This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Kamis, 14 Juli 2022

Setelah Menunaikan Haji, Apakah Ada Jaminan Seorang Muslim Diampuni Dosa-dosanya


Setelah Menunaikan Haji, Apakah Ada Jaminan Seorang Muslim Diampuni Dosa-dosanya Atau Tetap Dalam Kondisi Ketakukan Dan Galau, Pertanyaan : Disana ada hadits yang mengatakan ‘Kalau anda telah menunaikan haji dengan cara yang benar, maka kamu akan kembali seperti dilahirkan ibumu, lepas dari semua dosa. Alhamdulillah saya telah menunaikan kewajiban haji dan insyaallah ditunaikan dengan benar. Akan tetapi dari waktu ke waktu, ditengah shalat, saya teringat dengan dosa-dosaku yang telah saya lakukan sebelum haji. Dan saya merasa sempit sekali dan ketakutan. Saya memohon kepada Allah maaf dan ampunan. Apakah selayaknya saya terus menyesali dalam hati atau saya harus optimis bahwa Allah akan mengampuniku? Dan tidak berusaha mengingat dosa-dosa itu?

Jawaban : Pertama:

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata, saya mendengar Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya sbb ini;

“Siapa yang menunaikan haji karena Allah dan tidak berkata jorok dan tidak berbuat kefasikan, maka dia akan kembali seperti hari dilahirkan ibunya.” (HR. Bukhori).

Kita ingatkan hal ini dua perkata:

Pertama: Bahwa hal ini adalah balasan bagi haji mabrur (diterima). Siapa yang berhaji dengan harta haram, hajinya tidak ikhlas karena Allah Ta’ala atau dia mengatakan kata yang jorok atau berbuat kefasikan, maka hajinya tidak mabrur dan tidak kembali seperti hari dilahirkan ibunya.

Ibnu Abdul Bar rahimahullah mengatakan, “Haji mabrur, dikatakan: dia yang tidak ada riya’ dan sum’ah (ingin dipuji orang). Tidak ada kata jorok dan kefasikan. Dan dengan harta yang halal.” Tamhid Lima Fil Muwatto’ Minal Ma’ani Wal Asanid, (22/39).

Sebagian ahli ilmu mengatakan, “Bahwa haji yang mabrur adalah yang diterima. Dan tanda diterimanya adalah seorang hamba tidak mengulangi kemaksiatan kepada Tuhannya. Dan mengembalikan hak-hak kepada pemiliknya. Silahkan melihat jawaban soal no. 26242.

Kedua: seorang muslim yang telah Allah beri kemulyaan menunaikan ibadah haji selayaknya dia takut amalannya tidak diterima. Bukan berarti dia putus asa terhadap rahmat Tuhannya, agar tidak terkena gurur (bangga dengan amalannya). Dan mengharap kepada Tuhannya dengan doa yang sungguh-sungguh agar diterima darinya juga mengharap dengan amalan shaleh untuk menambahi timbangannya di hari ketika bertemu dengan Tuhannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman terkait ketika memberikan sifat orang-orang mukmin artinya sebagai berikut ini :

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al-Mukminun: 60-61).

Dari Aisyah istri Nabi sallallahu alaihi wa sallam berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah sallallahu alahi wa sallam tentang ayat ini (Al-Mukminum: 60). Aisyah radhiallahu anha berkata, “Apakah mereka itu meminum khomr dan mencuri? Beliau menjawab, “Tidak, wahai putri Siddiq. Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat, dan menunaikan zakat. Akan tetapi mereka takut tidak diterima amalannya. Mereka itu orang-orang yang bersegera dalam kebaikan.” HR. Tirmizi, 3175, Ibnu Majah, 4198 dan dinyatakan shoheh Al-Bani di ‘Shoheh Tirmizi.

Ketakutan dari orang mukmin ini, tidak menjadikan putus asa dari rahmat Tuhannya. Bahkan mereka menggabungkan dengan penuh harap dan berbaik sangka kepada Allah agar diberi pahala dan dimulyakan. Sebab yang menjadikan orang mukmin ketakutan tidak diterima amalannya adalah dua hal. Berprasangka buruk pada dirinya bahwa belum menunaikan amalan terbaik serta kecintaan nan agung kepada Tuhannya Azza Wajalla.

Ibnu Qoyim rahimahullah mengatakan, ”Kalau takut –maksudnya orang mukmin—meminta uzur itu lebih tepat, yang menjadi sebab uzur ini ada dua perkata, salah satunya persaksian akan kekurangannya. Kedua, cinta yang jujur kepada-Nya. Karena orang yang jujur cintanya, dia akan mendekat kepada orang yang dicintainya semaksimal mungkin dan hal itu tidak mungkin. Dia merasa malu menghadapi-Nya dengan apa yang dihadapkan kepadanya. Dia melihat bahwa kedudukan-Nya lebih tinggi dan lebih mulia. Hal ini terlihat pada kecintaan sesama makhluk. “ Madarij Salikin, (2/325).

Kesimpulannya:

Seharusnya anda mengumpulkan dua hal dan jangan ditinggalkan salah satunya:

Pertama: jangan merasa sangat besar dosa-dosa anda dibandingkan dengan ampunan Allah dan rahmat-Nya. Sesungguhnya ketakutan orang mukmin akan kekurangannya dalam bertaubat dan kekurangan dalam ketaatan yang dapat menghapus dosa. Jadikan ketakutan anda ini sebagai pemicu untuk menambah ketaatan dan permohonan kepada Allah Azza Wajallah dengan jujur agar menerima dari anda dan dijadikan anda termasuk orang yang dekat dengan-Nya. Jauhi sejauh-jauhnya berputus asa dari rahmat Allah Swt.

Kedua: Berprasangka baik kepada Allah Jalla Jallah, mengharap akan ampunan-Nya, kedermawanan dan rahmat-Nya yang melingkupi segala sesuatu. Selagi anda tetap istiqomah dalam urusan Tuhan anda, mengagungkan syariat-Nya, bersegera dalam ketaatan kepada-Nya. Hendaklah anda senantiasa berprasangka baik kepada-Nya agar menerima dan memberi balasan pahala kepada anda.

Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan –ketika menjelaskan hadits Qudsi yang disepakati keshohehannya Allah Ta’ala berfirman. – ‘Saya tergantung persangkaan hamba-Ku kepada-Ku’ Qurtubi dalam kitab ‘Al-Mufhim’ mengatakan, “Dikatakan makna ‘Persangkaan hamba-Ku kepada-Ku’ adalah persangkaan terkabulnya doa. Persangkaan diterima ketika bertaubat. Persangkaan ampunan ketika memohon ampunan. Persangkaan balasan ketika menunaikan ibadah dengan syaratnya serta berpegang teguh dengan kebenaran janji-Nya. Beliau menambahi, dikuatkan dengan hadits lain ‘Berdoalah kepada Allah Swt sementara anda yakin dikabulkan’

Berkata, “Oleh karena itu selayaknya seseorang bersungguh-sungguh menunaikan apa yang menjadi kewajiban disertai yakin bahwa Allah Swt akan menerima dan mengampuninya. Karena Dia telah menjanjikan hal itu dan Dia tidak akan menyalahi janjiNya. Kalau dia berkeyakinan atau berprasangka bahwa Allah tidak menerimanya dan itu tidak bermanfaat, hal ini termasuk berputus asa dari rahmat Allah Swt. dan termasuk dosa besar. Siapa yang meninggal dunia dalam kondisi seperti itu, maka diserahkan sesuai dengan apa yang dia sangka sebagaimana ada dalam sebagian jalan hadits yang disebutkan tadi, ‘Maka silahkan hamba-Ku berprasangka yang dia kehendaki’. Berkata, “Siapa yang menyangka diampuni padahal dia terus melakukan (dosa), maka termasuk bodoh dan tertipu. Hal itu dapat menjerumuskan ke pemahaman".

Kita memohon kepada Allah Swt agar menerima amalan sholeh anda, dan menjadikan haji anda diterima (mabrur). Dan anda diberi balasan terbaik, terbanyak dan terindah.


Referensi sebagai berikut ini ;





Manfaat Istighfar Apabila Dilakukan Setiap Hari, Ingatkan Kembali pada Allah Swt


Manfaat Istighfar Apabila Dilakukan Setiap Hari, Ingatkan Kembali pada Allah Swt. Dalam kehidupan seorang Muslim, yang penting adalah mendapatkan keridhaan Allah. Di antara hal-hal yang menghentikan kita dari mendapatkan keridhaan Allah adalah dosa. Istighfar (atau mencari pengampunan), adalah hadiah bagi kita sebagai Muslim. Ini adalah cara kita untuk kembali kepada Tuhan kita setiap kali kita melangkah keluar dari batasan yang telah Dia tetapkan bagi kita.

Istighfar (Astaghfirullah) adalah pintu gerbang kelegaan dan kebahagiaan. Setiap kali Anda dalam kesulitan mulai membacanya dan Insya Allah itu akan membawa Anda keluar dari kecemasan Anda dan akan menempatkan Anda dalam situasi damai dan akan memberi Anda kebahagiaan.

Berikut manfaat istighfar apabila dilakukan setiap hari:

Meredakan Hati Anda dari Kekhawatiran Hati yang sadar terganggu setiap kali melakukan dosa akan merasakan kecemasan. Mungkin Anda menyinggung seseorang dan percakapan itu sangat membebani pikiran. Dengan Istighfar, ada kemungkinan Anda akan merasa lebih baik. Ada kemungkinan bahwa setelah meminta pengampunan, setidaknya Anda sudah berusaha untuk memperbaiki kesalahan Anda pada Allah Swt

Diketahui bahwa Rasulullah sering mengucapkan Istighfar. Dia meminta maaf setidaknya tujuh puluh kali sehari. Bagi kita semua, ini adalah model perilaku dan inilah doa yang dapat kita jadikan bagian dari hidup kita. Abdullah bin' Amr meriwayatkan dari Abu Bakar As-Siddiq bahwa ia berkata:

"Wahai Rasulullah, ajari aku permohonan yang bisa saya doakan dalam Shalat." Dia Muhammad SAW berkata: "Katakan: 'Ya Allah, aku telah banyak berbuat salah pada diriku, dan tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau. Jadi maafkan aku dengan pengampunan dari-Mu, dan kasihanilah aku, sesungguhnya, Engkaulah Maha Pengampun, Maha Penyayang (Allāhumma innī ẓalamtu nafsī ẓulman kathīran wa lā yaghfirudh-dhunūba illā anta faghfirlī maghfiratan min 'indika warḥam-ra m rāmḥ ra.)”

