Sholat tobat ini bisa Anda lakukan dengan dua rakaat dan juga niat dalam hati. Niat yang Anda ucapkan hanyalah berniat untuk sholat tobat dan mohon ampunan agar diridhoi oleh Allah SWT. Dan memohon ampunan kepada Allah juga bisa dilakukan dengan sholat tobat ini. Pada saat Anda melakukan sholat tobat, maka Anda pun telah berjanji untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
Dosa yang pernah Anda perbuat sebaiknya rahasiakan. Rahasiakan dosa dari siapapun termasuk orang terdekat anda apalagi orang lain. Dalam sebuah hadist pun Rasulullah pernah bersabda. “Siapa yang tertimpa musibah maksiat dengan melakukan perbuatan semacam ini (perbuatan zina), hendaknya dia menyembunyikannya, dengan kerahasiaan yang Allah berikan.” (HR. Malik)
Maka dari itu sebaiknya Anda mulai untuk menjauhi segala jenis dosa yang ada. Dan semoga Allah Swt akan mengampuni setiap dosa yang diperbuat dan selalu meridhoi jalan yang Anda ambil.
Mencari lingkungan yang baik tentu saja akan membawa dampak yang baik pula untuk Anda. Oleh karena itu, jika Anda memang bertekad untuk lepas dari segala perilaku tak terpuji, maka Anda harus mencari lingkungan yang baik. Hal ini juga dilakukan untuk memperkuat tobat yang telah Anda lakukan.
Cara bertobat yang sangat disarankan tentu saja kembali mendekatkan diri dan banyak beribadah kepada Allah SWT. Karena mendekatkan diri kepada Allah dapat menggugurkan dosa yang telah Anda perbuat. Selain itu telah dijelaskan pula dalam firman Allah di QS Hud ayat 114.
“Dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”
Tobat secara bahasa artinya kembali. Secara istilah artinya kembali kepada Allah Swt yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Berserah diri pada-Nya dengan hati penuh penyesalan yang sungguh-sungguh. tobat merupakan bentuk tindakan dari akhlak dan kewajiban manusia terhadap Allah SWT karena pada dasarnya manusia tidak lepas dari perbuatan dosa.
Tobat yang diterima oleh Allah Swt ialah Taubat Nashuha, yaitu tobat yang sebenar-benarnya yang mana taubat itu berlaku untuk siapa saja. Bukan hanya untuk orang yang mempunyai dosa saja, namun taubat diperintahkan untuk semua orang.
Jika Anda melakukan dosa ataupun kesalahan, maka segeralah untuk bertobat. Karena Allah selalu memaafkan hambanya. Dan berikut ini sebab-sebab Allah menerima tobat yang Anda:
Karena Allah SWT Maha Mengasihi dan Maha Pengampun
Agar hamba-hambanya bersih dari dosa dan memperoleh kebahagiaan di Surga-Nya kelak
Orang-orang yang bertaubat tidak mengulangi dosa yang pernah diperbuat
Mencegah dari kejahatan dan agar orang-orang lebih banyak melakukan kebaikan.
Sebelum Anda melakukan taubat, Anda perlu mengetahui terlebih dahulu syarat-syarat untuk bertaubat. Dan berikut ini rangkuman syarat bertobat:
Islam, Jika Anda melakukan taubat dengan cara yang dianut oleh Islam, tentu saja Anda haruslah beragama. Karena hal ini pun telah dijelaskan dalam QS An-Nisa ayat 18, sbb : “Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (QS An-Nisa ayat 18).
Ikhlas, saat Anda melakukan sebuah taubat, Anda harus dengan ikhlas untuk menjalankannya. Karena dengan keikhlasan itu artinya Anda hanya mengharapkan ridho dari Allah SWT.
Mengakui dosa, jika Anda benar-benar ingin menghapus semua kesalahan yang pernah diperbuat, Anda harus mengakui kesalahan tersebut di hadapan Allah SWT. Dengan cara mengakui serta memohon keselamatan dengan berdoa kepada Allah Swt.
Menyesali perbuatan, selain Anda harus mengakui dosa, Anda juga diharuskan memiliki rasa penyesalan. Penyesalan tersebut akan memberikan kemampuan kepada Anda untuk takut dan menjadi penghalang apabila Anda berniat melakukan kembali kesalahan atau dosa tersebut.
Lepas dan tinggalkan perbuatan dosa. Apabila pelanggaran yang Anda perbuat adalah melakukan larangannya, dan meninggalkan perintahnya, maka Anda harus melaksanakan perintahnya sebagai cara meninggalkan perbuatan dosa tersebut.
Pernah terjerumus dalam dosa waktu masa muda kemudian bertaubat, berharap kepada Allah semoga taubat nasuha karena hatinya sedih dan pilu. Akan tetapi seringkali terlintas pertanyaan apakah mungkin Allah itu menyamakan dengan orang yang tidak pernah melakukan dosa besar selama hidupnya. Dimana dia merasa lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan orang lain.
Allah menciptakan makhluk dalam rangka untuk taat dan beribadah kepada-Nya. Serta melarang melakukan kemaksiatan kepada-Nya. Dan memerintahkan kalau salah seorang terjerumus dalam kemaksiatan agar bersegera bertaubat kepada Allah dan jangan putus asa dari rahmat Allah. Dan (Allah) menjanjikan orang yang bertaubat balasan yang mulia.
Sebesar apapun seorang hamba terjerumus dalam dosa dan mengakui dosanya. Kemudian bertaubat kepada Allah dengan jujur, serta melakukan ketaaan kepada Allah. maka Allah akan menerima taubatnya, menghapus dosa-dosanya. Mengangkat derajatnya. Mengganti kejelekan dengan kebaikan, sehingga kondisi setelah bertaubat itu lebih mulia dibandingnya dengan sebelum melakukan dosa. Karena taubat dapat menghapus dosa-dosa sebelumnya, dan orang yang bertaubat seperti orang yang tidak punya dosa.
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang". QS. Al-Furqon: 68-70
Dari Anas radhiallahu anhu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh Allah lebih bergembira ketika hamba-Nya bertaubat dibanding dengan salah seorang hamba ketika menemukan untanya yang telah hilang di padang pasir.” ( HR. Bukhori)
Ibnu Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Kegembiraan Allah dengan taubat hamba-Nya padahal tidak pernah ada ketaatan semisalnya hal itu menunjukkan akan agung dan keutamaan taubat di sisi Allah. Dan beribadah dengannya termasuk diantara ibadah yang sangat mulia. Hal ini menunjukkan bahwa pelakuknya akan kembali lebih sempurna dibandingkan dengan sebelumnya.” Selesai dari (Toriqul Hijrain, Hal. 244).
Mereka para shahabat Nabi kita sallallahu alaihi wa sallam. Hatinya paling bersih di umat ini, lebih dalam ilmunya, lebih tepat petunjuknya dan lebih baik kondisinya. Dahulu mereka dalam kekufuran dan kesyirikan. Diantara mereka ada orang yang paling besar permusuhan dengan Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam. Meskipun begitu ketika Allah memberikan keimanan kepada mereka, bertaubat kepada-Nya dan menemani nabi-Nya, maka mereka menjadi makhluk terbaik diantara manusia. Dan lebih baik dibandingkan dengan generasi setelahnya meskipun tidak pernah melakukan kesyirikan.
Tidak diragukan lagi kalau kesyirikan dan kekufuran termasuk dosa yang paling besar. Dengan bertaubat, beriman dan beramal sholeh, Allah akan mengampuni dosa, menghilangkan kejelekan dan mengangkat derajatnya.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, "Dosa dapat mengurangi keimanan. Kalau seoerang hamba bertaubat, maka Allah akan mencintainya". Terkadang dapat meninggikan derajat dengan bertaubat. Siapa yang telah melakukan taubat, maka dia seperti ucapan Said bin Jubair, “Sesungguhnya ada seorang hamba melakukan kebaikan kemudian dia masuk neraka dengan kebaikannya. Dan seoerang hamba melakukan kejelekan, maka dia masuk surga dengan kejelekannya. Hal itu karena dia melakukan kebaikan, akan tetapi dalam pandangannya bangga (sombong). Dan dia melakukan kejelekan, tapi dalam pandangannya dia memohon ampunan kepada Allah sehingga Allah menerima taubatnya. “
Beliau juga mengatakan, “Taubat nasuha yang diterima Allah, dapat mengangkat pelakuknya menjadi lebih agung dari sebelumnya. Sebagaimana perkataan sebagian ulama salaf, “Kalau bukan karena taubat yang lebih dia cintai, maka makhluk yang paling mulia tidak akan diuji dengan dosa. Selesai dari ‘Majmu’ Fatawa, (10/293).
Beliau juga mengatakan, “Adam bertaubat dan kembali (kepada Allah). Allah berfirman terkait dengan Adam dan istrinya: “Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 23)
Maka Allah Swt menerima taubatnya, maka Allah Swt pilih, dan dibimbing serta diturunkan ke bumi agar melakukan ketaatan kepada-Nya. Maka Allah mengangkat derajatnya dengan melakukan itu. Sehingga masuknya dia ke surga nanti kondisinya lebih sempurna dari pada sebelumnya. Maka diantara anak keturunan Adam yang melakukan dosa dengan mengikuti nenek moyang Adam dalam bertaubat, maka berhagialah dia. Ketika dia bertaubat, beriman dan melakukan amalan sholeh, maka Allah Swt akan menggantikan kejelekannya menjadi kebaikan. Sehingga kondisi setelah bertaubat itu lebih baik daripada sebelum melakukan kesalahan. Sebagaimana kekasih-kekasih Allah Swt yang berakwa.” Selesai dari ‘Majmu’ Fatawa, (7/383).
Orang munafik memiliki sifat yang dapat diketahui dari perbuatannya kepada orang lain. Dengan mengetahui sifat-sifat ini, maka seorang muslim dapat mengenali orang munafik tersebut sebegai berikut.
