Maka beliau -rahimahullah- menjawab dengan katanya: Tidak halal menggunakannya selama pemiliknya masih diharapkan adanya.
Namun, bila sudah tidak mungkin lagi menemukan pemiliknya atau tidak ada ahli warisnya, hendaklah harta tersebut atau nilainya diserahkan ke Baitul Mal atau disedekahkan kepada fakir miskin atas nama pemilik harta. Dan bila hartanya sudah tidak ada dan tidak punya harta untuk mengganti nilainya, maka hendaklah memperbanyak berbuat kebaikan, seraya memasrahkan urusannya kepada Allah Swt
6 (Enam) Nasihat Imam Al-Ghazali, mengatasi sifat sombong, Seorang mukmin sudah seharusnya membenamkan sifat sombong dan angkuh. Haritsah bin Wahb berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Maukah kalian aku beri tahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang kasar, rakus, dan sombong." (HR Bukhari dan Muslim). Hadis ini menjelaskan tentang bahayanya sifat sombong. Kesombongan merugikan pelakunya di dunia dan juga di akhirat kelak. Tiga perilaku buruk tersebut akan membawa manusia menjadi penghuni neraka.
Kesombongan hanya akan membawa kita pada kehancuran. Kita harus belajar dari kisah iblis. Iblis itu hebat. Namun, dia sombong dan angkuh; merasa diri lebih baik dari nabi Adam AS. Akhirnya, dia diusir dari surga-Nya Allah. Allah SWT berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina." (QS al-A’raf: 13).
Apabila kita diberikan kekayaan, misalnya, terkadang kita juga merasa hebat dari orang yang tak punya. Padahal, kekayaan dan kemiskinan sejatinya hanyalah ujian dari Allah untuk manusia, untuk melihat seberapa baik orang kaya dan seberapa sabar orang miskin. Oleh sebab itu, sungguh tak elok jika kita melukai hati manusia lain dengan kekayaan dan jabatan yang sejatinya adalah titipan. Rasulullah SAW bersabda: “Cukuplah seseorang dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya yang Muslim.” (HR Muslim).
Seorang mukmin sudah seharusnya membenamkan sifat sombong dan angkuh. Kita harus merendahkan hati agar tak dibenci Allah Swt yang Mahasuci. Untuk mengatasi kesombongan dan keangkuhan, Imam al-Ghazali menyampaikan enam nasihat. Pertama, jika berjumpa dengan anak-anak, anggaplah bahwa anak-anak tersebut lebih mulia daripada kita karena mereka belum banyak melakukan dosa. Kedua, apabila bertemu dengan orang tua, anggaplah ia lebih mulia daripada kita karena dia sudah lama beribadah.
Ketiga, jika berjumpa dengan orang alim, anggaplah dia lebih mulia daripada kita karena mereka telah mempelajari dan mengetahui banyak ilmu. Keempat, jika melihat orang bodoh, anggaplah mereka lebih mulia daripada kita karena mereka melakukan dosa dalam kebodohan, sedangkan kita melakukan dosa dalam keadaan mengetahui. Kelima, apabila melihat orang jahat, jangan anggap kita lebih mulia karena mungkin suatu hari nanti dia akan bertobat atas kesalahannya. Keenam, apabila bertemu dengan orang kafir, katakan di dalam hati bahwa mungkin suatu hari nanti mereka akan mendapatkan hidayah dan memeluk Islam sehingga segala dosa mereka akan diampuni oleh Allah Swt.
Nasihat Imam al-Ghazali mengajarkan kita agar rendah hati dan tidak merasa lebih baik daripada orang lain. Orang mukmin adalah mereka yang selalu rendah hati dan menghargai manusia lainnya. Allah SWT berfirman: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS al-Furqan:63).
Dosa kepada sesama manusia itu lebih berat dari pada dosa kepada Allah Swt. Allah Swt Maha Pemaaf sehingga dosa kita sangat mudah dihapuskan asalkan kita senantiasa beristighfar dan bertaubat. Namun, dosa atau kesalahan terhadap sesama manusia belum tentu semudah menghapus dosa kepada Allah Swt, karena manusia tidak sepemaaf Allah Swt. Mungkin dari kita masih banyak nih masih ngeremehin dosa sesama manusia, padahal dosanya jauh lebih berat.
"Barangsiapa yang mempunyai kedzaliman kepada saudaranya mengenai hartanya atau kehormatannya, maka diminta dihalalkanlah kepadanya dari dosanya itu sebelum datang hari dimana nanti tidak ada dinar dan dirham (hari kiamat), dimana akan diambil dari pahala amal kebaikannya untuk membayarnya. Kalau sudah tak ada lagi amal kebaikannya, maka diambil dari dosa orang yang teraniaya itu, lalu dipikulkan kepada orang yang menganiaya itu." (HR. Bukhari).
Dosa-dosa yang berhubungan dengan manusia. Dosa seperti ini yang paling sulit dan paling menyusahkan. Seperti mencuri harta orang lain, membunuh orang lain, menuduh orang lain berzina, memfitnah orang lain, dan mendzalimi orang lain.
Dosa-dosa yang berkaitan dengan manusia tidak cukup hanya sekedar bertaubat kepada Allah Swt, tetapi juga mesti meminta maaf dan keikhlasan dari orang yang pernah tersakiti. Maka dari itu, jangan biasakan menyakiti hati orang lain, karena proses pertaubatannya pun sangat susah. Begitu pula yang berkaitan dengan urusan harta benda, tidak cukup dengan sekedar bertaubat. Tapi mesti mengembalikan harta yang pernah dicuri atau dihutang. Kalaupun tidak mampu untuk mengembalikan, maka akuilah perbuatan itu kepada orang yang bersangkutan dan mintailah maaf dan keikhlasannya.
Kekhilafan diantara sesama manusia hanya akan terbebas setelah dapat saling memaafkan diantara mereka. Inilah otoritas Allah swt yang diberikan kepada manusia. Allah sendiri tidak akan memaafkan seseorang atas kesalahan yang pernah diperbuatnya dengan sesama manusia, sebelum di antara mereka dapat saling memaafkan. Namun demikian, sangat mulia jika kita menjadi manusia yang pemaaf. "Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada, tidaklah kamu ingin diampuni oleh Allah Swt?" (QS. An-Nur : 22)
"Jika kamu memaafkan, melapangkan dada serta melindungi, maka sesungguhnya Allah Swt Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Taqhabun : 14).
Semoga Bermanfaat, semoga jikka kita memiliki dos /kesalahan kepada sesama manusia segera minta maaf, minta halal dan bertobat kepada Allah Swt. Aamin ya robbal 'alamin.
Meminta pada Allah Swt harta yang halal, Kita diperintahkan untuk memakan yang halal dan menjauhi yang haram. Sebagaimana dalam doa yang diajarkan oleh Nabi SAW sebagai berikut ini ; “Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.” (HR. Tirmidzi).
Berkahnya harta yang halal, Dan ingat rezeki yang halal walau sedikit itu pasti lebih berkah. Abul
‘Abbas Ahmad bin ‘Abdul Halim bin Taimiyyah Al-Harrani (661-728 H) rahimahullah pernah berkata
“Sedikit dari yang halal itu lebih bawa berkah di dalamnya. Sedangkan yang haram
yang jumlahnya banyak hanya cepat hilang dan Allah Swt akan menghancurkannya.”