"Allahumma innaka 'afuwwun, tuhibbul-'afwa, fa'fu' anni (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau mencintai pengampunan; jadi maafkan aku)." ( Riyad us-Saliheen ).

Ada banyak doa yang bisa kita buat untuk meminta pengampunan, bahkan sesuatu yang ringan di lidah seperti mengatakan "astaghfiruLlah" adalah cara yang bagus untuk mencari pengampunan.

Yang paling penting adalah bahwa sebagai Muslim, kita mengerti bahwa kita mungkin berdosa dan bahwa kita telah diberikan karunia Istighfar sebagai cara untuk kembali kepada Tuhan kita.

Membawa Kita Lebih Dekat dengan Allah Swt Rasa takut dan malu yang kita rasakan setiap kali kita melakukan dosa adalah hal yang baik. Ini adalah tanda bahwa Anda sadar akan Allah (ta'ala) meskipun Anda telah berbuat salah.

Sering kali, ketika perasaan ini menyertai dosa, itu bisa mendorong kita untuk mencari pengampunan. Anda merasa sangat buruk dengan apa pun yang telah Anda lakukan sehingga Anda mengarahkan wajah Anda kepada Allah Swt dan meminta Dia untuk memaafkan.

Proses meminta pengampunan adalah apa yang membawa Anda lebih dekat kepada Allah Swt Ini membantu Anda untuk mengenali Supremasi-Nya dan Anda merasa perlu untuk mencari pengampunan-Nya. Sering kali, orang juga mendapatkan dorongan untuk melakukan perbuatan baik setelah mereka melakukan sesuatu yang buruk. Ini membantu untuk membawa Anda lebih dekat kepada Allah (ta'ala).

Tidak Menenggelamkan Kita dalam Dosa Dosa menggerogoti perbuatan baik kita, dan semakin berat mereka pada skala perbuatan kita, semakin tinggi peluang seseorang untuk dihukum di akhirat.

Bagian dari apa yang membalikkan keseimbangan ini dalam skala adalah pertobatan yang tulus kepada Allah Swt. Itu adalah pengakuan atas kesalahan kita dan janji yang tulus untuk berusaha menjauhi dosa.

Utusan Allah Swt berkata, “Allah, Yang Mahabesar, telah berkata: 'Wahai putra Adam, aku memaafkanmu selama kamu berdoa kepada-Ku dan berharap untuk pengampunan-Ku, dosa apa pun yang telah kamu lakukan. Wahai putra Adam, aku tidak peduli jika dosamu mencapai puncak langit, maka kamu memohon pengampunanku, aku akan memaafkanmu." ( Tirmidzi )

Seringkali, Shaytaan mencoba meyakinkan kita bahwa dosa kita begitu besar sehingga tidak bisa diampuni. Jadi, dia akan mencoba membuat Anda tenggelam dalam dosa.

Jangan jatuh untuk ini. Ingat bahwa yang harus Anda lakukan adalah dengan tulus melakukan istighfar dan jika Allah Swt menghendaki, Anda akan bebas dari dosa.

Nabi Muhammad SAW berkata: " Kabar gembira kepada mereka yang menemukan banyak mencari pengampunan dalam catatan perbuatan mereka."

Menambah Kekuatan Kita Al-Qur'an mengatakan, “meminta pengampunan Tuhanmu dan kemudian bertobat kepada-Nya. Dia akan mengirim [hujan dari] langit ke atasmu saat hujan dan menambah kekuatanmu [menambahkan] pada kekuatanmu. ”(Quran 11:52)

Dunia ini terikat untuk membuat kita lemah dan bingung. Istighfar memiliki kekuatan untuk memberi seseorang kekuatan dan kesabaran secara mental, emosional dan spiritual.

Bahagia dan Mendapatkan Rizqi Muslim yang selalu melakukan Istighfar akan bahagia dalam hidupnya karena ada kesenangan dan rizq yang akan datang kepadanya.

Hidup akan menjadi lebih mudah dan dia akan menyambut setiap hari dengan kebahagiaan. Istighfar membuka pintu rezeki. Nabi (SAW) berkata, "Siapa pun yang selalu dalam keadaan bertobat, maka Allah akan memberikan sukacita kesedihan, dan kelapangan kesempitannya dan memberinya rizq dari arah yang tidak terduga." (Ibn Majah).

Referensi Sebagai Berikut ini ;






Ahli Ibadah yang Terancam Masuk Neraka karena menyakit tetanganya


Ahli Ibadah yang Terancam Masuk Neraka, Dalam kitab al-Adab al-Mufrad, Imam al-Bukhari mencatat hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang menggambarkan ahli ibadah yang terancam masuk neraka. Silahkan simak haditsnya:

Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu, ia berkata: Dikatakan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya fulanah (seorang wanita) rajin mendirikan shalat malam, gemar puasa di siang hari, mengerjakan (kebaikan) dan bersedekah, tapi sering menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk penghuni neraka.”

Mereka (para sahabat) berkata (lagi): “Fulanah (lainnya hanya) mengerjakan shalat wajib, dan bersedekah dengan beberapa potong keju, tapi tidak (pernah) menyakiti seorang pun.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Dia adalah penghuni surga.” (Imam al-Bukhari).

Kita semua tahu Allah Swt itu al-Tawwab (Maha Penerima Taubat). Kasih sayang-Nya mengalahkan murka-Nya. Rahmat-Nya jauh lebih luas dari azab-Nya. Selama seorang hamba memohon ampun kepadaNya, Allah akan mengampuninya. Namun, manusia tidak seluas itu kasih sayangnya. Manusia tidak sedalam itu pewajarannya. Bisa dibilang manusia adalah mahluk yang paling susah meminta maaf dan memaafkan. 

Karena itu, Rasulullah mengajari umatnya untuk menahan diri. Jangan mudah mengumbar kata; jangan gampang menyebar berita; jangan sering menghardik sesamanya. Karena Rasulullah tahu, ruang maaf manusia terbatas, tidak seluas dan sedalam Tuhannya. Mendapatkan maaf manusia jauh lebih berat dan susah. Belum lagi jika kita tidak merasa bersalah, tapi orang lain memendam kesal kepada kita. Mengetahui diri kita salah saja, kita masih enggan meminta maaf, apalagi tak merasa bersalah sama sekali. 

Hadits di atas adalah contoh nyata. Seorang wanita ahli ibadah, rajin shalat malam, gemar berpuasa, banyak bersedekah dan beramal, tapi lidahnya selalu membawa rasa sakit bagi tetangganya. Rasulullah mengatakan: “Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk ahli neraka.” Artinya, amal ibadah yang tidak berbanding lurus dengan perilaku sosial yang baik, ibadahnya kekurangan makna. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (HR. Imam al-Bukhari dan Imam Muslim) sbb ini ;

Allah tidak mengasihi orang yang tidak mengasihi manusia (lainnya).” (Imam al-Bukhari) .

Dalam riwayat lain dikatakan, “man lâ yarham lâ yurham—orang yang tidak mengasihi, maka tidak akan dikasihi.” Ini menunjukkan bahwa kasih sayang sesama manusia tidak kalah pentingnya dengan ibadah yang bersifat ritual, bahkan Allah Swt dalam hadits di atas, tidak akan mengasihi orang yang tidak mengasihi sesamanya. Artinya, Allah Swt menghendaki hamba-hambanya membangun dunia yang harmonis; menciptakan lingkungan yang sehat dari kebencian; membiasakan kepedulian; membudayakan sayang-menyayangi; mengembangkan “saling asa” dan “asuh”, serta hal-hal positif lainnya. Minimal tidak berbuat kerusakan di muka bumi, termasuk menyakiti perasaan sesamanya.

Karena itu, ketika diceritakan kepada Rasulullah tentang seorang wanita yang ibadahnya biasa-biasa saja, hanya menjalankan shalat wajib dan bersedekah ala kadarnya, tapi tidak pernah menyakiti perasaan orang lain, Rasulullah mengatakan: “Dia adalah penghuni surga.” Jika dipahami secara mendalam, hadits ini sedang berbicara tentang keadilan. Wanita itu memenuhi kewajibannya sebagai seorang hamba dengan melaksanakan perintah-Nya (shalat wajib), juga memenuhi hak-hak orang dengan tidak pernah menyakiti perasaan mereka.

Berbeda halnya dengan cerita pertama, ia memang berhasil memperbanyak amalnya dengan shalat malam, puasa, sedekah dan amal-amal baik lainnya, tapi gagal memenuhi hak-hak orang lain dengan selalu menyakiti perasaan mereka.  

Padahal, hak-hak orang lain tidak kalah kedudukannya dengan ibadah ritual. Karena keduanya diperintahkan oleh Allah. Perbedaan dasarnya terletak pada penyelesaiannya. Berdosa kepada Allah bisa diselesaikan dengan sederhana, cukup memohon ampunan-Nya, dan Allah akan mengampuninya, karena Dia adalah al-Tawwâb al-Rahîm (Maha Penerima Taubat lagi Maha Pengasih).

Tapi dengan manusia, sangatlah rumit. Ada beberapa kerumitan yang harus dimengerti terlebih dahulu. Pertama, ketidak-sadaran manusia akan kesalahannya. Setiap manusia dengan bawaan lahir dan budayanya, memiliki standar dan sudut pandang yang berbeda-beda tentang sesuatu. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan nilai moral.  

