Yang dikatakan Allah Swt kepada hambanya yang dosanya sudah melampai batas dalam surah Az Zumar ayat 53 sebagai berikut ini , "Allah SWT berfirman, "Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dialah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Apakah Allah Swt mengampuni dosa-dosa kita atau menerima toubat kita, Dari Abdullah bin Umar r.a. dari Nabi Saw bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT akan menerima taubat seorang hamba selama nafasnya belum sampai di tenggorokan (sakratul maut)". (Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dan Tirmizi).
Sebelum nyawa masih di kandung badan belum sampai ke tenggorokan dan matahari belim terbit dari barat Allah Swt akan menerima toubat hambanya. Nitakan toubat dan melaksanakan solat taubat, jauh lebih baik solat tobat di sepertiga malam seperti mengerjakan solat tahajut seperti halnya sudah dikatakan para ulama kita.. Para ulama mengatakan sholat taubat paling baik dilakukan pada sepertiga malam terakhir atau selama waktu sholat tahajud dilakukan. Sholat taubat ini disyariatkan untuk dikerjakan oleh seorang hamba dalam rangka bertaubat kepada Allah SWT dan kembali dari dosa-dosa dan maksiat.
kemudian apakah jika sudah sudah melakukan toubat apakah Allah Swt masih akan menyiksa hambya di alam kubur/barzah dan di Akherat, apakah orang yang sudah bertaubat masih akan kena azab kubur? Ustaz Khalid Basalamah menegaskan jika manusia sudah berada di alam barzah atau akhirat, maka tak ada lagi azab karena dosa-dosanya telah dibersihkan dengan bertaubat.
Bagaimana jika kita sudah bertaubat tapi masih melakukan dosa? orang yang berbuat dosa dan bertaubat nasuha, sungguh-sungguh bertaubat kepada Allah, maka Allah Swt akan ampuni dosanya dan menerima taubat orang tersebut. Dan jika orang tersebut berbuat atau mengulangi dosa kembali, lalu ia bertaubat lagi dengan taubat nasuha, maka Allah Swt akan ampuni dia kembali.
Zalim adalah perbuatan melampaui batas dalam melakukan keburukan. Perbuatan zalim dapat mengotori hati, seperti sombong, dengki, ghibah, fitnah, dusta, dan lain sebagainya. Karena itu zalim termasuk dari dosa besar. Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrah RA, Rasulullah SAW bersabda, ”Setiap dosa akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat, kecuali al-baghy (zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim, Allah akan menyegerakan di dunia sebelum kematian menjemput.” (HR Al Hakim).
Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa pedih di akhirat. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al Quran dalam surah Asy Syura ayat 42 yang artinya sebagai berikut ini :
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS Asy-Syura: 42).
Kedua, orang yang durhaka kepada orang tua. Sikap buruk dan tidak menghormati serta tidak menyayangi kedua orang tua, adalah sikap yang sangat tercela, karena merekalah penyebab keberadaan kita di dunia ini.
Jika sikap ini dilakukan, maka akan mengundang kemurkaan dari Allah SWT di dunia ini, antara lain dalam bentuk pembangkangan sikap yang dilakukan anak-anak mereka.
Karena itu, sikap ihsan baik dalam ucapan maupun perbuatan merupakan suatu kewajiban agama sekaligus merupakan suatu kebutuhan. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surah Al Isra ayat 23 yang artinya sbb ini :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia.” (QS Al-Isra: 23).
Ketiga, dosa orang yang memutuskan silaturahim. Islam tidak menyukai orang-orang yang memutuskan tali persaudaraan. Islam mengancam dan mengecam secara tegas orang-orang yang memutuskan tali persaudaraan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda dari Abu Muhammad Jubiar bin Muth’im RA:
“Tidak akan masuk surga orang yang memutus (silaturahim)." (HR Bukhari dan Muslim).
Islam begitu tegas terhadap hubungan baik sesama manusia. Oleh karena itu, orang yang tidak mau berbuat baik dan justru memutus persaudaraan, Islam pun memberikan ancaman yang keras, yakni tidak akan masuk surga sebagai balasannya. Sungguh mengerikan.
Allah SWT telah menciptakan manusia untuk bisa berdampingan dengan makhluk hidup lain, termasuk bangsa jin. Beberapa jenis Jin yang memiliki tugas untuk menggoyahkan keimanan manusia. Mereka senantiasa memiliki berbagai cara agar manusia bisa menjauh dari perintah Allah SWT. Bahkan untuk bisa berdampingan dengan manusia, mereka dapat hinggap di tubuh manusia. Berdasarkan hadist Rasulullah, ada beberapa anggota tubuh manusia yang dapat ditinggali jin atau setan, diantaranya :
Aliran darah, “Sesungguhnya setan itu berjalan dalam tubuh anak Adam melalui peredaran darah dalam tubuhnya.” (H.R. Muslim).
Akan hal itu pentingnya diri untuk berbekam mengeluarkan darah kotor dalam setiap bulannya, terutama bagi mereka yang memiliki sifat temperamental dan emosian. Bahkan dianjurkan untuk melakukan ruqyah diri sendiri dengan beberapa ayat suci Al Qur’an dengan niatan untuk mengusir gangguan jin yang ada di dalam tubuh kita.
Lubang mulut, “Apabila seseorang dari kalian menguap, letakkanlah tangannya pada mulutnya (tutuplah), karena setan akan masuk bersama dengan orang yang menguap (yang mulutnya tidak ditutup)” (HR. Muslim)
Maka dianjurkanlah bagi kita untuk menutup mulut dengan punggung tangan ketika sedang menguap. Hal ini bertujuan agar setan tidak ikut masuk ke dalam lubang mulut kita.
Kuku tangan dan kaki, “Potonglah (perpendek) kuku-kukumu. Sesungguhnya setan mengikat (melalui) kuku-kuku yang panjang.” (HR. Ahmad) Bukan hanya untuk kesehatan, hal ini juga ternyata menjadi sarang bagi setan atau jin. Jadi pastikan untuk selalu mengunting kuku maksimal dalam waktu 40 hari sekali.
Lubang hidung, “Apabila salah seorang di antara engkau bangun tidur, hendaklah mengeluarkan air dari hidungnya (istintsar) tiga kali, karena setan itu menginap di batang hidungnya.” (H.R. Muslim).
Lubang telinga, Abdullah bercerita bahwa disisi Nabi bahwa ada seorang laki-laki yang selalu tidur sampai pagi tanpa mengerjakan salat malam. Kemudian beliau bersabda “Setan telah kencing di telinganya”. (H.R. Muslim). Karenanya, sebagai hamba Allah Swt yang paling mulia, kita harus senantiasa meminta perlindungan dari setan, jin, dan iblis. Terlebih tugas jin yang memang bertugas untuk menggoda keimanan manusia.
Obat Penyakit Hati dan Sempitnya Dada, kami nukilkan beberapa sebab dan sarana pengobatan yang sangat bermanfaat bagi berbagai penyakit hati, sekaligus penyembuh yang sangat ampuh untuk menghilangkan kegoncangan jiwa. Semoga kita bisa mengamalkannya secara jujur dan penuh keikhlasan sehingga kita bisa mendapatkan manfaat darinya berupa kebahagiaan hidup dan ketenangan hati. Aamin ya robal alamin.
Mengikuti petunjuk, memurnikan tauhid, dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah Swt saja, sebagaimana kesesatan dan syirik itu merupakan faktor terbesar bagi sempitnya dada.
Menjaga iman yang Allah Swt sematkan ke dalam hati hamba-hamba-Nya dan juga amal shalih yang dilakukan seseorang.
Mencari ilmu syar’i yag bermanfaat. Setiap ilmu syar’i seseorang bertambah luas, maka akan semakin lapang pula hatinya.
Bertaubat dan kembali melakukan ketaatan kepada Allah yang Maha Suci, mencintai-Nya dengan sepenuh hati, serta menghadapkan diri kepada-Nya dan menikmati ibadah kepada-Nya.
Terus menerus berdzikir kepada-Nya dalam segala kondisi dan tempat. Sebab dzikir mempunyai pengaruh yang sangat menakjubkan dalam melapangkan dan meluaskan dada, menenangkan hati, serta menghilangkan kebimbangan dan kedukaan.
Berbuat baik kepada sesama makhluk sebisa mungkin. Sebab, seseorang yang murah hati lagi baik adalah manusia yang paling lapang dadanya, paling baik jiwanya dan paling bahagia hatinya.
Mengeluarkan berbagai kotoran hati dari berbagai sifat tercela yang menyebabkan hatinya menjadi sempit dan tersiksa, seperti dengki, kebencian, iri, permusuhan, dan kedhaliman. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wasalam pernah ditanya tentang sebaik-baik manusia, maka beliaupun menjawab, “Setiap orang yang bersih hatinya dan selalu benar atau jujur lisannya.” Kemudian mereka para sahabat berkata, mengenai jujur atau benar lisannya,kami sudah mengetahuinya, tetapi apakah yang dimaksud dengan orang yang bersih hatinya ?” Beliau menjawab, “yaitu seseorang yang bertakwa dan bersih, yang tidak terdapat dosa pada dirinya, tidak dholim, tidak iri, dan juga tidak dengki.”
Keberanian dalam membela kebenaran. Orang yang berani mempunyai dada yang lebih lapang dan hati yang lebih luas.
Meninggalkan sesuatu yang berlebihan dalam memandang, berbicara, mendengar, bergaul, makan, dan tidur. Meninggalkan hal itu semua merupakan salah satu faktor yang dapat melapangkan dada, menyenangkan hati, dan menghilangkan keduakaan dan kesedihan.
Menyibukkan diri dengan amal atau ilmu syar’i yang bemanfaat karena hal tersebut dapat menghindarkan hati dari hal-hal yang menimbulkan keraguan hati.
Memperhatikan kegiatan hari ini dan tidak perlu khawatir terhadap masa yang akan datang serta tidak sedih terhadap keadaan yang terjadi pada masa-masa lalu. Seorang hamba harus selalu berusaha dengan sungguh-sungguh dalam hal-hal yang bermanfaat baginya, baik dalam hal agama maupun dunia. Juga memohon kesuksesan kepada Rabb-Nya dalam mencapai maksud dan tujuan serta memohon agar Dia membantunya dalam mencapai tujuan tersebut. Ini akan dapat menghibur dari keduakaan dan kesedihan.