Dalam mencari rezeki, kebanyakan kita mencarinya asalkan dapat, namun
tidak peduli halal dan haramnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jauh-jauh
hari sudah mengatakan,
“Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau yang haram.” (HR.Bukhari no. 2083, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).
Kesimpulannya dalam mencari harta, manusia ada dua keadaan: (1) ada yang menjadi budak dunia, (2) ada yang kurang mendalami halal dan haram.
Pertama, ada yang jadi budak dunia. Pokoknya dunia diperoleh tanpa pernah peduli aturan. Inilah mereka yang disebut dalam hadits,
“Celakalah wahai budak dinar, dirham, qothifah (pakaian yang memiliki beludru), khomishoh (pakaian berwarna hitam dan ada bintik-bintik merah). Jika ia diberi, maka ia rida. Jika ia tidak diberi, maka ia tidak rida.” (HR. Bukhari).
Lantas Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
“Inilah yang namanya budak harta-harta tadi. Jika ia memintanya dari Allah Swt dan Allah Swt memberinya, ia pun rida. Namun ketika Allah tidak memberinya, ia pun murka. ‘Abdullah (hamba Allah) adalah orang yang rida terhadap apa yang Allah Swt ridai, dan ia murka terhadap apa yang Allah Swt murkai, cinta terhadap apa yang Allah Swtdan Rasul-nya cintai serta benci terhadap apa yang Allah dan Rasul-Nya benci.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 10:190).
Artikel berlanjut pada postingan berikutnya, semoga diberikan kelonggaran waktu, dan bermanfaat bagi semuanya. Semoga kita diberikan kekuatan oleh Allah Swt untuk menjauhi datau meng-blokir dari pendapatan yang haram dan meminta kepada Allah Swt harta yang halal, Aamin ya robbal 'alamin.
Cara Bertobat Memohon Ampunan dari Dosa Zina, Hukuman bagi penzina sangat berat ini karena perbuatan tersebut tidak terpuji dan dosa besar. Hukum Islam juga menegaskan pelakunya dicambuk atau dirajam bila ada empat saksi yang dapat dipercaya. Namun dosa si pezina tidak akan diampuni oleh Allah Swt sebelum ia bertobat dengan sungguh-sungguh dan menyesali perbuatannya. Dosa zina dapat dilakukan melalui hati, mata, lisan, pendengaran, pemikiran, dan perbuatan. Artinya setiap manusia pasti memiliki dosa, baik yang disadari ataupun tidak.
Beberapa cara bertobat dari perbuatan zina sebagai berikut ini ;
1. Meyakini Allah Swt Maha Penerima Tobat
Seseorang yang berdosa, saat ingin bertobat, dia harus yakin bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala adalah Maha Pengampun dan Penerima Tobat. Dalam sebuah hadits Qudsi disebutkan, "Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian telah melakukan banyak dosa di siang hari dan malam hari. Sementara Aku, Aku Maha Memberi Taubat, mintalah ampunan kepada-Ku, Aku akan Mengampuni dosa-dosa kalian." (HR. Bukhari).
"Allah Swt, setiap malam di sepertiga malam terakhir, Allah turun ke dunia, kemudian Dia berfirman, "Mana hamba-hamba-Ku yang ingin berdoa, Aku akan kabulkan doanya. Mana hamba-hamba-Ku yang ingin meminta, Aku akan penuhi permintaannya. Mana hamba-hamba-Ku yang ingin meminta ampunan, yang ingin bertaubat, Aku akan ampuni dia." (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Optimistis
Dosa-dosa yang telah lalu pasti diampuni oleh Allah Swt manakala dia bertobat dengan sungguh-sungguh, tulus dan jujur.Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam bersabda, "Seseorang yang bertobat dari dosa-dosa yang telah dia lakukan, itu sama saja seperti orang yang tidak pernah melakukan dosa " (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi, dishahihkan oleh Al-Albani).
3. Yakinlah Allah Swt akan mengganti dengan kebaikan
Allah Swt akan menggantinya dengan kebaikan, akan menggantikannya dengan pahala yang berlipat ganda; dengan syarat dia jujur dalam taubatnya. Dia ingin berhijrah dengan benar, beriman dengan benar, menyesali perbuatannya, kemudian dia buktikan ketulusan taubatnya tersebut dengan amal salih.
Hal ini terdapat pada Al-Quran Surat Al-Furqon (25) : 68-70-68. "dan orang - orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang Diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barangsiapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat,"
Al-Quran Surat Al-Furqon ayat ke 69. "(yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,"
Al-Quran Surat Al-Furqon ayat ke 70. "kecuali orang - orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka Diganti Allah dengan kebaikan.Allah Swt Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Amalan Penghapus Dosa Kecil dan Besar yang Diampuni Allah Swt, Sejumlah amalan penghapus dosa yang bisa kamu lakukan sehari-hari agar Allah Swt. mengampuni segala bentuk kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya. Setiap manusia di muka bumi pastinya tidak pernah luput dari kesalahan. Segala kesalahan yang dilakukan umat Islam di dunia tersebut baik dengan sengaja maupun tidak sengaja.
Meskipun demikian, Allah Swt. tetap mengampuni dosa-dosa yang pernah dilakukan manusia melalui sejumlah amalan. Amalan penghapus dosa adalah melakukan hal kebaikan untuk menebus setiap kesalahan dan dosa yang pernah dilakukan. Dengan melakukan amalan tersebut maka Allah Swt. akan menghapus dosa kecil maupun besar. Allah Swt akan mengampuni dan menerima amalan tersebut jika dilakukan dengan sungguh-sungguh.
1. Bertobat
Bertobat Kepada Allah Swt adalah amalan penghapus dosa besar yang bisa kamu lakukan untuk meminta ampunan pada Allah Swt. Hal ini sesuai firman Allah di surat Az Zumar ayat 53, sebagai berikut ini;
“Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
2. Berbuat Amal Kebaikan
Berbuat amal kebaikan dalam kegiatan sehari-hari bisa menjadi ladang pahala sekaligus penghapus dosa di masa lalu. Ada banyak amalan yang bisa kamu lakukan seperti menjauhi larangan Allah Swt. dan berbuat baik pada sesama.
3. Sabar
Salah satu amalan yang bisa menghapus dosa besar adalah bersabar ketika mendapat cobaan. Sabar saat menerima cobaan seperti sakit hingga kehilangan seseorang karena meninggal bisa menjadi jalan untuk menghapus dosa-dosa yang pernah dilakukan. Hal tersebut berdasarkan sabda Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan Bukhari-Muslim.
“Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang), kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.”
4. Bersedekah
Bersedekah merupakan amalan untuk menghapus dosa yang pernah diperbuat baik sengaja atau tak sengaja. Jadi, bersedekahlah supaya Allah Swt. menerima dan mengampuni dosa-dosa tersebut. Salah satunya adalah menyisihkan sebagian rezeki untuk diberikan pada orang lain yang membutuhkannya.
5. Menjaga Wudu
Dosa masa lalu dapat Allah Swt. hapus dengan amalan yang cukup mudah. Amalan tersebut adalah menjaga wudu yang rupanya bisa menghapus dosa besar. Hal ini sesuai dengan hadis Muslim dan Nasa'i.
“Barang siapa yang berwuhu seperti wuduku ini, maka dosa-dosanya yang terdahulu akan diampuni. Sedangkan salatnya, jalannya menuju masjid adalah amalan tambahan.”