Moral yang sedang kita bicarakan di sini adalah “cabang”, bukan “akar”. Karena secara umum, manusia memiliki “akar” atau dasar nilai moral yang sama. Contohnya memukul orang tua adalah perbuatan amoral, tapi cabangnya berbeda-beda karena terkait dengan budaya. Misalnya, bagi masyarakat tertentu menyentuh kepala itu tidak sopan, tapi bagi masyarakat lainnya biasa saja. Ini tentu menjadi masalah. Tapi perlu diingat, ini sekedar contoh rumitnya standar benar-salah di antara manusia. Artinya, manusia sering tidak merasa dirinya telah menyakiti perasaan orang lain. Padahal, ketersakitan itu akan mendapatkan haknya di akhirat kelak. Berbeda ketika berhubungan dengan Allah yang Maha Mengetahui. Karena Allah sudah mengampuni terlebih dahulu kekeliruan, kelupaan dan keterpaksaan hamba-Nya yang tanpa disengaja. Rasulullah bersabda (HR. Imam Ibnu Majah) ;

“Sesungguhnya Allah telah memaafkan dari umatku kekeliruan, kealpaan (lupa) dan apa-apa yang dipaksakan atas mereka.” 

Kedua, keengganan atau gengsi meminta maaf. Banyak orang yang mengetahui kesalahannya tapi tidak pernah meminta maaf karena “gengsi”. Di permukaan, ia mencitrakan diri sebagai orang yang benar dan tidak bersalah, tapi dalam hatinya, ia tahu bahwa ia bersalah. Inilah kerumitan lain yang sukar diatasi oleh manusia. Karena orang di tipe ini tahu bahwa ia berdosa, tapi kegengsian menghalanginya untuk meminta maaf.

Ketiga, menganggap sepele kesalahannya pada orang lain. Kerumitan tipe ini tidak jauh berbeda dengan yang kedua. Perbedaannya terletak pada asalnya. Jika tipe yang kedua berasal dari “gengsi”, tipe ini berasal dari “anggapan tidak penting,” sehingga membiarkannya mengalir seperti air tanpa merasa perlu untuk mengucapkan kata “maaf”. Anggapan seperti ini bisa jadi karena pengetahuan agama yang kurang sehingga tidak tahu bahayanya membawa dosa “menyinggung orang lain” di akhirat. 

Keempat, belum tentu mendapatkan maaf. Ini kerumitan yang tidak bisa dipandang remeh. Tidak semua orang mudah memberi maaf, tapi paling tidak, bagi orang yang telah menyadari kesalahannya dan meminta maaf, ia mendapatkan pahala karena telah mengakui kesalahannya dan berusaha untuk memperbaikinya. Syekh al-Zarqani (1645-1710 M) dalam Syarh al-Muwatha’ mengutip ucapan Imam Ibnu Ruslan (w. 844 H):

“Jika salah satunya berusaha berdamai dengan lainnya tapi tidak diterima, maka orang yang berusaha berdamai itu diampuni.” (Syekh Muhammad al-Zarqani).

Maka dari itu, kita harus mulai mengingat-ingat kembali kesalahan kita, lalu meminta maaf pada orang yang pernah kita sakiti satu persatu. Jika ada yang belum berkenan memaafkan, kita jangan berhenti memintanya sembari berdoa kepada Allah agar hatinya dilapangkan. Jadi, jangan sakiti sesamamu, mohon maaflah dan berilah maaf kepada siapapun yang memintanya.

Referensi ebagai berikut ini ;




Terlanjur Makan Barang Haram, Apa yang Harus Dilakukan


Terlanjur Makan Barang Haram, Apa yang Harus Dilakukan, Mengonsumsi makanan haram adalah sebuah larangan dalam agama Islam. Berkaitan dengan hal ini, Allah subhanahu wa ta’ala menegaskan dalam salah satu firman-Nya yang Artinya sbb ini: “Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 188)

Makanan haram dalam pembahasan ini mencakup terhadap dua hal. Pertama, makanan yang secara dzatiyah memang diharamkan untuk dikonsumsi, seperti daging babi, daging bangkai, dan sejenisnya. Kedua, makanan yang secara dzatiyah dihalalkan oleh syara’, namun karena didapatkan dengan cara yang haram, ia berubah status menjadi haram, seperti daging sapi hasil curian, membeli makanan dengan uang yang haram, dan contoh-contoh sejenisnya.

Dua jenis makanan di atas adalah makanan yang haram untuk dikonsumsi oleh seorang Muslim dan wajib untuk menghindarinya. Lantas bagaimana jika seorang Muslim terlanjur atau pernah mengonsumsi makanan yang diharamkan oleh syara’? Apa yang semestinya harus ia lakukan atas perbuatan itu?  Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, baik kiranya kita perhatikan teladan yang dilakukan oleh Sahabat Abu Bakar tatkala ia mengetahui bahwa makanan yang dikonsumsinya merupakan makanan syubhat:

"Terdapat keterangan dari Sahabat Abu Bakar bahwa beliau pernah mengonsumsi makanan syubhat yang tidak ia ketahui. Ketika beliau mengetahui bahwa makanan tersebut syubhat, beliau memasukkan tangan ke dalam mulutnya lalu berusaha memutahkan makanan itu” (Musthafa Bagha dan Muhyiddin Mistu). 

Dari kisah tersebut kiranya dapat diambil pelajaran (ibrah) tentang bahaya mengonsumsi makanan syubhat serta kehati-hatian Sayyidina Abu Bakar dalam menyaring makanan yang masuk ke perutya. Jika pada makanan syubhat saja wujud kehati-hatian beliau sampai demikian, apalagi pada perkara yang haram.

Hal pertama yang harus dilakukan bagi orang yang pernah mengonsumsi makanan haram adalah bertaubat. Syarat-syarat bertaubat secara lugas dijelaskan dalam kitab Al-Adzkar An-Nawawiyah berikut:

  1. Menyudahi perbuatan dosa saat itu juga 
  2. Menyesalinya 
  3. Bertekad untuk tidak mengulanginya lagi 
  4. Mengembalikan hak orang lain yang dizalimi, meminta maaf, atau meminta pembebasan tanggungan akibat kezaliman itu.   

Poin nomor pertama hingga ketiga berlaku untuk kasus dosa atau maksiat yang berhubungan dengan Allah (haqqullah), sedangkan poin keempat adalah syarat tambahan ketika doa tersebut berhubungan dengan relasi antarmanusia (haq adami). (Lihat Imam An-Nawawi).

Berdasarkan referensi di atas, cara bertaubat antara mengonsumsi makanan haram secara dzatiyah dan makanan haram karena melalui cara yang haram pun berbeda. Yang pertama cukup dengan menerapkan tiga syarat di atas karena menyangkut haqqullah, sementara yang kedua mesti ditambah dengan syarat taubat yang keempat, yakni menyelesaikan urusan sosialnya: mengganti makanan yang telah dikonsumsi, meminta maaf, serta meminta kerelaan pada pemilik makanan.   

Kitab Bughyah al-Mustarsyidin memberi penjelasan lebih rinci tentang penyelesaian haq adami ini:

  1. Orang yang memperoleh harta haram atau hasil kezaliman (pencurian, korupsi, penipuan, dan semacamnya) wajib bertaubat dengan cara mengembalikan seluruh harta haram itu sesegera mungkin kepada pemilik. 
  2. Jika si pemilik tidak diketahui, selama masih mungkin ditemukan, wajib baginya berikhtiar secara sungguh-sungguh mencarinya atau ahli warisnya. Disunnahkan mengumumkannya ke khalayak. Barang itu boleh tetap dibawa ketika tidak menemukan qadli terpercaya (institusi berwenang yang dapat diserahi barang tersebut, red).
  3. Jika ikhtiar maksimal mencari pemilik tidak berhasil maka harta tersebut tergolong bagian harta baitul mal (kas pemerintah), seperti halnya harta titipan dan harta ghasab yang kecil kemungkinan ditemukan pemiliknya, begitu juga harta warisan (tirkah) yang tidak diketahui ahli warisnya. Harta-harta ini pada akhirnya adalah milik publik, yang mesti dialokasikan untuk kemaslahatan umat Muslim, berdasarkan prioritas kepentingan mereka, seperti membangun masjid, sekiranya tidak ada pengalokasian yang lebih umum lagi. Jika pemakan harta haram itu adalah orang fakir, maka ia boleh mengambil harta tersebut berdasarkan kadar kebutuhan dirinya dan keluarganya yang juga fakir, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Tuhfah al-Muhtaj dan lainnya. (Abdurrahman bin Muhammad Ba’alawi).

Bagaimana cara menentukan kadar makanan yang harus dikembalikan pada pemiliknya itu ketika kadar tersebut bercampur? Dalam kitab Ihya’ Ulum ad-Din dijelaskan bahwa sejauh masih bisa dipilah secara fisik maka wajib dipilah lalu dikembalikan ke pemiliknya. Bila tidak bisa dipilah maka cukup memberikan barang padanannya. Jika tidak ada padanannya maka cukup menggantinya dengan nominal yang senilai dengan barang tersebut.

Bagaimana jika tidak diketahui secara pasti jumlahnya? Menurut Imam al-Ghazali, pijakannya ada dua, yakni keyakinan dan dugaan kuat. Artinya, orang yang mengonsumsi hak orang lain itu cukup mengganti senilai jumlah yang diyakini paling valid (Al-Ghazali).

Disimpulkan bahwa hal yang wajib dilakukan bagi orang yang terlanjur mengonsumsi makanan haram adalah segera bertaubat kepada Allah dengan melakukan tiga hal. Pertama, segera menyudahi maksiat (mengonsumsi makanan haram) saat itu juga. Kedua, merasa menyesal pernah mengonsumsi makanan yang haram. Ketiga, bertekad untuk tidak mengulang kembali maksiat berupa mengonsumsi makanan haram yang pernah dilakukannya.  

Sedangkan untuk bertaubat atas mengonsumsi makanan halal yang didapatkan dengan cara yang haram selain harus melakukan tiga syarat di atas, diwajibkan pula untuk mengembalikan makanan yang pernah dikonsumsinya kepada pemiliknya atau memohon kerelaan atas makanan tersebut pada pemiliknya. Jika makanan yang pernah dikonsumsinya ada padanannya, maka wajib mengganti dengan makanan yang sama. Jika tidak ada padanannya maka mengganti dengan nominal seharga makanan tersebut. Sedangkan jika ia sudah lupa kadar makanan milik orang lain yang ia konsumsi, maka ia wajib mengganti dengan kadar makanan atau nominal harga yang sekiranya muncul keyakinan atau dugaan kuat pada dirinya bahwa makanan tersebut mencapai kadar yang pernah ia konsumsi.

