This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.

Jumat, 01 Juli 2022

Hanya Dengan Mengingat Allah Swt Hati Menjadi Tenang

Hanya dengan mengingat Allah Swt hati menjadi tenang, Jika seseorang menyebut nama Allah Swt, maka ketenangan jiwa akan diperolehnya. Seperti firman Allah: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah Swt. Ingatlah hanya dengan mengingat  Allahlah hati menjadi tentram. (QS Ar Rad 13:28). Kedua, yakin akan pertolongan Allah Swt Agar hati tetap tenang dalam menjalani kehidupan yang sesulit apapun, seorang muslim harus yakin dengan adanya pertolongan Allah Swt.


Ketenangan hidup dicapai oleh manusia salah satunya dengan jalan membebaskan diri mereka dari rasa khawatir dan kesedihan di hati. Cara untuk membebaskan diri dari dua keadaan di hati tersebut dapat ditempuh dengan berbagai cara. Allah Swt menunjukkan cara pembebasan diri dari padanya di dalam al-Qur’an, melalui jalan-jalan berikut ini :

  1. Bertaubat dan menjalani hidup selanjutnya dengan mengikuti petunjuk Allah. (al-Baqoroh 38)
  2. Beriman dengan sungguh-sungguh kepada Allah Swt dan hari akhir. (al-Baqoroh 62)
  3. Berserah diri kepada Alloh dengan tunduk patuh atau hidup di atas Minhaj-Nya. (al-Baqoroh 112)
  4. Beramal soleh, lahir dan bathin, dengan penuh keikhlasan dan mengharap keridloan Allah, dan dengan jalan Islam. (al-Baqarah 277)
  5. Mengevaluasi amal dan melakukan perbaikan terhadap semua amal yang telah dilakukannya. (al-An’am 48)
  6. Menjadi penolong-penolong Allah Swt atau berada dekat dengan mereka.
  7. Meyakini Allah Swt sebagai Rabb-nya dan kuat dalam memegang pendirian tersebut. (al-Ahqaaf 13)
  8. Menjadi hamba yang setia dan pengikut-Nya yang fanatis (bukan kepada madzhab).

Bertaubat Dan Menjalani Hidup Selanjutnya Dengan Mengikuti Petunjuk Allah Swt, Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu, Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (al-Baqaah 38)

Sesungguhnya perbuatan dosa akan melahirkan kegelisahan di dalam hati orang yang beriman. Kegelisahan itu terwujud karena mereka khawatir akan datangnya siksa Alloh dan mereka sedih karena perbuatan dosa telah menjauhkan mereka dari kehidupan Muqorrobin (orang-orang yang dekat kepada Alloh) yang indah. Tiada yang sangat mereka syukuri selain petunjuk Alloh, yang bisa mengembalikan kehidupan indah kepada mereka.

Mereka akan sangat bersyukur kepada Alloh karena petunjuk-Nya telah membuat diri memiliki kesanggupan untuk tidak tenggelam di dalam perbuatan dosa, menyesali dan membencinya. Mereka menyucikan diri dari kotoran dosa dengan melakukan amaliah kebaikan yang ditunjukkan-Nya. Usaha tersebut membuat perjalanan kembali mereka kepada taman kedekatan menjadi mudah dan efektif.

Maka demi Allah, sesungguhnya Allah tidak menelantarkan hamba-hamba-Nya yang melampaui batas setelah Ia turunkan petunjuk-Nya di muka bumi (al-Furqon). Terlebih Alloh selalu membukakan pintu ampunan-Nya hingga batas maut hamba tersebut. Allah menunjukkan perhatiannya kepada para pendosa dengan firman-Nya, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (Ali-Imran 133)

Allah Swt menghibur para pendosa yang menyesali dosa-dosanya dan ingin kembali kepada-Nya dengan firman-Nya, Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(az-Zumar 53)

Sesungguhnya petunjuk Allah jelas dan mundah. Hati tentram di saat petunjuk tersebut dilaksanakan. Siapa yang kembali kepada petunjuk Allah Swt, maka ia telah berlindung dalam benteng yang kokoh dari gangguan ketakutan dan kesedihan. Alloh memberi mereka yang diberi petunjuk, kelapangan. Dan jika Alloh menghendaki untuk lebih dekat dalam kedudukan di sisi-Nya, maka ditanamkan oleh Alloh di dalam hati hamba-Nya dzikrullah yang menenangkan.

Maka mengalirlah dari lubuk hati, kelezatan rahasia yang Allah beri sebagai bentuk buah amal dari dzikrulloh. Kelezatan itu menentramkan, membuat hati menjadi damai dan tenang di segala keadaan. Tidak ada satupun ancaman yang akan menakutkan. Tidak ada satupun yang menandingi apa yang di rasa di hati. Direlakan semuanya pergi, karena di hati ada sesuatu yang telah mencukupi.