6. Salat
Salat adalah tiang agama bagi umat Islam. Nah, menunaikan salat lima waktu merupakan amalan untuk menghapus segala dosa. Salat lima waktu sehari semalam ibarat seseorang yang di depannya mengalir sungai dan dia mandi sebanyak lima kali sehari. Artinya, tidak ada kotoran yang tersisa padanya. Jadi, jangan lupa salat agar Allah mengampuni segala dosa yang pernah kamu perbuat, ya!
7. Puasa
Selain puasa Ramadan, kamu juga bisa melakukan amalan lain sebagai penebus dosa. Beberapa di antaranya adalah puasa Arafah dan Asyura yang juga merupakan ladang amal penghapus dosa. Lagi pula, puasa Asyura dapat menghapus dosa tahun lalu. Adapun puasa Arafah dapat menghapus dosa 2 tahun yakni tahun lalu dan tahun yang akan datang.
8. Menjaga Tauhid
Menjaga tauhid merupakan salah satu yang harus dilakukan oleh umat Islam sebagai sarana penebus dosa besar. HR at-Tirmidzi menjelaskan bahwa seseorang yang mentauhidkan Allah, sekalipun datang dengan membawa sepenuh bumi dosa, akan dibawakan sepenuh bumi pula ampunan.
9. Membaca Istighfar
Membaca istighfar tidaklah sulit dan berat, namun bisa menjadi jalan penghapus dosa. Memohon ampun kepada Allah Swt. dengan beristighfar merupakan jalan terbaik. Namun, lakukanlah dengan sepenuh hati agar Allah menerima amalan tersebut. Kamu bisa melakukannya di setiap aktivitas atau usai salat.
10. Menjabat Tangan
Tahukah kamu kalau menjabat tangan bisa menggugurkan dosa, Rupanya, menjabat tangan adalah salah satu sunnah Nabi Muhammad saw. “Tidaklah dua Muslim itu bertemu lantas berjabat tangan melainkan akan diampuni dosa di antara keduanya sebelum berpisah.” (HR Abu Dawud).
11. Salat Jumat
Salat Jumat merupakan hal wajib bagi laki-laki muslim. Selain mendapat pahala, ternyata salat jumat dapat menghapus segala dosa. Jadi, laksanakan salat Jumat dan berdoalah supaya dosa yang pernah kamu lakukan diampuni Allah.
12. Zikir
Zikir adalah amalan penghapus dosa sebanyak buih di lautan. Hal ini menurut hadis riwayat Bukhari bahwa zikir dapat kamu baca untuk meleburkan dosa-dosa.
“Barang siapa yang berkata subhanallah wa bihamdihi (Maha Suci Allah dan dengan segala pujian bagi-Nya), sebanyak 100 kali maka akan dihapus dosa-dosanya sekalipun sebanyak buih lautan.”
13. Berselawat
Amalan untuk menghapus dosa-dosa manusia adalah berselawat nabi. Hal ini sesuai hadis Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu.
"Barangsiapa yang bershalawat atasku satu shalawat maka niscaya Allah bershalawat atasnya sepuluh shalawat, dihapuskan darinya 10 dosa dan diangkatkan untuknya 10 tingkatan." (HR an Nasai dan dishahihkan oleh al-Albani).
Cara sholat taubat untuk memohon ampun dari dosa besar dan kecil. Anda perlu istighfar kepada Allah Swt. Hadist yang menganjurkan pelaksanaan sholat taubat ini adalah hadist riwayat Imam at Tirmidzi dari sahabat Ali bin Abi Thalib, dari sahabat Abu Bakar As-Shidiq bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang mempunyai arti: “Tidaklah seorang berbuat dosa lalu ia beranjak bersuci, melakukan shalat kemudian beristighfar meminta ampun kepada ALLAH kecuali ALLAH mengampuninya.”
Mari membahas tata cara sholat taubat nasuha yang benar, sesuai dengan ajaran syariat agama Islam adalah dikerjakan sebanyak 2 rakaat, diawali dengan niat, dan diakhiri dengan salam. Sholat taubat nasuha sendiri adalah sholat sunnah yang dilakukan dalam rangka memenohon ampunan dari segala dosa yang telah diperbuat kepada Allah SWT. Serta berjanji tidak akan mengulangi kesalahan tersebut. Berikut tata cara melaksanakan sholat taubat yang benar melansir dari buku terjemahan Kitab Fathu Qorib karya Muhamad Saiful Anwar:
1. Takbiratul ihram dengan membaca niat dalam hati
“Usholli sunnatat taubati rok’ataini lillahi ta’ala” Artinya: “aku berniat melakukan sholat sunnah taubat dua rakaat karena Allah Swt”
2. Membaca doa iftitah. Berikut doanya:
“Allahu akbar, kabirau walhamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukrotaw washila. inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal arha hanifam muslimaw wa ma ana minal musyrikin. inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil alamin la syarika lahu wa bidzalika umirtu wa ana minal muslimin.”
Artinya, “"Allah maha besar, maha sempurna kebesaran-Nya. Segala puji bagi Allah, pujian yang sebanyak-banyaknya. Dan maha suci Allah sepanjang pagi dan petang. Kuhadapkan wajahku kepada Dzat yang mencipta langit dan bumi dalam keadaan lurus dan pasrah. Dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan Allah. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata hanya untuk Allah Tuhan Semua Alam, tiada sekutu bagi-Nya. dan begitulah aku diperintahkan dan aku dari golongan orang muslim.”
3. Membaca surat Al Fatihah
4. Membaca surat-surat pendek yang ada di Al-Quran, seprti surat An-Nas, Al Ikhlas, dan Al Falaq.
5. Lalu rukuk dan membaca doa rukuk. “Subhaana rabbiyal ‘adzhiimi Wa Bi Hamdih.” Artinya, “maha suci Allah Rabbku Yang Maha Agung dan pujian untuk-NYA.”
6. I’tidal lalu membaca doa I’tidal.
“Rabbanaaa lakal hamdu mil-ussamaawaati wa mil-ul-ardhi wa mil-u maa syik-ta min syai-im ba’du”
Artinya: “Ya Allah Tuhan Kami, Bagi-Mu lah Segala Puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu”.
7. Sujud dan membaca doa sujud
“Subhana Robbiyal A’laa Wa Bi Hamdih” Artinya, “Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi dan pujian untuk-NYA.”
Beberapa manfaat berkurban saat Idul Adha. Dalam sebuah riwayat disebutkan, kurban dapat menghapus dosa yang telah lalu. Istilah kurban berasal dari bahasa Arab Udh-hiyah yang artinya hewan ternak yang disembelih pada hari Idul Adha dan hari Tasyriq dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu Juz 4, Prof Wahbah Az Zuhaili mengatakan, ibadah kurban disyariatkan pada tahun ketiga Hijrah, bersamaan dengan zakat dan salat hari raya. Perintah kurban ini tertuang dalam surat Al Kautsar ayat ke 2. Allah SWT berfirman yang artinya sebagai berikut ;
Artinya: "Maka, laksanakanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!"