Referensi sebagai berikut ini ;




Rabu, 13 Juli 2022

Lunturkan Dosa dengan Istigfar


Istighfar berupa kalimat dzikir yang sangat mulia diamalkan dengan maksud memohon ampun kepada Allah SWT karena dosa selama hidup. Apakah Istighfar ini dapat juga menghapus dosa besar? Karena dalam hadist Nabi mengatakan bahwa orang yang membaca Istighfar akan diampuni dosanya, meskipun ia lari dari medan perang. Mengenai hal ini, Buya Yahya menjelaskan bahwa sighat Istighfar tersebut jelas benar. Bukan hanya satu sighat Istighfar tersebut yang disebutkan.

Allah SWT memberikan jalan bagi siapapun yang melakukan dosa seperti apapun. Maka jangan ragu untuk membaca sighat Istighfar. Istighfar itu seperti Astaghfirullaha Al Adzim Alladzii La Ilaha Illa Huwal Hayyal Qayyuma Wa Atuubu Ilaihi Aku memohon ampun kepada Allah SWT yang maha agung. Tiada tuhan selain dia yang maha hidup lagi maha berdiri sendiri dan aku bertaubat kepada-nya.

Intinya lari dari peperangan termasuk dosa besar. Namun pengampunan selalu ada dari Allah SWT selagi tidak menyekutukan. Diantaranya Allah memberikan petunjuk membaca Istighfar ini dengan penyesalan tentunya. Jangan niatkan dengan Istighfar ini untuk terlebih dahulu melakukan kemaksiatan. Allah SWT memerintahkan bahwa sebesar apapun dosamu tetap baca Istighfar. Nanti dosa akan diampuni oleh Allah SWT.


Referensi sbb ;



Satu dari Tiga Dosa Ini Tak Terhapus Hanya dengan Bertobat


Satu dari Tiga Dosa Ini Tak Terhapus Hanya dengan Bertobat. Dosa bisa dihapus dengan tobat, tetapi satu ini tidak cukup hanya dengan tobat. Setiap manusia tidak terlahir tanpa cela. Setiap hari, ada saja dosa yang dilakukan manusia baik sadar maupun tidak. Dosa bisa menjadi penghalang bagi seseorang untuk meraih kenikmatan akhirat. Pahala yang susah payah dikumpulkan bisa gugur karena dosa sedikit saja. Meski demikian, Allah SWT membuka jalan pertobatan bagi semua orang. Seorang hamba cukup bertobat, meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.

Tetapi, ada dosa yang jalan tobatnya cukup sulit. Bahkan bisa menyusahkan kehidupan. Dosa adalah sbb :

Pertama, dosa akibat meninggalkan perintah Allah SWT. Contohnya, meninggalkan sholat, puasa, zakat, kafarat, dan lain sebagainya.

Kedua, dosa yang berkaitan dengan Allah. Contohnya, minum khamr, makan harta riba, judi dan lain-lain.

Ketiga, dosa yang berkaitan dengan manusia. Misalnya mencuri harta orang lain, membunuh, menuduh berzina, menebar fitnah.

Dosa hanya bisa dihapuskan dengan tobat. Dengan sepenuh hati, seseorang memohon ampunan kepada Allah SWT. Tobat kepada Allah SWT bisa untuk menghapus dosa jenis pertama dan kedua. Tidak untuk jenis ketiga. Dosa terhadap manusia tidak cukup dihapus hanya dengan tobat. Pelakunya harus meminta maaf dan memohon keikhlasan kepada mereka yang pernah disakiti atau dirugikan, sehingga pertobatannya menjadi lebih susah.


Referensi sebagai berikut ini ;




Cara agar Diampuni dari Dosa Mencuri dan Ghibah

Cara agar Diampuni dari Dosa Mencuri dan Ghibah

Cara agar Diampuni dari Dosa Mencuri dan Ghibah. Mencuri ataupun ghibah merupakan salah satu perbuatan yang sangat dilarang oleh Allah SWT. Sehingga, ketika seseorang melakukan hal tersebut maka akan berdosa. Seseorang yang telah melanggar aturan Allah, harus melakukan taubat agar diampuni dosa-dosanya. Akan tetapi, ketika ingin bertaubat juga harus memperhatikan dan menggunakan cara yang benar.

Karena setiap dosa yang diperbuat, cara bertaubatnya pun akan berbeda. Namun, ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh seseorang untuk bisa tetap bertaubat, sebab Allah Swt adalah Maha Pengampun. Tentang cara bertaubat atas dosa mencuri dan ghibah yang pernah dilakukan.

Seseorang yang ingin diampuni dari dosa mencuri terdapat 2 cara, dan masing-masing cara yang dilakukan tergantung pada kondisi saat mencuri.

  1. Mengembalikan barang yang dicuri secara langsung kepada orang yang bersangkutan dan meminta maaf terhadap apa yang telah dilakukan. Ketika ingin mendapatkan ampunan dari Allah SWT atas dosa mencuri yang telah dilakukan, maka jangan hanya sekedar menyesal tapi harus mengembalikannya secara langsung. Hal tersebut berlaku bagi seseorang yang mencuri dan orang yang bersangkutan mengetahui siapa yang mencuri harta bendanya. Maka secara terang-terangan harus menemui orang tersebut, dan mengganti seluruh harta benda yang telah dicurinya.
  2. Mengembalikan harta benda curian secara diam-diam. Hal ini dilakukan ketika orang yang dicuri tidak mengetahui siapa yang telah mencuri harta bendanya. Karena tidak mungkin jika menemui orang tersebut secara terang-terangan, dan kemudian mengaku bahwa dulu pernah mencuri. Sebab jika mengaku secara terang-terangan seperti itu, akan menyebabkan perdebatan atau konflik diantara keduanya. Oleh karena itu, agar terhindar dari adanya perdebatan. Jika ketika mencuri orang yang bersangkutan tidak mengetahui pelakunya, maka cukup kembalikan harta benda tersebut dengan dikirimkan melalui orang lain. Tidak hanya dosa mencuri, dosa karena ghibah atau menggunjing orang juga tidak bisa sembarangan ketika ingin mendapat ampunan dari Allah Swt.

Ketika seseorang berghibah atau menggunjing orang, berikut cara bertaubatnya:
  1. Meminta maaf secara langsung kepada orang yang dighibahkan, hal ini berlaku jika orang tersebut mengetahui bahwa dirinya sudah dijadikan sebagai bahan ghibahan.
  2. Jika orang yang dighibahkan tidak mengetahui, maka cara bertaubatnya yaitu dengan membicarakan kebaikan orang tersebut di tempat yang sama seperti saat berghibah.
Selain itu meminta ampunan kepada Allah Swt karena sudah berghibah, serta memohonkan segala perbuatan orang tersebut. Maka tidak perlu meminta maaf secara langsung kepada orang yang bersangkutan.

Referensi sebagai berikut ini ;




Ciri Orang yang Tidak Diridhoi Allah Swt Meski Sering Baca Al Quran


Ciri Orang yang Tidak Diridhoi Allah Swt Meski Sering Baca Al Quran. Ada tiga ciri orang yang tidak diridhoi Allah meski sering membaca Al Quran. Kita harus berhati-hati karena orang yang membaca Al Quran saja tidak diridhoi Allah Swt jika nampak tiga ciri ini.

Orang Ini Tidak Diridhoi Allah Meski Rajin Baca dan Menghafalkan Al Quran berikut ini tiga ciri orang tidak diridhoi Allah meski rajin membaca Al Quran:

1. Orang Zalim Orang yang zalim tidak akan mendapatkan ridho dari Allah Swt meski dia sering membaca dan menghafalkan Al Quran setiap hari. Ada orang yang senang kepada Al Quran tapi Zalim orangnya, rajin baca dia rajin tidak mampu menempatkan ayat Al Quran sesuai dengan tempatnya. Segala perbuatan yang tidak ditempatkan pada tempatnya seperti orang yang mengetahui makna surat Al Ikhlas tetapi malah mengatakan bahwa semua agama sama. Ada orang yang sering ngaji baca qul huwallahu ahad katakan hanya Allah Swt, hafal ayatnya tahu maknanya tapi tidak menempatkan ayat sesuai dengan tempatnya, ia katakan semua agama sama.

2. Orang yang Berbuat Baik Hanya untuk Dirinya Saja Perbuatan ini lebih baik dari pada orang zalim tetapi orang yang seperti ini hanya berbuat baik kepada dirinya bukan kepada orang lain atau lingkungannya. Sebagai contoh, orang yang dikenal suka mojok di masjid untuk membaca Al Quran tetapi saat dirinya diminta untuk menjadi imam sholat dia tidak mau.

3. Orang yang Punya Perilaku Buruk Membaca dan menghafalkan Al Quran merupakan salah satu perbuatan baik sehingga seharusnya sikap yang ditunjukkan juga baik. Jadi jangan bangga kalau anak anda hafal 30 juz tetapi tidak merubah perilaku. Dekat dengan Al Quran akan ada perubahan dalam dirinya, minimal sifatnya menjadi tenang, terukur dan baik kemudian lama-lama menjadi sikap atau perilaku.


Referensi sebagai berikut ini ;

Karakteristik Manusia Dzalim


Karakteristik Manusia Dzalim. alam kehidupan sehari-hari antara umat manusia di muka bumi ini pasti memiliki rasa kesolidaritasan yang sangat tinggi. Suatu hubungan yang sangat erat. Namun rasa kesolidaritasam tersebut terkadang sering di salah artikan oleh banyak kalangan dari kita sehingga menimbulkan perbuatan yang subversif dalam ajaran agama Islam. Salah satu perbuatan yang dimaksud disini yakni zalim.

Perbuatan zalim dalam ajaran agama Islam harus dihindari oleh setiap Muslim di muka bumi ini. Mengapa demikian? Karena perbuatan zalim ini dapat merugikan pelakunya dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat nanti. Selain merugi, Allah SWT juga akan membenci kepada orang yang berbuat zalim ini. Maka dari itu, setiap dari kita yang beragama Islam harus mengetahui seluk beluk lebih dalam dari perbuatan zalim ini.