Melihat kepada orang yang ada di bawah dan jangan melihat kepada orang yang ada di atas dalam ‘afiat (kesehatan dan keselamatan) dan rizki serta kenikmatan dunia lainnya.
Melupakan hal-hal tidak menyenangkan yang telah terjadi pada masa lalu, sehingga tidak larut memikirkannya.
Jika tertimpa musibah maka hendaknya berusaha meringankan agar dampak buruknya bisa dihindari, serta berusaha keras untuk mencegahnya sesuai dengan kemampuannya.
Menjaga kekuatan hati, tidak mudah tergoda serta tidak terpengaruh angan-angan yang ditimbulkan oleh pemikiran-pemikiran buruk, menahan marah, serta tidak mengkhawatirkan hilangnya hal-hal yang disukai. Tetapi menyerahkan semuanya hanya kepada Allah Swt dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat, serta memohon ampunan dan afiat kepada Allah Swt.
Menyandarkan hati hanya kepada Allah seraya bertawakal kepada-Nya. Berhusnudzan kepada Allah, Rabb Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi. Sebab, orang yang bertawakal kepada Allah tidak akan dipengaruhi oleh kebimbangan dan keraguan.
Seseorang yang berakal menegetahui bahwa kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan yang bahagia dan tenang. Karena kehidupan itu singkat sekali, karena itu, jangan dipersingkat lagi dengan adanya berbagai kesedihan dan memperbanyak keluhan. Karena justru hal itu bertolak belakang dengan kehidupan yang benar dan sehat.
Jika tertimpa suatu hal yang tidak menyenangkan hendaknya ia membandingkannya dengan berbagai kenikmatan yang telah dilimpahkan kepadanya, baik berupa agama maupun duniawi. Ketika orang itu membandingkannya maka akan tampak jelas kenikmatan yang diperolehnya jauh lebih banyak dibandingkan musibah yang dia alami. Disamping itu, perlu kiranya ia membandingkan antara terjadinya bahaya di masa depan yang ditakutkan dengan banyaknya kemungkinana keselamatan. Karena kemungkinan yang lemah tidak mungkin mengalahkan kemungkinan yang lebih banyak dan kuat. Dengan demikian akan hilanglah rasa sedih dan takutnya.
Mengetahui bahwa gangguan dari orang lain tidak akan memberikan mudharat atau bahaya kepadanya, khususnya yang berupa ucapan buruk, tatapi hal itu justru akan memberikan mudharat kepada diri mereka sendiri. Hal itu tidak perlu dimasukkan ke dalam hati dan tidak perlu dipikirkan, sehingga tidak akan membahayakannya.
Mengarahkan pikirannya terhadap hal-hal yang membawa manfaat bagi dirinya, baik dalam urusan agama maupun dunia.
Hendaklah dia tidak menuntut terima kasih atas kebaikan yang dilakukannya, kecuali mengharapkan balasan dari Allah. Dan hendaklah dia mengetahui bahwa amal yang dia lakukan, pada hakekatnya merupakan muamalah (jalinan) dengan Allah, sehingga tidak mempedulikan terima kasih dari orang terhadap apa yang dia berikan kepadanya. Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan darimu dan tidak pula ucapan terima kasih”. (QS. Al-Insan:9)
Memperhatikan hal-hal yang bermanfaat dan berusaha untuk dapat merealisasikannya, serta tidak memperhatikan hal-hal yang buruk baginya, sehingga otak dan pikirannya tidak disibukkan olehnya.
Berkonsentrasi pada aktivitas yang ada sekarang dan menyisihkan aktivitas yang akan datang, sehingga aktivitas yang akan datang kelak dikerjakan secara maksimal dan sepenuh hati.
Memilih dan berkonsentrasi pada aktivitas yang bermanfaat, dengan mengutamakan yang lebih penting. Hendaklah ia memohon pertolongan pada Allah, kemudian meminta pertimbangan orang lain, dan jika pilihan itu telah sesuai dengan kemantapan hatinya, maka silahkan diamalkan dengan penuh tawakal pada Allah Swt.
Menyebut-nyebut nikmat Allah dengan memujinya, baik yang dhahir maupun yang batin. Sebab, dengan menyadari dan menyebut-nyebut nikmat Allah Swt, maka Dia akan menghindarkan dirinya dari kebimbangan dan kesusahan.
Hendaklah bergaul dan memperlakukan pasangan (suami maupun istri) dan kaum kerabat serta semua orang yang mempunyai hubungan secara baik . jika menemukan suatu aib, maka jangan disebarluaskan, tetapi lihat pula kebaikan yang ada padanya. Dengan cara ini, persahabatan dan hubungan akan terus terjalin dengan baik dan hati akan semakin lapang. Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah bersabda, “Janganlah seorang mukmin laki-laki membenci mukmin perempuan (istri) seandainya dia membenci suatu akhlaknya, maka dia pasti meridhai sebagian lainnya.” (HR. Muslim)
Do’a memohon perbaikan semua hal dan urusan. Dan doa paling agung berkenaan dengan hal itu adalah latinya sbb : “Allahumma ashlihlii diinii lladzii huwa ‘ishmatu amrii, wa ashlihlii dunyaya llatii fiihaa ma’asyii, wa ashlihlii akhirotii llatii fiihaa ma’adii, waj’alilhayaata ziyaadatan lii fii kulli khair, waj’alil mauta raahatan lii min kulli syarr.” (HR. Muslim) artinya sbb : "Ya Allah perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah ya Allah kehidupan ini penambah kebaikan bagiku dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejelekan. Demikian juga dengan do’a berikut ini : “Allahumma rahmataka arjuu falaa takilnii ilaa nafsii thorfata’ainin wa ashlihlii sya’nii kullahu, laa ilaha illa anta.” Ya Allah hanya rahmatMu aku berharap mendapatkannya. karena itu, jangan Engkau biarkan diriku sekejap mata (tanpa pertolongan atau rahmat dariMu). Perbaikilah seluruh urusanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau
Jihad di jalan Allah Swt. Hal ini berdasarkan pada sabda Rasulullah shalallu’alaihi wassalam, “Berjihadlah di jalan Allah Swt, karena jihad di jalan Allah Swt merupakan pintu dari pintu-pintu surga, yang dengannya Allah Swt menyelamatkan dari kedukaan dan kesedihan.”
Demikian semoga obat dari kesedihan hati tersebut di hilangkan oleh Allah Swt, amin
Dosaku sangat besar dan banyak, tapi rahmat dan ampunan Allah Swt lebih besar dari Imam Syafi. Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Swt berfirman, ‘Wahai anak Adam! Seandainya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa hampir sepenuh isi bumi lalu kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku pun akan mendatangimu dengan ampunan sebesar itu pula.’” (HR. Tirmidzi, dan dia menghasankannya).
Hadits yang agung ini menyimpan banyak pelajaran berharga, di antaranya:
Tauhid merupakan syarat untuk bisa meraih ampunan Allah Swt. Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah berkata mengomentari hal ini, “Ini adalah syarat yang berat untuk bisa mendapatkan janji itu yaitu curahan ampunan. Syaratnya adalah harus bersih dari kesyirikan, banyak maupun sedikit. Sementara tidak ada yang bisa selamat/ bersih darinya kecuali orang yang diselamatkan oleh Allah Swt. Itulah hati yang selamat sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Ta’ala (yang artinya), ‘Pada hari ketika tidak lagi bermanfaat harta dan keturunan, kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.’” (Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 53-54)
Keutamaan ini hanya akan bisa diperoleh bagi orang yang bersih tauhidnya. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Seandainya ada seorang yang bertauhid dan sama sekali tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatupun berjumpa dengan Allah dengan membawa dosa hampir seisi bumi, maka Allah pun akan menemuinya dengan ampunan sepenuh itu pula. Namun, hal itu tidak akan bisa diperoleh bagi orang yang cacat tauhidnya. Karena, sesungguhnya tauhid yang murni itu yang tidak tercemari oleh kesyirikan apapun, maka ia tidak akan menyisakan lagi dosa. Karena, ketauhidan semacam itu telah memadukan antara kecintaan kepada Allah, pemuliaan dan pengagungan kepada-Nya, serta rasa takut dan harap kepada-Nya semata, yang hal itu menyebabkan tercucinya dosa-dosa, meskipun dosanya hampir memenuhi isi bumi. Najis yang datang sekadar menodai, sedangkan faktor yang menolaknya sangat kuat.” (Dinukil dari Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 54-55).
Hadits ini mengandung keterangan tentang makna la ilaha illallah yang bisa lebih berat timbangannya daripada semua makhluk dan semua dosa. Maknanya adalah meninggalkan syirik dalam jumlah banyak maupun sedikit. Hal itu pasti membuahkan ketauhidan yang sempurna. Tidak mungkin bisa bersih dari syirik kecuali bagi orang yang benar-benar merealisasikan tauhidnya, serta mewujudkan konsekuensi dari kalimat ikhlas (syahadat) yang berupa ilmu, keyakinan, kejujuran, keikhlasan, rasa cinta, menerima, tunduk patuh dan lain sebagainya menjadi konsekuensi kalimat yang agung itu (lihat Qurrat al-’Uyun al-Muwahhidin, hal. 22). Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang mengucapkannya la ilaha illallah dengan penuh keikhlasan dan kejujuran, maka dia tidak akan terus-menerus tenggelam di dalam kemaksiatan-kemaksiatan. Karena keimanan dan keikhlasannya yang sempurna menghalangi dirinya dari terus-menerus tenggelam dalam maksiat. Oleh sebab itu, dia akan bisa masuk surga sejak awal bersama dengan rombongan orang-orang yang langsung masuk surga.” (Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 21).