Hikmah Syariat Kurban
Persyariatan kurban ini mengandung sejumlah hikmah yang dapat dipetik oleh umat Islam. Mengutip buku Fikih Madrasah Tsanawiyah Kelas IX oleh Zainal Muttaqin dan Amir Abyan, berikut sejumlah hikmah disyariatkannya kurban:
Mengenang peristiwa monumental kepatuhan Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS kepada perintah Allah SWT. Mencontoh keeratan dan keharmonisan hubungan Nabi Ibrahim AS sebagai bapak dan Nabi Ismail AS sebagai anak, terutama dalam menghadapi masalah. Merajut jalinan akrab antara kalangan yang mapan dan berkecukupan dengan orang yang kurang berada. Memberikan kesenangan kepada fakir dan miskin dengan membagikan daging kurban kepada mereka. Manfaat Berkurban di Hari Idul Adha
1. Sarana mendekatkan diri kepada Allah Swt
Kurban merupakan salah satu ibadah yang dijalankan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam surat Al Kautsar ayat 2 Allah SWT berfirman yang artinya sbb ini :
Artinya: "Maka, laksanakanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!"
Menurut Tafsir Kementerian Agama Ripublik Indoensia, Allah SWT memerintahkan untuk melaksanakan sholat dengan ikhlas semata-mata karena-Nya, bukan tujuan ria dan memerintahkan untuk berkurban demi Allah SWT dengan menyembelih hewan sebagai ibadah dan sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. Sebagai ungkapan syukur
Menurut ulama madzhab Hanafi sebagaimana dijelaskan Wahbah az-Zuhaili dalam kitab fikihnya, kurban menjadi wajib hukumnya apabila dituntut dari orang kaya untuk melaksanakannya setiap Hari Raya Idul Adha.
Kurban yang dimaksud di sini bukan dalam rangka nadzar atau sengaja dibeli untuk disembelih, melainkan dilakukan sebagai ungkapan syukur atas nikmat kehidupan yang diberikan Allah SWT dan menghidupkan sunnah yang diwariskan Nabi Ibrahim AS.
3. Sebagai penghapus dosa
Manfaat berkurban lainnya adalah sebagai penghapus dosa dan penebus kesalahan. Kurban ini juga dapat menjadi kendaraan bagi orang yang bersangkutan ketika melewati shiraath di akhirat kelak.
Hal ini bersandar pada sebuah hadits sebagaimana disebutkan oleh Imam ar-Rafi'i dan Ibnu Rif'ah, yang berbunyi, "Perbesarlah hewan kurban kalian karena sesungguhnya ia akan menjadi kendaraan kalian melintas di atas jembatan (shiraath) kelak."
Hadits mengenai kurban sebagai penghapus dosa juga diriwayatkan oleh Al Bazzar dan Ibnu Hibban, "Hai Fatimah, berdirilah di sisi kurbanmu dan saksikanlah ia, sesungguhnya tetesan darahnya yang pertama itu adalah pengampunan bagimu atas dosa-dosamu yang telah lalu."
4. Menjadi amalan yang amat dicintai Allah Swt
Ammi Nur Baits dalam bukunya Panduan Qurban menjelaskan, menyembelih qurban termasuk amal saleh yang memiliki keutamaan besar. Disebutkan dalam sebuah riwayat yang berasal dari Aisyah RA, ia menceritakan bahwa Nabi SAW bersabda:
"Tidaklah anak Adam melakukan suatu amalan pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai oleh Allah melebihi mengalirnya darah (kurban), maka hendaknya kalian merasa senang karenanya," (HR At Tirmidzi dan Ibnu Majah, sebagian ulama mengatakannya dhaif).
Meskipun hadits tersebut lemah, namun, kata Ammi Nur Baits, tidak menyebabkan hilangnya keutamaan kurban. Syaikhul Islam dalam Majmu' Fatawa mengatakan, keutamaan kurban ini lebih utama daripada sedekah.
Berqurbanlah, aqiqah, hadyu sunah, semuanya lebih baik, daripada sedekah dengan uang senilai hewan yang disembelih.
Kurban Amalan Yang Paling Dicintai Allah SWT, Tak lama lagi umat muslim sedunia akan segera menghadapi hariraya besar kedua, yakni hari raya Idul Adha. Salah satu amalan yang sangat dianjurkan untuk dilakukan adalah menyembelih hewan Kurban.Menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha dan hari-hari tasyriq merupakan ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Dalam Alquran disebutkan bahwa menyembelih hewan kurban adalah bagian dari syiar Allah yang selayaknya diperhatikan dan diagungkan oleh semua kaum Muslim. Karena siapa pun yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka hal itu menunjukan bahwa dia bertakwa kepadanNya.
Disebutkan dalam surah Alhajj ayat 36, Allah berfirman yang artinya ; “Dan telah kami jadikan untuk kalian unta-unta itu sebagian dari syiar Allah Swt”
Juga dalam surah Alhajj ayat 32, Allah Swtjuga berfirman yang artinya ; “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.”
Selain untuk mengagungkan syiar Allah, berkurban dianjurkan karena mengandung banyak keutamaan. Banyak hadis Nabi Saw. yang menjelaskan keutamaan berkurban ini, di antaranya sebagai berikut;
1. Berkurban adalah amalan yang paling dicintai Allah pada hari Idul Adha. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Hakim, Ibnu Majah dan Tirmidzi dari Sayidah Aisyah, Nabi Saw. Bersabda yang artinya sbbb ;
“Tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah dibanding mengalirkan darah dari hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan kurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.”
2. Mendapat kebaikan sebanyak bulu hewan yang dijadikan kurban. Dalam hadis riwayat Imam Abu Daud dari Zaid bin Arqam, dia berkata;
“Para sahabat bertanya kepada Nabi Saw., ‘Wahai Rasulullah, apakah maksud dari hewan-hewan kurban seperti ini?. Beliau menjawab; ‘Ini merupakan sunnah (ajaran) bapak kalian, Nabi Ibrahim.’ Mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah, lantas apa yang akan kami dapatkan dengannya?’ Beliau menjawab; ‘Setiap rambut terdapat satu kebaikan.’ Mereka berkata, ‘Bagaimana dengan bulu-bulunya wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: “Dari setiap rambut pada bulu-bulunya terdapat sutu kebaikan.”
3. Menghapus dosa kecil. Disebutkan dalam hadis riwayat Imam Hakim dari Imran bin Hushain, Nabi Saw. bersabda;
“Wahai Fatimah, bangkit dan saksikanlah penyembelihan kurbanmu, karena sesungguhnya setiap dosa yang telah kamu lakukan akan diampuni dalam setiap tetesan darah yang mengalir dari hewan kurban tersebut. Kemudian katakanlah; ‘Sesungguhnya salatku, ibadahku (kurban), hidupku dan matiku hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan oleh karena itu aku diperintahkan, dan aku termasuk orang yang berserah diri.’ Imran bin Hushain berkata; ‘Saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah keutamaan ini hanya khusus bagimu dan keluargamu, atau kepada seluruh umat Muslim?. Nabi Saw. menjawab; ‘Tidak, tapi untuk seluruh kaum Muslim.’”
Dengan demikian, berkurban selain untuk mengagungkan sebagian syiar Allah, juga agar mendapatkan keutamaan kurban. Ada banyak keutamaan kurban, di antaranya adalah dicatat sebagai amalan terbaik di hari Idul Adha yang paling dicintai Allah Swt, mendapat kebaikan sebanyak bulu hewan kurban dan mendapatkan ampunan dosa.
Hari Raya Idul Adha adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh dunia. Tak hanya dijadikan momen untuk saling namun Idul Adha juga memiliki segudang manfaat yang tak terduga. Berikut ini manfaat kurban untuk seluruh umat.