Menurut ajaran agama Islam, kata zalim berasal dari bahasa Arab, yakni “Dho-La-Ma” yang memiliki makna sebagai gelap atau lebih dikenal dengan istilah suram.  Di dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 200 ayat yang secara spesifik mengupas tentang orang yang zalim ini. “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah sangat benci kepada orang-orang yang berbuat zalim”.(QS. Ali-Imran:57).

Secara global makna kata zalim yang kita kenal adalah segala sesuatu perbuatan jahat ataupun berbuat aniaya; baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri dan makhluk-makhluk yang lainnya. Dalam syari’at agama Islam pengertian zalim ini mengacu pada firman Allah yang berbunyi: “Dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zalim”.(Al-Baqarah:229).

Dari penggalan ayat ini maka makna zalim menurut sebagian para ulama mendefinisikan zalim sebagai segala sesuatu tindakan yang melampaui batas, yang tidak lagi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Baik dengan cara menambah ataupun mengurangi hal-hal yang berkaitan dengan waktu, tempat, maupun sifat dari perbuatan-perbuatan yang melampaui batas tersebut.

Selanjutnya, kezaliman ini memiliki beberapa karakteristik yang perlu Anda perhatikan. Karakteristik dari perbuatan kezaliman ini cukup banyak. Tentu tidak semua di tuangkan dalam tulisan yang sangat terbatas ini. Minimal ada 2 hal yang perlu Anda perhatikan. Diantaranya:

Pertama, mendustakan Allah SWT dan mendustakan kebenaran. Allah SWT berfirman yang artinya sbb ini:

“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir”.(Az-Zumar:32).

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah SWT akan memasukkan kedalam neraka bagi orang yang tidak mau menuruti perintah-Nya. Orang yang zalim pada hakikatnya mereka itu akan melencengkan kebenaran yang ada. Sekarang banyak kebenaran-kebenaran yang telah dibelokan oleh orang-orang yang tidak mengerti agama. Oleh karena itu berhati-hatilah dengan kebenaran yang ada. Cek dulu kebenaran yang kita dengar atau peroleh. Apakah yang kita peroleh itu benar atau tidak?

Kedua, suka menipu. Ciri yang kedua ini tentunya sudah tidak asing ditelinga kita. Coba kita lihat dengan seksama. Banyak diantara dari kita yang sering menipu orang lain khususnya mereka para pejabat-pejabat tinggi. Mereka melakukan perbuatan yang sangat fenomenal yang hingga kini terus bergejolak. Apakah itu? Yaitu korupsi. Hampir setiap hari media-media memberitakan tentang korupsi. Mereka dengan senangnya mengambil uang negara untuk dinikmati seorang diri. Imbasnya setelah mereka melakukan korupsi, mereka masuk jeruji besi. Namun setelah mereka bebas dari jeruji besi, mereka kembali berulah dengan kasus yang sama. Sungguh sangat memprihatinkan.

Padahal melakukan perbuatan menipu dalam semua jeni hal sangat dilarang oleh agama Islam. Rasulullah SAW pernah melarang kepada pedagang yang melakukan perbuatan penipuan terhadap barang daganganya. Sebagaimana sabda beliau, Dari Ibnu Abbas ra, dia berkata, “Rasulullah  telah melarang untuk melakukan jual-beli yang licik (menipu)”.(HR. Muslim).

Wahai saudaraku, perlu diketahui bahwa zalim ini memiliki akibat yang luar biasa. Salah satunya akan masuk neraka. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang mengambil hak seorang Muslim maka Allah telah mewajibkan neraka baginya dan mengharamkan surga baginya”. Ada seorang yang bertanya: “Walaupun sesuatu yang remeh/sedikit wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Walaupun cuma sepotong kayu arak”. (HR. Muslim No 351).


Referensi sebagai berikut ini ;

Sifat Zalim Hanya Dimiliki Orang-orang Keji dan Hina, Berikut Doa Bila Bertemu Orang Zalim

Sifat Zalim Hanya Dimiliki Orang-orang Keji dan Hina, Berikut Doa Bila Bertemu Orang Zalim


Dalam ajaran agama, sifat zalim adalah kebalikan dari sifat adil. Sifat zalim ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang keji dan hina. Di antara ciri-ciri orang zalim yakni gemar melakukan kemungkaran, senantiasa mengingkari kebenaran dan suka membuat pembenaran, serta gemar berperilaku tercela sepertia suka menganiaya.

Zalim melambangkan kekejaman, tidak berperikemanusiaan, senang melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda, serta ketidak adilan. Pada dasarnya sifat zalim merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan akhlak manusia, yang seharusnya menggunakan akal untuk melakukan kebaikan.

Nah bila bertemu dengan orang yang memiliki ciri-ciri zalim, Islam mengajarkan doa agar kita dijauhkan atau dilindungi dari kezaliman orang tersebut. Sebelum membaca doa ini, dianjurkan kepada kita untuk membaca ayat qursi terlebih dahulu. 

Artinya:
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.

Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah Swt tanpa izin-Nya. Allah Swt mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah Swt meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Berikut doa saat berhadapan dengan orang zalim
Artinya,

"Wahai Yang Maha Hidup lagi Yang Maha Berdiri sendiri (mengurusi makhluk-Nya), wahai Pencipta langit dan bumi, dan wahai Tuhan Yang memiliki keluhuran dan kemuliaan. Aku memohon kepada-Mu dengan perantaraan (ayat kursi) yang mulia ini dan rahasia yang tersembunyi di balik al asmaul a’zham, kiranya Engkau mengendalikan mulutnya dariku dan menjaga (mengunci) lisannya sehingga tidak mampu berbicara kecuali yang baik-baik atau diam. Kebaikanmu, wahai orang (yang sedang aku hadapi ini), terbayang jelas di depan kedua matamu dan kejahatanmu berada (terinjak) di bawah kedua telapak kakimu."


Referensi Sebagai berikut ini ;





Sudah Taubat Lalu Terjebak Bermaksiat Lagi, Apakah Diterima Taubatnya

Sudah Taubat Lalu Terjebak Bermaksiat Lagi, Apakah Diterima Taubatnya

Sungguh Allah Swt telah melapangkan dan melonggarkan serta memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada kita untuk bertaubat kepada-Nya. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, artinya sebagai berikut ini :

“Sungguh, Allah meluaskan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di siang hari. Dan Allah meluaskan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di malam hari” (HR. Muslim no.7165)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda: “Sungguh Allah menerima taubat hamba-Nya selama nyawa belum sampai di kerongkongan” (HR. At Tirmidzi).

Kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga telah mengabarkan kepada kita kisah seorang lelaki yang telah membunuh 99 orang: “Lelaki tersebut ditunjukkan kepada seorang ahli ibadah, ia mendatanginya dan bertanya: ‘Aku telah membunuh 99 orang. Apakah aku masih bisa bertaubat?’. Ahli ibadah tadi berkata: ‘Tidak’. Lelaki tersebut pun membunuhnya hingga genaplah 100 orang. Kemudian ia bertanya kepada penduduk yang paling alim, dan ia pun ditunjukkan kepada seorang ulama. Ia kemudian bertanya: ‘Aku telah membunuh 100 orang. Apakah aku masih bisa bertaubat?’. Ulama tadi berkata: ‘Ya. Memangnya siapa yang bisa menghalangimu untuk mendapatkan taubat?’” (HR. Muslim, no.7184).

Maka siapakah yang bisa menghalangi anda dari taubat, saudaraku? Kesempatan selalu terbuka lebar!

Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Allah kehendaki” (QS. An Nisa: 48)

Bahkan dosa syirik,  Ketika seorang musyrik bertaubat kepada Allah Swt dan ia kembali ke jalan Allah Swt, maka tidak ada yang dapat menghalangi ia dari Allah Swt. Bahkan, Rasulullah Muhammad SAW  mengabarkan bahwa orang musyrik dari kalangan ahlul kitab yang bertaubat, ia mendapat dua pahala dari taubatnya.

Mengulang Dosa Setelah Taubat

Memang demikianlah sifat dasar manusia, berbuat kesalahan tidak hanya sekali namun berkali-kali. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda yang artinya sbb ini “Setiap manusia pasti banyak berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang sering bertaubat” (HR. Tirmidzi).

Perhatikan dalam hadits ini digunakan kata خطاء yang artinya: banyak berbuat salah. Namun kata Nabi setelah itu, “sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang sering bertaubat”. Ini isyarat bahwa orang yang dosanya banyak, termasuk orang yang mengulang dosa yang sama setelah taubat, tetap akan diterima taubatnya.

Juga dalam sebuah hadits shahih disebutkan:

“Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu ia berkata: ‘Ya Rabbi, aku telah berbuat dosa, ampunilah aku’. Lalu Allah berfirman: ‘Hambaku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang mengampuni dosa’. Lalu dosanya diampuni. Dan berjalanlah waktu, lalu ia berbuat dosa lagi. Ketika berbuat dosa lagi ia berkata: ‘Ya Rabbi, aku telah berbuat dosa lagi, ampunilah aku’. Lalu Allah berfirman: ‘Hambaku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang mengampuni dosa’. Lalu dosanya diampuni. Dan berjalanlah waktu, lalu ia berbuat dosa lagi. Ketika berbuat dosa lagi ia berkata: ‘Ya Rabbi, aku telah berbuat dosa lagi, ampunilah aku’. Lalu Allah berfirman: ‘Hambaku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang mengampuni dosa’. Lalu dosanya diampuni. Lalu Allah berfirman: ‘Aku telah ampuni dosa hamba-Ku, maka hendaklah ia berbuat sesukanya’” (HR. Bukhari).

Dalam Fathul Baari dijelaskan Ibnu Hajar Al Asqalani berkata: “Makna dari firman Allah ‘Aku telah ampuni dosa hamba-Ku, maka hendaklah ia berbuat sesukanya‘ adalah: ‘Selama engkau selalu bertaubat setiap kali bermaksiat, Aku telah ampuni dosamu’”. Beliau juga membawakan perkataan Imam An Nawawi: “Jika seseorang berbuat dosa seratus kali, seribu kali, atau bahkan lebih banyak, dan setiap berbuat dosa ia bertaubat, maka taubatnya diterima. Bahkan jika dari ribuan perbuatan dosa tadi setelahnya ia hanya sekali bertaubat, taubatnya pun diterima” (Fathul Baari).