1. Suka berbohong. Orang yang munafik adalah orang yang suka berbohong atau berdusta dalam perkataannya. Ia akan berkata baik kepada orang lain, namun jika tidak ada orang lain maka ia justru akan berkata sebaliknya. Dalam Alquran surat Al Ahzab ayat 24, Allah berfirman: Liyajziyallaahus-saadiqiina bisidqihim wa yu'azzibal-munaafiqiina in syaa'a au yatuba 'alaihim, innallaaha kaana gafurar rahiimaa
Artinya: "Supaya Allah Swt memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
2. Jika berjanji, berkhianat. Islam secara tegas melarang tindakan khianat ini karena seseorang akan merasa sangat tersakiti jika dikhianati kepercayaannya. Khianat sendiri merupakan sifat seseorang yang tidak bisa menepati apa yang telah dijanjikan oleh dirinya tanpa sebab dan kejelasan. Dalam surat Al Mukminun ayat 8, Allah berfirman: Wallaziina hum li'amaanaatihim wa 'ahdihim raa'un
Artinya: "Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya".
3. Merasa dengki. Dengki adalah sifat orang munafik yang tidak senang melihat kebahagiaan orang lain. Di depan orang lain ia akan merasa senang, namun di belakangnya justru menyusun keburukan untuk orang tersebut. Allah berfiman dalam surat Muhammad ayat 29: Am hasiballaziina fii qulubihim maradun al lay yukhrijallaahu adgaanahum
Artinya: Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?
4. Fujur dalam pertikaian. Fujur merupakan sebuah sikap yang keluar secara berlebihan dan melampaui batas saat berada dalam sebuah pertikaian secara sengaja. Hal ini pun menunjukkan seseorang yang memiliki sifat ingin menang sendiri dan ia tidak menerima jika kalah. Tentu saja sikap ini sangat tidak baik bagi manusia. Oleh sebab itu seorang muslim harus menjauhi sikap ini saat bertengkar jika tak ingin masuk dalam ciri-ciri orang munafik.
5. Suka mempermainkan agama.
Orang munafik adalah seorang muslim yang sangat suka bermain dengan ajaran Islam. Ia tidak akan segan untuk melakukan candaan yang berhubungan dengan ajaran Islam. Namun jika ia diberi peringatan, justru hanya mengatakan bahwa ia hanya bercanda.
6. Malas beribadah.
Salah satu ciri orang munafik adalah orang yang malas beribadah terutama menjalankan sholat lima waktu. Dalam surat An Nisa ayat 142, Allah Swt berfirman:
Innal-munaafiqiina yukhaadi'unallaaha wa huwa khaadi'uhum, wa izaa qaamuu ilas-salaati qaamu kusaalaa yuraa'unan-naasa wa laa yazkurunallaaha illaa qaliilaa
Artinya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.
7. Su'udzon pada Allah Swt Orang munafik tidak memiliki keyakinan pada Allah. Mereka bahkan selalu berprasangka buruk pada Allah dan Rasulullah. Allah berfirman ciri sifat munafik
Wa yu'azzibal-munaafiqiina wal-munaafiqaati wal-musyrikiina wal-musyrikaatiz-zaanniina billaahi zannas-sau', 'alaihim daa'iratus-sau', wa gadiballaahu 'alaihim wa la'anahum wa a'adda lahum jahannam, wa saa'at masiiraa
Artinya: Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali.
8. Bermuka dua. Orang yang munafik adalah orang yang bermuka dua. Bermuka dua maksudnya, ia tidak memiliki pendirian yang tetap. Hal ini muncul akibat keragu-raguan dan kebingungan mereka terhadap kebenaran yang dibawa Islam.
9. Membenci hukum Allah dan Rasulullah. Orang munafik adalah orang yang membenci hukum-hukum dari Allah dan rasulNya. Orang munafik berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan-ikatan agama. Sholat dan puasa mereka anggap suatu pekerjaan sia-sia yang tidak ada manfaatnya. Berzakat dan naik haji dianggap membuang-buang uang.
10. Riya. Riya adalah termasuk sifat sombong yang sangat tercela dan dibenci oleh Allah. Apabila di depan banyak orang dia berbuat baik dan rendah hati tapi ketika sendirian dia berbuat jahat dan sombong. Apabila bersama orang lain dalam suatu majlis, dia menampakkan sikap zuhud dan berakhlak baik, demikian juga pembicaraannya. Namun, jika dia seorang diri, dia akan melanggar hal-hal yang diharamkan oleh Allah.
11. Tidak sesuai antara zahir dengan batin. Orang-orang munafik sebenarnya secara zahir telah menyadari dan mengakui tentang adanya Nabi Muhammad sebagai Rasul utusan Allah, namun secara batinnya ia masih mendustakan kesaksian tersebut dan memiliki perasaan terselubung yang busuk dan menghancurkan. Penampilan luarnya terlihat beriman namun dalam hatinya hanya main-main.
12. Menyuruh kemungkaran dan mencegah kemakrufan. Orang-orang munafik secara diam-diam akan terus merusak bumi dan seisinya terlebih dengan akhlak masyarakatnya dengan berbagai cara. Ia terus mengajak orang-orang untuk menikmati hidup yang singkat. Ia mengajak supaya orang-orang tidak terlalu larut dengan ibadah dan keagamaan yang menurutnya semu.
13. Bangga atas dosa yang diperbuat. Orang munafik selalu merasa bangga dengan dosa-dosa yang mereka perbuat, sehingga betapa pun kesalahan yang mereka perbuat akan selalu dicarikan jalan keluar yang mengarah kepada pembenaran tindakannya itu. Untuk menutupi kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan, mereka tidak segan-segan untuk memfitnah dan melakukan suatu tuduhan yang dapat mengacaukan dan memecah belah masyarakat dan bangsa.
Al-Quran adalah pedoman bagi umat Islam selama menjalani hidup di dunia ini. Sebagai umat Islam, tentunya harus selalu berpegang kepada Al-Quran. Karena di dalamnyalah terdapat petunjuk dari Allah SWT, baik apa yang diperintahkan-Nya maupun apa yang dilarang-Nya. Kesemuanya haruslah dipatuhi oleh umat Islam agar mendapatkan kebahagiaan serta keselamatan di dunia dan akhirat.
Setiap surat dan ayat di dalam Al-Quran tentu memiliki keistimewaan masing-masing jika sahabat Dream rutin membacanya serta mengamalkannya. Salah satunya adalah surat An-Nisa ayat 146 yang menjelaskan tentang perintah untuk bersikap ikhlas dan juga bertobat bagi orang-orang yang munafik.
Berikut adalah bunyi dari bacaan surat An-Nisa ayat 146:
Artinya: “ Kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa: 146).
Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang bertobat, memperbaiki diri, dan berpegang teguh pada agama Allah SWT dengan hati yang tulus dan ikhlas, maka nantinya orang-orang tersebut akan dikumpulkan dengan orang-orang yang beriman. Selain itu, mereka juga akan mendapatkan pahala yang besar sebagai bentuk ganjaran dari Allah SWT.
Ikhlas adalah hal yang tidak bisa dikatakan mudah. Mungkin banyak orang yang memberikan nasihat agar selalu ikhlas dengan apa yang didapatkan, namun dalam pelaksanaannya sangatlah sulit. Meski begitu, hal ini memiliki keutamaan yang sangat luar biasa.
Ikhlas adalah perintah yang langsung diberikan oleh Allah SWT. Di mana ikhlas ini adalah melakukan segala sesuatu dengan hati tanpa meminta imbalan sedikit pun atas apa yang sudah dilakukannya. Hal tersebut dijelaskan dalam firman Allah SWT melalui surat Az-Zumar ayat 2 berikut:
Artinya: ”Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar: 2).
Syarat Utama Diterimanya Ibadah, Ikhlas menjadi syarat utama diterimanya ibadah seseorang. Oleh karena itu, setiap umat Islam yang menjalankan ibadah haruslah dilandasi dengan rasa ikhlas. Hal ini seperti yang tercantum dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 berikut:
Artinya:“ Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” (QS. Al-Bayyinah: 5).
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” (Al Hasyr 19) .
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, dalam kitab Al-Jawab Al-Kafi Liman Saala An Ad-Dawa As-Syafi, menjelaskan ayat tersebut menjelaskan semua orang yang suka menyesatkan orang lain dari jalan yang benar dan orang-orang yang mau disesatkan karena teperdaya rayuan dan janji-janji yang muluk-muluk dari orang yang menyesatkan.
Maksudnya, janganlah sekali-kali orang yang beriman seperti orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah melupakannya. Orang yang lupa kepada Allah, seperti orang munafik dan orang Yahudi Bani Nadir di masa Rasulullah SAW, tidak bertakwa kepada-Nya. Mereka hanya memikirkan kehidupan dunia saja, tidak memikirkan kehidupan di akhirat. Mereka disibukkan harta dan anak cucu mereka serta segala yang berhubungan dengan kesenangan duniawi.
Kemudian diterangkan bahwa jika seseorang lupa kepada Allah, maka Allah pun melupakannya. Maksud pernyataan 'Allah melupakan mereka' ialah Allah tidak menyukai mereka, sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan, makin lama mereka makin sesat, sehingga makin jauh dari jalan yang lurus, jalan yang diridhai Allah Swt.
Oleh karena itu, di akhirat mereka juga dilupakan Allah, dan Allah tidak menolong dan meringankan beban penderitaan mereka. Akhirnya mereka dimasukkan ke dalam neraka, sebagai balasan perbuatan dan tindakan mereka.
Ditegaskan bahwa orang-orang seperti kaum munafik dan Yahudi Bani Nadir adalah orang-orang yang fasik. Mereka mengetahui mana yang baik (hak) dan mana yang batil, mana yang baik dan mana yang jahat.
Namun demikian, mereka tidak melaksanakan yang benar dan baik itu, tetapi malah melaksanakan yang batil dan yang jahat. Surat At Taubah ayat 67 pun menjelaskan mengenai Allah yang akan meninggalkan orang yang fasik:
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.”