Hadits ini menunjukkan bahwa tauhid tidak hanya cukup di lisan. Namun, tauhid juga menuntut seorang hamba untuk menunaikan kewajiban, serta meninggalkan kemaksiatan. Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang mempersaksikannya kalimat tauhid- namun dia mencemarinya dengan perbuatan dosa dan kemaksiatan, atau dia sekadar mengucapkannya dengan lisan sementara hati atau amalannya berbuat syirik seperti halnya orang-orang munafik, maka orang semacam ini ucapan syahadatnya tidak bermanfaat. Akan tetapi yang semestinya dia lakukan adalah mengucapkannya kemudian meyakininya dengan kuat, melaksanakan perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan serta mengikuti tuntunan Nabi SAW.” (Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 20). Beliau rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang meninggalkan kewajiban atau melakukan perkara yang dilarang, maka itu berarti dia telah berani menawarkan dirinya untuk menerima hukuman Allah Ta’ala meskipun dia mengucapkan kalimat ini dan meyakininya. Apabila dia melakukan sesuatu yang membatalkan keislamannya, maka berubahlah dia menjadi orang yang murtad dan kafir. Syahadat ini tidak lagi bermanfaat untuknya. Oleh sebab itu, kalimat ini harus diwujudkan dalam kenyataan dan mengamalkan konsekuensi-konsekuensinya, kalau tidak demikian, maka dia berada dalam bahaya besar seandainya dia tidak kunjung bertaubat juga.” (Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 26). Beliau juga mengatakan, “Hadits-hadits yang ada menunjukkan bahwasanya para pelaku maksiat itu sangat berresiko dijatuhi ancaman siksa dan mereka akan masuk ke neraka, lalu mereka akan dikeluarkan darinya dengan syafa’at para nabi dan yang lainnya. Hal itu dikarenakan mereka telah melemahkan tauhid mereka dan mencemarinya dengan kemaksiatan-kemaksiatan.” (Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 21).
Hadits ini menunjukkan betapa besar pahala amalan tauhid (lihat Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 55).
Hadits ini menunjukkan betapa luasnya kedermawanan dan kasih sayang Allah Swt (lihat Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 55).
Hadits ini mengandung bantahan bagi orang-orang Khawarij yang mengkafirkan pelaku dosa besar (lihat Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 55).
Hadits ini juga mengandung bantahan bagi kaum Mu’tazilah yang memiliki keyakinan bahwa pelaku dosa besar itu berada di antara dua status di alam dunia ini, antara iman dan kafir. Manzilah baina manzilatain dalam istilah mereka, dan pelaku dosa besar menurut mereka kelak akan kekal di neraka (lihat Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 55).
Allah Swt berkata-kata, sesuai dengan keagungan dan kemuliaan diri-Nya (lihat al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 43).
Meninggal di atas tauhid yang bersih merupakan syarat mendapatkan ampunan dosa, dalam hal ini terdapat perincian sebagai berikut: 1). Orang yang mati dalam keadaan melakukan syirik besar atau tidak bertaubat darinya, maka dia pasti masuk neraka. 2). Orang yang meninggal dalam keadaan bersih dari syirik besar namun masih terkotori dengan syirik kecil sementara kebaikan-kebaikannya ternyata lebih berat daripada timbangan keburukannya, maka dia pasti masuk surga. 3). Orang yang meninggal dalam keadaan bersih dari syirik besar namun masih memiliki syirik kecil sedangkan keburukannya justru lebih berat dalam timbangan, maka orang itu berhak masuk neraka namun tidak kekal di sana (lihat al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 44).
Hadits ini mengandung motivasi (targhib) dan peringatan (tarhib). Ini merupakan motivasi agar orang mau berjuang keras membersihkan tauhidnya dari kotoran syirik dan kemaksiatan, karena Allah menjanjikan ampunan yang demikian besar bagi orang yang murni tauhidnya. Dan ini sekaligus menjadi peringatan bagi orang-orang yang selama ini tenggelam dalam dosa dan kemaksiatan agar waspada dan takut kalau ternyata di akhir hidupnya mereka tidak tergolong orang yang bersih tauhidnya. Karena kotornya tauhid akan menyebabkan dosa-dosa mereka tidak pasti diampuni oleh Allah, padahal kita semua mengetahui bahwa ‘Inna bathsya Rabbika la syadiid’ Sesungguhnya siksaan Rabb-mu amatlah keras. Allah Swt juga berfirman (yang artinya), “Seandainya Allah Swt mau menyiksa manusia di dunia sebagai hukuman atas dosa yang mereka perbuat niscaya tidak akan Allah sisakan di atas muka bumi ini seekor binatang melatapun. Akan tetapi Allah Swt menunda hukuman itu untuk mereka hingga waktu yang telah ditentukan. Maka apabila telah datang saatnya sesungguhnya Allah Maha melihat semua hamba-Nya.” (QS. Fathir: 45). Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Artinya adalah apabila Allah menyiksa mereka sebagai hukuman atas semua dosa yang mereka perbuat, maka Allah Swt tentu akan menghancurkan semua penduduk bumi dan segala binatang dan rezeki yang mereka miliki.” (Tafsir al-Qur’an al-’Azhim 6/362. Maktabah at-Taufiqiyah).
Hadits di atas juga menunjukkan wajibnya mempelajari syirik -dengan segala macam bentuk dan jenisnya- untuk dijauhi, wajibnya menyadari bahayanya yang sangat besar serta memperingatkan umat dari segala sarana yang menjerumuskan ke dalamnya.
Hadits di atas juga menunjukkan pentingnya tazkiyatun nafs/ penyucian jiwa. Karena sesungguhnya orang yang bisa meraih keutamaan yang berupa ampunan yang melimpah ruah itu hanyalah orang yang bersih tauhidnya. Sementara hal itu tidak akan bisa dicapai kecuali dengan mengenali maksiat dan menjauhinya serta bertaubat darinya.
Hadits di atas juga menunjukkan bahwa dosa yang paling harus ditakuti dan dijauhi oleh manusia adalah dosa kesyirikan dan kekafiran. Karena dosa itulah yang menghalangi mereka dari memperoleh ampunan Allah Swt. Oleh sebab itulah dalam memperbaiki kondisi masyarakat yang telah mengalami kerusakan dalam berbagai sisi kehidupan mereka maka seorang dai harus memprioritaskan pembenahan akidah dan pemurnian tauhid terlebih dulu, karena ini adalah asas penyucian jiwa dan kunci keselamatan di dunia dan di akhirat.
Hadits di atas menunjukkan batilnya semua sesembahan selain Allah Swt. Sehingga tidak ada sosok yang layak untuk dijadikan tempat bergantungnya hati, tumpuan rasa cinta, takut, dan harap serta tawakal kecuali kepada Allah Swt.
Hadits di atas juga menunjukkan bahayanya riya’, karena riya’ adalah syirik yang sangat samar, sementara syirik menyebabkan pelakunya terhalang dari mendapatkan ampunan dosa.
Hadits di atas menunjukkan bahwa pengampunan dosa adalah hak Allah Swt, bukan hak Nabi ataupun ulama, apalagi pendeta atau pastur gereja.
Hadits di atas menunjukkan sebesar apapun dosa selama masih berada di bawah tingkatan syirik, maka masih mungkin untuk diampuni oleh Allah Swt dan masih ada kesempatan masuk surga walaupun pelakunya jika tidak bertaubat harus mampir sekian lama di dalam neraka, semoga Allah Swt menyelamatkan kita darinya. Dosa syirik pun, apabila pelakunya bertaubat, maka akan diampuni oleh Allah Swt.
Semoga artikelnya bermannaft, bagi pendosa yang ingin bertobat janagn berputus asa dari rahmat Allh Swt, pasti toubat hambanya diterima Allah Swt.
Sholat tobat ini bisa Anda lakukan dengan dua rakaat dan juga niat dalam hati. Niat yang Anda ucapkan hanyalah berniat untuk sholat tobat dan mohon ampunan agar diridhoi oleh Allah SWT. Dan memohon ampunan kepada Allah juga bisa dilakukan dengan sholat tobat ini. Pada saat Anda melakukan sholat tobat, maka Anda pun telah berjanji untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
Dosa yang pernah Anda perbuat sebaiknya rahasiakan. Rahasiakan dosa dari siapapun termasuk orang terdekat anda apalagi orang lain. Dalam sebuah hadist pun Rasulullah pernah bersabda. “Siapa yang tertimpa musibah maksiat dengan melakukan perbuatan semacam ini (perbuatan zina), hendaknya dia menyembunyikannya, dengan kerahasiaan yang Allah berikan.” (HR. Malik)
Maka dari itu sebaiknya Anda mulai untuk menjauhi segala jenis dosa yang ada. Dan semoga Allah Swt akan mengampuni setiap dosa yang diperbuat dan selalu meridhoi jalan yang Anda ambil.
Mencari lingkungan yang baik tentu saja akan membawa dampak yang baik pula untuk Anda. Oleh karena itu, jika Anda memang bertekad untuk lepas dari segala perilaku tak terpuji, maka Anda harus mencari lingkungan yang baik. Hal ini juga dilakukan untuk memperkuat tobat yang telah Anda lakukan.
Cara bertobat yang sangat disarankan tentu saja kembali mendekatkan diri dan banyak beribadah kepada Allah SWT. Karena mendekatkan diri kepada Allah dapat menggugurkan dosa yang telah Anda perbuat. Selain itu telah dijelaskan pula dalam firman Allah di QS Hud ayat 114.
“Dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”
Tobat secara bahasa artinya kembali. Secara istilah artinya kembali kepada Allah Swt yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Berserah diri pada-Nya dengan hati penuh penyesalan yang sungguh-sungguh. tobat merupakan bentuk tindakan dari akhlak dan kewajiban manusia terhadap Allah SWT karena pada dasarnya manusia tidak lepas dari perbuatan dosa.
Tobat yang diterima oleh Allah Swt ialah Taubat Nashuha, yaitu tobat yang sebenar-benarnya yang mana taubat itu berlaku untuk siapa saja. Bukan hanya untuk orang yang mempunyai dosa saja, namun taubat diperintahkan untuk semua orang.
Jika Anda melakukan dosa ataupun kesalahan, maka segeralah untuk bertobat. Karena Allah selalu memaafkan hambanya. Dan berikut ini sebab-sebab Allah menerima tobat yang Anda:
Karena Allah SWT Maha Mengasihi dan Maha Pengampun
Agar hamba-hambanya bersih dari dosa dan memperoleh kebahagiaan di Surga-Nya kelak
Orang-orang yang bertaubat tidak mengulangi dosa yang pernah diperbuat
Mencegah dari kejahatan dan agar orang-orang lebih banyak melakukan kebaikan.