1. Mendekatkan diri kepada Allah SWT
Kurban berasal dari kata Qurb atau Qurban yang berarti 'dekat'. Sedangkan penulisan qurban dengan imbuan alif dan nun bermakna 'kesempurnaan'. Sehingga kurban atau qurban adalah 'kedekatan yang sempurna'. Atau dalam makna lainnya, kurban berarti menyembelih hewan untuk melaksanakan perintah Allah SWT sekaligus mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.
2. Menyadarkan bahwa segala sesuatunya akan kembali kepada Allah SWT
Berkaca dari kisah Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan anak semata wayangnya, Ismail, untuk disembelih karena perintah Allah, menyadarkan kita bahwa segala sesuatu yang diberikan Allah mulai dari harta, kecantikan, ketampanan, hingga keluarga adalah titipan dan akan kembali kepada Allah sehingga sebagai manusia sebaiknya tidak menyombongkan diri ataupun terlalu mencintai sesuatu melebihi cintanya dengan Allah SWT.
3. Mensucikan diri dan harta benda
Menurut HR Tirmidzi, ibadah berkurban adalah salah satu ibadah yang disukai dan dimuliakan oleh Allah SWT. Bagi mereka yang mampu, berkurban tak hanya dijadikan momen untuk berbagi namun juga mensucikan diri dan harta benda yang dimiliki.
4. Menghapus Dosa
Menurut HR. Al Bazaar dan Ibnu Hibban, tetesan darah hewan yang dikurbankan merupakan penebus dan pengampun dosa-dosa orang yang berkurban pada masa lalu. "Hai Fatimah, berdirilah di sisi kurbanmu dan saksikanlah ia, sesungguhnya titisan darahnya yang pertama itu pengampunan bagimu atas dosa-dosamu yang telah lalu". (HR. Al Bazaar dan Ibnu Hibban).
5. Sebagai bentuk syukur
Berkurban adalah bentuk rezeki yang dititipkan Allah untuk disalurkan kepada orang yang lebih membutuhkan. Selain itu, dalam Islam juga diajarkan untuk saling berbagi dan membantu saudara yang membutuhkan. Tak hanya itu, berkurban juga dilaksanakan sebagai bentuk syukur atas rezeki yang melimpah dan diberikan Allah sehingga mampu menyalurkannya untuk banyak orang.
Salah satu konsep penting dalam Islam adalah pahala dan dosa. Pahala dihadiahkan untuk setiap amal perbuatan baik yang diperintahkan untuk dilakukan dan setiap perbuatan buruk yang ditinggalkan. Dosa diberikan untuk setiap perbuatan salah yang dilakukan manusia. Dosa juga didapatkan seseorang atas tindakan meninggalkan kebaikan yang diperintahkan. Pahala memberi sumbangan terhadap digapainya kebahagiaan di surga, sementara neraka mengantarkan umat manusia kepada kesengsaraan di neraka.
Sebagian besar dosa dapat diampuni. Namun, ada dosa yang sangat sulit diampuni. Salah satunya adalah dosa-dosa kepada orang-orang yang berelasi sekilas saja dengan kita dan kita tak dapat menemuinya ketika kita berharap akan pemaafannya.
Pentingnya Menghapus Dosa Agama Islam telah menggariskan apa saja perbuatan yang menghasilkan pahala dan perbuatan yang menghasilkan dosa. Syirik atau menyekutukan Allah adalah dosa terbesar. Membunuh adalah dosa sangat besar. Berzina adalah dosa sangat besar. Durhaka kepada orang tua adalah dosa sangat besar. Memfitnah orang lain berzina adalah dosa sangat besar. Memberi kesaksian palsu adalah dosa besar. Berjudi dan minum minuman keras adalah dosa besar. Memakan harta anak yatim adalah dosa besar. Melakukan korupsi bantuan korban bencana adalah dosa besar. Tentu melakukan megakorupsi juga dosa besar. Selain itu, berbagai perbuatan lain yang digariskan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW terkategori dosa besar.
Selain melakukan sesuatu yang terlarang, meninggalkan kewajiban juga dosa besar. Tidak menegakkan shalat fardhu pastilah dosa besar. Tidak menunaikan ibadah haji padahal mampu juga dosa besar. Tidak mengerjakan puasa ramadhan padahal tidak ada alasan untuk melakukannya adalah dosa besar. Tidak membayar zakat fitrah, apalagi bertahun-tahun, juga dosa besar. Tidak memberi nafkah kepada keluarga juga dosa besar.
Dosa-dosa kecil tentu lebih banyak lagi jenisnya. Meludah di sembarang tempat. Membuang sampah tidak pada tempatnya. Merokok di sembarang tempat. Makan dan minum sambil berdiri. Makan dan minum berlebihan. Mendengarkan dan menyaksikan siaran gosip di televisi. Berboncengan bukan dengan mahrom. Meminjam sandal tanpa izin. Semua itu adalah dosa-dosa yang kecil, namun bisa menjadi besar kalau dilakukan berulang-ulang apalagi yang istikomah.
Sebenarnya setiap manusia diberi kemampuan untuk mengenali apakah sesuatu itu menimbukan dosa atau tidak. Allah swt menghidupkan suara hati dalam diri setiap orang. Suara hati itu akan berkata bahwa suatu perbuatan itu berdosa atau tidak. Saat orang hendak mencuri, merampok, atau korupsi, hatinya akan memberitahu bahwa itu bukan haknya. Saat orang hendak berzina, hatinya akan mengingatkan bahwa itu adalah dosa besar. Masalahnya adalah seringkali orang tidak menghiraukan suara hatinya itu dengan berkata bahwa hanya sekali saja melakukannya, atau nanti akan bertaubat, dan sejenisnya.
Setiap dosa yang dilakukan diandaikan sebagai noktah hitam yang menempel pada kalbu manusia. Bisa dibayangkan seberapa hitam kalbu kita ketika kita melakukan begitu banyak perbuatan dosa. Orang-orang yang melakukan megakorupsi bisa dengan sangat cepat dipenuhi noktah hitam yang sedemikian banyak. Demikian juga dengan orang yang syirik, durhaka, berzina, membunuh, dan sebagainya.
Upaya Menghapus Dosa Upaya menghapus dosa sangat dibutuhkan manusia, karena hitamnya nurani menjadikan orang enggan berbuat baik. Para salafus saleh menyebut dosa menyulitkan individu melakukan perbuatan baik atau perbuatan yang memberi manfaat.
Upaya menghapus dosa juga penting karena dengannya kita tidak cenderung untuk mengulangi perbuatan-perbuatan buruk, jahat, dan salah lainnya. Para salafus saleh menyebut perbuatan dosa memudahkan orang melakukan perbuatan mudharat lainnya. Orang yang melakukan dosa seperti orang yang berada dalam kegelapan. Ia sangat mungkin masuk ke lubang-lubang yang membahayakan dirinya. Ia juga sangat mungkin menabrak hal-hal yang semestinya tak ditabrak yang mengantarnya kepada pengulangan atau malah melakukan perbuatan dosa yang lebih besar.
Apa yang dapat kita lakukan untuk menghapus dosa? Pertaubatan adalah sarana utama untuk menghapus dosa, terutama dosa yang terarah kepada Allah swt. Seseorang yang terlanjur minta bantuan dukun dapat melakukan taubat. Taubat sendiri ditandai oleh kesadaran bahwa suatu perbuatan itu salah, menyesalinya, berjanji untuk tidak mengulangi, dan memperbanyak istighfar. Seseorang yang sering bertaubat akan membuat kalbunya memperoleh kesempatan untuk dibersihkan.