Semua itu disebabkan mereka lupa kepada kebesaran Allah Swt, lupa kepada petunjuk-petunjuk agama-Nya dan siksaan-Nya. Lebih tegasnya mereka lupa mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sebagaimana tidak terlintas di hati sanubari mereka kewajiban berterima kasih atas nikmat-nikmat yang diberikan Tuhan sehingga mereka mengikuti kehendak nafsu mereka dan godaan setan. Sudah sewajarnya jika Allah melupakan mereka dengan menjauhkan mereka dari karunia taufik-Nya di dunia dan ganjaran pahala di akhirat.
Sesungguhnya orang-orang munafik yang tetap dalam kemunafikannya itu merupakan manusia yang paling fasik di dunia ini bahkan mereka lebih rendah dari kafir biasa. Karena orang kafır menutupi hati mereka terhadap keesaan atau adanya Tuhan secara terang-terangan.
Berlainan halnya dengan orang-orang munafik yang sengaja menutupi kesalahan baik mengenai akidah atau pun mengenai akhlak dan tindak-tanduk perbuatan yang jauh menyimpang dari fitrah manusia yang murni dengan berpura-pura menjadi mukmin.
Ikhlas adalah sifat dasar yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul. Di mana sikap ini mereka tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama saat sedang berdakwah dan menjalankan agama Allah SWT. Semuanya dilakukan dengan rasa ikhlas dan semata-mata hanya untuk Allah SWT. Sebagaimana sabda dari Nabi Muhammad saw berikut ini: “ Ällah SWT tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas untuk mencari ridho Allah semata.” (HR. Abu Daud dan NasaÃ).
Syarat-syarat Diterimanya Tobat Orang Munafik, Selain menjelaskan tentang ikhlas, dalam surat An-Nisa ayat 146 juga menjelaskan tentang perintah bertobat bagi orang-orang yang munafik. Berikut adalah beberapa syarat diterimanya tobat bagi orang munafik.
Menyesali perbuatannya yang pernah dilakukan dan berusaha untuk menjalankan amal sholeh. Di mana hal tersebut mampu untuk menghilangkan sifat munafik yang ada dalam dirinya.
Syarat yang kedua adalah dengan melatih diri untuk selalu bersikap jujur. Baik dalam ucapan maupun tindakannya. Selain itu juga belajar untuk menjalankan ibadah sholat secara khusyuk, baik itu saat sholat sendiri maupun saat sholat di depan orang lain.
Memiliki perilaku yang baik sebagaimana dengan ajaran di dalam Al-Quran dan juga hadis Nabi. Selain itu juga menjalankan setiap perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan dari Allah SWT.
Syarat yang terakhir agar tobat diterima Allah SWT adalah selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Yakni dengan memohon pertolongan kepada Allah SWT. Baik itu di saat senang maupun di saat sulit. Dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, hal itu juga menunjukkan bahwa kita sebagai umat Islam tidak melupakan-Nya dalam kondisi apa saja.
Taubat dari sifat munafik, Para ulama menyebutkan, bentuk dan tingkatan kemunafikan beraneka ragam, tergantung dari apa yang disembunyikan. Jika yang disembunyikan adalah kekufuran, apapun bentuknya, menyebabkan pelakunya keluar dari islam. Sebaliknya, jika yang disembunyikan bukan perbuatan kekufuran, tidak penyebabkan pelakunya keluar dari islam.
Ibnu Taimiyah dalam Majmu al-Fatawa mengatakan dalam Kemunafikan ada yang bentuknya munafik besar, yaitu menyembunyikan kekufuran, dan ada munafik kecil, ketika berbeda antara isi hati dengan amal perbuatan dalam masalah kewajiban. Inilah yang banyak dijelaskan ulama. Dan mereka menafsirkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, "Tanda munafik ada 3: apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia mengingkari, dan jika dipercaya dia khianat." hadis ini ditafsirkan dengan munafiq kecil.
Di awal surat al-Baqarah, Allah menyebutkan 3 jenis manusia. Pertama, orang yang beriman, Allah sebutkan dalam 5 ayat. Kedua, orang kafir, Allah Swt sebutkan dalam 2 ayat. Ketiga, orang munafik, Allah singgung dalam 13 ayat. Di antaranya Allah berfirman,
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah Swt dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. ( QS. al-Baqarah: 8 9 )
Diantara sifat mereka, Apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka (gembong munafik), mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok." ( QS. al-Baqarah: 14 ).
Allah juga menyebutkan sifat mereka di ayat lain, Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah Swt mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah Swt mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai], lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa Sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. ( QS. al-Munafiqun: 1 3 ).
(Orang munafik) yaitu mereka yang mencela orang-orang beriman yang memberikan sedekah dengan sukarela dan yang (mencela) orang-orang yang hanya memperoleh (untuk disedekahkan) sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah Swt akan membalas penghinaan mereka, dan mereka akan mendapat azab yang pedih. (Surah At-Taubah ayat 79)
Tabsir ringkas kemenag indonesia sbb ini : Ayat sebelumnya menjelaskan sifat-sifat buruk orang-orang munafik, antara lain kikir, bersumpah palsu, dan tidak bersyukur. Bukan saja itu, di antara mereka bahkan ada yang secara terus-menerus mencela orang-orang beriman yang memberikan sedekah dengan sukarela dengan menyebutnya pamrih jika yang disedekahkan besar; dan juga mencela orang-orang yang tidak mendapatkan harta untuk disedekahkan kecuali sekadar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka, orang-orang mukmin. Akibat perbuatannya itulah Allah akan membalas penghinaan mereka di dunia dengan tersingkapnya kebusukan hatinya, dan mereka akan mendapat azab yang pedih di akhirat kelak.
(Sama saja) engkau (Muhammad) memohonkan ampunan bagi mereka atau tidak memohonkan ampunan bagi mereka. Walaupun engkau memohonkan ampunan bagi mereka tujuh puluh kali, Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu karena mereka ingkar (kafir) kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.. (Surah At-Taubah ayat 80)
Tafsir Ringkas Kemenag Indoensia Surah At-Taubah ayat 80 sbb ini : Kemudian ditegaskan bahwa orang-orang munafik itu hukumnya sama dengan orang-orang kafir, yakni tidak berhak memperoleh ampunan. Karena itu, diingatkan kepada beliau bahwa engkau, wahai Nabi Muhammad, memohonkan ampunan bagi mereka atau tidak memohonkan ampunan bagi mereka adalah sama saja. Ketetapan Allah telah terjadi bagi mereka, walaupun engkau memohonkan ampunan bagi mereka tujuh puluh kali, bahkan tak terhitung jumlahnya, Allah tetap tidak akan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu karena mereka ingkar, kafir, kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk dan bimbingan kepada orang-orang yang fasik, yaitu mereka yang keluar dari ketaatan kepada Allah Swt.
Kebaikan setiap seorang munafiqin akan tetap di Terima Oleh Allah. Dalam Surah Annisa ayat 145-146 dijelaskan bahwa orang munafik adlaah golongan orang yg di tempatkan pada neraka paling bawah tetapi Allah tdk menutup pintu syurga bagi mereka, jika mereka bertaubat dan berpegang teguh kepada ajaran yg telah Allah Berikan.
"Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka," (QS. An-Nisa' ayat 145)
"kecuali orang-orang yang bertobat memperbaiki diri dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman." (QS. An-Nisa' Ayat 146)
Cara menebus dosa kita kita kepada Allah yaitu dengan Cara bertaubat, kita sungguh menyesali dosa-dosa yg telah kita perbuat dan memilih untuk bertaubat, bertekad untuk tidak mengulangi dosa yg telah di perbuat. Allah Swt Memerintahkan kita untuk bertaubat dalam surah At-tahrim ayat 8.
" Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang serius). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu.” (QS. At-Tahrim: 8) "
Artinya orang munafik jika bertobat dapat diterima taubatnya sebabagi berikut ini ; (Kecuali orang-orang yang bertobat) dari kemunafikan (dan mengadakan perbaikan) terhadap amal perbuatan mereka (serta berpegang teguh kepada, agama, Allah dan mengikhlaskan agama mereka karena Allah) artinya daripada riya (maka mereka itu bersama orang-orang yang beriman) yakni mengenai apa-apa yang akan mereka peroleh (dan Allah Swt akan memberikan kepada orang-orang beriman itu pahala yang besar) di akhirat kelak yaitu surga.
Tobat Orang Munafik, Sebagaimana Allah SWT juga mengajak untuk bertobat dari kekafiran yang zahir dan terang-terangan, Syaikh Yusuf al Qardhawi dalam at Taubat Ila Allah menjelaskan Allah SWT mengajak untuk bertobat dari kekafiran yang tersembunyi, yang ditutupi dengan keimanan lisan. Yaitu yang terkenal dengan nama "kemunafikan" dan orangnya adalah kaum "munafiqin".
Tobat dari kemunafikan ini adalah tidak sekadar mengungkapkan dan memberitahukan keisalamannya. Karena sebelumnya ia memang telah Islam. Namun, yang patut ia lakukan adalah agar ia bersifat dengan empat sifat yang disebutkan dalam surah An-Nisa.
Setelah Al Quran membongkar sifat asli mereka, dan apa yang tersembunyi dalam diri mereka: yaitu mereka memberikan loyalitas mereka kepada kaum kafirin, bukan kaum mukminin, serta mereka mencari kemuliaan dari kaum kafirin itu:
"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Apakah mereka mencari kekuatan di samping orang-orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah." ( QS. an-Nisa: 138-139 ).
Serta mereka selalu mencari kelengahan kaum mukminin, dan berada di tengah-tengah antara kaum-kaum mukminin dan kaum kafirin untuk mencari keuntungan.
"(Yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mu'min). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?" dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: 'Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman." ( QS. an-Nisa: 141 )
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.” (Surat At Taubah ayat 67)
Semua itu disebabkan mereka lupa kepada kebesaran Allah, lupa kepada petunjuk-petunjuk agama-Nya dan siksaan-Nya. Lebih tegasnya mereka lupa mendekatkan diri kepada Allah dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sebagaimana tidak terlintas di hati sanubari mereka kewajiban berterima kasih atas nikmat-nikmat yang diberikan Tuhan sehingga mereka mengikuti kehendak nafsu mereka dan godaan setan. Sudah sewajarnya jika Allah melupakan mereka dengan menjauhkan mereka dari karunia taufik-Nya di dunia dan ganjaran pahala di akhirat.