Inilah syurga dunia yang sesungguhnya. Dan mereka, para pewaris hidayah, yang bertaubat, berdzikir, dan beramal soleh, mereka telah kembali ke dalam ‘syurga’, walau mereka berjalan di atas muka bumi.

Beriman Dengan Sungguh-Sungguh Kepada Alloh Dan Hari Akhir, "Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah Swt, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati" . (Al-Baqarah 62)

Amaliah yang diteggakkan atas dasar keyakinan yang kuat kepada Allah dan hari akhir, yang ditujukan untuk mengejar akhir kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat akan mendatangkan ketenangan di dalam hati. Apabila kita telah melihat bukti bahwa amaliah baik kita mendatangkan kebahagiaan bagi diri kita dan orang lain, maka kita akan tenang karenanya. Sebaliknya, apabila ternyata amaliah kita mendatangkan kesedihan dan petaka bagi kita dan orang lain, maka kitapun akan bersedih dan hati kita tak akan tenang.

Apabila kita melihat bukti bahwa amaliah baik di dunia seperti yang diajarkan oleh Alloh dan Rasul-Nya mendatangkan kebaikan, maka kita tak boleh ragu terhadap apa yang diserukan oleh Alloh dan Rasul-Nya. Kita harus meyakinkan diri bahwa hidup kita untuk kebaikan, karena hati kita tentram padanya, jauh dari siksaan. Kita harus meyakinkan diri untuk mengikuti segala ajaran kebaikan, ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Membanyakkan kebaikan akan memupuk ketenangan hati. Kebaikan akan melahirkan situasi-situasi yang menenangkan dan mebahagiakan hati. Tapi memang terkadang untuk menegakkan suatu kebaikan, kita harus meminum air kesedihan dan kekhawatiran. Kesedihan karena kebaikan ternyata selalu mendapat penentangan yang banyak dari orang-orang. Kekhawatiran karena kefakiran diri membuat kita berada dalam ketidakpastian, apakah kita akan dapat menegakkan kebaikan itu atau tidak?. Dalam perjuangan menghadapi halang-rintang saat menegakkan amaliah baik, kita hanya menghibur diri dengan keyakinan yang kuat kepada Alloh, solat, dan perkataan, “Semuanya dikehendaki oleh Alloh, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolngan Allah Swt.”

Dalam perjuangan menghadapi halang-rintang saat menegakkan amaliah baik, kita hanya menghibur diri dengan keyakinan yang kuat kepada Alloh, solat, dan perkataan, “Semuanya dikehendaki oleh Alloh, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolngan Allah.”

Berserah Diri Kepada Alloh Dengan Tunduk Patuh Atau Hidup Di Atas Minhaj-Nya, Agama adalah ajaran kebaikan, yang di dalamnya ada petunjuk dan pengetahuan. Hidup di dalam agama, tidak sekedar mengikuti jalan amal kebaikannya saja, tetapi juga berserah diri kepada Alloh dengan meyakini segala apa yang Ia sampaikan di dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya. Maka agama pada akhirnya menjadi sebuah keyakinan, yang akan membentuk pola pikir dan amal baik apabila diikuti. Kesetiaan padanya akan membuat arah penghambaan kita bergeser, dari penghambaan kepada selain Alloh menjadi penghambaan kepada Allah Swt.

Bagaimana mereka yang banyak beramal baik akan tenang dan damai hidupnya, apabila mereka tidak tunduk menyerah kepada Alloh dengan mengikuti agama-Nya. Tidakkah mereka tahu bahwa amal mereka kelak akan seumpama debu di atas batu yang diterbangkan angina?. Mereka memang terbebas dari kekhawatiran dan rasa sedih di dunia ini. Itu semua diberikan Alloh sebagai pahala yang akan diberikan-Nya kepada sispapun yang telah melakukan amal kebaikan. Tetapi di akhirat ? … saat amal kebaikan mereka bagaikan debu yang ditiup angin kencang. Adakah ketenangan di hati mereka kini?

(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (al-Baqoroh 112)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (al-Baqoroh 277)

Kebaikan yang utama adalah menolong orang dari kesulitan hidupnya. Alloh mengukur kualitas hamba-Nya dari kesanggupan ia merealisasikan ketakwaan dan kecintaan-Nya pada Alloh dalam wilayah amaliah ghoir mahdoh (hubungan dengan selain Alloh). Segala kebaikan yang dilakukan di dunia ini untuk orang lain, akan mendatangkan kebaikan di akhirat kelak.

Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa Rasululloh SAW pernah bersabda bahwa barangsiapa yang memudahkan urusan hamba-Nya di dunia ini, maka Alloh akan memudahkannya urusannya kelak di Akhirat. Maka demi Alloh, karenanya orang yang ditolong menjadi penolong orang yang menolong. Penolong yang mengharapkan pertolongan Alloh kelak di akhirat, akan merasa senang menolong.