Sebelum Anda melakukan taubat, Anda perlu mengetahui terlebih dahulu syarat-syarat untuk bertaubat. Dan berikut ini rangkuman syarat bertobat:
Islam, Jika Anda melakukan taubat dengan cara yang dianut oleh Islam, tentu saja Anda haruslah beragama. Karena hal ini pun telah dijelaskan dalam QS An-Nisa ayat 18, sbb : “Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (QS An-Nisa ayat 18).
Ikhlas, saat Anda melakukan sebuah taubat, Anda harus dengan ikhlas untuk menjalankannya. Karena dengan keikhlasan itu artinya Anda hanya mengharapkan ridho dari Allah SWT.
Mengakui dosa, jika Anda benar-benar ingin menghapus semua kesalahan yang pernah diperbuat, Anda harus mengakui kesalahan tersebut di hadapan Allah SWT. Dengan cara mengakui serta memohon keselamatan dengan berdoa kepada Allah Swt.
Menyesali perbuatan, selain Anda harus mengakui dosa, Anda juga diharuskan memiliki rasa penyesalan. Penyesalan tersebut akan memberikan kemampuan kepada Anda untuk takut dan menjadi penghalang apabila Anda berniat melakukan kembali kesalahan atau dosa tersebut.
Lepas dan tinggalkan perbuatan dosa. Apabila pelanggaran yang Anda perbuat adalah melakukan larangannya, dan meninggalkan perintahnya, maka Anda harus melaksanakan perintahnya sebagai cara meninggalkan perbuatan dosa tersebut.
Pernah terjerumus dalam dosa waktu masa muda kemudian bertaubat, berharap kepada Allah semoga taubat nasuha karena hatinya sedih dan pilu. Akan tetapi seringkali terlintas pertanyaan apakah mungkin Allah itu menyamakan dengan orang yang tidak pernah melakukan dosa besar selama hidupnya. Dimana dia merasa lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan orang lain.
Allah menciptakan makhluk dalam rangka untuk taat dan beribadah kepada-Nya. Serta melarang melakukan kemaksiatan kepada-Nya. Dan memerintahkan kalau salah seorang terjerumus dalam kemaksiatan agar bersegera bertaubat kepada Allah dan jangan putus asa dari rahmat Allah. Dan (Allah) menjanjikan orang yang bertaubat balasan yang mulia.
Sebesar apapun seorang hamba terjerumus dalam dosa dan mengakui dosanya. Kemudian bertaubat kepada Allah dengan jujur, serta melakukan ketaaan kepada Allah. maka Allah akan menerima taubatnya, menghapus dosa-dosanya. Mengangkat derajatnya. Mengganti kejelekan dengan kebaikan, sehingga kondisi setelah bertaubat itu lebih mulia dibandingnya dengan sebelum melakukan dosa. Karena taubat dapat menghapus dosa-dosa sebelumnya, dan orang yang bertaubat seperti orang yang tidak punya dosa.
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang". QS. Al-Furqon: 68-70
Dari Anas radhiallahu anhu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh Allah lebih bergembira ketika hamba-Nya bertaubat dibanding dengan salah seorang hamba ketika menemukan untanya yang telah hilang di padang pasir.” ( HR. Bukhori)
Ibnu Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Kegembiraan Allah dengan taubat hamba-Nya padahal tidak pernah ada ketaatan semisalnya hal itu menunjukkan akan agung dan keutamaan taubat di sisi Allah. Dan beribadah dengannya termasuk diantara ibadah yang sangat mulia. Hal ini menunjukkan bahwa pelakuknya akan kembali lebih sempurna dibandingkan dengan sebelumnya.” Selesai dari (Toriqul Hijrain, Hal. 244).
Mereka para shahabat Nabi kita sallallahu alaihi wa sallam. Hatinya paling bersih di umat ini, lebih dalam ilmunya, lebih tepat petunjuknya dan lebih baik kondisinya. Dahulu mereka dalam kekufuran dan kesyirikan. Diantara mereka ada orang yang paling besar permusuhan dengan Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam. Meskipun begitu ketika Allah memberikan keimanan kepada mereka, bertaubat kepada-Nya dan menemani nabi-Nya, maka mereka menjadi makhluk terbaik diantara manusia. Dan lebih baik dibandingkan dengan generasi setelahnya meskipun tidak pernah melakukan kesyirikan.
Tidak diragukan lagi kalau kesyirikan dan kekufuran termasuk dosa yang paling besar. Dengan bertaubat, beriman dan beramal sholeh, Allah akan mengampuni dosa, menghilangkan kejelekan dan mengangkat derajatnya.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, "Dosa dapat mengurangi keimanan. Kalau seoerang hamba bertaubat, maka Allah akan mencintainya". Terkadang dapat meninggikan derajat dengan bertaubat. Siapa yang telah melakukan taubat, maka dia seperti ucapan Said bin Jubair, “Sesungguhnya ada seorang hamba melakukan kebaikan kemudian dia masuk neraka dengan kebaikannya. Dan seoerang hamba melakukan kejelekan, maka dia masuk surga dengan kejelekannya. Hal itu karena dia melakukan kebaikan, akan tetapi dalam pandangannya bangga (sombong). Dan dia melakukan kejelekan, tapi dalam pandangannya dia memohon ampunan kepada Allah sehingga Allah menerima taubatnya. “
Beliau juga mengatakan, “Taubat nasuha yang diterima Allah, dapat mengangkat pelakuknya menjadi lebih agung dari sebelumnya. Sebagaimana perkataan sebagian ulama salaf, “Kalau bukan karena taubat yang lebih dia cintai, maka makhluk yang paling mulia tidak akan diuji dengan dosa. Selesai dari ‘Majmu’ Fatawa, (10/293).
Beliau juga mengatakan, “Adam bertaubat dan kembali (kepada Allah). Allah berfirman terkait dengan Adam dan istrinya: “Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 23)
Maka Allah Swt menerima taubatnya, maka Allah Swt pilih, dan dibimbing serta diturunkan ke bumi agar melakukan ketaatan kepada-Nya. Maka Allah mengangkat derajatnya dengan melakukan itu. Sehingga masuknya dia ke surga nanti kondisinya lebih sempurna dari pada sebelumnya. Maka diantara anak keturunan Adam yang melakukan dosa dengan mengikuti nenek moyang Adam dalam bertaubat, maka berhagialah dia. Ketika dia bertaubat, beriman dan melakukan amalan sholeh, maka Allah Swt akan menggantikan kejelekannya menjadi kebaikan. Sehingga kondisi setelah bertaubat itu lebih baik daripada sebelum melakukan kesalahan. Sebagaimana kekasih-kekasih Allah Swt yang berakwa.” Selesai dari ‘Majmu’ Fatawa, (7/383).
Orang munafik memiliki sifat yang dapat diketahui dari perbuatannya kepada orang lain. Dengan mengetahui sifat-sifat ini, maka seorang muslim dapat mengenali orang munafik tersebut sebegai berikut.
1. Suka berbohong. Orang yang munafik adalah orang yang suka berbohong atau berdusta dalam perkataannya. Ia akan berkata baik kepada orang lain, namun jika tidak ada orang lain maka ia justru akan berkata sebaliknya. Dalam Alquran surat Al Ahzab ayat 24, Allah berfirman: Liyajziyallaahus-saadiqiina bisidqihim wa yu'azzibal-munaafiqiina in syaa'a au yatuba 'alaihim, innallaaha kaana gafurar rahiimaa
Artinya: "Supaya Allah Swt memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
2. Jika berjanji, berkhianat. Islam secara tegas melarang tindakan khianat ini karena seseorang akan merasa sangat tersakiti jika dikhianati kepercayaannya. Khianat sendiri merupakan sifat seseorang yang tidak bisa menepati apa yang telah dijanjikan oleh dirinya tanpa sebab dan kejelasan. Dalam surat Al Mukminun ayat 8, Allah berfirman: Wallaziina hum li'amaanaatihim wa 'ahdihim raa'un
Artinya: "Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya".
3. Merasa dengki. Dengki adalah sifat orang munafik yang tidak senang melihat kebahagiaan orang lain. Di depan orang lain ia akan merasa senang, namun di belakangnya justru menyusun keburukan untuk orang tersebut. Allah berfiman dalam surat Muhammad ayat 29: Am hasiballaziina fii qulubihim maradun al lay yukhrijallaahu adgaanahum
Artinya: Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?
4. Fujur dalam pertikaian. Fujur merupakan sebuah sikap yang keluar secara berlebihan dan melampaui batas saat berada dalam sebuah pertikaian secara sengaja. Hal ini pun menunjukkan seseorang yang memiliki sifat ingin menang sendiri dan ia tidak menerima jika kalah. Tentu saja sikap ini sangat tidak baik bagi manusia. Oleh sebab itu seorang muslim harus menjauhi sikap ini saat bertengkar jika tak ingin masuk dalam ciri-ciri orang munafik.
5. Suka mempermainkan agama.
Orang munafik adalah seorang muslim yang sangat suka bermain dengan ajaran Islam. Ia tidak akan segan untuk melakukan candaan yang berhubungan dengan ajaran Islam. Namun jika ia diberi peringatan, justru hanya mengatakan bahwa ia hanya bercanda.
6. Malas beribadah.
Salah satu ciri orang munafik adalah orang yang malas beribadah terutama menjalankan sholat lima waktu. Dalam surat An Nisa ayat 142, Allah Swt berfirman:
Innal-munaafiqiina yukhaadi'unallaaha wa huwa khaadi'uhum, wa izaa qaamuu ilas-salaati qaamu kusaalaa yuraa'unan-naasa wa laa yazkurunallaaha illaa qaliilaa
Artinya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.