Sesungguhnya orang-orang munafik yang tetap dalam kemunafikannya itu merupakan manusia yang paling fasik di dunia ini bahkan mereka lebih rendah dari kafir biasa. Karena orang kafır menutupi hati mereka terhadap keesaan atau adanya Tuhan secara terang-terangan.
Berlainan halnya dengan orang-orang munafik yang sengaja menutupi kesalahan baik mengenai akidah atau pun mengenai akhlak dan tindak-tanduk perbuatan yang jauh menyimpang dari fitrah manusia yang murni dengan berpura-pura menjadi mukmin.
Kemajuan ilmu pengetahuan teknologi menyebabkan berkembangnya pula perubahan gaya hidup dan pola pikir masyarakat secara signifikan dalam berbagai aspek. Perubahan tersebut satu sisi membawa kemudahan dan di sisi lain menimbulkan kegelisahan. Kemudahaan dalam memenuhi kebutuhan hidup dan kegelisahan karena terjadinya pergeseran tatanan nilai-nilai akhlak yang ada dalam masyarakat sebagai dampak dari faktor eksternal dengan masyarakat yang telah membuka diri dan menyerap beberapa nilai-nilai dari luar.
Ini bisa menyebakan rusaknya tatanan akhlak atau krisis akhlak sebagai seorang muslim maupun muslimah yang dimana akan kehilangan jati diri, dan bisa terjerumus ke dalam tindakan yang tidak terpuji, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, pelecehan seksual, perampokan hingga menghilangkan nyawa seseorang .
Akhlak sangat penting untuk kehidupan setiap muslim, baik secara pribadi maupun masyarakat. Karena dengan akhlak seseorang dapat menyempurnakan kepribadiannya. Maka dari itu, setiap aspek ajaran islam berorientasi pada pembinaan dan pembentukan akhlak yang mulia (karimah).
Dilihat dari segi bahasa, kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yang telah diserap ke dalam Bahasa Indonesia. Yang dalam Bahasa Arab kata akhlak merupakan jama’ kata khuluqun yang mengandung arti: Tabi’at, yaitu sifat yang telah terbentuk dalam diri manusia tanpa dikehendaki (tanpa kemauan) atau tanpa diupayakan (tanpa usaha).
Adat, yaitu sifat dalam diri manusia yang diupayakan (berusaha) melalui latihan yakni berdasarkan keinginan. Watak, jangkauannya meliputi hal yang menjadi tabi’at dan hal yang diupayakan sehingga menjadi adat kebiasaan.
“Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menjelaskan.”
Kasih sayang merupakan sifat asli (fitrah) manusia yang telah dibawa sejak lahir. Akan tetapi sifat tersebut merupakan potensi yang harus selalu dijaga, karena jika tidak dipelihara dan dikembagkan sebaik-baiknya atau dibiarkan hilang akan menumbuhkan rasa negative lain seperti kemarahan, kebencian, permusuhan, iri hati, dengki dan masih banyak lainnya yang mengarah ke jalan yang sesat. Tetapi jika rasa itu dipelihara maka akan tumbuh lahir sikap :
Sopan santun
Rasa tolong menolong
Pemurah
Pemaaf
Rasa persaudaraan (Ukhuwah)
Menepati janji
Sikap seseorang yang menampilkan dirinya berpura-pura / tidak tulus hatinya mengikuti ajaran Allah dan ini termasuk sifat berkhianat. Khianat pun diartikan perbuatan menipu dan menurunkan martabat dirinya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surah At taubah yang artinya sebagai berikut ini:
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.” (Qs. At-Taubah : ayat 67).
Akhlak mazmumah kepada sesama Tingkah laku atau sikap seseorang terhadap sesama yang tidak sesuai dengan ajaran tuntunan Al-qur’an dan hadis diantaranya:
Mudah marah (Al-Ghadhab) : Yaitu kondisi emosi yang tidak bisa terkontrol yang mengakibatkan perilaku yang tidak menyenangkan orang lain.
Iri Hati atau dengki (Al-Hasadu) : Yaitu sikap seseorang yang ingin menghilangkan kebahagian / kenikmatan orang lain dan rasa ingin menggagalkan kebaikan orang lain karena berhasil menjadi lebih baik dan sukses.
Mengumpat (Al-Ghiiba) : Yaitu perilaku seseorang yang menghasut orang lain untuk tidak suka kepada seseorang dan membicarakan keburukannya.
Berbuat aniaya (Al-Zhulmu) : Yaitu perbuatan yang akan merugikan orang lain baik materi maupun non-materi. Dan sebagian mengatakan, seseorang yang mengambil hak orang lain.
Kikir (Al-bukhlu) : Yaitu sikap seseorang yang tidak mau membantu orang lain, baik dalam hal jasa maupun materi.
Para pelaku akhlak buruk ini seringkali karena kurangnya pengetahuan atau pendidikan moral untuk membedakan mana yang baik dan juga buruk. Oleh sebab itu, sangat penting bagi kita untuk menanamkan nilai-nilai baik pada orang sekitar kita atau mempelajarinya melalui buku Pendidikan Akhlak/Moral Berbasis Teori Kognitif.
Pernahkah kamu menceritakan suatu rahasia yang menurutmu cukup pribadi pada seseorang karena orang tersebut berjanji tidak akan menceritakan rahasiamu kepada teman lain. Kamu yang sudah merasa aman menceritakan rahasiamu kepada orang tersebut tiba-tiba terkejut karena rahasiamu bocor, akibat orang yang kamu beritahu rupanya tidak menepati janjinya padamu.
Terkadang kita salah menilai orang karena sikap baik orang itulah yang diperlihatkan kepada kita. Namun, tidak ada yang tahu seperti apa dia saat kita tidak ada. Akan tetapi ini bukan berarti kita wajib mencurigai semua orang disekitar kita. Memilah-milah teman memang bukan perkara yang mudah, tapi sebagai manusia yang pandai kita diberi pikiran dan perasaan supaya dapat mengira-ira mana teman yang baik dan mana yang kurang baik.
Lingkup pertemanan yang sehat yang ada di inner-circle memang sangat penting karena ini berpengaruh terhadap sikap dan perilaku kita kedepannya. Selain itu banyak lingkungan sehat yang berisikan orang-orang baik membawa banyak keberuntungan dan rejeki. Sebaliknya jika inner-circle tidak sehat terkadang justru membawa hal buruk.
Maka dari itu, sangat penting untuk bisa memilah-milah pertemanan karena orang baik akan mendatangkan hal baik. Untuk dapat terhindar dari orang-orang yang kurang baik seperti orang munafik, kamu perlu mengetahui ciri-ciri mereka. Sehingga ketika menemui hal serupa dalam kehidupan nyata kamu dapat menghindari orang-orang dengan ciri seperti ini atau bahkan kamu dapat mencegah agar diri sendiri tidak terjerumus dalam sifat yang sama buruknya.
Pengertian munafik; Salah satu sifat buruk yang perlu dihindari yakni sifat munafik. Dalam agama Islam munafik merupakan sifat tercela yang jika melakukannya akan mendapatkan dosa besar. Tidak hanya agama Islam, latar belakang agama apapun juga tidak membenarkan adanya sifat tercela ini.
Munafik adalah sifat yang selalu berkata tidak sesuai kenyataan. Munafik adalah sifat tercela karena senang berdusta, berkhianat dan ingkar janji. Sifat ini sebaiknya dihindari karena munafik merupakan penyakit hati. Dikatakan penyakit karena sekali melakukan perilaku tersebut dapat menyebabkan seseorang melakukan perilaku buruk lainnya.
Serta keberadaannya yang menguasai hati dan pikiran manusia membuat sifat munafik sulit lepas. Oleh karena itu penting bagi kita memahami sifat-sifat seperti apa yang menyimpang dan termasuk dalam kemunafikan. Agar diri sendiri maupun orang lain disekitar kita tidak terkena dampak negatifnya.
Sifat menyimpang dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti salah satunya penyimpangan seksual yang dijelaskan pada buku Penyimpangan Seksual yang Dilarang Al Quran yang menyampaikan secara jelas pandangan Al-Qur’an terhadap masalah tersebut.
Ciri- ciri orang munafik ini dijelaskan dalam Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim yang memaparkan tanda-tanda orang munafik. Orang munafik terbagi menjadi tiga yaitu berbohong, ingkar janji dan berkhianat.
3 Ciri Orang Munafik Menurut Hadits; Penting untuk kita mengetahui ciri sifat munafik agar dapat terhindar dari penyakit hati ini. Sifat-sifat dibawah ini adalh sifat munafik yang sebaiknya dihindari.
“Rasulullah SAW bersabda: Tanda orang munafik tiga; apabila berkata ia berbohong, apabila berjanji mengingkari, dan bila dipercaya mengkhianati.”
1). Berbohong, Baik dalam ajaran agama manapun tidak ada yang membenarkan suatu kebohongan. Begitu juga dengan Islam. Apapun bentuk kebohongan tetaplah kebohongan. Hal ini juga sangat dibenci sesama manusia dan juga Allah. Berkata tidak jujur, atau mengucapkan sesuatu yang tidak seperti kenyataannya dapat merugikan banyak pihak.
Sekali orang melakukan kebohongan maka orang tersebut akan terus berbohong lagi dan lagi. Contohnya ketika seorang anak berbohong pada orang tuanya, mengatakan hanya akan pergi kerumah tetangga namun kenyataannya pergi jauh. Kemudian suatu ketika sang ayah menanyakan alasan si anak lama sekali disana.
Secara otomatis si anak harus terpaksa mencari alasan baru untuk menutupi kebohongannya tadi. Hal ini seringnya akan terjadi terus menerus dan menjadi kebohongan besar yang tidak ada habisnya. Itulah mengapa sekali seseorang melakukan kebohongan akan terlibat dalam lingkaran setan yang membuat orang tersebut terus melakukan kebohongan lainnya lagi.
Sikap dusta seperti ini nantinya dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Orang yang senang berbohong atau berdusta bahkan mampu membolak-balikan fakta, yang nantinya akan berakibat pada sifat buruk lainnya yaitu fitnah.