Kita akan nampak lemah di akhirat kelak. Tidak ada sedikitpun pada diri kita yang bisa diandalkan untuk bisa menebus keselamatan dan menghindari ancaman ketidaksukaan-Nya. Maka tidak ada yang lebih berarti di akhirat kelak, selain pertolongan Alloh.

Tidak ada artinya segala apa yang diterima si penolong di dunia ini, jika dibandingkan apa yang diterimanya kelak di akhirat kelak. Semestinya, si penolong bahagia sebagaimana keadaan hamba Alloh yang ditolongnya. Keduanya wajib bersyukur, karena Allah telah membebaskan yang ditolong dari kesulitan dunia dan si penolong dari kesulitan akhirat. Berbuat kebaikan dengan cara yang baik, adalah termasuk sebagian dari amal kesyukuran.

Beramal Soleh, Lahir Dan Bathin, Dengan Penuh Keikhlasan Dan Mengharap Keridloan Allah Swt, Dan Dengan Jalan Islam, Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan sipenerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (al-Baqoroh 262)

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (al-Baqoroh 274)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa melakukan amaliah kebaikan akan melahirkan ketenangan dan kebahagiaan di hati orang-orang yang beriman. Tetapi kita perlu tahu bahwa yang dimaksud amaliah baik oleh orang-orang beriman, yang dapat melahirkan rasa bahagia dan melahirkan ketenangan di hati hanyalah amaliah yang mendatangkan simpati-Nya dan bukan amaliah yang mendatangkan celaan-Nya.

Tentu saja banyak cara untuk bisa membahagiakan orang sehingga hati kita bahagia karenanya. Tetapi tidak setiap jalan kebahagiaan menenangkan hati orang yang beriman. Jika orang yang beriman telah membahagiakan orang lain tetapi dengan jalan yang dicela oleh Alloh, maka pastilah ia tidak akan merasa bahagia, karena celaan Alloh telah menutupi jalan kebahagiaan di hatinya dan membukakan jalan keresahan di hatinya. Celaan Alloh akan membuat pahala kebaikan sirna, kebahagiaan menjauh.

Hanya jiwa yang tinggi yang dapat meraih kebahagiaan dalam keadaan pintu keresahan dan kesedihan tertutup dari hatinya. Jiwa yang rendah bisa merengkuh kebahagiaan dengan tidak merasakan apa-apa sekalipun celaan menimpanya. Pintu keresahannya tidak terbuka dengan adanya celaan Alloh kepada dirinya lantaran jiwanya tidak memiliki keimanan kepada Alloh sebagaimana jiwa yang tinggi.

Berikut ini syarat-syarat yang harus dipenuhi agar kebahagiaan dan ketenangan tetap ada di hati: Memiliki keimanan yang melahirkan perasaan sedang diawasi oleh Alloh Swt.

Melakukan amaliah soleh di semua sisi kehidupan, yang dilakukan dengan penuh kesadaran, tanpa melampaui batasan agama, dan mengikuti sunnah Nabi-Nya.

Menegakkan segala kefardluan yang ditetapkan Alloh dalam agama-Nya, khususnya solat yang mendekatkan diri kepada Alloh dan zakat yang mensucikan lahir-bathin

Mengevaluasi Amal Dan Melakukan Perbaikan Terhadap Semua Amal Yang Telah Dilakukannya

Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (al-An’am 48)

Alloh mengingatkan kita akan kesalahan-kesalahan kita dengan Rasul-Nya. Melalui lisan Rasul-Nya, kita bisa mengatahui atau menyadari segala perbuatan yang merugikan kita di dunia dan di akhirat. Terkadang kita merasakan kemadlaratan dari perbuatan salah yang kita lakukan, tetapi kita ragu untuk meninggalkannya karena dari perbuatan salah tersebut kita menemukan kebahagiaan dan ketenangan. Tetapi setelah Rasul-Nya menjelaskan bahwa perbuatan itu sesungguhnya tidak menguntungkan, atau hanya memberi keuntungan di dunia saja dan merugikan kelak di akhirat, maka orang yang beriman pasti akan kehilangan keraguannya setelah terbitnya keyakinan terhadap apa yang disampaikan oleh Rasul yang ia imani. Dan tatkala ia melakukan perbaikan dengan meninggalkan perbuatan tersebut, maka iapun menemukan kebahagiaan dan ketenangan yang lain. Sementara ia tak melihat ada kebahagiaan dan ketenangan di dalam hatinya apabila ia melakukan kembali perbuatan buruk yang telah ditinggalkannya.

Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (al-A’raf 35)

Satu hal yang mendorong orang untuk dapat meninggalkan keburukan yang menenangkan dan membahagiakannya, serta untuk dapat mengubah ketenangan dan kebahagiaan padanya menjadi keresahan dan kesedihan, adalah rasa takut yang terlahir dari keimanan yang kuat kepada Alloh.

Jika Alloh mengatakan bahwa sesuatu itu harus ditinggalkan, maka pastilah ada kemadharatan yang akan menimpanya. Dengan pengetahuan dan keyakinan atas hal tersebut, maka kita akan dapat melahirkan rasa takut di hatinya. Ketakutan itu akan mengubah segala keindahan pada hal yang dilarang menjadi sesuatu yang sangat memalukan dan meresahkan.

Takut adalah pelita yang memekarkan bunga-bunga kebahagiaan dan ketenangan di dalam hati. Dengan rasa takut, hidup kita akan penuh awas, kritis terhadap segala gerakanan buruk jiwa kita, dan memiliki banyak kekuatan untuk mengarahkan jiwa kita kepada sesuatu yang dirahmati Allah.

Menjadi Penolong-Penolong Alloh Atau Berada Dekat Dengan Mereka, Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yunus 62)

Sesungguhnya Alloh adalah penolong (aulia) orang-orang beriman. Ia mengeluarkan mereka dari kegelapan yang menyesakkan menuju cahaya yang menenangkan dan menggembirakan. Sementara orang-orang kafir, para penolong mereka adalah setan. Mereka dikeluarkan dari cahaya kepada kegelapan. Dan kegelapan telah menggelapkan hati mereka, sehingga mereka tidak melihat kepada kebenaran atau petunjuk Alloh.

Diriwayatkan dari al-Bazzar bahwa Ibnu Abbas berkata: Seseorang bertanya, “Ya Rasululloh siapakah wali Alloh itu?.” Beliau menjawab, “Ialah orang-orang yang apabila dilihat maka teringat kepada Allah.”

Yakinlah kita bahwa memang mengingat Alloh itu menenangkan hati dan menggembirakan hati orang yang beriman, sebagaimana firman-Nya, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (ar-Ra’d 28)

Jika hati kita tak kunjung bisa tenang dengan melajimkan dzikrullah di hati, atau malah terganggu karenanya, maka bsia dipastikan hati kita mati dan tidak tersisa keimanan di dalam hati kecuali sedikit saja, atau hati kita dikuasai nafsu. Walau hati kita mati, tetapi tetap kita harus terus memaksa agar hati menyuarakan asma-Nya. Degan mengharap kedekatan-Nya, maka kita terus meminta pertolongan Alloh dan berusaha memaksakan dzikrullah ke dalam hati kita sebagaimana dipaksakannya makanan oleh seorang ibu kepada anaknya yang tidak mau makan. Kalaupun masuknya dzikrullah ke dalam hati tidak membuat hati cepat mengerti akan esensi dzikrullah dan sadar akan keindahan-keindahan yang ditimbulkannya, tetapi terisinya hati oleh dzikrulah lebih baik dari pada hampanya hati dari dzikrullah.

Syekh Ahmad Athoillah dalam Hikam mengatakan bahwa melakukan kesalahan dalam keadaan hati berdzikir lebih baik dari pada melakukannya dalam keadaan hati lalai. Beliau mengatakan demikian karena dzikir menguatkan keimanan di hati. Apabila orang yang memiliki keimanan melakukan kesalahan maka dzikrullah akan membuat dirinya melihat akan kesalahan-kesalahannya. Dan keimanan akan membuat dirinya berusaha memperbaiki diri.

Hal tersebut ditegaskan oleh firman Alloh SWT, “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (ali-Imran 135)

Dan juga firman Alloh SWT, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (al-A’raf 201)

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasululloh SAW bersabda, “Di antara hamba-hamba Alloh itu ada sejumlah hamba yang membuat para nabi dan syuhada iri kepada mereka.” Beliau ditanya, “Ya Rasululloh, siapakah mereka itu mungkin kami dapat mencintainya?.” Beliau bersabda, “Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai karena Alloh, bukan karena harta dan keturunan. Wajah mereka bagaikan cahaya. Mereka berada di atas mimbar yang terbuat dari cahaya. Mereka tidak merasa takut saat orang-orang takut, dan mereka tidak bersedih tatkala orang-orang sedih.” Kemudian beliau membaca ayat, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Alloh itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”

Sebentuk ketenangan dan kebahagiaan meliputi orang-orang yang saling mencintai karena Alloh, bukan karena harta atau keturunan. Tentu saja bukan ketenangan sebagaimana tenangnya kita karena harat kita berlimpah atau keturunan kita bermartabat, dan bukan pula kebahagiaan sebagaimana bahagianya kita karena kita bisa membeli apapun denga harta yang berlimpah atau karena kita bisa melakukan apapun karena kita orang terhormat. Tetapi ketenangan dan kebahagiaan ruhiyah yang merasuki hati dan membuat hidup berarti sekalipun diliputi kemiskinan atau tidak memiliki kedudukan apapun di tengah masyarakat.