7. Su'udzon pada Allah Swt Orang munafik tidak memiliki keyakinan pada Allah. Mereka bahkan selalu berprasangka buruk pada Allah dan Rasulullah. Allah berfirman ciri sifat munafik
Wa yu'azzibal-munaafiqiina wal-munaafiqaati wal-musyrikiina wal-musyrikaatiz-zaanniina billaahi zannas-sau', 'alaihim daa'iratus-sau', wa gadiballaahu 'alaihim wa la'anahum wa a'adda lahum jahannam, wa saa'at masiiraa
Artinya: Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali.
8. Bermuka dua. Orang yang munafik adalah orang yang bermuka dua. Bermuka dua maksudnya, ia tidak memiliki pendirian yang tetap. Hal ini muncul akibat keragu-raguan dan kebingungan mereka terhadap kebenaran yang dibawa Islam.
9. Membenci hukum Allah dan Rasulullah. Orang munafik adalah orang yang membenci hukum-hukum dari Allah dan rasulNya. Orang munafik berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan-ikatan agama. Sholat dan puasa mereka anggap suatu pekerjaan sia-sia yang tidak ada manfaatnya. Berzakat dan naik haji dianggap membuang-buang uang.
10. Riya. Riya adalah termasuk sifat sombong yang sangat tercela dan dibenci oleh Allah. Apabila di depan banyak orang dia berbuat baik dan rendah hati tapi ketika sendirian dia berbuat jahat dan sombong. Apabila bersama orang lain dalam suatu majlis, dia menampakkan sikap zuhud dan berakhlak baik, demikian juga pembicaraannya. Namun, jika dia seorang diri, dia akan melanggar hal-hal yang diharamkan oleh Allah.
11. Tidak sesuai antara zahir dengan batin. Orang-orang munafik sebenarnya secara zahir telah menyadari dan mengakui tentang adanya Nabi Muhammad sebagai Rasul utusan Allah, namun secara batinnya ia masih mendustakan kesaksian tersebut dan memiliki perasaan terselubung yang busuk dan menghancurkan. Penampilan luarnya terlihat beriman namun dalam hatinya hanya main-main.
12. Menyuruh kemungkaran dan mencegah kemakrufan. Orang-orang munafik secara diam-diam akan terus merusak bumi dan seisinya terlebih dengan akhlak masyarakatnya dengan berbagai cara. Ia terus mengajak orang-orang untuk menikmati hidup yang singkat. Ia mengajak supaya orang-orang tidak terlalu larut dengan ibadah dan keagamaan yang menurutnya semu.
13. Bangga atas dosa yang diperbuat. Orang munafik selalu merasa bangga dengan dosa-dosa yang mereka perbuat, sehingga betapa pun kesalahan yang mereka perbuat akan selalu dicarikan jalan keluar yang mengarah kepada pembenaran tindakannya itu. Untuk menutupi kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan, mereka tidak segan-segan untuk memfitnah dan melakukan suatu tuduhan yang dapat mengacaukan dan memecah belah masyarakat dan bangsa.
Al-Quran adalah pedoman bagi umat Islam selama menjalani hidup di dunia ini. Sebagai umat Islam, tentunya harus selalu berpegang kepada Al-Quran. Karena di dalamnyalah terdapat petunjuk dari Allah SWT, baik apa yang diperintahkan-Nya maupun apa yang dilarang-Nya. Kesemuanya haruslah dipatuhi oleh umat Islam agar mendapatkan kebahagiaan serta keselamatan di dunia dan akhirat.
Setiap surat dan ayat di dalam Al-Quran tentu memiliki keistimewaan masing-masing jika sahabat Dream rutin membacanya serta mengamalkannya. Salah satunya adalah surat An-Nisa ayat 146 yang menjelaskan tentang perintah untuk bersikap ikhlas dan juga bertobat bagi orang-orang yang munafik.
Berikut adalah bunyi dari bacaan surat An-Nisa ayat 146:
Artinya: “ Kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa: 146).
Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang bertobat, memperbaiki diri, dan berpegang teguh pada agama Allah SWT dengan hati yang tulus dan ikhlas, maka nantinya orang-orang tersebut akan dikumpulkan dengan orang-orang yang beriman. Selain itu, mereka juga akan mendapatkan pahala yang besar sebagai bentuk ganjaran dari Allah SWT.
Ikhlas adalah hal yang tidak bisa dikatakan mudah. Mungkin banyak orang yang memberikan nasihat agar selalu ikhlas dengan apa yang didapatkan, namun dalam pelaksanaannya sangatlah sulit. Meski begitu, hal ini memiliki keutamaan yang sangat luar biasa.
Ikhlas adalah perintah yang langsung diberikan oleh Allah SWT. Di mana ikhlas ini adalah melakukan segala sesuatu dengan hati tanpa meminta imbalan sedikit pun atas apa yang sudah dilakukannya. Hal tersebut dijelaskan dalam firman Allah SWT melalui surat Az-Zumar ayat 2 berikut:
Artinya: ”Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar: 2).
Syarat Utama Diterimanya Ibadah, Ikhlas menjadi syarat utama diterimanya ibadah seseorang. Oleh karena itu, setiap umat Islam yang menjalankan ibadah haruslah dilandasi dengan rasa ikhlas. Hal ini seperti yang tercantum dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 berikut:
Artinya:“ Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” (QS. Al-Bayyinah: 5).
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” (Al Hasyr 19) .
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, dalam kitab Al-Jawab Al-Kafi Liman Saala An Ad-Dawa As-Syafi, menjelaskan ayat tersebut menjelaskan semua orang yang suka menyesatkan orang lain dari jalan yang benar dan orang-orang yang mau disesatkan karena teperdaya rayuan dan janji-janji yang muluk-muluk dari orang yang menyesatkan.
Maksudnya, janganlah sekali-kali orang yang beriman seperti orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah melupakannya. Orang yang lupa kepada Allah, seperti orang munafik dan orang Yahudi Bani Nadir di masa Rasulullah SAW, tidak bertakwa kepada-Nya. Mereka hanya memikirkan kehidupan dunia saja, tidak memikirkan kehidupan di akhirat. Mereka disibukkan harta dan anak cucu mereka serta segala yang berhubungan dengan kesenangan duniawi.
Kemudian diterangkan bahwa jika seseorang lupa kepada Allah, maka Allah pun melupakannya. Maksud pernyataan 'Allah melupakan mereka' ialah Allah tidak menyukai mereka, sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan, makin lama mereka makin sesat, sehingga makin jauh dari jalan yang lurus, jalan yang diridhai Allah Swt.
Oleh karena itu, di akhirat mereka juga dilupakan Allah, dan Allah tidak menolong dan meringankan beban penderitaan mereka. Akhirnya mereka dimasukkan ke dalam neraka, sebagai balasan perbuatan dan tindakan mereka.
Ditegaskan bahwa orang-orang seperti kaum munafik dan Yahudi Bani Nadir adalah orang-orang yang fasik. Mereka mengetahui mana yang baik (hak) dan mana yang batil, mana yang baik dan mana yang jahat.
Namun demikian, mereka tidak melaksanakan yang benar dan baik itu, tetapi malah melaksanakan yang batil dan yang jahat. Surat At Taubah ayat 67 pun menjelaskan mengenai Allah yang akan meninggalkan orang yang fasik:
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.”
Semua itu disebabkan mereka lupa kepada kebesaran Allah Swt, lupa kepada petunjuk-petunjuk agama-Nya dan siksaan-Nya. Lebih tegasnya mereka lupa mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sebagaimana tidak terlintas di hati sanubari mereka kewajiban berterima kasih atas nikmat-nikmat yang diberikan Tuhan sehingga mereka mengikuti kehendak nafsu mereka dan godaan setan. Sudah sewajarnya jika Allah melupakan mereka dengan menjauhkan mereka dari karunia taufik-Nya di dunia dan ganjaran pahala di akhirat.
Sesungguhnya orang-orang munafik yang tetap dalam kemunafikannya itu merupakan manusia yang paling fasik di dunia ini bahkan mereka lebih rendah dari kafir biasa. Karena orang kafır menutupi hati mereka terhadap keesaan atau adanya Tuhan secara terang-terangan.
Berlainan halnya dengan orang-orang munafik yang sengaja menutupi kesalahan baik mengenai akidah atau pun mengenai akhlak dan tindak-tanduk perbuatan yang jauh menyimpang dari fitrah manusia yang murni dengan berpura-pura menjadi mukmin.
Ikhlas adalah sifat dasar yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul. Di mana sikap ini mereka tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama saat sedang berdakwah dan menjalankan agama Allah SWT. Semuanya dilakukan dengan rasa ikhlas dan semata-mata hanya untuk Allah SWT. Sebagaimana sabda dari Nabi Muhammad saw berikut ini: “ Ällah SWT tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas untuk mencari ridho Allah semata.” (HR. Abu Daud dan NasaÃ).
Syarat-syarat Diterimanya Tobat Orang Munafik, Selain menjelaskan tentang ikhlas, dalam surat An-Nisa ayat 146 juga menjelaskan tentang perintah bertobat bagi orang-orang yang munafik. Berikut adalah beberapa syarat diterimanya tobat bagi orang munafik.
Menyesali perbuatannya yang pernah dilakukan dan berusaha untuk menjalankan amal sholeh. Di mana hal tersebut mampu untuk menghilangkan sifat munafik yang ada dalam dirinya.
Syarat yang kedua adalah dengan melatih diri untuk selalu bersikap jujur. Baik dalam ucapan maupun tindakannya. Selain itu juga belajar untuk menjalankan ibadah sholat secara khusyuk, baik itu saat sholat sendiri maupun saat sholat di depan orang lain.
Memiliki perilaku yang baik sebagaimana dengan ajaran di dalam Al-Quran dan juga hadis Nabi. Selain itu juga menjalankan setiap perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan dari Allah SWT.
Syarat yang terakhir agar tobat diterima Allah SWT adalah selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Yakni dengan memohon pertolongan kepada Allah SWT. Baik itu di saat senang maupun di saat sulit. Dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, hal itu juga menunjukkan bahwa kita sebagai umat Islam tidak melupakan-Nya dalam kondisi apa saja.
Taubat dari sifat munafik, Para ulama menyebutkan, bentuk dan tingkatan kemunafikan beraneka ragam, tergantung dari apa yang disembunyikan. Jika yang disembunyikan adalah kekufuran, apapun bentuknya, menyebabkan pelakunya keluar dari islam. Sebaliknya, jika yang disembunyikan bukan perbuatan kekufuran, tidak penyebabkan pelakunya keluar dari islam.