2). Ciri Orang Munafik Yang Ingkar Janji, Sifat munafik lainnya yang juga dibenci Allah Swt yaitu ingkar janji. Orang yang sering ingkar berarti orang tersebut tidak dapat dipegang ucapannya. Hal ini menjadikan orang lain sulit menaruh kepercayaan terhadap orang yang tidak pernah menepati janjinya. Selain itu mengingkari janji juga akan berakibat merugikan orang lain. Janji adalah sumpah yang wajib hukumnya untuk ditepati.
Apabila seseorang telah berjanji namun tidak menepatinya maka orang tersebut termasuk kedalam golongan orang-orang munafik. Sebagai contoh jika seorang telah berjanji untuk tidak membocorkan suatu rahasia yang mana adalah rahasia buruk, namun rupanya orang yang berjanji itu justru menceritakannya pada orang lain. Itu tandanya orang tersebut telah mengingkari janjinya.
Maka dia berdosa karena tidak menepati janji dan juga berdosa karena telah menyebarkan aib buruk seseorang yang akhirnya akan menyakiti orang yang bersangkutan. Melihat dari situasi ini dapat dikatakan bahwa sebuah perilaku buruk akan berakibat buruk bagi diri sendiri dan orang lain.
Sebaiknya bagi seseorang yang tidak yakin dapat menepati janjinya, tidak perlu membuat janji itu sendiri. Sebab, janji ini adalah sumpah yang wajib hukumnya untuk ditaati. Baik janji kita terhadap sesama manusia maupun janji kita kepada Allah SWT.
Dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 91 menjelaskan bahwa kita wajib menepati janji yang sudah diucapkan, sebab kita menjadikan Allah saksi atas segala janji dan sumpah kita. Sejatinya Allah mengetahui apa yang sudah kita perbuat.
Melanggar janji sama juga dengan berbohong kepada Allah, maka besar dosa yang akan didapatkan jika tidak mentaatinya. Inilah alasan mengapa beberapa pekerjaan yang memiliki tanggung jawab besar seperti penegak hukum, DPR, MPR, Presiden bahkan aparat pun diwajibkan bersumpah atas nama Allah Swt agar tetap amanat dalam melakukan pekerjaannya.
3). Berkhianat, Berkhianat adalah sifat tercela lainnya yang masuk kedalam golongan orang-orang munafik. Orang yang berkhianat ini adalah orang yang melanggar atau menghancurkan kepercayaan yang sudah diberikan padanya. Orang yang senang berkhianat seperti ini jika diberikan tanggung jawab dan amanat justru akan melakukan hal yang sebaliknya.
Sebagai contoh dalam hubungan sesama manusia seperti sepasang kekasih maupun suami istri. Jika dalam sebuah hubungan pasangan sebelumnya telah berjanji dan sanggup untuk saling mencintai. Namun kemudian suatu ketika salah satu dari pasangan tersebut diam-diam menyukai orang lain sehingga dia selingkuh. Maka orang tersebut berkhianat terhadap pasangannya.
Karena melepaskan tanggung jawab dan mengingkari janji yang telah dibuat. Serta menyakiti hati pasangannya.Seseorang yang berkhianat seperti contoh di atas akan sangat merugikan orang lain. Selain karena menyakiti perasaan sang pasangan dia juga berdosa karena telah memberikan harapan terhadap pasangannya namun diingkari. Sebagai sesama umat manusia apapun jenis sifatnya selama itu merugikan orang lain dan lingkungan maka itu adalah perilaku tidak terpuji dan berdosa.
Ciri Orang Munafik Yang Manipulatif Orang yang manipulatif adalah orang yang penuh tipu daya. Sifat ini sejatinya sangat merugikan orang lain. Orang yang manipulatif cenderung tampak baik di permukaan namun sesungguhnya sangat busuk di dalam. Sifat manipulatif ini adalah sifat yang paling sering digambarkan setan karena sering memutar balikan kenyataan demi mendapatkan apa yang diinginkan.
Bagi seseorang yang manipulatif dapat melakukan keburukannya secara sadar. Dia bisa mati-matian membentuk image yang baik agar tidak dicurigai orang lain. Padahal sebenarnya ia memiliki tujuan tersendiri untuk menghasut seseorang maupun membuat orang lain tampak lebih buruk darinya.
Sebagai contoh seorang yang manipulatif misalnya melakukan suatu tindakan bullying kemudian masalah tersebut menjadi kasus besar dan menjadi sorotan orang banyak. Seorang yang penuh tipu daya dapat mengubah kenyataan hanya dengan argumen-argumen nya seolah itu bukanlah tindak bullying.
Melainkan, tindakan pembelaan diri karena orang yang dia serang memulai permasalahan terlebih dahulu. Dari contoh diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang seperti ini akan melakukan segala cara agar dia selamat. Meskipun hal tersebut merugikan pihak lainnya.
Dalam islam perilaku ini sangat tidak dibenarkan, karena selain merugikan dia juga memfitnah orang yang tidak bersalah. Seorang yang manipulatif dalam kondisi yang serius juga tidak hanya mampu membohongi orang lain tetapi juga mampu membohongi diri sendiri untuk mencari pembenaran atas perbuatannya. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 8-10 juga dijelaskan tentang sifat yang penuh tipu daya ini.
Surat tersebut menjelaskan bahwa manusia ada yang berkata akan beriman kepada Allah dan hari akhir, namun sesungguhnya manusia tersebut bukanlah orang-orang yang beriman. Manusia ini hanyalah menipu diri sendiri dalam hati mereka karena Allah sudah tahu yang sebenarnya. Sehingga orang-orang ini akan mendapatkan balasan yang pedih karena telah berdusta.
Ciri Orang Munafik Yang Bermuka Dua Orang yang bermuka dua ini sama artinya dengan orang yang pendiriannya tidak tetap. Maka orang semacam ini akan selalu mengubah perkataannya. Hampir mirip dengan orang yang gemar berkhianat karena perkataannya tidak dapat dipegang. Seseorang yang bermuka dua juga tergolong kedalam sifat munafik karena merugikan orang lain.
Membuat orang lain tidak dapat menaruh kepercayaan karena perkataannya selalu berubah. Seorang yang senang bermuka dua juga seringkali tampak seperti memiliki banyak kepribadian, sebab dia akan merubah sifat serta perkataan tiap bertemu orang yang berbeda demi menciptakan image baik dirinya.
Riya’ sama artinya dengan sombong dalam konteks ibadah. Seseorang yang beribadah karena pamrih ingin dipuji, ingin dilihat sebagai seorang yang baik, merasa tinggi hati karena telah melakukan suatu kebaikan adalah orang yang Riya’. Orang yang riya’ cenderung melakukan hal baik hanya didepan orang lain saja, karena tujuannya adalah ingin dipuji.
Salah satu contoh kasus seorang yang riya’ misalnya seorang tokoh masyarakat yang terkenal dan kaya telah usai menjalankan ibadah naik haji. Beliau pun menceritakan kehebatannya selama beribadah haji kepada tetangga-tengga dengan harapan mendapatkan pujian dari banyak orang.
Riya’ adalah salah satu sikap munafik karena dia beribadah bukan karena Allah Swt melainkan atas dasar ingin dipuji dan gila hormat. Dia menunjukkan sikap sombong atas pencapaiannya. Sifat tersebut sama dengan sifat setan yang juga sombong kepada Allah padahal Allah yang telah menciptakannya.
Sikap riya’ dijelaskan oleh Allah Swt dalam Al-Quran surat An-Nisa’ ayat 142 yang mengatakan bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang yang ingin menipu Allah Swt, padahal sebenarnya Allah yang menipu mereka. Apabila shalat hanya dilakukan setengah hati karena untuk sekedar pujian dari sesama manusia dan bukan karena Allah Swt.
Dengki, Iri dan dengki juga termasuk penyakit hati lainnya yang terkadang mampir di hati orang-orang munafik. Orang dengan hati yang penuh dengan kedengkian maka hidupnya tidak akan pernah puas. Sebab, dia hanya sibuk melihat pencapaian orang untuk dicaci maki sedangkan dia sendiri lupa bahwa dirinya jauh dari kata sempurna.
Orang-orang munafik juga memiliki kedengkian selayaknya setan. Mereka adalah orang-orang yang bahagia diatas penderitaan orang lain. Mereka akan senang melihat hidup orang lain menjadi lebih susah, sebaliknya mereka tidak akan senang melihat orang lain hidup bahagia.
Seperti yang dijelaskan dalam Surat Al-Imran ayat 120 yang berkata bahwa kamu memperoleh kebaikan maka orang-orang munafik akan bersedih. Namun jika kamu mendapatkan musibah maka orang munafik akan bergembira. Jika kamu bersabar dan taqwa maka tipu daya mereka tidak akan berpengaruh padamu.
Membuat kerusakan Bumi, Merusak bumi atau menyebabkan kerusakan lingkungan adalah perbuatan tercela yang sering dilakukan oleh orang-orang munafik. Melakukan sesuatu yang buruk yang berimbas pada kerusakan dan pencemaran lingkungan akan merugikan banyak orang yang berada di lingkungan tersebut.
Beberapa contoh sederhana yang dapat merusak lingkungan yaitu dengan membuang sampah sembarangan, menebang hutan secara liar, menyebabkan limbah dan masih banyak perilaku ilegal lainnya yang mencemari lingkungan. Tidak hanya secara ekosistem saja namun imbasnya ke orang lain pun tentu ada.
Bangga Terhadap Dosanya Sendiri Perilaku munafik lainnya yaitu seseorang yang dengan bangga melakukan dosa. Dalam agama Islam membanggakan diri atau menyombongkan diri dalam bentuk hal baik pun tidak diperbolehkan. Apalagi jika seseorang yang justru bangga akan dosa yang telah dia perbuat. Orang seperti ini adalah orang yang disukai setan dan dibenci Allah dan sesama manusia.
Ketika seseorang melakukan dosa seperti berbohong, ingkar, berkhianat, mencuri dan keburukan lainnya namun ia dengan sadar dan bangga menceritakan perbuatannya pada orang lain seolah-olah itu adalah prestasi maka ia adalah orang yang sangat berdosa.