Sebuah keberatian misterius yang sukar difahami kecuali oleh orang yang saling mencintai karena Alloh. Ketidakfahaman tersebut terjadi karena selain orang yang saling mencintai karena Alloh tidak memiliki faktor yang bisa membangkitkan kebahagiaan orang-orang yang saling mencintai karena Alloh, yakni cinta Alloh. Ketenangan dan kebahagiaan diraih oleh mereka yang mencintai karena Alloh karena Alloh mencintai mereka. Ketenangan dan kebahagiaan itu merupakan akibat dari adanya cinta Alloh kepada mereka. Sebuah ketenangan dan kebahagiaan yang lain dan sangat misterius. Sebuah rahasia keindahan cinta orang-orang yang saling mencintai karena Alloh.

Meyakini Alloh Sebagai Rabb-Nya Dan Kuat Dalam Memegang Pendirian Tersebut, Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (al-Ahqaaf 13)

Salah satu kekuatan yang membuat orang-orang beriman dapat tetap hidup bahagia bersama Alloh adalah keseriusannya dalam meyakini dan setia kepada Alloh. Kebahagiaan mereka tergantung kepada keistiqomahan mereka dalam memegang keyakinan dan kesetiaannya kepada Alloh. Sementara keistiqomahan mereka berdiri dengan topangan ma’rifatullah yang bersumber dari pengetahuan dan penyaksian.

Menjadi hamba yang setia dan pengikut-Nya yang fanatis,Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Ali Imran 169-170)

Menjadikan hidup di dunia sebagai ibadah kepada-Nya, dan segala usahanya sebagai bagian jihad menegakkan agama-Nya adalah penghantar menuju kebahagiaan dan ketenangan. Tetapi hidup seperti itu hanya diwarisi oleh orang-orang yang berjiwa tinggi. Mereka yang berjiwa rendah, akan merasa tersiksa atau tidak betah dengan cara hidup seperti itu. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak mewarisi apa yang diwarisi oleh mereka yang berjiwa tinggi, yakni kehendak untuk setia kepada Alloh dan hidup dengan cara-Nya. Jika seseorang telah sampai pada jiwa yang tinggi, maka ia akan melihat bahwa apa yang ia rasakan sebagai penderitaan, kesusahan, ketidakberuntungan, atau kepahitan pada saat jiwanya rendah, ternyata adalah sebuah minuman yang sangat nikmat dan sentuhan Alloh yang menenangkan. Ingatlah, bahwa orang akan bahagia sekalipun dirinya disakiti, kalau yang menyakitinya adalah kekasihnya, dan kalau sakit tersebut akan memberinya kehidupan bahagia bersama kekasihnya. Dan orang-orang yang tidak tahu akan keuntungan tersebut atau yang lemah semangatnya karena ragu, akan menganggap gila orang-orang yang rela disakiti tersebut.

Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita. (Az-Zumar 61)

Orang yang bertakwa tidak bersedih dengan kekalahan mereka di dunia, karena di akhirat mereka akan mendapatkan kemenangan sekalipun mereka kalah di dunia. Mereka memang seakan tidak mendapatkan syurga dunia dalam pandangan orang-orang dunia, tetapi mereka punya syurga sendiri di dunia dan di akhirat yang sangat beda dengan syurganya orang-orang dunia. Hidup mereka seperti sebuah neraka dalam pandangan orang-orang dunia, tetapi sesungguhnya mereka terbebas dari neraka dunia dan akhirat.

Mereka sama sekali tidak berduka dengan apa yang diucapkan oleh orang-orang dunia atas diri mereka. Mereka hidup tenang dengan jaminan Allah. Mereka mencukupkan hidup mereka dengan Alloh, dengan minhaj-Nya dan dengan pahala serta keridloan-Nya.