Ibnu Taimiyah dalam Majmu al-Fatawa mengatakan dalam Kemunafikan ada yang bentuknya munafik besar, yaitu menyembunyikan kekufuran, dan ada munafik kecil, ketika berbeda antara isi hati dengan amal perbuatan dalam masalah kewajiban. Inilah yang banyak dijelaskan ulama. Dan mereka menafsirkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, "Tanda munafik ada 3: apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia mengingkari, dan jika dipercaya dia khianat." hadis ini ditafsirkan dengan munafiq kecil.
Di awal surat al-Baqarah, Allah menyebutkan 3 jenis manusia. Pertama, orang yang beriman, Allah sebutkan dalam 5 ayat. Kedua, orang kafir, Allah Swt sebutkan dalam 2 ayat. Ketiga, orang munafik, Allah singgung dalam 13 ayat. Di antaranya Allah berfirman,
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah Swt dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. ( QS. al-Baqarah: 8 9 )
Diantara sifat mereka, Apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka (gembong munafik), mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok." ( QS. al-Baqarah: 14 ).
Allah juga menyebutkan sifat mereka di ayat lain, Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah Swt mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah Swt mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai], lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa Sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. ( QS. al-Munafiqun: 1 3 ).
(Orang munafik) yaitu mereka yang mencela orang-orang beriman yang memberikan sedekah dengan sukarela dan yang (mencela) orang-orang yang hanya memperoleh (untuk disedekahkan) sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah Swt akan membalas penghinaan mereka, dan mereka akan mendapat azab yang pedih. (Surah At-Taubah ayat 79)
Tabsir ringkas kemenag indonesia sbb ini : Ayat sebelumnya menjelaskan sifat-sifat buruk orang-orang munafik, antara lain kikir, bersumpah palsu, dan tidak bersyukur. Bukan saja itu, di antara mereka bahkan ada yang secara terus-menerus mencela orang-orang beriman yang memberikan sedekah dengan sukarela dengan menyebutnya pamrih jika yang disedekahkan besar; dan juga mencela orang-orang yang tidak mendapatkan harta untuk disedekahkan kecuali sekadar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka, orang-orang mukmin. Akibat perbuatannya itulah Allah akan membalas penghinaan mereka di dunia dengan tersingkapnya kebusukan hatinya, dan mereka akan mendapat azab yang pedih di akhirat kelak.
(Sama saja) engkau (Muhammad) memohonkan ampunan bagi mereka atau tidak memohonkan ampunan bagi mereka. Walaupun engkau memohonkan ampunan bagi mereka tujuh puluh kali, Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu karena mereka ingkar (kafir) kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.. (Surah At-Taubah ayat 80)
Tafsir Ringkas Kemenag Indoensia Surah At-Taubah ayat 80 sbb ini : Kemudian ditegaskan bahwa orang-orang munafik itu hukumnya sama dengan orang-orang kafir, yakni tidak berhak memperoleh ampunan. Karena itu, diingatkan kepada beliau bahwa engkau, wahai Nabi Muhammad, memohonkan ampunan bagi mereka atau tidak memohonkan ampunan bagi mereka adalah sama saja. Ketetapan Allah telah terjadi bagi mereka, walaupun engkau memohonkan ampunan bagi mereka tujuh puluh kali, bahkan tak terhitung jumlahnya, Allah tetap tidak akan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu karena mereka ingkar, kafir, kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk dan bimbingan kepada orang-orang yang fasik, yaitu mereka yang keluar dari ketaatan kepada Allah Swt.
Kebaikan setiap seorang munafiqin akan tetap di Terima Oleh Allah. Dalam Surah Annisa ayat 145-146 dijelaskan bahwa orang munafik adlaah golongan orang yg di tempatkan pada neraka paling bawah tetapi Allah tdk menutup pintu syurga bagi mereka, jika mereka bertaubat dan berpegang teguh kepada ajaran yg telah Allah Berikan.
"Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka," (QS. An-Nisa' ayat 145)
"kecuali orang-orang yang bertobat memperbaiki diri dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman." (QS. An-Nisa' Ayat 146)
Cara menebus dosa kita kita kepada Allah yaitu dengan Cara bertaubat, kita sungguh menyesali dosa-dosa yg telah kita perbuat dan memilih untuk bertaubat, bertekad untuk tidak mengulangi dosa yg telah di perbuat. Allah Swt Memerintahkan kita untuk bertaubat dalam surah At-tahrim ayat 8.
" Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang serius). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu.” (QS. At-Tahrim: 8) "
Artinya orang munafik jika bertobat dapat diterima taubatnya sebabagi berikut ini ; (Kecuali orang-orang yang bertobat) dari kemunafikan (dan mengadakan perbaikan) terhadap amal perbuatan mereka (serta berpegang teguh kepada, agama, Allah dan mengikhlaskan agama mereka karena Allah) artinya daripada riya (maka mereka itu bersama orang-orang yang beriman) yakni mengenai apa-apa yang akan mereka peroleh (dan Allah Swt akan memberikan kepada orang-orang beriman itu pahala yang besar) di akhirat kelak yaitu surga.
Tobat Orang Munafik, Sebagaimana Allah SWT juga mengajak untuk bertobat dari kekafiran yang zahir dan terang-terangan, Syaikh Yusuf al Qardhawi dalam at Taubat Ila Allah menjelaskan Allah SWT mengajak untuk bertobat dari kekafiran yang tersembunyi, yang ditutupi dengan keimanan lisan. Yaitu yang terkenal dengan nama "kemunafikan" dan orangnya adalah kaum "munafiqin".
Tobat dari kemunafikan ini adalah tidak sekadar mengungkapkan dan memberitahukan keisalamannya. Karena sebelumnya ia memang telah Islam. Namun, yang patut ia lakukan adalah agar ia bersifat dengan empat sifat yang disebutkan dalam surah An-Nisa.
Setelah Al Quran membongkar sifat asli mereka, dan apa yang tersembunyi dalam diri mereka: yaitu mereka memberikan loyalitas mereka kepada kaum kafirin, bukan kaum mukminin, serta mereka mencari kemuliaan dari kaum kafirin itu:
"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Apakah mereka mencari kekuatan di samping orang-orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah." ( QS. an-Nisa: 138-139 ).
Serta mereka selalu mencari kelengahan kaum mukminin, dan berada di tengah-tengah antara kaum-kaum mukminin dan kaum kafirin untuk mencari keuntungan.
"(Yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mu'min). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?" dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: 'Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman." ( QS. an-Nisa: 141 )
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.” (Surat At Taubah ayat 67)
Semua itu disebabkan mereka lupa kepada kebesaran Allah, lupa kepada petunjuk-petunjuk agama-Nya dan siksaan-Nya. Lebih tegasnya mereka lupa mendekatkan diri kepada Allah dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sebagaimana tidak terlintas di hati sanubari mereka kewajiban berterima kasih atas nikmat-nikmat yang diberikan Tuhan sehingga mereka mengikuti kehendak nafsu mereka dan godaan setan. Sudah sewajarnya jika Allah melupakan mereka dengan menjauhkan mereka dari karunia taufik-Nya di dunia dan ganjaran pahala di akhirat.
Sesungguhnya orang-orang munafik yang tetap dalam kemunafikannya itu merupakan manusia yang paling fasik di dunia ini bahkan mereka lebih rendah dari kafir biasa. Karena orang kafır menutupi hati mereka terhadap keesaan atau adanya Tuhan secara terang-terangan.
Berlainan halnya dengan orang-orang munafik yang sengaja menutupi kesalahan baik mengenai akidah atau pun mengenai akhlak dan tindak-tanduk perbuatan yang jauh menyimpang dari fitrah manusia yang murni dengan berpura-pura menjadi mukmin.
Kemajuan ilmu pengetahuan teknologi menyebabkan berkembangnya pula perubahan gaya hidup dan pola pikir masyarakat secara signifikan dalam berbagai aspek. Perubahan tersebut satu sisi membawa kemudahan dan di sisi lain menimbulkan kegelisahan. Kemudahaan dalam memenuhi kebutuhan hidup dan kegelisahan karena terjadinya pergeseran tatanan nilai-nilai akhlak yang ada dalam masyarakat sebagai dampak dari faktor eksternal dengan masyarakat yang telah membuka diri dan menyerap beberapa nilai-nilai dari luar.
Ini bisa menyebakan rusaknya tatanan akhlak atau krisis akhlak sebagai seorang muslim maupun muslimah yang dimana akan kehilangan jati diri, dan bisa terjerumus ke dalam tindakan yang tidak terpuji, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, pelecehan seksual, perampokan hingga menghilangkan nyawa seseorang .
Akhlak sangat penting untuk kehidupan setiap muslim, baik secara pribadi maupun masyarakat. Karena dengan akhlak seseorang dapat menyempurnakan kepribadiannya. Maka dari itu, setiap aspek ajaran islam berorientasi pada pembinaan dan pembentukan akhlak yang mulia (karimah).
Dilihat dari segi bahasa, kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yang telah diserap ke dalam Bahasa Indonesia. Yang dalam Bahasa Arab kata akhlak merupakan jama’ kata khuluqun yang mengandung arti: Tabi’at, yaitu sifat yang telah terbentuk dalam diri manusia tanpa dikehendaki (tanpa kemauan) atau tanpa diupayakan (tanpa usaha).
Adat, yaitu sifat dalam diri manusia yang diupayakan (berusaha) melalui latihan yakni berdasarkan keinginan. Watak, jangkauannya meliputi hal yang menjadi tabi’at dan hal yang diupayakan sehingga menjadi adat kebiasaan.
“Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menjelaskan.”