Perilaku-perilaku menyimpang tersebut dilarang secara agama dan secara kemanusiaan pun tidak layak untuk dimiliki bahkan dilestarikan dalam diri kita. Sebaiknya kita menjauhi perilaku munafik dan perilaku buruk lainnya agar terhindar dari dosa dan tidak merugikan diri sendiri serta orang lain. Karena sebaik-baiknya manusia akan membawa rezeki, keberuntungan dan ketenangan hati. Sedangkan seburuk-buruknya manusia hanya akan berakibat lebih buruk bagi diri sendiri.
Semoga Allah Swt menjauhkan diri kita dari sifat munafik, Semoga kita tidak termasuk dalam golongan orang munafik itu, dan menghilangkan sifat munafik dalam hati kita, semoga Allah Swt yang maha pengasih dan pengampun membimbing kita selalu dalam kebaikan dan dihindarkan dari sifat tercela tersebut.
Ilustrasi : Orang sudah bertobat akan dibersihkan dosa-dosanya
Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Setiap manusia menanggung dosanya masing-masing, baik itu dosa kecil atau pun dosa besar. Dosa-dosa yang diperbuat itu pun menjadi pemicu manusia untuk bertaubat kepada Allah SWT. Segala dosa yang kita perbuat akan mendapat pengampunan Allah SWT asalkan kita mau bertaubat. Ada berbagai syarat agar taubat kita diterima Allah SWT. Di antaranya adalah bersungguh-sungguh menyesali dosa-dosa dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Ternyata, azab/hukuman di dunia tetap akan datang meskipun telah bertaubat. Hal itu untuk pembersihan dosa kepada seseorang yang telah bertaubat. Kalau di dunia akan datang pembersihan dosanya, pasti akan ada di dunia itu tidak ada dosa yang tidak ada konsekuensi pembersihannya.
Jangan heran, kalau setelah taubat lalu digunjing orang. Karena sebelum taubat pernah menggunjing orang. Maka hal tersebut untuk pembersihannya dosa-dosanya. Meski sudah bertaubat manusia akan tetap mendapat siksaan di alam kubur sesuai kadar perbuatannya. Jadi akan datang siksaan sesuai dengan kadar perbuatan dia di dunia, walaupun dia sudah taubat, untuk membersihkannya, jika manusia sudah berada di alam barzah atau akhirat, maka tak ada lagi azab karena dosa-dosanya telah dibersihkan dengan bertaubat. Tapi kalau di akhirat, di alam barzah sudah nggak ada, taubat sudah membersihkan semua. Di akhirat, di alam barzah sudah tidak ada lagi siksaan yang datang, azab kuburnya juga tidak ada.
Ada hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi, seorang mukmin akan terus diuji oleh Allah Swt di dirinya, di keluarganya dan hartanya, sampai dia dan keluarganya ketemu dengan Allah Swt tidak terlihat satu pun dosanya. yang penting kran-kran dosa-dosa kita tutup rapat. Semoga toubat kita di terima Allah Swt, Allah humma Aamin.
Hanya dengan mengingat Allah Swt hati menjadi tenang, Jika seseorang menyebut nama Allah Swt, maka ketenangan jiwa akan diperolehnya. Seperti firman Allah: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah Swt. Ingatlah hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram. (QS Ar Rad 13:28). Kedua, yakin akan pertolongan Allah Swt Agar hati tetap tenang dalam menjalani kehidupan yang sesulit apapun, seorang muslim harus yakin dengan adanya pertolongan Allah Swt.
Ketenangan hidup dicapai oleh manusia salah satunya dengan jalan membebaskan diri mereka dari rasa khawatir dan kesedihan di hati. Cara untuk membebaskan diri dari dua keadaan di hati tersebut dapat ditempuh dengan berbagai cara. Allah Swt menunjukkan cara pembebasan diri dari padanya di dalam al-Qur’an, melalui jalan-jalan berikut ini :
Bertaubat dan menjalani hidup selanjutnya dengan mengikuti petunjuk Allah. (al-Baqoroh 38)
Beriman dengan sungguh-sungguh kepada Allah Swt dan hari akhir. (al-Baqoroh 62)
Berserah diri kepada Alloh dengan tunduk patuh atau hidup di atas Minhaj-Nya. (al-Baqoroh 112)
Beramal soleh, lahir dan bathin, dengan penuh keikhlasan dan mengharap keridloan Allah, dan dengan jalan Islam. (al-Baqarah 277)
Mengevaluasi amal dan melakukan perbaikan terhadap semua amal yang telah dilakukannya. (al-An’am 48)
Menjadi penolong-penolong Allah Swt atau berada dekat dengan mereka.
Meyakini Allah Swt sebagai Rabb-nya dan kuat dalam memegang pendirian tersebut. (al-Ahqaaf 13)
Menjadi hamba yang setia dan pengikut-Nya yang fanatis (bukan kepada madzhab).
Bertaubat Dan Menjalani Hidup Selanjutnya Dengan Mengikuti Petunjuk Allah Swt, Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu, Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (al-Baqaah 38)
Sesungguhnya perbuatan dosa akan melahirkan kegelisahan di dalam hati orang yang beriman. Kegelisahan itu terwujud karena mereka khawatir akan datangnya siksa Alloh dan mereka sedih karena perbuatan dosa telah menjauhkan mereka dari kehidupan Muqorrobin (orang-orang yang dekat kepada Alloh) yang indah. Tiada yang sangat mereka syukuri selain petunjuk Alloh, yang bisa mengembalikan kehidupan indah kepada mereka.
Mereka akan sangat bersyukur kepada Alloh karena petunjuk-Nya telah membuat diri memiliki kesanggupan untuk tidak tenggelam di dalam perbuatan dosa, menyesali dan membencinya. Mereka menyucikan diri dari kotoran dosa dengan melakukan amaliah kebaikan yang ditunjukkan-Nya. Usaha tersebut membuat perjalanan kembali mereka kepada taman kedekatan menjadi mudah dan efektif.
Maka demi Allah, sesungguhnya Allah tidak menelantarkan hamba-hamba-Nya yang melampaui batas setelah Ia turunkan petunjuk-Nya di muka bumi (al-Furqon). Terlebih Alloh selalu membukakan pintu ampunan-Nya hingga batas maut hamba tersebut. Allah menunjukkan perhatiannya kepada para pendosa dengan firman-Nya, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (Ali-Imran 133)
Allah Swt menghibur para pendosa yang menyesali dosa-dosanya dan ingin kembali kepada-Nya dengan firman-Nya, Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(az-Zumar 53)
Sesungguhnya petunjuk Allah jelas dan mundah. Hati tentram di saat petunjuk tersebut dilaksanakan. Siapa yang kembali kepada petunjuk Allah Swt, maka ia telah berlindung dalam benteng yang kokoh dari gangguan ketakutan dan kesedihan. Alloh memberi mereka yang diberi petunjuk, kelapangan. Dan jika Alloh menghendaki untuk lebih dekat dalam kedudukan di sisi-Nya, maka ditanamkan oleh Alloh di dalam hati hamba-Nya dzikrullah yang menenangkan.
Maka mengalirlah dari lubuk hati, kelezatan rahasia yang Allah beri sebagai bentuk buah amal dari dzikrulloh. Kelezatan itu menentramkan, membuat hati menjadi damai dan tenang di segala keadaan. Tidak ada satupun ancaman yang akan menakutkan. Tidak ada satupun yang menandingi apa yang di rasa di hati. Direlakan semuanya pergi, karena di hati ada sesuatu yang telah mencukupi.
Inilah syurga dunia yang sesungguhnya. Dan mereka, para pewaris hidayah, yang bertaubat, berdzikir, dan beramal soleh, mereka telah kembali ke dalam ‘syurga’, walau mereka berjalan di atas muka bumi.
Beriman Dengan Sungguh-Sungguh Kepada Alloh Dan Hari Akhir, "Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah Swt, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati" . (Al-Baqarah 62)
Amaliah yang diteggakkan atas dasar keyakinan yang kuat kepada Allah dan hari akhir, yang ditujukan untuk mengejar akhir kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat akan mendatangkan ketenangan di dalam hati. Apabila kita telah melihat bukti bahwa amaliah baik kita mendatangkan kebahagiaan bagi diri kita dan orang lain, maka kita akan tenang karenanya. Sebaliknya, apabila ternyata amaliah kita mendatangkan kesedihan dan petaka bagi kita dan orang lain, maka kitapun akan bersedih dan hati kita tak akan tenang.
Apabila kita melihat bukti bahwa amaliah baik di dunia seperti yang diajarkan oleh Alloh dan Rasul-Nya mendatangkan kebaikan, maka kita tak boleh ragu terhadap apa yang diserukan oleh Alloh dan Rasul-Nya. Kita harus meyakinkan diri bahwa hidup kita untuk kebaikan, karena hati kita tentram padanya, jauh dari siksaan. Kita harus meyakinkan diri untuk mengikuti segala ajaran kebaikan, ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Membanyakkan kebaikan akan memupuk ketenangan hati. Kebaikan akan melahirkan situasi-situasi yang menenangkan dan mebahagiakan hati. Tapi memang terkadang untuk menegakkan suatu kebaikan, kita harus meminum air kesedihan dan kekhawatiran. Kesedihan karena kebaikan ternyata selalu mendapat penentangan yang banyak dari orang-orang. Kekhawatiran karena kefakiran diri membuat kita berada dalam ketidakpastian, apakah kita akan dapat menegakkan kebaikan itu atau tidak?. Dalam perjuangan menghadapi halang-rintang saat menegakkan amaliah baik, kita hanya menghibur diri dengan keyakinan yang kuat kepada Alloh, solat, dan perkataan, “Semuanya dikehendaki oleh Alloh, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolngan Allah Swt.”
Dalam perjuangan menghadapi halang-rintang saat menegakkan amaliah baik, kita hanya menghibur diri dengan keyakinan yang kuat kepada Alloh, solat, dan perkataan, “Semuanya dikehendaki oleh Alloh, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolngan Allah.”