Referensi :


Hidup merasa sedih dan kalut dalam pandangan islam

Ilustrasi : Hidup merasa sedih dan kalut dalam pandangan islam 

Merasa sedih tanpa sebab adalah hal yang wajar dirasakan oleh setiap manusia kali ini akan di kupas melalui cara pandang Islam dan Ilmu Pengetahuan. Sedih tanpa sebab biasanya sering dialami mulai dari anak yang beranjak remaja (baligh), gejala yang muncul biasanya merasa kesepian dalam keramaian, seolah ada sesuatu yang hilang. Rasa sedih ini menjadi tidak normal karena seseorang dapat merasakan sedih dan tiba-tiba menangis tanpa alasan yang jelas. Menurut pandangan Islam hal tersebut adalah , Islam menanggapi hal tersebut dengan serius, karena rasa sedih tersebut kemudian membawa dampak yang negatif terhadap pekerjaan, hubungan sosial, bahkan kesehatan fisik seseorang. Segala sesuatu yang merasa terganjal dalam hati tidak lepas dari duniawi semata dan juga termasuk penyakit hati. Berikut sebab sindrom hypopherenia menurut kacamata Islam:

1), Sedang dirindukan sang pencipta, Manusia adalah mahluk hidup yang diciptakan Allah SWT. Manusia memiliki statistik hidup yang selalu naik turun juga dapat mempengaruhi masalah mengingat kepada Sang Pencipta. Seseorang yang hidupnya banyak mengingat Allah SWT, kadang juga berada di fase lalai dan jauh dari sang pencipta. Hal itu dapat menyebabkan hati seseorang dapat merasakan hal yang kosong. Maka Allah SWT. memberikan nikmat sedih tersebut agar hambanya kembali dekat dengan-Nya. Bila seseorang menyebut nama Allah SWT, maka ketenangan jiwa akan diperolehnya. Seperti firman Allah SWT: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram". (QS. Ar Rad 13:28).

2) .Lupa pernah berbuat zalim,  Diantara penyebab gelisah juga pernah lupa berbuat hal yang tidak baik kepada orang lain, itu akan menyebabkan ada sesuatu hal yang menjanggal dan meninggalkan perasaan tidak enak. Karena pada dasarnya orang jahat sekalipun memiliki nur dalam hati. Karena itu, segeralah meminta maaf. Karena, meminta maaf dekat dengan ketakwaan yang pada akhirnya menimbulkan ketenangan. Dengan begitu manusia diharuskan instrospeksi diri apa-apa yang pernah dilakukan.

3.Terlalu percaya dan berharap lebih kepada selain Allah SWT. Tidak ada suatu hal yang lebih menyakitkan dari pada berharap lebih kepada manusia dan itu seburuk-buruknya harapan. Manusia memiliki derajat dan sifat yang sama, dan secara logika tidak akan mungkin bisa memberikan yang lebih. Selain berharap, terlalu percaya dan memasrahkan diri kepada orang lain juga akan sia-sia belaka. Maka dari itu satu-satunya menggantung harapan adalah kepada Allah SWT.

4).Sering melakukan humblebag, Humblebag adalah rasa membanggakan yang diperlihatkan kepada oranglain namun dengan berkedok "rendah hati" dan hal ini termasuk maksiat. Perbuatan ini biasanya disebabkan ingin dipuji sebab sesuatu hal luarbiasa yang baru didapatkan atau di raih. Bukan akan mendapatkan pujian malah hal tersebut akan menuai sebaliknya, orang disekitar akan merasa kurang nyaman sehingga akan dijauhi atau dikucilkan sekalipun. Ibnu Qayyim berkata, ''Jika kamu menemukan keterasingan karena perbuatan dosa, maka segera tinggalkan dan jauhi dosa dan maksiat. Hati tidak akan tenang dengan perbuatan dosa".

Satu-satunya cara untuk mengatasi hal tersebut adalah kembali mengingat kepada Allah Swt, namun tak jarang walaupun hati sangat ingin melakukan namun raga sulit untuk bekerja sama. Maka solusinya adalah bangunlah alam bawah sadar karena hal tersebut terbukti mampu untuk menggerakkan badan secara batin. Caranya pertama adalah mencari tempat duduk yang hening kemudian luruskan pandangan mata kedepan lalu tangan kanan tepuk pundak sebelah kiri, dan katakan "Terimakasih diriku, sudah membersamaiku hingga detik ini. Terimakasih sudah bertahan hingga aku mampu berdiri pada titik ini. Aku percaya bahwa diriku bisa untuk mencapai tujuan hingga akhir bersama, karena Tuhanku percaya padaku". hal teresebut seperti melakukan meditasi untuk membangkitkan semangat dalam diri sendiri dalam psikologi membuktikan ketika kalimat itu diucapkan setelah capek seharian bekerja atau belajar maka alam bawah sadar akan muncul kembali hingga rasa lelah itu akan sirna.



Kamis, 30 Juni 2022

Pembahasan mengenai toubat

Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dan Tirmizi, Dari Abdullah bin Umar r.a. dari Nabi Saw bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT akan menerima taubat seorang hamba selama nafasnya belum sampai di tenggorokan (sakratul maut)". (HR. Ibnu Majah, dan Tirmizi). 

Dalam salah satu ceramahnya, Ustadz Adi Hidayat menyampaikan bahwa tanda-tanda seseorang sudah diampuni Allah SWT adalah tidak akan mengulangi perbuatan yang sama. Selain itu, Allah SWT akan menjaga dan melindungi orang tersebut agar tidak berbuat maksiat yang serupa dan maksiat lainnya.