Apakah Ini Kabar Gembira Untuk Ahli Maksiat. Tentu ini bukan angin segar untuk terus berbuat maksiat. Karena seseorang bermaksiat hendaknya ia sadari bahwa belum tentu ia mendapatkan taufiq untuk bertaubat nasuha setelah maksiat dan belum tentu ia mati dalam keadaan sudah bertaubat. Rasulullah Muhammad SAW bersabda yang artinya sbb : “Sungguh setiap amal tergantung pada bagian akhirnya” (HR. Bukhari no. 6493).

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda: “Ada seseorang yang ia sungguh telah beramal dengan amalan penghuni surga dalam waktu yang lama, kemudian ia menutup hidupnya dengan amalan penghuni neraka. Dan ada seseorang yang ia sungguh telah beramal dengan amalan penghuni neraka dalam waktu yang lama, lalu ia menutup hidupnya dengan amalan penghuni surga” (HR. Al Bukhari).

Maka teruslah istiqamah menjauhi maksiat dan terus bertaubat kepada Allah, semoga kita dimatikan di atas kebaikan.


Referensi sebagai berikut ini ;





Penyesalan Manusia setelah Mati di Alam Kubur, Dari Minta Dijadikan Tanah hingga Lalai Bersedekah

Penyesalan Manusia setelah Mati di Alam Kubur, Dari Minta Dijadikan Tanah hingga Lalai Bersedekah

Penyesalan selalu datang terlambat. Demikian ucapan yang kerap terdengar di masyarakat. Begitu pun penyesalan manusia setelah mati di alam kubur.  Mereka meminta dispensasi kepada Tuhan berharap bisa kembali ke dunia untuk beriman dan menjalankan perintah-Nya serta beramal baik. 

5 Doa Selamat di Alam Kubur Artinya, Dibaca saat Tahiyat Akhir Setelah meninggal dunia, maka terputuslah semua amalan yang bisa dilakukan dunia, kecuali anak sholeh yang mendoakan orang tuanya, ilmu bermanfaat dan amal jariyah. Kehidupan yang diberikan Allah SWT kepada manusia selama masih berada di dunia ini ternyata merupakan anugerah terbesar yang jarang disyukuri.

Karena itu, harus memanfaatkan selagi masih hidup dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta beramal baik sebagai bekal menuju keabadian agar tidak timbul penyesalan. 13 Amalan Penerang Kubur agar Dijauhkan dari Siksa, Nomor 1 Wajib Dilakukan Muslim Penyesalan manusia yang sudah mati di alam kubur salah satunya disebutkan dalam Al Quran, Surat Al Munafiqun ayat 10. Allah SWT berfirman artinya sbb ;

Artinya: "Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), "Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang shalih." (Surat Al Munafiqun ayat 10)

Berikut penyesalan-penyesalan manusia setelah mati di alam kubur: 

1.Penyesalan Orang Tidak Beriman Orang yang tidak beriman ketika diazab dalam neraka sebagaimana disebutkan dalam AL Quran Surat Fathir ayat 37, mereka meminta agar dikembalikan ke dunia untuk mengerjakan amal perbuatan yang berlainan dengan yang telah mereka kerjakan di masa lalu.  Namun, Allah Swt telah mengetahui bahwa seandainya mereka di­kembalikan ke dunia lagi, pastilah mereka akan kembali mengerjakan apa yang dilarang bagi mereka melakukannya. Sesungguhnya mereka benar-benar dusta dalam pengakuannya itu. Karena itu, Allah Swt. tidak memperkenankan permintaan mereka,  

Artinya: Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: "Ya Rabb kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan." Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun. (QS. Fathir ayat 37)

2.Tidak Mau Mendengar Kebaikan Penyesalan manusia yang sudah mati di alam kubur berikutnya tidak mau mendengar nasihat kebaikan. Dalam Surat Al-Mulk ayat 8-10, Allah berfirman:

Artinya: Hampir meledak karena marah. Setiap kali ada sekumpulan (orang-orang kafir) dilemparkan ke dalamnya, penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka, “Apakah belum pernah ada orang yang datang memberi peringatan kepadamu (di dunia)?

Mereka menjawab, “Benar, sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada kami, tetapi kami mendustakan(nya) dan kami katakan, “Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun, kamu sebenarnya di dalam kesesatan yang besar.  

”Dan mereka berkata, “Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala.” Pada ayat diatas dimaksudkan agar manusia lebih terbuka hatinya ketika ada seseorang yang menasehatinya dalam hal kebaikan.

Terkadang sebagai manusia selalu menolak dalam hatinya ketika dinasehati seakan menganggap orang yang menasehati kita akan menjerumuskan ke dalam keburukan.  

3.Mengingkari Hari Kiamat Penyesalan manusia yang sudah mati di alam kubur selanjutnya yakni tidak memercayai Hari Kiamat atau hari kebangkitan. Allah SWT berfirman dalam Surat Yasin ayat 52:  Mereka berkata:"Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?" Inilah yang dijanjikan (Rabb) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul(Nya). 

4.Tidak Bersedekah Penyesalan manusia yang sudah mati di alam kubur yakni tidak sempat bersedekah. Karena hal yang terus mengalir hingga di alam kubur yaitu amal jariyah yang pernah dilakukan semasa hidup.  Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pun pernah bersabda tentang penyesalan bagi orang yang lalai bersedekah. Telah menceritakan kepada kami Abu Hurairah radliallahu anhu berkata,: "Seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahualaihiwasallam dan berkata,: "Wahai Rasulullah, shadaqah apakah yang paling besar pahalanya?". Beliau menjawab: "Kamu bershadaqah ketika kamu dalam keadaan sehat dan kikir, takut menjadi faqir dan berangan-angan jadi orang kaya. Maka janganlah kamu menunda-nundanya hingga tiba ketika nyawamu berada di tenggorakanmu. Lalu kamu berkata, si fulan begini (punya ini) dan si fulan begini. Padahal harta itu milik si fulan". (HR. Bukhari) (No. 1419 Fathul Bari) Shahih. Dari  hadits di atas mengajarkan bahwa Muslim sudah semestinya selalu bersedekah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya baik di kala lapang maupun sempit.  

5. Tidak Mengerjakan Sholat Ketika Sehat atau Sakit Penyesalan manusia setelah mati di alam kubur berikutnya tidak mengerjakan sholat yang telah diwajibkannya sebanyak lima waktu sehari.  Dalam Surat Al Baqarah ayat 43, Allah SWT berfirman: Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku lah bersama orang-orang yang ruku. Bagi manusia yang menyia-nyiakan hidupnya apalagi masa mudanya maka pasti akan merasa merugi.  

6.Memutus Silaturahmi Hal yang akan disesali manusia ketika sudah meninggal itu ketika orang tersebut tidak sempat memaafkan dan memutus tali silaturahmi kepada teman atau saudaranya, hal tersebut akan merugikan manusia itu sendiri ketika sudah di alam kubur.  Rasulullah SAW bersabda:

".Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Uyaynah ibnu Abdur Rahman ibnu Jusyan, dari ayahnya, dari Abu Bakrah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada suatu perbuatan dosa pun yang lebih layak untuk disegerakan oleh Allah hukumannya di dunia selain dari azab yang disediakan untuk pelakunya kelak di akhirat selain dari zina dan memutuskan hubungan kekeluargaan. 

7.Penyesalan Orang Kafir Minta Jadi Tanah Penyesalan manusia setelah mati di alam kubur yakni tidak beriman kepada Allah. Seandainya saja mereka tidak dijadikan wujud manusia dan berupa tanah tentu mereka berpikir tidak akan ditimpa azab pedih. Dalam Surat An Naba ayat 40, Allah SWT berfirman  Artinya: Dan orang kafir berkata, "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah.” (An-Naba: 40) Orang kafir di hari itu berkhayal seandainya dirinya sewaktu di dunia berupa tanah dan bukan makhluk serta tidak dikeluarkan ke alam wujud. Demikian itu terjadi ketika dia menyaksikan azab Allah terpampang di hadapannya dan ia melihat semua amal perbuatannya yang telah dicatat oleh para malaikat juru tulis amal perbuatan, yang semuanya mulia lagi bertakwa. Semua amal perbuatannya penuh dengan kerusakan dan dosa-dosa. 

8.Tidak Pernah Mengajak Kebaikan Penyesalan manusia di alam kubur lainnya yakni tidak pernah mengajak kebaikan atau dakwah kepada manusia lain. Dakwah juga tidak selalu harus berdiri di depan podium, namun bisa dimulai dari lingkungan terdekat seperti keluarga dan seruan yang kita lakukan tidak melenceng dari aturan Allah SWT.  Dakwah juga bisa diartikan sama dengan menolong agama Allah SWT, maka barangsiapa yang tidak pernah melakukannya akan menyesal ketika sudah tidak ada di dunia. 

9.Suka Mengadu Domba Penyesalan bagi manusia yang sudah mati di alam kubur yakni semasa hidupnya suka mengadu domba dengan menyebarkan kabar bohong atau hoaks hingga memicu pertengkaran antarsesama. Rasulullah SAW bersabda: Dari Ibnu `Abbas berkata, "Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam lewat di dekat dua kuburan, lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya keduanya sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah kencing, sementara yang satunya suka mengadu domba." Kemudian beliau mengambil sebatang dahan kurma yang masih basah, beliau lalu membelahnya menjadi dua bagian kemudian menancapkannya pada masing-masing kuburan tersebut. Para sahabat pun bertanya, "Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan ini?" beliau menjawab: "Semoga siksa keduanya diringankan selama batang pohon ini basah." (HR. Bukhari).

10. Penyesalan Orang Munafik Orang-orang munafik yang mengingkari Allah dan Rasul-Nya menjadi manusia yang menyesal ketika sudah mati di alam kubur nanti. Mereka awalnya beriman namun ingkar. Dalam Surat Ali Imran ayat 106, Allah SWT berfirman: Artinya: Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan):"Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu". (Surat Ali Imran ayat 106). 