Kasih sayang merupakan sifat asli (fitrah) manusia yang telah dibawa sejak lahir. Akan tetapi sifat tersebut merupakan potensi yang harus selalu dijaga, karena jika tidak dipelihara dan dikembagkan sebaik-baiknya atau dibiarkan hilang akan menumbuhkan rasa negative lain seperti kemarahan, kebencian, permusuhan, iri hati, dengki dan masih banyak lainnya yang mengarah ke jalan yang sesat. Tetapi jika rasa itu dipelihara maka akan tumbuh lahir sikap :
Sopan santun
Rasa tolong menolong
Pemurah
Pemaaf
Rasa persaudaraan (Ukhuwah)
Menepati janji
Sikap seseorang yang menampilkan dirinya berpura-pura / tidak tulus hatinya mengikuti ajaran Allah dan ini termasuk sifat berkhianat. Khianat pun diartikan perbuatan menipu dan menurunkan martabat dirinya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surah At taubah yang artinya sebagai berikut ini:
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.” (Qs. At-Taubah : ayat 67).
Akhlak mazmumah kepada sesama Tingkah laku atau sikap seseorang terhadap sesama yang tidak sesuai dengan ajaran tuntunan Al-qur’an dan hadis diantaranya:
Mudah marah (Al-Ghadhab) : Yaitu kondisi emosi yang tidak bisa terkontrol yang mengakibatkan perilaku yang tidak menyenangkan orang lain.
Iri Hati atau dengki (Al-Hasadu) : Yaitu sikap seseorang yang ingin menghilangkan kebahagian / kenikmatan orang lain dan rasa ingin menggagalkan kebaikan orang lain karena berhasil menjadi lebih baik dan sukses.
Mengumpat (Al-Ghiiba) : Yaitu perilaku seseorang yang menghasut orang lain untuk tidak suka kepada seseorang dan membicarakan keburukannya.
Berbuat aniaya (Al-Zhulmu) : Yaitu perbuatan yang akan merugikan orang lain baik materi maupun non-materi. Dan sebagian mengatakan, seseorang yang mengambil hak orang lain.
Kikir (Al-bukhlu) : Yaitu sikap seseorang yang tidak mau membantu orang lain, baik dalam hal jasa maupun materi.
Para pelaku akhlak buruk ini seringkali karena kurangnya pengetahuan atau pendidikan moral untuk membedakan mana yang baik dan juga buruk. Oleh sebab itu, sangat penting bagi kita untuk menanamkan nilai-nilai baik pada orang sekitar kita atau mempelajarinya melalui buku Pendidikan Akhlak/Moral Berbasis Teori Kognitif.
Pernahkah kamu menceritakan suatu rahasia yang menurutmu cukup pribadi pada seseorang karena orang tersebut berjanji tidak akan menceritakan rahasiamu kepada teman lain. Kamu yang sudah merasa aman menceritakan rahasiamu kepada orang tersebut tiba-tiba terkejut karena rahasiamu bocor, akibat orang yang kamu beritahu rupanya tidak menepati janjinya padamu.
Terkadang kita salah menilai orang karena sikap baik orang itulah yang diperlihatkan kepada kita. Namun, tidak ada yang tahu seperti apa dia saat kita tidak ada. Akan tetapi ini bukan berarti kita wajib mencurigai semua orang disekitar kita. Memilah-milah teman memang bukan perkara yang mudah, tapi sebagai manusia yang pandai kita diberi pikiran dan perasaan supaya dapat mengira-ira mana teman yang baik dan mana yang kurang baik.
Lingkup pertemanan yang sehat yang ada di inner-circle memang sangat penting karena ini berpengaruh terhadap sikap dan perilaku kita kedepannya. Selain itu banyak lingkungan sehat yang berisikan orang-orang baik membawa banyak keberuntungan dan rejeki. Sebaliknya jika inner-circle tidak sehat terkadang justru membawa hal buruk.
Maka dari itu, sangat penting untuk bisa memilah-milah pertemanan karena orang baik akan mendatangkan hal baik. Untuk dapat terhindar dari orang-orang yang kurang baik seperti orang munafik, kamu perlu mengetahui ciri-ciri mereka. Sehingga ketika menemui hal serupa dalam kehidupan nyata kamu dapat menghindari orang-orang dengan ciri seperti ini atau bahkan kamu dapat mencegah agar diri sendiri tidak terjerumus dalam sifat yang sama buruknya.
Pengertian munafik; Salah satu sifat buruk yang perlu dihindari yakni sifat munafik. Dalam agama Islam munafik merupakan sifat tercela yang jika melakukannya akan mendapatkan dosa besar. Tidak hanya agama Islam, latar belakang agama apapun juga tidak membenarkan adanya sifat tercela ini.
Munafik adalah sifat yang selalu berkata tidak sesuai kenyataan. Munafik adalah sifat tercela karena senang berdusta, berkhianat dan ingkar janji. Sifat ini sebaiknya dihindari karena munafik merupakan penyakit hati. Dikatakan penyakit karena sekali melakukan perilaku tersebut dapat menyebabkan seseorang melakukan perilaku buruk lainnya.
Serta keberadaannya yang menguasai hati dan pikiran manusia membuat sifat munafik sulit lepas. Oleh karena itu penting bagi kita memahami sifat-sifat seperti apa yang menyimpang dan termasuk dalam kemunafikan. Agar diri sendiri maupun orang lain disekitar kita tidak terkena dampak negatifnya.
Sifat menyimpang dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti salah satunya penyimpangan seksual yang dijelaskan pada buku Penyimpangan Seksual yang Dilarang Al Quran yang menyampaikan secara jelas pandangan Al-Qur’an terhadap masalah tersebut.
Ciri- ciri orang munafik ini dijelaskan dalam Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim yang memaparkan tanda-tanda orang munafik. Orang munafik terbagi menjadi tiga yaitu berbohong, ingkar janji dan berkhianat.
3 Ciri Orang Munafik Menurut Hadits; Penting untuk kita mengetahui ciri sifat munafik agar dapat terhindar dari penyakit hati ini. Sifat-sifat dibawah ini adalh sifat munafik yang sebaiknya dihindari.
“Rasulullah SAW bersabda: Tanda orang munafik tiga; apabila berkata ia berbohong, apabila berjanji mengingkari, dan bila dipercaya mengkhianati.”
1). Berbohong, Baik dalam ajaran agama manapun tidak ada yang membenarkan suatu kebohongan. Begitu juga dengan Islam. Apapun bentuk kebohongan tetaplah kebohongan. Hal ini juga sangat dibenci sesama manusia dan juga Allah. Berkata tidak jujur, atau mengucapkan sesuatu yang tidak seperti kenyataannya dapat merugikan banyak pihak.
Sekali orang melakukan kebohongan maka orang tersebut akan terus berbohong lagi dan lagi. Contohnya ketika seorang anak berbohong pada orang tuanya, mengatakan hanya akan pergi kerumah tetangga namun kenyataannya pergi jauh. Kemudian suatu ketika sang ayah menanyakan alasan si anak lama sekali disana.
Secara otomatis si anak harus terpaksa mencari alasan baru untuk menutupi kebohongannya tadi. Hal ini seringnya akan terjadi terus menerus dan menjadi kebohongan besar yang tidak ada habisnya. Itulah mengapa sekali seseorang melakukan kebohongan akan terlibat dalam lingkaran setan yang membuat orang tersebut terus melakukan kebohongan lainnya lagi.
Sikap dusta seperti ini nantinya dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Orang yang senang berbohong atau berdusta bahkan mampu membolak-balikan fakta, yang nantinya akan berakibat pada sifat buruk lainnya yaitu fitnah.
2). Ciri Orang Munafik Yang Ingkar Janji, Sifat munafik lainnya yang juga dibenci Allah Swt yaitu ingkar janji. Orang yang sering ingkar berarti orang tersebut tidak dapat dipegang ucapannya. Hal ini menjadikan orang lain sulit menaruh kepercayaan terhadap orang yang tidak pernah menepati janjinya. Selain itu mengingkari janji juga akan berakibat merugikan orang lain. Janji adalah sumpah yang wajib hukumnya untuk ditepati.
Apabila seseorang telah berjanji namun tidak menepatinya maka orang tersebut termasuk kedalam golongan orang-orang munafik. Sebagai contoh jika seorang telah berjanji untuk tidak membocorkan suatu rahasia yang mana adalah rahasia buruk, namun rupanya orang yang berjanji itu justru menceritakannya pada orang lain. Itu tandanya orang tersebut telah mengingkari janjinya.
Maka dia berdosa karena tidak menepati janji dan juga berdosa karena telah menyebarkan aib buruk seseorang yang akhirnya akan menyakiti orang yang bersangkutan. Melihat dari situasi ini dapat dikatakan bahwa sebuah perilaku buruk akan berakibat buruk bagi diri sendiri dan orang lain.
Sebaiknya bagi seseorang yang tidak yakin dapat menepati janjinya, tidak perlu membuat janji itu sendiri. Sebab, janji ini adalah sumpah yang wajib hukumnya untuk ditaati. Baik janji kita terhadap sesama manusia maupun janji kita kepada Allah SWT.
Dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 91 menjelaskan bahwa kita wajib menepati janji yang sudah diucapkan, sebab kita menjadikan Allah saksi atas segala janji dan sumpah kita. Sejatinya Allah mengetahui apa yang sudah kita perbuat.
Melanggar janji sama juga dengan berbohong kepada Allah, maka besar dosa yang akan didapatkan jika tidak mentaatinya. Inilah alasan mengapa beberapa pekerjaan yang memiliki tanggung jawab besar seperti penegak hukum, DPR, MPR, Presiden bahkan aparat pun diwajibkan bersumpah atas nama Allah Swt agar tetap amanat dalam melakukan pekerjaannya.
3). Berkhianat, Berkhianat adalah sifat tercela lainnya yang masuk kedalam golongan orang-orang munafik. Orang yang berkhianat ini adalah orang yang melanggar atau menghancurkan kepercayaan yang sudah diberikan padanya. Orang yang senang berkhianat seperti ini jika diberikan tanggung jawab dan amanat justru akan melakukan hal yang sebaliknya.
Sebagai contoh dalam hubungan sesama manusia seperti sepasang kekasih maupun suami istri. Jika dalam sebuah hubungan pasangan sebelumnya telah berjanji dan sanggup untuk saling mencintai. Namun kemudian suatu ketika salah satu dari pasangan tersebut diam-diam menyukai orang lain sehingga dia selingkuh. Maka orang tersebut berkhianat terhadap pasangannya.