Berserah Diri Kepada Alloh Dengan Tunduk Patuh Atau Hidup Di Atas Minhaj-Nya, Agama adalah ajaran kebaikan, yang di dalamnya ada petunjuk dan pengetahuan. Hidup di dalam agama, tidak sekedar mengikuti jalan amal kebaikannya saja, tetapi juga berserah diri kepada Alloh dengan meyakini segala apa yang Ia sampaikan di dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya. Maka agama pada akhirnya menjadi sebuah keyakinan, yang akan membentuk pola pikir dan amal baik apabila diikuti. Kesetiaan padanya akan membuat arah penghambaan kita bergeser, dari penghambaan kepada selain Alloh menjadi penghambaan kepada Allah Swt.
Bagaimana mereka yang banyak beramal baik akan tenang dan damai hidupnya, apabila mereka tidak tunduk menyerah kepada Alloh dengan mengikuti agama-Nya. Tidakkah mereka tahu bahwa amal mereka kelak akan seumpama debu di atas batu yang diterbangkan angina?. Mereka memang terbebas dari kekhawatiran dan rasa sedih di dunia ini. Itu semua diberikan Alloh sebagai pahala yang akan diberikan-Nya kepada sispapun yang telah melakukan amal kebaikan. Tetapi di akhirat ? … saat amal kebaikan mereka bagaikan debu yang ditiup angin kencang. Adakah ketenangan di hati mereka kini?
(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (al-Baqoroh 112)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (al-Baqoroh 277)
Kebaikan yang utama adalah menolong orang dari kesulitan hidupnya. Alloh mengukur kualitas hamba-Nya dari kesanggupan ia merealisasikan ketakwaan dan kecintaan-Nya pada Alloh dalam wilayah amaliah ghoir mahdoh (hubungan dengan selain Alloh). Segala kebaikan yang dilakukan di dunia ini untuk orang lain, akan mendatangkan kebaikan di akhirat kelak.
Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa Rasululloh SAW pernah bersabda bahwa barangsiapa yang memudahkan urusan hamba-Nya di dunia ini, maka Alloh akan memudahkannya urusannya kelak di Akhirat. Maka demi Alloh, karenanya orang yang ditolong menjadi penolong orang yang menolong. Penolong yang mengharapkan pertolongan Alloh kelak di akhirat, akan merasa senang menolong.
Kita akan nampak lemah di akhirat kelak. Tidak ada sedikitpun pada diri kita yang bisa diandalkan untuk bisa menebus keselamatan dan menghindari ancaman ketidaksukaan-Nya. Maka tidak ada yang lebih berarti di akhirat kelak, selain pertolongan Alloh.
Tidak ada artinya segala apa yang diterima si penolong di dunia ini, jika dibandingkan apa yang diterimanya kelak di akhirat kelak. Semestinya, si penolong bahagia sebagaimana keadaan hamba Alloh yang ditolongnya. Keduanya wajib bersyukur, karena Allah telah membebaskan yang ditolong dari kesulitan dunia dan si penolong dari kesulitan akhirat. Berbuat kebaikan dengan cara yang baik, adalah termasuk sebagian dari amal kesyukuran.
Beramal Soleh, Lahir Dan Bathin, Dengan Penuh Keikhlasan Dan Mengharap Keridloan Allah Swt, Dan Dengan Jalan Islam, Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan sipenerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (al-Baqoroh 262)
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (al-Baqoroh 274)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa melakukan amaliah kebaikan akan melahirkan ketenangan dan kebahagiaan di hati orang-orang yang beriman. Tetapi kita perlu tahu bahwa yang dimaksud amaliah baik oleh orang-orang beriman, yang dapat melahirkan rasa bahagia dan melahirkan ketenangan di hati hanyalah amaliah yang mendatangkan simpati-Nya dan bukan amaliah yang mendatangkan celaan-Nya.
Tentu saja banyak cara untuk bisa membahagiakan orang sehingga hati kita bahagia karenanya. Tetapi tidak setiap jalan kebahagiaan menenangkan hati orang yang beriman. Jika orang yang beriman telah membahagiakan orang lain tetapi dengan jalan yang dicela oleh Alloh, maka pastilah ia tidak akan merasa bahagia, karena celaan Alloh telah menutupi jalan kebahagiaan di hatinya dan membukakan jalan keresahan di hatinya. Celaan Alloh akan membuat pahala kebaikan sirna, kebahagiaan menjauh.
Hanya jiwa yang tinggi yang dapat meraih kebahagiaan dalam keadaan pintu keresahan dan kesedihan tertutup dari hatinya. Jiwa yang rendah bisa merengkuh kebahagiaan dengan tidak merasakan apa-apa sekalipun celaan menimpanya. Pintu keresahannya tidak terbuka dengan adanya celaan Alloh kepada dirinya lantaran jiwanya tidak memiliki keimanan kepada Alloh sebagaimana jiwa yang tinggi.
Berikut ini syarat-syarat yang harus dipenuhi agar kebahagiaan dan ketenangan tetap ada di hati: Memiliki keimanan yang melahirkan perasaan sedang diawasi oleh Alloh Swt.
Melakukan amaliah soleh di semua sisi kehidupan, yang dilakukan dengan penuh kesadaran, tanpa melampaui batasan agama, dan mengikuti sunnah Nabi-Nya.
Menegakkan segala kefardluan yang ditetapkan Alloh dalam agama-Nya, khususnya solat yang mendekatkan diri kepada Alloh dan zakat yang mensucikan lahir-bathin
Mengevaluasi Amal Dan Melakukan Perbaikan Terhadap Semua Amal Yang Telah Dilakukannya
Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (al-An’am 48)
Alloh mengingatkan kita akan kesalahan-kesalahan kita dengan Rasul-Nya. Melalui lisan Rasul-Nya, kita bisa mengatahui atau menyadari segala perbuatan yang merugikan kita di dunia dan di akhirat. Terkadang kita merasakan kemadlaratan dari perbuatan salah yang kita lakukan, tetapi kita ragu untuk meninggalkannya karena dari perbuatan salah tersebut kita menemukan kebahagiaan dan ketenangan. Tetapi setelah Rasul-Nya menjelaskan bahwa perbuatan itu sesungguhnya tidak menguntungkan, atau hanya memberi keuntungan di dunia saja dan merugikan kelak di akhirat, maka orang yang beriman pasti akan kehilangan keraguannya setelah terbitnya keyakinan terhadap apa yang disampaikan oleh Rasul yang ia imani. Dan tatkala ia melakukan perbaikan dengan meninggalkan perbuatan tersebut, maka iapun menemukan kebahagiaan dan ketenangan yang lain. Sementara ia tak melihat ada kebahagiaan dan ketenangan di dalam hatinya apabila ia melakukan kembali perbuatan buruk yang telah ditinggalkannya.
Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (al-A’raf 35)
Satu hal yang mendorong orang untuk dapat meninggalkan keburukan yang menenangkan dan membahagiakannya, serta untuk dapat mengubah ketenangan dan kebahagiaan padanya menjadi keresahan dan kesedihan, adalah rasa takut yang terlahir dari keimanan yang kuat kepada Alloh.
Jika Alloh mengatakan bahwa sesuatu itu harus ditinggalkan, maka pastilah ada kemadharatan yang akan menimpanya. Dengan pengetahuan dan keyakinan atas hal tersebut, maka kita akan dapat melahirkan rasa takut di hatinya. Ketakutan itu akan mengubah segala keindahan pada hal yang dilarang menjadi sesuatu yang sangat memalukan dan meresahkan.
Takut adalah pelita yang memekarkan bunga-bunga kebahagiaan dan ketenangan di dalam hati. Dengan rasa takut, hidup kita akan penuh awas, kritis terhadap segala gerakanan buruk jiwa kita, dan memiliki banyak kekuatan untuk mengarahkan jiwa kita kepada sesuatu yang dirahmati Allah.
Menjadi Penolong-Penolong Alloh Atau Berada Dekat Dengan Mereka, Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yunus 62)
Sesungguhnya Alloh adalah penolong (aulia) orang-orang beriman. Ia mengeluarkan mereka dari kegelapan yang menyesakkan menuju cahaya yang menenangkan dan menggembirakan. Sementara orang-orang kafir, para penolong mereka adalah setan. Mereka dikeluarkan dari cahaya kepada kegelapan. Dan kegelapan telah menggelapkan hati mereka, sehingga mereka tidak melihat kepada kebenaran atau petunjuk Alloh.
Diriwayatkan dari al-Bazzar bahwa Ibnu Abbas berkata: Seseorang bertanya, “Ya Rasululloh siapakah wali Alloh itu?.” Beliau menjawab, “Ialah orang-orang yang apabila dilihat maka teringat kepada Allah.”
Yakinlah kita bahwa memang mengingat Alloh itu menenangkan hati dan menggembirakan hati orang yang beriman, sebagaimana firman-Nya, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (ar-Ra’d 28)
Jika hati kita tak kunjung bisa tenang dengan melajimkan dzikrullah di hati, atau malah terganggu karenanya, maka bsia dipastikan hati kita mati dan tidak tersisa keimanan di dalam hati kecuali sedikit saja, atau hati kita dikuasai nafsu. Walau hati kita mati, tetapi tetap kita harus terus memaksa agar hati menyuarakan asma-Nya. Degan mengharap kedekatan-Nya, maka kita terus meminta pertolongan Alloh dan berusaha memaksakan dzikrullah ke dalam hati kita sebagaimana dipaksakannya makanan oleh seorang ibu kepada anaknya yang tidak mau makan. Kalaupun masuknya dzikrullah ke dalam hati tidak membuat hati cepat mengerti akan esensi dzikrullah dan sadar akan keindahan-keindahan yang ditimbulkannya, tetapi terisinya hati oleh dzikrulah lebih baik dari pada hampanya hati dari dzikrullah.
Syekh Ahmad Athoillah dalam Hikam mengatakan bahwa melakukan kesalahan dalam keadaan hati berdzikir lebih baik dari pada melakukannya dalam keadaan hati lalai. Beliau mengatakan demikian karena dzikir menguatkan keimanan di hati. Apabila orang yang memiliki keimanan melakukan kesalahan maka dzikrullah akan membuat dirinya melihat akan kesalahan-kesalahannya. Dan keimanan akan membuat dirinya berusaha memperbaiki diri.