Minimal tiga syarat utama agar taubat diterima oleh Allah SWT. Pertama meninggalkan dosa itu seketika, kedua menyesalinya dan syarat ketiga berjanji kepada Allah tidak akan mengulanginya.

Berbuat dosa berkali-kali memang telah menjadi sifat dasar manusia. Berbuat kesalahan tidak hanya sekali namun berulang disetiap kesempatan. Namun demikian Allah SWT akan senantiasa mengampuni dosa-dosanya jika manusia sering melakukan taubat.

Orang yang berbuat dosa dan bertaubat nasuha, sungguh-sungguh bertaubat kepada Allah, maka Allah akan ampuni dosanya dan menerima taubat orang tersebut. Dan jika orang tersebut berbuat atau mengulangi dosa kembali, lalu ia bertaubat lagi dengan taubat nasuha, maka Allah akan ampuni dia kembali.

Bagaimana menghentikan dosa jariyah tersebut, orang yang telah melakukan dosa jariyah segera bertaubat. Dengan bertaubat nasuha, taubat yang sungguh-sungguh, insyaallah Tuhan Allah SWT memaafkan dan memberi ampunan.

"Sesungguhnya Allah Swt mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Az Zumar ayat 53). Dengan berbuat amal kebaikan, maka hitungan pahala akan bertambah sebagai bekal di akhirat kelak. Amal kebaikan juga bisa menjadi penghapus dosa-dosa yang telah diperbuat di masa lalu.

Apakah orang yang sudah bertaubat masih akan kena azab kubur? jika manusia sudah berada di alam barzah atau akhirat, maka tak ada lagi azab karena dosa-dosanya telah dibersihkan dengan bertaubat.

Syarat Taubat dan Tanda Diterimanya :

  • Benar-benar Menyesal. Maksudnya adalah bersungguh-sungguh menyesal telah melakukan dosa, dan bertekad untuk tidak mengulanginya.
  • Memperbanyak Perbuatan Baik.
  • Melaksanakan Sholat Wajib 5 Waktu

Kapan waktu pelaksanaan shalat taubat? Namun para ulama mengatakan sholat taubat paling baik dilakukan pada sepertiga malam terakhir atau selama waktu sholat tahajud dilakukan. Sholat taubat ini disyariatkan untuk dikerjakan oleh seorang hamba dalam rangka bertaubat kepada Allah SWT dan kembali dari dosa-dosa dan maksiat.




Referensi sebagi berikut ini : 







Surah al-Mulk penghalang dari pada azab kubur

Surah di dalam Al-Quran sekiranya ia diamalkan, maka orang yang membacanya, apatah lagi dapat menghafaznya akan terlepas daripada seksaan azab kubur. Karena siksa kubur adalah nyata dan pasti terjadi sebagai balasan atas perbuatan buruk selama hidup di dunia. Ia adalah Surah Al-Mulk, surah ke-67 dan mengandungi 30 ayat. Surah itu juga disebut sebagai At Tabaarak yang bermakna Maha Suci. Sebab itu, Nabi SAW menyarankan umatnya supaya tidak meninggalkan bacaan al-Quran pada setiap hari.

Hati orang yang membaca al-Quran akan sentiasa tenang, dijauhi daripada bisikan syaitan serta dirinya turut dihormati. Mari sama-sama kita teliti kelebihannya menurut riwayat yang Sahih; Mendapat Syafaat Dan Diampunkan Dosa. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah menceritakan pada kami Muhammad bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Qotadah, dari ‘Abbas Al Jusyamiy, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada suatu surat dari al qur’an yang terdiri dari tiga puluh ayat dan dapat memberi syafa’at bagi yang membacanya, sampai dia diampuni, yaitu: “Tabaarakalladzii biyadihil mulku. (surat Al Mulk)”




Telah menceritakan pada kami ‘Ubaidullah bin ‘Abdil Karim, ia berkata, telah menceritakan pada kami Muhammad bin ‘Ubaidillah Abu Tsabit Al Madini, ia berkata, telah menceritakan pada kami Ibnu Abi Hazim, dari Suhail bin Abi Sholih, dari ‘Arfajah bin ‘Abdul Wahid, dari ‘Ashim bin Abin Nujud, dari Zarr, dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Barangsiapa membaca “Tabarokalladzi bi yadihil mulk” (surat Al Mulk) setiap malam, maka Allah akan menghalanginya dari seksa kubur. Kami di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan surat tersebut “al Mani’ah” (penghalang dari siksa kubur). Dia adalah salah satu surah di dalam Kitabullah. Barangsiapa membacanya setiap malam, maka ia telah memperbanyak dan telah berbuat kebaikan.” (HR. An Nasai dalam Al Kabir 6/179 dan Al Hakim. Hakim mengatakan bahwa sanad hadis tersebut sahih)


Referensi sebagai berikut ini :













Alquran yang Menguatkan Adanya Siksa Kubur dan Kisah Nyata Siksa nya

Nuh ayat 25 artinya sebai berikut : “Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong selain Allah.”