Syirik dapatkah diampuni? Dalam pemahaman saya, setiap perbuatan salah dapat diampuni, termasuk syirik, asalkan manusia masih hidup dan mau bertaubat. Allah berfirman: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik. Dan Dia mengampuni segala dosan yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya (QS an-Nisa’:48). Yang tidak terampuni adalah, sebagaimana disampaikan Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-Adhim: “Allah tidak mengubah dosa syirik yaitu ketika seorang hamba bertemu Allah dalam keadaan berbuat syirik.” Namun, dosa itu dapat terampuni bila saat hidup kita bertaubat.
Dosa kepada sesama manusia hanya dapat dihapus dengan mendapatkan pemaafan atau penghalalan dari orang lain yang menjadi objek perbuatan salah. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa telah melakukan kezaliman kepada saudaranya, baik menyangkut kehormatan atau hartanya, maka pada hari ini hendaklah ia minta dihalalkan (dibebaskan) sebelum datang hari saat tidak berguna lagi dinar dan dirham” (HR Imam Bukhari). Intinya menyampaikan permohonan maaf. Tradisi silaturrahmi atau berkunjung ke saudara, kerabat, sahabat, dan tetangga memudahkan orang lain untuk memaafkan. Saya percaya sepenuhnya bahwa sebagian besar orang membuka pintu maaf untuk orang lain yang bersilaturrahmi dengan menyampaikan permohonan maaf. Pada waktu idul fitri, pintu-pintu maaf umumya dibuka manusia.
Dalam situasi pilpres, pileg, pilkada yang (seakan) terus menerus berlangsung di negara kita, banyak dosa-dosa yang didapat seseorang. Saat kita menyebar berita bohong sesungguhnya kita sedang memanen dosa. Moga-moga pintu-pintu hati yang terbuka saat idul fitri dapat dimanfaatkan untuk mendapat pengampunan dari orang lain yang secara sengaja atau tidak sengaja kita sakiti. Tentu saja kita juga perlu mengetuk pintu maaf di luar idul fitri.
Hati-hati dalam Bertindak
Salah satu masalah penting adalah bagaimana meminta maaf kepada seseorang yang kita sudah tidak dapat menemuinya lagi, baik karena sudah meninggal dunia ataupun yang sudah tidak kita kenali lagi di mana keberadaannya? Urusan-urusan orang yang sudah meninggal sesungguhnya masih bisa diwakili oleh ahli warisnya. Dengan semangat menghindari panasnya api neraka, kita dapat mendatangi keluarga dari orang yang kita sakit demi mendapatkan pemaafan. Pemaafan dari mereka insyaallah akan membuat dosa-dosa kita berguguran.
Bagaiman mendapatkan pengampunan dari seseorang yang kita sakiti saat kita dalam perjalanan atau bepergian? Kita bahkan tak sempat mengenalnya, tapi kata-kata dan perbuatan yang menyakitkan mungkin sudah membuatnya marah, sakit hati, bahkan merusak kehidupannya. Beruntung kita kalau orangnya adalah pribadi yang pemaaf. Kita akan terbebas dari noktah hitam dan ancaman api neraka nanti. Bagaimana kalau orangnya tidak memaafkan sementara kita tidak berdaya untuk menemuinya karena sekadar namanya pun tidak kita ketahui?
Kondisi ini untuk mengingaktan kita agar kita tidak mudah menebar kejahatan atau keburukan kepada orang lain. Sebagai manusia kita diminta untuk berhati-hati. Berpikir sebelah bertindak dan berbicara. Karena ketidakhati-hatian atau kecerobohan dapat membuat status dosa kita tidak bergeser, tidak dapat dihapuskan.
Sekalipun demikian, sebagai manusia kita masih berharap dosa-dosa diampuni oleh-Nya. Ada sebuah ayat suci Al-Qur’an: Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapuskan (dosa dari) perbuatan-perbuatan buruk (QS Hud: 114). Intinya dalah perbuatan baik dapat menghapus dosa-dosa atau kesalahan yang kita lakukan. Semoga pahala yang kita kumpulkan saat ramadhan ini (karenakan Allah Swt melipathandakan pahala) dapat menghapus dosa-dosa kita kepada orang lain yang kita sakiti. Semoga pahala yang kita kumpulkan secara istikomah sepanjang kehidupan kita dapat menghapus dosa-dosa yang tidak bisa kita hapus dengan jalan peprtaubatan dan permohonan maaf.
Cara Taubat Orang yang Meninggalkan Shalat sbb ; Taubat adalah hal yang wajib dilakukan bagi setiap orang Mukmin yang telah melakukan maksiat kepada Allah SWT. Taubat dilakukan tak lain sebagai syarat utama agar dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman yang artinya sbb ini ;
Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu," (Surat At-Tahrim ayat 8).
Taubat wajib dilakukan dengan sesegera mungkin setelah seseorang melakukan maksiat, apapun jenis maksiat yang dilakukannya, dosa kecil dan dosa besar. Sebab jika tidak segera taubat, maka seseorang menganggap remeh dosa dari maksiat yang telah dilakukannya.
Salah satu bentuk maksiat yang wajib untuk segera ditaubati adalah meninggalkan salah satu shalat wajib lima waktu. Dengan meninggalkan shalat wajib dari waktu yang telah ditentukan dengan tanpa adanya uzur berarti ia dianggap melakukan dosa besar sebab meninggalkan shalat termasuk dalam kategori dosa besar seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Hajar Al-Haitami:
Artinya, “Hal-hal yang perlu di ingat, di antaranya bahwa segala hal yang telah dijelaskan menyimpulkan sungguh setiap orang yang meninggalkan shalat atau mendahulukan shalat dari waktunya atau mengakhirkan shalat dari waktunya tanpa adanya uzur termasuk dosa besar,” (Lihat Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami, Az-Zawajir an Iqtirafil Kaba’ir, halaman 355).
Berdasarkan referensi tersebut dapat dipahami bahwa meninggalkan shalat bukan persoalan sepele, sebab termasuk kategori dosa besar yang menyebabkan seseorang mendapatkan predikat fasiq. Oleh sebab itu, orang yang meninggalkan shalat secara sengaja hendaknya sesegera mungkin untuk bertaubat atas dosa yang telah ia lakukan.
Cara bertaubat bagi orang yang meninggalkan shalat adalah dengan cara memenuhi beberapa syarat taubat secara umum, yaitu segera mengqadha shalat yang pernah ia tinggalkan. Hal ini merupakan implementasi dari syarat taubat yang berupa “Menyudahi melakukan maksiat saat itu juga”, sebab orang yang meninggalkan shalat berarti ia terus menerus melakukan maksiat karena tidak melaksanakan perintah berupa mengqadha’ shalat yang ia tinggalkan sesegera mungkin.
Syarat selanjutnya adalah dengan wujud penyesalan atas dosa yang pernah ia lakukan, dalam hal ini adalah meninggalkan shalat secara sengaja. Penyesalan ini diwujudkan dengan memperbanyak membaca istighfar dengan mengharap semoga dosanya diampuni oleh Allah SWT.
Syarat terakhir yaitu ia bertekad tidak akan mengulang kembali dosa yang pernah ia lakukan, dalam hal ini adalah meninggalkan shalat secara sengaja. Dengan demikian ia tidak terjerumus kembali dalam keteledorannya berupa tidak melaksanakan perintah Allah SWT.