Karena melepaskan tanggung jawab dan mengingkari janji yang telah dibuat. Serta menyakiti hati pasangannya.Seseorang yang berkhianat seperti contoh di atas akan sangat merugikan orang lain. Selain karena menyakiti perasaan sang pasangan dia juga berdosa karena telah memberikan harapan terhadap pasangannya namun diingkari. Sebagai sesama umat manusia apapun jenis sifatnya selama itu merugikan orang lain dan lingkungan maka itu adalah perilaku tidak terpuji dan berdosa.
Ciri Orang Munafik Yang Manipulatif Orang yang manipulatif adalah orang yang penuh tipu daya. Sifat ini sejatinya sangat merugikan orang lain. Orang yang manipulatif cenderung tampak baik di permukaan namun sesungguhnya sangat busuk di dalam. Sifat manipulatif ini adalah sifat yang paling sering digambarkan setan karena sering memutar balikan kenyataan demi mendapatkan apa yang diinginkan.
Bagi seseorang yang manipulatif dapat melakukan keburukannya secara sadar. Dia bisa mati-matian membentuk image yang baik agar tidak dicurigai orang lain. Padahal sebenarnya ia memiliki tujuan tersendiri untuk menghasut seseorang maupun membuat orang lain tampak lebih buruk darinya.
Sebagai contoh seorang yang manipulatif misalnya melakukan suatu tindakan bullying kemudian masalah tersebut menjadi kasus besar dan menjadi sorotan orang banyak. Seorang yang penuh tipu daya dapat mengubah kenyataan hanya dengan argumen-argumen nya seolah itu bukanlah tindak bullying.
Melainkan, tindakan pembelaan diri karena orang yang dia serang memulai permasalahan terlebih dahulu. Dari contoh diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang seperti ini akan melakukan segala cara agar dia selamat. Meskipun hal tersebut merugikan pihak lainnya.
Dalam islam perilaku ini sangat tidak dibenarkan, karena selain merugikan dia juga memfitnah orang yang tidak bersalah. Seorang yang manipulatif dalam kondisi yang serius juga tidak hanya mampu membohongi orang lain tetapi juga mampu membohongi diri sendiri untuk mencari pembenaran atas perbuatannya. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 8-10 juga dijelaskan tentang sifat yang penuh tipu daya ini.
Surat tersebut menjelaskan bahwa manusia ada yang berkata akan beriman kepada Allah dan hari akhir, namun sesungguhnya manusia tersebut bukanlah orang-orang yang beriman. Manusia ini hanyalah menipu diri sendiri dalam hati mereka karena Allah sudah tahu yang sebenarnya. Sehingga orang-orang ini akan mendapatkan balasan yang pedih karena telah berdusta.
Ciri Orang Munafik Yang Bermuka Dua Orang yang bermuka dua ini sama artinya dengan orang yang pendiriannya tidak tetap. Maka orang semacam ini akan selalu mengubah perkataannya. Hampir mirip dengan orang yang gemar berkhianat karena perkataannya tidak dapat dipegang. Seseorang yang bermuka dua juga tergolong kedalam sifat munafik karena merugikan orang lain.
Membuat orang lain tidak dapat menaruh kepercayaan karena perkataannya selalu berubah. Seorang yang senang bermuka dua juga seringkali tampak seperti memiliki banyak kepribadian, sebab dia akan merubah sifat serta perkataan tiap bertemu orang yang berbeda demi menciptakan image baik dirinya.
Riya’ sama artinya dengan sombong dalam konteks ibadah. Seseorang yang beribadah karena pamrih ingin dipuji, ingin dilihat sebagai seorang yang baik, merasa tinggi hati karena telah melakukan suatu kebaikan adalah orang yang Riya’. Orang yang riya’ cenderung melakukan hal baik hanya didepan orang lain saja, karena tujuannya adalah ingin dipuji.
Salah satu contoh kasus seorang yang riya’ misalnya seorang tokoh masyarakat yang terkenal dan kaya telah usai menjalankan ibadah naik haji. Beliau pun menceritakan kehebatannya selama beribadah haji kepada tetangga-tengga dengan harapan mendapatkan pujian dari banyak orang.
Riya’ adalah salah satu sikap munafik karena dia beribadah bukan karena Allah Swt melainkan atas dasar ingin dipuji dan gila hormat. Dia menunjukkan sikap sombong atas pencapaiannya. Sifat tersebut sama dengan sifat setan yang juga sombong kepada Allah padahal Allah yang telah menciptakannya.
Sikap riya’ dijelaskan oleh Allah Swt dalam Al-Quran surat An-Nisa’ ayat 142 yang mengatakan bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang yang ingin menipu Allah Swt, padahal sebenarnya Allah yang menipu mereka. Apabila shalat hanya dilakukan setengah hati karena untuk sekedar pujian dari sesama manusia dan bukan karena Allah Swt.
Dengki, Iri dan dengki juga termasuk penyakit hati lainnya yang terkadang mampir di hati orang-orang munafik. Orang dengan hati yang penuh dengan kedengkian maka hidupnya tidak akan pernah puas. Sebab, dia hanya sibuk melihat pencapaian orang untuk dicaci maki sedangkan dia sendiri lupa bahwa dirinya jauh dari kata sempurna.
Orang-orang munafik juga memiliki kedengkian selayaknya setan. Mereka adalah orang-orang yang bahagia diatas penderitaan orang lain. Mereka akan senang melihat hidup orang lain menjadi lebih susah, sebaliknya mereka tidak akan senang melihat orang lain hidup bahagia.
Seperti yang dijelaskan dalam Surat Al-Imran ayat 120 yang berkata bahwa kamu memperoleh kebaikan maka orang-orang munafik akan bersedih. Namun jika kamu mendapatkan musibah maka orang munafik akan bergembira. Jika kamu bersabar dan taqwa maka tipu daya mereka tidak akan berpengaruh padamu.
Membuat kerusakan Bumi, Merusak bumi atau menyebabkan kerusakan lingkungan adalah perbuatan tercela yang sering dilakukan oleh orang-orang munafik. Melakukan sesuatu yang buruk yang berimbas pada kerusakan dan pencemaran lingkungan akan merugikan banyak orang yang berada di lingkungan tersebut.
Beberapa contoh sederhana yang dapat merusak lingkungan yaitu dengan membuang sampah sembarangan, menebang hutan secara liar, menyebabkan limbah dan masih banyak perilaku ilegal lainnya yang mencemari lingkungan. Tidak hanya secara ekosistem saja namun imbasnya ke orang lain pun tentu ada.
Bangga Terhadap Dosanya Sendiri Perilaku munafik lainnya yaitu seseorang yang dengan bangga melakukan dosa. Dalam agama Islam membanggakan diri atau menyombongkan diri dalam bentuk hal baik pun tidak diperbolehkan. Apalagi jika seseorang yang justru bangga akan dosa yang telah dia perbuat. Orang seperti ini adalah orang yang disukai setan dan dibenci Allah dan sesama manusia.
Ketika seseorang melakukan dosa seperti berbohong, ingkar, berkhianat, mencuri dan keburukan lainnya namun ia dengan sadar dan bangga menceritakan perbuatannya pada orang lain seolah-olah itu adalah prestasi maka ia adalah orang yang sangat berdosa.
Perilaku-perilaku menyimpang tersebut dilarang secara agama dan secara kemanusiaan pun tidak layak untuk dimiliki bahkan dilestarikan dalam diri kita. Sebaiknya kita menjauhi perilaku munafik dan perilaku buruk lainnya agar terhindar dari dosa dan tidak merugikan diri sendiri serta orang lain. Karena sebaik-baiknya manusia akan membawa rezeki, keberuntungan dan ketenangan hati. Sedangkan seburuk-buruknya manusia hanya akan berakibat lebih buruk bagi diri sendiri.
Semoga Allah Swt menjauhkan diri kita dari sifat munafik, Semoga kita tidak termasuk dalam golongan orang munafik itu, dan menghilangkan sifat munafik dalam hati kita, semoga Allah Swt yang maha pengasih dan pengampun membimbing kita selalu dalam kebaikan dan dihindarkan dari sifat tercela tersebut.
Ilustrasi : Orang sudah bertobat akan dibersihkan dosa-dosanya
Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Setiap manusia menanggung dosanya masing-masing, baik itu dosa kecil atau pun dosa besar. Dosa-dosa yang diperbuat itu pun menjadi pemicu manusia untuk bertaubat kepada Allah SWT. Segala dosa yang kita perbuat akan mendapat pengampunan Allah SWT asalkan kita mau bertaubat. Ada berbagai syarat agar taubat kita diterima Allah SWT. Di antaranya adalah bersungguh-sungguh menyesali dosa-dosa dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Ternyata, azab/hukuman di dunia tetap akan datang meskipun telah bertaubat. Hal itu untuk pembersihan dosa kepada seseorang yang telah bertaubat. Kalau di dunia akan datang pembersihan dosanya, pasti akan ada di dunia itu tidak ada dosa yang tidak ada konsekuensi pembersihannya.
Jangan heran, kalau setelah taubat lalu digunjing orang. Karena sebelum taubat pernah menggunjing orang. Maka hal tersebut untuk pembersihannya dosa-dosanya. Meski sudah bertaubat manusia akan tetap mendapat siksaan di alam kubur sesuai kadar perbuatannya. Jadi akan datang siksaan sesuai dengan kadar perbuatan dia di dunia, walaupun dia sudah taubat, untuk membersihkannya, jika manusia sudah berada di alam barzah atau akhirat, maka tak ada lagi azab karena dosa-dosanya telah dibersihkan dengan bertaubat. Tapi kalau di akhirat, di alam barzah sudah nggak ada, taubat sudah membersihkan semua. Di akhirat, di alam barzah sudah tidak ada lagi siksaan yang datang, azab kuburnya juga tidak ada.
Ada hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi, seorang mukmin akan terus diuji oleh Allah Swt di dirinya, di keluarganya dan hartanya, sampai dia dan keluarganya ketemu dengan Allah Swt tidak terlihat satu pun dosanya. yang penting kran-kran dosa-dosa kita tutup rapat. Semoga toubat kita di terima Allah Swt, Allah humma Aamin.