11. Kencing Sembarangan Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga kebersihan salah satunya etika dalam membuang air kecil atau kencing. Orang yang kencing sembarangan dan tidak bersuci setelah membuang hajatnya akan mendapat siksa di alam kubur. Rasulullah SAW bersabda Dari Ibnu `Abbas berkata, "Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam lewat di dekat dua kuburan, lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya keduanya sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah kencing, sementara yang satunya suka mengadu domba." Kemudian beliau mengambil sebatang dahan kurma yang masih basah, beliau lalu membelahnya menjadi dua bagian kemudian menancapkannya pada masing-masing kuburan tersebut. Para sahabat pun bertanya, "Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan ini?" beliau menjawab: "Semoga siksa keduanya diringankan selama batang pohon ini basah." (HR. Bukhari).

Itulah penyesalan manusia yang sudah mati di alam kubur, semoga bisa menjadi pengingat bagi yang masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. semoga sebelum meninggal Allah memberikan petunjuk kepada hamba-hambnya dan segera bertobat kepada Allah Swt, Aamin ya robbal 'Alamin.



Referensi sebagai berikut ini ;


Rintihan dan Kesediahan orang-orang yang menyesal di akhiratnya

Rintihan dan Kesediahan orang-orang yang menyesal di akhiratnya

Rintihan dan Kesediahan orang-orang yang menyesal di akhiratnya, Hidup di dunia sangatlah singkat dan kesenangan yang kita miliki saat ini hanya sementara. Jika dihitung dengan waktu, umur kita di dunia hanya 1,5 jam. Sebab 1 hari di Akhirat sama dengan 1.000 tahun di dunia. Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda dalam satu hadis dari Abu Hurairah: "Umur umatku antara 60 sampai 70 tahun. Dan sangat sedikit di antara mereka yang melewati itu". Dalam riwayat lain, dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah Muhammad SAW memegang kedua pundakku, lalu bersabda: "Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang musafir."

"Sebagian orang kegirangan jika diberi waktu yang panjang di dunia. Ketika nyawanya telah dicabut, ia ingin kembali ke dunia supaya bisa beramal saleh. Orang-orang seperti inilah yang menyesal di akhirat kelak, semoga kita tidak termasuk orang-orang semacam itu," kata Habib Quraisy Baharun dalam satu tausiyahnya. Habib Quraisy menukil salah satu ayat Al-Qur'an, Allah Swt berfirman dalam QS Al Mu'minun: Ayat 99-100 sebagai berikut ini : "Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan". (QS Al Mu'minun: Ayat 99-100)

Ketika orang kafir masuk ke neraka, mereka berharap keluar dan kembali ke dunia dan dipanjangkan umur supaya mereka bisa beramal . Mereka merintih sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur'an: "Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan'. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun." (QS Fathir: Ayat 37).

Agar Selamat di Akhirat Dalam satu ayat yang populer, Allah Swt berfirman: "Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan menusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku". (QS Adz-Dzariyat: 56) 

Karena itu, nikmat umur yang kita jalani saat ini hendaknya dimanfaatkan untuk beramal saleh sebelum datangnya hari penyesalan. Allah juga mengabarkan lewat firman-Nya surah Surah Al-Ashr Ayat 1-3: "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya mentaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran." (Surah Al-Ashr Ayat 1-3) 

Rasulullah Muhammad SAW Bersabda: "Takdir yang akan menimpa seseorang tidak bisa ditolak kecuali dengan doa, umur seseorang tiada bertambah kecuali dengan melakukan kebaikan, dan rezeki (kebaikan) akan diharamkan kepada seseorang karena dosa yang dilakukannya." (HR Ibnu Majah dan at-Tirmidzi).



Referensinya sebagai berikut ini ;


Orang Kafir di Akhirat menyesal

Orang Kafir di Akhirat menyesal

Setelah di alam akhirat orang-orang kafir menyesal kenapa di dunia dia tidak bersyahadat (menjadi seorang muslim) percaya bahwa Allah SWT yang Maha Esa dan Muhammad adalah utusannya. Penyesalan ini diabadikan oleh Allah SWT dalam surat Al-Hijr ayat 2-3 yang artinya:

"Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). (Al-Hijr: 2-3)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, bahwa ayat 2 ini menceritakan tentang orang-orang kafir, bahwa di akhirat kelak mereka akan menyesali kekafiran mereka selama di dunia, dan mereka hanya bisa berharap seandainya saja mereka menjadi orang-orang muslim ketika di dunia.

As-Saddi di dalam kitab tafsirnya telah menukil sebuah asar berikut sanadnya yang berpredikat masyhur dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud serta sahabat-sahabat lainnya, bahwa orang-orang kafir Quraisy saat mereka akan dimasukkan ke dalam neraka berharap seandainya saja mereka dahulu menjadi orang-orang muslim.

Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah setiap orang kafir di saat menghadapi kematiannya menginginkan seandainya saja dia menjadi orang mukmin sebelumnya.  Menurut pendapat yang lainnya, ayat ini menceritakan perihal hari kiamat, sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-­Nya Al-An'am ayat 27.

"Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadap­kan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembali­kan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman, " (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan).

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, dari Abuz Zahiriyah, dari Abdullah (Ibnu Mas'ud) sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) meng­inginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. (Al-Hijr: 2)

Bahwa ayat ini menceritakan perihal orang-orang yang menghuni neraka Jahanam ketika melihat teman-teman mereka dikeluarkan dari neraka. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Muslim, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Farwah Al-Abdi, bahwa Ibnu Abbas dan Anas ibnu Malik menakwilkan ayat ini, yaitu firman-Nya: Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) meng­inginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. (Al-Hijr: 2) dengan pengertian berikut:

Ayat ini menceritakan hari (ketika itu) Allah memasukkan orang-orang yang berdosa dari kalangan kaum muslim ke dalam neraka bersama orang-orang musyrik. Kemudian orang-orang musyrik berkata kepada mereka, "Tiada manfaatnya bagi kalian penyembahan kalian (kepada Allah) ketika di dunia."

Maka Allah murka kepada orang-orang musyrik, lalu berkat kemurahan dari-Nya, Dia mengeluarkan orang-orang muslim dari neraka. Yang demikian itu disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firman-Nya: Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. (Al-Hijr: 2)

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami As-Sauri, dari Hammad, dari Ibrahim dan dari Khasifi dari Mujahid, keduanya mengatakan bahwa penghuni tetap neraka berkata kepada ahli tauhid yang berada di dalam neraka, "Tiada manfaatnya bagi kalian iman kalian." Manakala mereka mengatakan demikian, Allah berfirman, "Keluarkanlah semua orang yang di dalam kalbunya terdapat iman sebesar biji sawi!" Perawi mengatakan bahwa yang demikian itulah apa yang disebutkan oleh firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) meng­inginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. (Al-Hijr: 2)

Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ad-Dahhak, Qatadah, Abul Aliyah, dan lain-lainnya. Masalah ini disebutkan pula dalam banyak hadis marfu’ seperti penjelasan berikut:

Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan: "Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Abbas (yaitu Al-Akhram), telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mansur At-Tusi, telah menceritakan kepada kami Saleh ibnu Ishaq Al-Jahbaz dan Ibnu Ulayyah Yahya ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ma'ruf ibnu Wasil, dari Ya'qub ibnu Nabatah, dari Abdur Rahman Al-Agar, dari Anas ibnu Malik Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda: Sesungguhnya ada sebagian orang dari kalangan orang-orang yang mengucapkan, "Tidak ada Tuhan selain Allah, " masuk ke dalam neraka karena dosa-dosa mereka.

Maka berkatalah kepada mereka para penyembah Lata dan 'Uzza (orang-orang musyrik), "Tiada manfaatnya bagi kalian ucapan kalian, 'Tidak ada Tuhan selain Allah, ' sedangkan kalian sekarang berada di dalam neraka bersama-sama kami.”

Maka Allah murka terhadap mereka, lalu Allah mengeluarkan ahli tauhid yang berdosa itu (dari neraka) dan melemparkan mereka ke dalam sungai kehidupan, maka mereka menjadi bersih dari kehangusannya, sebagaimana bersihnya rembulan setelah gerhana. Lalu mereka dimasukkan ke dalam surga, dan mereka di dalam surga dijuluki dengan sebutan golongan Jahannamiyyun.

Lalu ada seorang lelaki berkata kepada sahabat Anas, "Hai Anas, apakah benar kamu mendengar hadis ini dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam?" Sahabat Anas menjawab bahwa ia pernah mendengar Rasulullah  Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: Barang siapa yang mendustakan aku dengan sengaja, maka hendaklah ia bersiap-siap untuk menduduki tempatnya di neraka.”Ya, saya mendengarnya langsung dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam saat beliau mengatakan hadis ini."

Kemudian Imam Tabrani mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Al-Jahbaz secara munfarid. Imam Thabrani mengatakan:

"Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah menceritakan kepada kami Abusy Sya'sa Ali ibnu Hasan Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Nafi' Al-Asy'ari, dari Sa'id ibnu Abu Burdah, dari ayahnya, dari Abu Musa Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:

Apabila ahli neraka telah berkumpul di dalam neraka yang antara lain termasuk ahli kiblat yang dikehendaki oleh Allah (masuk neraka), maka orang-orang kafir berkata kepada orang-orang muslim.

"Bukankah kalian orang-orang muslim?” Orang-orang muslim menjawab, "Benar, kami orang muslim.” Mereka berkata, "Tiada manfaatnya Islam bagi kalian, sedangkan kalian menjadi orang-orang yang dimasukkan ke dalam neraka bersama-sama kami.”

Orang-orang muslim menjawab, "Dahulu kami banyak melakukan dosa, maka kami dihukum karenanya.”

Allah mendengar apa yang dikatakan oleh mereka, maka Dia memerintahkan agar orang-orang yang ada di dalam neraka dari kalangan ahli kiblat dikeluarkan. Ketika orang-orang kafir yang masih tetap di dalam neraka melihat hal tersebut, maka mereka berkata

"Sekiranya kami dahulu menjadi orang-orang muslim, tentulah kami akan dikeluarkan (dari neraka) sebagaimana mereka dikeluarkan.”

Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam membacakan firman Allah yang dimulainya dengan bacaan, "Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk."

Alif, Lam, Ra. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat Al-Kitab (yang sempurna), yaitu (ayat-ayat) Al-Our'an yang memberi penjelasan. Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. (Al-Hijr: 1-2).