Dengan melaksanakan ketiga syarat ini dan menjalankannya secara teguh, berarti ia telah melaksanakan taubat atas shalat yang pernah ia tinggalkan. Syarat-syarat di atas tercantum dalam Kitab Al-Adzkar An-Nawawiyah:
Artinya, “Ketahuilah bahwa sungguh setiap orang yang melakukan maksiat wajib baginya untuk bergegas untuk bertaubat" . Bertaubat pada hal yang berkaitan dengan Hak Allah Swt disyaratkan tiga hal. Pertama, Menyudahi melakukan maksiat saat itu juga. Kedua, Merasa menyesal pernah melakukan maksiat. Ketiga, Bertekad untuk tidak mengulang kembali maksiat yang pernah dilakukannya.
Sedangkan bertaubat atas dosa yang berkaitan dengan hak orang lain disyaratkan tiga hal di atas dan satu hal lain yang menjadi syarat keempat yaitu mengembalikan kezaliman yang pernah dilakukannya (pada orang lain) kepada pemiliknya atau meminta maaf atas kezaliman yang pernah dilakukannya dan meminta kebebasan tanggungan dari mengembalikan kezaliman yang pernah dilakukan olehnya,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar An-Nawawiyah, halaman 438).
Syarat-syarat yang dijelaskan dalam referensi tersebut tidak hanya terkhusus pada bentuk maksiat berupa meninggalkan shalat, tapi juga berlaku pada semua jenis maksiat secara umum. Dengan penambahan satu syarat lain, ketika maksiat yang dilakukan berkaitan dengan haqqul adami, seperti mencuri, merampas, membunuh, dan bentuk maksiat lain yang berkaitan dengan orang lain.
Semoga segala upaya taubat yang kita lakukan dapat diterima oleh Allah Swtdan dosa-dosa kita diampuni oleh-Nya. Aamin ya robbal alamin.
Cara Menghilangkan Gangguan Jin pada Anak, Pastinya pernah mendengar perkataan yang menyatakan bahwa anak-anak mudah diganggu oleh jin. Beberapa orangtua, hingga kini masih percaya bahwa ada pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh anak-anak agar tidak kerasukan setan atau jin. Jin adalah makhluk tidak terlihat, secara harafiah memiliki arti tersembunyi. Dahulu, bangsa jin memiliki kemampuan untuk mendengarkan berita dari Allah SWT karena mereka menduduki tempat di langit. Jin ada yang baik dan jahat. Tidak berbeda dengan manusia, jin juga memiliki karakternya masing-masing. Namun ada sebagian jin yang jahat dan suka mengganggu manusia. Jin biasa diartikan sebagai sosok jahat jika ia memengaruhi perilaku atau pun kesehatan manusia jadi tidak baik.
Beberapa orang percaya bahwa anak-anak lebih rentan dirasuki oleh jin, dibandingkan dengan orang dewasa. Oleh sebab itu, anak-anak kerap kali diberikan pantangan-pantangan oleh orangtuanya.
Tiap-tiap orangtua memiliki cara tersendiri untuk menghilangkan gangguan jin pada anak. Terutama bagi keluarga yang beragama Islam, pastinya akan membaca ayat-ayat tertentu untuk mengusir jin dari anak.
Pengertian Jin, jin adalah makhluk halus yang terbuat dari api. Hal ini serupa dengan pengertian jin menurut Islam yang terdapat dalam surat Ar-Rahman ayat 15 artinya sbb: "Dan dia menciptakan jin dari nyala api"
Banyak orang yang menyebut bahwa jin sama dengan setan. Namun pada dasarnya jin tidak sama dengan setan, sebab setan merupakan sifat buruk yang terdapat pada makhluk yang suka membantah dan durhaka kepada Tuhannya.
Tanda-Tanda Anak Diganggu oleh Jin, Terdapat beberapa ciri atau tanda-tanda seorang anak diganggu oleh jin, antara lain yaitu:
1. Anak menjadi rewel
Salah satu ciri umum yang sering ditemukan saat anak diganggu oleh jin, yaitu anak menjadi rewel dan terus menangis. Jika hal ini terjadi pada anak kita, maka sebaiknya Kita mengajak anak ke tempat yang lebih aman dan ramai orang. Hindari tempat-tempat sepi dan gelap.
2. Sering melamun dan pandangan kosong
Anak yang diganggu jin cenderung sering melamun dan pandangannya menjadi kosong. Hal ini dikarenakan kemungkinan anak melihat sesuatu yang mengganggu penglihatannya.
3. Anak sulit tidur
Anak yang diganggu jin umumnya akan menjadi penakut. Oleh karena itu ia akan takut dengan kegelapan dan tempat sepi. Ketakutan yang dirasakan anak akan berpengaruh pada pola tidurnya, dimana anak akan sulit untuk tidur di malam hari.
Cara Menghilangkan Gangguan Jin pada Anak
Cara Menghilangkan Gangguan Jin Anak, Menurut ajaran agama Islam, cara menghilangkan gangguan jin dari manusia salah satunya adalah dengan cara melakukan rukiah. Rukiah merupakan metode penyembuhan dengan menggunakan zikir, doa-doa, ayat-ayat suci yang bertujuan menghilangkan pengaruh jahat.
Selain membacakan ayat-ayat tersebut, cara-cara yang dapat di lakukan, antara lain:
Berwudu atau bersuci terlebih dahulu sebelum melakukan rukiah
Membaca sholawat dan memohon ampunan kepada Allah
Usapkan seluruh badan anak mulai dari kepala hingga kaki dengan tangan kita setelah membaca doa-doa dan ayat suci
Cara Menangkal Jin Masuk Rumah, Selain menghilangkan gangguan jin pada anak, kita juga perlu menangkal adanya jin masuk ke dalam rumah. Untuk menangkal atau mencegah jin masuk ke dalam rumah, cara yang dapat di lakukan antara lain, yaitu :
Memastikan rumah selalu bersih dan tidak ada sarang-sarang
Saat melakukan kegiatan, seperti makan, masuk kamar mandi, masuk rumah, dll
Jangan biarkan anak menjadi penakut
Buat yang beragama Islam, usahakan untuk tidak memajang gambar makhluk bernyawa seperti lukisan dan patung
Membuang sampah pada tempatnya dan tidak menumpuk barang atau sampah
Beri penerangan yang cukup di luar dan di dalam rumah
Itu dia cara menghilangkan gangguan jin pada anak. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti terkena gangguan jin, Kita perlu menanamkan pada anak untuk selalu berdoa dimanapun ia berada.
Jin Dasim/Setan Dasim Perusak Rumah Tangga, membuat bercerai pasangan suami istri yang sah, Rumah tangga tentram, damai dan sejahtera merupakan impian setiap orang yang membina rumah tangga maupun yang akan membina rumah tangga. Namun ada saja pertengkaran atau ujian dalam rumah tangga, entah itu disebabkan oleh orang ketiga atau gangguan dari mahluk abstral yang kasat mata.
Ciri-ciri jin yang menjadi perusak hubungan rumah tangga seseorang bahkan tak jarang bisa berujung perceraianan antara suami dan istri. Dari kalangan jin sendiri golongan yang dianggap terbaik adalah golongan jin yang bisa merusak rumah tangga seseorang bisa memisahkan seorang istri dari suami disebut jin dasim. Banyak orang yang tidak mengetahuinya ciri-ciri seseorang yang sedang diganggu jin dasim, berikut ciri-cirinya sbb ;
Pertama, kondisi emosi pasangan sulit terkendali. Kondisi pasangan mudah sekali untuk marah, entah itu ada permasalahan baik masalah besar atau masalah yang sepele maupun tidak ada masalah mudah sekali marah dan emosinya tidak terkontrol.