Hal tersebut ditegaskan oleh firman Alloh SWT, “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (ali-Imran 135)
Dan juga firman Alloh SWT, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (al-A’raf 201)
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasululloh SAW bersabda, “Di antara hamba-hamba Alloh itu ada sejumlah hamba yang membuat para nabi dan syuhada iri kepada mereka.” Beliau ditanya, “Ya Rasululloh, siapakah mereka itu mungkin kami dapat mencintainya?.” Beliau bersabda, “Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai karena Alloh, bukan karena harta dan keturunan. Wajah mereka bagaikan cahaya. Mereka berada di atas mimbar yang terbuat dari cahaya. Mereka tidak merasa takut saat orang-orang takut, dan mereka tidak bersedih tatkala orang-orang sedih.” Kemudian beliau membaca ayat, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Alloh itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”
Sebentuk ketenangan dan kebahagiaan meliputi orang-orang yang saling mencintai karena Alloh, bukan karena harta atau keturunan. Tentu saja bukan ketenangan sebagaimana tenangnya kita karena harat kita berlimpah atau keturunan kita bermartabat, dan bukan pula kebahagiaan sebagaimana bahagianya kita karena kita bisa membeli apapun denga harta yang berlimpah atau karena kita bisa melakukan apapun karena kita orang terhormat. Tetapi ketenangan dan kebahagiaan ruhiyah yang merasuki hati dan membuat hidup berarti sekalipun diliputi kemiskinan atau tidak memiliki kedudukan apapun di tengah masyarakat.
Sebuah keberatian misterius yang sukar difahami kecuali oleh orang yang saling mencintai karena Alloh. Ketidakfahaman tersebut terjadi karena selain orang yang saling mencintai karena Alloh tidak memiliki faktor yang bisa membangkitkan kebahagiaan orang-orang yang saling mencintai karena Alloh, yakni cinta Alloh. Ketenangan dan kebahagiaan diraih oleh mereka yang mencintai karena Alloh karena Alloh mencintai mereka. Ketenangan dan kebahagiaan itu merupakan akibat dari adanya cinta Alloh kepada mereka. Sebuah ketenangan dan kebahagiaan yang lain dan sangat misterius. Sebuah rahasia keindahan cinta orang-orang yang saling mencintai karena Alloh.
Meyakini Alloh Sebagai Rabb-Nya Dan Kuat Dalam Memegang Pendirian Tersebut, Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (al-Ahqaaf 13)
Salah satu kekuatan yang membuat orang-orang beriman dapat tetap hidup bahagia bersama Alloh adalah keseriusannya dalam meyakini dan setia kepada Alloh. Kebahagiaan mereka tergantung kepada keistiqomahan mereka dalam memegang keyakinan dan kesetiaannya kepada Alloh. Sementara keistiqomahan mereka berdiri dengan topangan ma’rifatullah yang bersumber dari pengetahuan dan penyaksian.
Menjadi hamba yang setia dan pengikut-Nya yang fanatis,Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Ali Imran 169-170)
Menjadikan hidup di dunia sebagai ibadah kepada-Nya, dan segala usahanya sebagai bagian jihad menegakkan agama-Nya adalah penghantar menuju kebahagiaan dan ketenangan. Tetapi hidup seperti itu hanya diwarisi oleh orang-orang yang berjiwa tinggi. Mereka yang berjiwa rendah, akan merasa tersiksa atau tidak betah dengan cara hidup seperti itu. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak mewarisi apa yang diwarisi oleh mereka yang berjiwa tinggi, yakni kehendak untuk setia kepada Alloh dan hidup dengan cara-Nya. Jika seseorang telah sampai pada jiwa yang tinggi, maka ia akan melihat bahwa apa yang ia rasakan sebagai penderitaan, kesusahan, ketidakberuntungan, atau kepahitan pada saat jiwanya rendah, ternyata adalah sebuah minuman yang sangat nikmat dan sentuhan Alloh yang menenangkan. Ingatlah, bahwa orang akan bahagia sekalipun dirinya disakiti, kalau yang menyakitinya adalah kekasihnya, dan kalau sakit tersebut akan memberinya kehidupan bahagia bersama kekasihnya. Dan orang-orang yang tidak tahu akan keuntungan tersebut atau yang lemah semangatnya karena ragu, akan menganggap gila orang-orang yang rela disakiti tersebut.
Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita. (Az-Zumar 61)
Orang yang bertakwa tidak bersedih dengan kekalahan mereka di dunia, karena di akhirat mereka akan mendapatkan kemenangan sekalipun mereka kalah di dunia. Mereka memang seakan tidak mendapatkan syurga dunia dalam pandangan orang-orang dunia, tetapi mereka punya syurga sendiri di dunia dan di akhirat yang sangat beda dengan syurganya orang-orang dunia. Hidup mereka seperti sebuah neraka dalam pandangan orang-orang dunia, tetapi sesungguhnya mereka terbebas dari neraka dunia dan akhirat.
Mereka sama sekali tidak berduka dengan apa yang diucapkan oleh orang-orang dunia atas diri mereka. Mereka hidup tenang dengan jaminan Allah. Mereka mencukupkan hidup mereka dengan Alloh, dengan minhaj-Nya dan dengan pahala serta keridloan-Nya.
Ilustrasi : Hidup merasa sedih dan kalut dalam pandangan islam
Merasa sedih tanpa sebab adalah hal yang wajar dirasakan oleh setiap manusia kali ini akan di kupas melalui cara pandang Islam dan Ilmu Pengetahuan. Sedih tanpa sebab biasanya sering dialami mulai dari anak yang beranjak remaja (baligh), gejala yang muncul biasanya merasa kesepian dalam keramaian, seolah ada sesuatu yang hilang. Rasa sedih ini menjadi tidak normal karena seseorang dapat merasakan sedih dan tiba-tiba menangis tanpa alasan yang jelas. Menurut pandangan Islam hal tersebut adalah , Islam menanggapi hal tersebut dengan serius, karena rasa sedih tersebut kemudian membawa dampak yang negatif terhadap pekerjaan, hubungan sosial, bahkan kesehatan fisik seseorang. Segala sesuatu yang merasa terganjal dalam hati tidak lepas dari duniawi semata dan juga termasuk penyakit hati. Berikut sebab sindrom hypopherenia menurut kacamata Islam:
1), Sedang dirindukan sang pencipta, Manusia adalah mahluk hidup yang diciptakan Allah SWT. Manusia memiliki statistik hidup yang selalu naik turun juga dapat mempengaruhi masalah mengingat kepada Sang Pencipta. Seseorang yang hidupnya banyak mengingat Allah SWT, kadang juga berada di fase lalai dan jauh dari sang pencipta. Hal itu dapat menyebabkan hati seseorang dapat merasakan hal yang kosong. Maka Allah SWT. memberikan nikmat sedih tersebut agar hambanya kembali dekat dengan-Nya. Bila seseorang menyebut nama Allah SWT, maka ketenangan jiwa akan diperolehnya. Seperti firman Allah SWT: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram". (QS. Ar Rad 13:28).
2) .Lupa pernah berbuat zalim, Diantara penyebab gelisah juga pernah lupa berbuat hal yang tidak baik kepada orang lain, itu akan menyebabkan ada sesuatu hal yang menjanggal dan meninggalkan perasaan tidak enak. Karena pada dasarnya orang jahat sekalipun memiliki nur dalam hati. Karena itu, segeralah meminta maaf. Karena, meminta maaf dekat dengan ketakwaan yang pada akhirnya menimbulkan ketenangan. Dengan begitu manusia diharuskan instrospeksi diri apa-apa yang pernah dilakukan.
3.Terlalu percaya dan berharap lebih kepada selain Allah SWT. Tidak ada suatu hal yang lebih menyakitkan dari pada berharap lebih kepada manusia dan itu seburuk-buruknya harapan. Manusia memiliki derajat dan sifat yang sama, dan secara logika tidak akan mungkin bisa memberikan yang lebih. Selain berharap, terlalu percaya dan memasrahkan diri kepada orang lain juga akan sia-sia belaka. Maka dari itu satu-satunya menggantung harapan adalah kepada Allah SWT.
4).Sering melakukan humblebag, Humblebag adalah rasa membanggakan yang diperlihatkan kepada oranglain namun dengan berkedok "rendah hati" dan hal ini termasuk maksiat. Perbuatan ini biasanya disebabkan ingin dipuji sebab sesuatu hal luarbiasa yang baru didapatkan atau di raih. Bukan akan mendapatkan pujian malah hal tersebut akan menuai sebaliknya, orang disekitar akan merasa kurang nyaman sehingga akan dijauhi atau dikucilkan sekalipun. Ibnu Qayyim berkata, ''Jika kamu menemukan keterasingan karena perbuatan dosa, maka segera tinggalkan dan jauhi dosa dan maksiat. Hati tidak akan tenang dengan perbuatan dosa".
Satu-satunya cara untuk mengatasi hal tersebut adalah kembali mengingat kepada Allah Swt, namun tak jarang walaupun hati sangat ingin melakukan namun raga sulit untuk bekerja sama. Maka solusinya adalah bangunlah alam bawah sadar karena hal tersebut terbukti mampu untuk menggerakkan badan secara batin. Caranya pertama adalah mencari tempat duduk yang hening kemudian luruskan pandangan mata kedepan lalu tangan kanan tepuk pundak sebelah kiri, dan katakan "Terimakasih diriku, sudah membersamaiku hingga detik ini. Terimakasih sudah bertahan hingga aku mampu berdiri pada titik ini. Aku percaya bahwa diriku bisa untuk mencapai tujuan hingga akhir bersama, karena Tuhanku percaya padaku". hal teresebut seperti melakukan meditasi untuk membangkitkan semangat dalam diri sendiri dalam psikologi membuktikan ketika kalimat itu diucapkan setelah capek seharian bekerja atau belajar maka alam bawah sadar akan muncul kembali hingga rasa lelah itu akan sirna.