Referensi sebagai berikut ini ;

Kata-Kata Tobat Islami, Bisa Menjadi Bahan Renungan untuk Lebih Baik dan Semoga menjadikan kita selalu bertobat kepada Allah Swt

Kata-Kata Tobat Islami, Bisa Menjadi Bahan Renungan untuk Lebih Baik dan Semoga menjadikan kita selalu bertobat kepada Allah Swt

Kata-Kata Tobat Islami, Bisa Menjadi Bahan Renungan untuk Lebih Baik dan Semoga menjadikan kita selalu bertobat kepada Allah Swt. etiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dalam dunia. Namun kesalahan tersebut bukan menjadi sebuah hal yang hina ya KLovers. Ada banyak pelajaran hidup yang bisa kita ambil saat salah menentukan jalan kehidupan. Untuk menjadi seorang yang lebih baik lagi, ada baiknya kita tobat dan tak melakukan kesalahan yang sama. Ada banyak sekali kata-kata tobat yang menyentuh hati dan dapat menjadi sebuah bahan renungan bagi kita.

Sebesar apapun kesalahan yang pernah kita lakukan, nyatanya Allah SWT akan memaafkan setiap hambanya bila ia tak lagi melakukan kesalahan tersebut. Namun tobat ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan berjanji pada diri sendiri untuk tak melakukan kesalahan yang sama. Karena hal ini juga akan membuat kita merasa rugi bila masuk ke dalam lubang yang sama terus-terusan.

Tak hanya baik untuk kehidupan kita di dunia saja, nyatanya tobat juga bisa mempermudah kita untuk jalan menuju surga di akhirat kelak. Tak mudah memang untuk melakukan tobat dan mengakui segala dosa yang telah diperbuat, akan tetapi cobalah untuk berusaha sekuat mungkin. Dengan niat tobat yang tulus maka akan ada kemudahan-kemudahan yang bisa kalian dapatkan dalam jalan menuju tobat.

inilah kata-kata tobat Islami yang menyentuh hati dan dapat menjadi bahan renungan yang baik bagi kehidupan. Berikut kata-kata tobat Islami tersebut:

  1. "Kebanyakan jeritan dari para penghuni neraka itu adalah penyesalan karena menunda tobat mereka." - HR.Muslim
  2. "Istighfar adalah senjata paling ampuh yang akan membawamu kembali pada Allah dan dapat memudahkan kesulitan yang kamu hadapi."
  3. "Jadikan tobat bukan hanya untuk dosa-dosa yang telah kamu lakukan, tapi juga untuk kewajiban yang belum kamu tunaikan." - Ibnu Taymiyyah
  4. "Kecuali orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh. Maka kejahatan mereka itu akan diganti oleh Allah dengan kebaikan (di akhirat kelak)." - Q.S Al Furqan: 70
  5. "Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. - Q.S An Nur: 31
  6. "Kulihat dosa-dosaku seakan begitu besar. Tapi saat kusandingkan dengan ampunan-Mu, ternyata ampunan-Mu jauh lebih besar." - Imam Syafi'i
  7. "Tobat sejati bukan hanya berhenti dari berbuat maksiat, tetapi juga berbalik menuju kebaikan dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk tetap berada di jalan kebaikan itu."
  8. "Istighfar adalah senjata paling ampuh yang akan membawamu kembali pada Allah dan dapat memudahkan kesulitan yang kamu hadapi."
  9. "Jangan terbiasa meremehkan dosa kecil. Ibarat kerikil, sedikit demi sedikit bertambah dan segera berubah menjadi gunung." - Mufti Ismail Menk
  10. "Bertobatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung." - Q.S An Nur: 31
  11. "Meninggalkan dosa lebih mudah daripada bertaubat."
  12. "Jadikan taubat bukan hanya untuk dosa-dosa yang telah kamu lakukan, tapi juga untuk kewajiban yang belum kamu tunaikan." - Ibn Taymiyyah
  13. "Keindahan Islam adalah bahwa tidak ada kata terlambat untuk memohon ampunan kepada Allah, tapi kita juga harus ingat bahwa kamu tidak pernah tahu kapan kamu akan mati."
  14. "Tobat sejati bukan hanya berhenti dari berbuat maksiat, tetapi juga berbalik menuju kebaikan dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk tetap berada di jalan kebaikan itu."
  15. "Jangan terbiasa meremehkan dosa kecil. Ibarat kerikil, sedikit demi sedikit bertambah dan segera berubah menjadi gunung."
  16. "Tobat itu adalah urusan antara manusia dengan Tuhan. Allah akan menerima tobat setiap manusia, siapapun dia, asalkan itu dilakukan dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh." - Nima Mumtaz
  17. "Berkah terindah yang telah diberikan kepada kita adalah kesempatan untuk bertaubat. Jadi tunggu apa lagi?"
  18. "Kenikmatan bagi orang yang diuji dengan kesusahan karena dia berhasil membuatnya lebih dekat kepada Allah dengan evaluasi diri, taubat, dan memperbaiki diri." - Abdullah Gymnastiar
  19. "Dosa adalah penyakit, taubat adalah obatnya, dan berpantang dari itu adalah obat yang paling mujarab." - Ali bin Abi Thalib
  20. "Jadikan taubat bukan hanya untuk dosa-dosa yang telah kamu lakukan, tapi juga untuk kewajiban yang belum kamu tunaikan." - Ibnu Taymiyyah
  21. "Dosa yang membuatmu sedih dan menyesal itu lebih disukai oleh Allah daripada perbuatan baik yang membuatmu sombong." - Ali bin Abi Thalib
  22. "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." - Q.S Al Baqarah: 222
  23. "Kebanyakan jeritan dari para penghuni neraka itu adalah penyesalan karena menunda tobat mereka." - HR Muslim
  24. "Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik mereka yang berbuat kesalahan adalah yang mau bertobat." - HR Ahmad
  25. "Jangan menunda taubat, karena semakin lama perjalanan yang ditempuh, kembalinya juga menjadi semakin sulit.
  26. "Jika ingin kedamaian hati, taatlah kepada Allah, taruh keningmu di atas tanah, bicaralah kepada-Nya, dan curahkan semua isi hatimu. Renungkan hidupmu, sesali kesalahanmu, dan bertobatlah."
  27. "Sesungguhnya Allah akan menerima tobat seorang hamba selama nafasnya belum sampai di tenggorokan (sakaratul maut)." - HR Ibnu Majah dan Tirmidzi
  28. "Tidak ada kata terlambat untuk memohon ampunan kepada Allah."
  29. Itu bukan hak kita untuk menghakimi. Bila Allah saja bisa menerima taubat dari dosa-dosa besar, apakah manusia ciptaan-Nya punya pilihan untuk angkuh? - Irene Dyah
  30. "Jangan menunda tobat, karena semakin lama perjalanan yang ditempuh, kembalinya juga menjadi semakin sulit."
  31. "Mungkin Matahari masih terbit esok hari, tapi belum tentu dengan kamu (apakah masih hidup ataukah tidak). Maka bertaubatlah hari ini."
  32. "Kamu menginginkan kedamaian? taatlah kepada Allah, taruh keningmu di atas tanah, bicaralah kepada-Nya dan curahkan semua isi hatimu, renungkan, sesali dan bertaubatlah."
  33. "Berkah terindah yang telah diberikan kepada kita adalah kesempatan untuk bertaubat. Jadi tunggu apa lagi?"
  34. "Kebahagiaan dicapai melalui tiga hal: 1) Bersabar ketika diuji, 2) Bersyukur ketika menerima nikmat, dan 3) bertaubat atas dosa-dosa." - Ibn al-Qayyim
  35. "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)." - QS. At Tahrim: 8
  36. "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Demi Allah, sesungguhnya aku meminta ampun dan bertaubat kepada-Nya setiap hari lebih dari 70 kali'." - Hadist
  37. "Sekelam apapun masa lalu kita, selagi kita masih bernyawa, kita tetap berpeluang menjadi ahli surga. Jangan pernah berputus asa untuk berubah dan mencari ampunan dari Allah Yang Maha Esa."
  38. "Pemberi syafaat bagi orang yang berdosa adalah pengakuan akan dosa itu, sedangkan taubatnya adalah memohon ampunan."
  39. "Hati kita pedih menyaksikan musibah yang menimpa bangsa ini, penyebabnya bisa jadi karena kelalaian dan kesalahan kita, maka taubat adalah kunci bagi kita." - Aa Gym
  40. "Sungguh mengherankan bagi orang yang binasa (celaka), padahal keselamatan itu ada bersamanya." Imam 'Ali r.a. ditanya, "Apa keselamatannya itu, wahai Amirul Mu'minin?" Beliau menjawab, "Istighfar"."
  41. "Jika engkau melakukan suatu perbuatan dosa, maka segeralah menghapusnya dengan bertaubat."
  42. "Dosa itu perlu dibakar, entah itu dengan sakitnya rasa penyesalan di dunia ini ataukah dengan api neraka di akhirat kelak." - Ibnu Qayyim
  43. "Sehitam mana sekali pun sejarah hidup kita, selagi kita bernyawa, kita tetap berpeluang menjadi ahli surga. Jangan pernah berputus asa untuk berubah dan mencari ambunan dari Allah."
  44. "Taubat sejati bukan hanya berhenti dari berbuat maksiat, namun juga berbalik menuju kebaikan dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk tetap berada di jalan kebaikan itu."
  45. "Jangan pernah meremehkan kekuatan istighfar (memohon ampunan Allah). Karena itu adalah senjata yang akan membawamu kembali kepada Allah dan dapat meringankan kesulitan yang kamu hadapi."
Itulah Kata-Kata Tobat Islami, Bisa Menjadi Bahan Renungan untuk Lebih Baik dan Semoga menjadikan kita selalu bertobat kepada Allah Swt. semoga bagai yang membaca dan dapat merenungi dan mengilhammi setiap perkataan-perkatan para sahabat, dan orang-orang solih. semoga bermanfaat dan semoga menjadikan kita masuk surga nya Allah Swt dan dijauhkan dari nerakaNYA Allah Swt, semoga keluarga kita dikumpulkan di Surganya Allah SWT dan bertemu dengan orang-orang solih.