Kedua, hasrat pasangan untuk berselingkuh sangat tinggi. Banyak sekali dijumpai pasangan saat beraktivitas diluar rumah memandang lawan jenis menjadi lebih menarik dari pada pasangan sah nya. Hal tersebut bisa menjadi penyebab awal pasangan untuk berselingkuh dengan orang lain yang dinilai olehnya lebih menarik.
Ketiga, sulit khusuk dalam beribadah. Tidak sedikit seseorang yang tidak khusyuk saat shalat, misalkan lupa akan jumlah rakaat dalam shalatnya sehungga menyebabkan ketidak ke khusyukan saat beribadah.
Keempat, sakit yang tidak kunjung sembuh. Sakit yang dimaksud seperti sakit yang sudah menahun dan tidak kunjung sembuh, ini diyakini rumah tangga yang sedang di ganggu oelh jin dasim.
Kelima, suasana rumah terasa panah terasa panas. Rumah merupakan tempat berteduh dari hujan dan panas, rumah adalah tempat ternyaman untuk beristrahat dan bercengkrama bersama keluarga.
Jika merasakan hal tersebut, dianjurkan agar memperbanyak istighfar, berdoa memohon ampunan dan perlindungan pada Allah Swt sang maha pencipta, maha penyanyang, maha pengasih, maha pemurah. segera bertobat sebelum terlambat.
Ternyata Begini Ciri Rumah Tangga yang Diganggu Oleh Jin/Setan (sihir), Ketika kita mulai untuk membina rumah tangga, pasti akan sangat banyak sekali masalah yang akan menghampiri, baik itu masalah kecil hingga masalah yang besar sekalipun. Tapi pernahkah kamu merasa kalau sebenarnya permasalahan yang rumah tanggamu hadapi itu karena gangguan dari jin/setan dasim/iblis.
Menurut ajarn islam, Jin adalah ras makhluk yang tidak terlihat oleh mata telanjang manusia dan mereka diciptakan dari api. Meski tidak dapat dilihat oleh manusia, tapi jin bisa melihat manusia. Disaat jin sudah mulai mengusik ketenangan dari para manusia, maka pasti akan muncul permasalahan.
Selalu Merasa Takut dan Diawasi, Salah ciri yang bisa dirasakan baik oleh Anda maupun keluarga Anda adalah merasa takut akan sesuatu. Selain takut, Anda dan keluarga selalu merasa diawasi setiap waktu. Jika perasaan selalu tidak enak dan seperti ada makhluk lain yang mengawasi gerak-gerik rumah Anda, maka ada kemungkinan ada jin di sana.
Sering Tercium Aroma Busuk dan Wangi di Berbagai Tempat, Tanda berikutnya adalah di rumah sering tercium aroma busuk seperti bangkai. Untuk memastikannya Anda bisa mengecek dulu tong sampah atau tempat-tempat sumber aroma bangkai tersebut. Selain aroma busuk, terkadang juga tercium aroma bunga yang wangi dibeberapa tempat. Jika Anda tidak menemukan sumber bau bangkai atau aroma bunga di tempat tersebut, maka bisa dipastikan jin sedang berusaha mengganggu.
Sering Terdengar Suara-Suara Aneh, Kalau Anda sering mendengar suara-suara aneh yang bukan dari keluarga, bisa jadi itu adalah ulah jin. Contoh suara-suara aneh tersebut bisa berupa langkah kaki di dalam rumah padahal kamu hanya sendirian, seseorang yang menangis di beberapa sudut ruangan, suara-suara yang tidak jelas sumbernya, dan suara-suara aneh lainnya.
Sering Sakit-Sakitan Tanpa Sebab, Untuk hal ini, Andaperlu mengecek terlebih dahulu. Jika Anda atau keluarga sering sakit-sakitan, periksakan terlebih dahulu secara medis. Akan tetapi, apabila secara medis tidak ada masalah, bisa jadi sakit tersebut merupakan gangguan jin.
Sering Terjadi Pertengkaran, Penyebab suami istri sering bertengkar karena masalah sepele dan bahkan bisa memicu perkelahian antar keluarga juga merupakan indikasi ada jin yang mengganggu kehidupan rumah tangga. Kalaupun tidak sering bertengkar, suasana di dalam rumah terasa panas. Bukan panas karena cuaca tapi lebih ke hubungan di keluarga. Amarah dan cekcok menjadi kebiasaan di dalam rumah Anda.
Sering Bermimpi Buruk, Jika Anda maupun keluarga sering bermimpi buruk atau menakutkan, bisa jadi itu adalah gangguan dari jin. Jin juga dapat memasuki mimpi seseorang untuk berusaha menakut-nakutinya. Oleh sebab itu, sebelum tidur, ada baiknya Anda dan keluarga selalu membaca doa. Jika sering melakukannya, niscaya Jin akan sulit mengganggu saat sedang tidur.
Sering Melihat Penampakan, Anda atau keluarga sering melihat penampakan seperti bayangan orang yang tidak dikenal di berbagai sudut rumah? Itu adalah pertanda yang sangat jelas keberadaan jin di rumah. Biasanya mereka sengaja menampakan diri karena merasa terganggu dengan keberadaan penghuni rumah. Oleh sebab itu, mereka sengaja muncul agar penghuni rumah merasa ketakutan.
Sulit Mendapatkan Keturunan, Ternyata jin juga bisa menghambat pasangan yang sudah resmi menikah untuk mendapakan keturunan. Padahal, dokter kandungan menyatakan tidak ada masalah dan kalian bisa memperoleh keturunan dari sisi medis. Akan tetapi, pada kenyataannya, kalian justru kesulitan dan tidak ada tanda-tanda kehamilan dari istri. Hanya ada dua kemungkinan, Tuhan belum memercayakan anak kepada kalian atau bisa jadi ada gangguan dari jin.
Rumah Tangga Tidak Berjalan Harmonis, Saat menjalani rumah tangga bersama pasangan, pasti selalu mengiinginkan hubungan yang harmonis dengan pasangannya. Akan tetapi, gangguan jin bisa menjadi penyebab rasa cinta berkurang. Contoh jika hubungan kalian diganggu oleh jin antara lain kalian tidak nyaman saat-saat bermesraan dengan pasangan, tidak ada keinginan untuk berhubungan intim dengan pasangan, tidak ada kasih sayang di antara kalian. Anda pun sudah berusaha mencari cara hubungan menjadi romantis, tapi akhirnya sia-sia. Memang bisa jadi itu adalah ciri-ciri istri selingkuh atau ciri-ciri suami selingkuh, namun bisa juga itu merupakan gangguan dari jin.
Marah karena Alasan Sepele,Tanda lainnya adalah Anda maupun keluarga sering marah-marah meskipun masalahnya sangat sepele. Istri membentak suami ataupun sebaliknya. Begitu juga dengan anak yang berani berkata kasar kepada orang tua maupun saudaranya. Suasana yang memanas semacam itu juga merupakan perbuatan jin yang berusaha mengadu domba sesama keluarga sehingga kondisi emosi sangat labil.