Al Hijr ayat 74 artinya sebai berikut : “Maka Kami jungkir balikkan (negeri itu) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras.”

Ghafir ayat 46 artinya sebai berikut : “Kepada mereka diperlihatkan neraka, pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Lalu kepada malaikat diperintahkan), "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras!”

Al Buruj ayat 10 artinya sebai berikut : “Sungguh, orang-orang yang mendatangkan cobaan (bencana, membunuh, menyiksa) kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan lalu mereka tidak bertobat, maka mereka akan mendapat azab Jahanam dan mereka akan mendapat azab (neraka) yang membakar.”

At Taubah ayat 101 artinya sebai berikut : “Dan di antara orang-orang Arab Badui yang (tinggal) di sekitarmu ada orang-orang munafik. Dan di antara penduduk Madinah (ada juga orang-orang munafik), mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Engkau (Muhammad) tidak mengetahui mereka, tetapi Kami mengetahuinya. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.”

Al Anfal ayat 50 artinya sebai berikut : “Dan sekiranya kamu melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir sambil memukul wajah dan punggung mereka (dan berkata), Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar.”

Al An am ayat 93 artinya sebai berikut : “Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau yang berkata, Telah diwahyukan kepadaku, padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata, Aku akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah Swt.

(Alangkah ngerinya) sekiranya engkau melihat pada waktu orang-orang zalim (berada) dalam kesakitan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), Keluarkanlah nyawamu. Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab yang sangat menghinakan, karena kamu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.

Kita mengakui dan menyadari akan adanya kematian. Ya, hal ini tentu sudah menjadi pengetahuan bersama. Hanya, mengenai seperti apa di alam kubur, setiap ilmu memiliki cara pandang yang berbeda. Agama pun demikian dalam memandang adanya siksa kubur ini. Sebenarnya dalam hadis telah menceritakan bahwa memang ada siksa kubur. Hanya tidak pernah tahu bahwa apa yang terjadi setelah kematian tersebut datang menjemput ajal. Berikut cerita mengenai gambaran seorang mayat pemuda yang berusia delapan belas tahun yang digali kembali dari kuburnya setelah tiga jam dimakamkan dan disaksikan oleh ayahnya.

Seluruh badan memar. Matanya yang terbuka memperlihatkan ketakutan, kesakitan dan keterputusasaan. Darah yang begitu jelas menandakan bagaimana pemuda tersebut sedang mendapatkan siksaan yang amat berat. Berdasarkan keterangan ayahnya, anaknya rusak dalam urusan beribadah. Apabila bisa mengamatinya. Ketampanan dan kecantikan sudah tidak menjadi hal yang utama lagi di saat kita sudah di alam kubur, harta, kekuasaan juga tidak dapat menolong kita dalam menghadapi siksa kubur. Hanyalah amalan kitalah yang dapat memberikan manfaat saat kita dialam kubur. Sepertinya yang dirawayatkan hadis semuanya tidak akan dibawa kecuali tiga perkara, yaitu amal jariyah, anak saleh yang sering mendoakan kedua orangtuanya dan yang terakhir ilmu yang bermanfaat.


Berkenaan siksaan alam kubur yang terjadi pada orang murtad kepada Allah Swt, dan takutlah akan siksaannya pada segala larangannya dan sayangilah Allah Swt karena rahmatnya. Dan satu lagi bukti kasih sayang Allah Swt kepada umat-Nya tidak ke neraka dan hanya diberi peringatan saja.

Berikut dengan firman Allah SWT, "Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin," (QS. Ar-Rahman: 31). Allah Swt juga berfirman, "Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)," (QS. Ar-Rahman: 60).



referensi sbb :










Berbagai siksa alam kubur beserta dalilnya

Saat seseorang meninggal dunia, maka ia akan meninggalkan dunia nyata atau dunia manusia untuk kemudian menuju alam kubur. Dalam alam kubur nantinya akan ada fase-fase yang harus dilewati. Tentunya setiap orang menginginkan kemudahan dalam melewati fase-fase tersebut dan terhindar dari siksa kubur. Namun, semua kenikmatan alam kubur tersebut tidaklah datang dengan sendirinya. Semuanya ditentukan oleh macam-macam amal shaleh yang dikerjakan semasa hidup. Sebagaimana yang terkandung dalam firman Allah Ta’ala berikut ini. “Itulah surga yang dikaruniakan untuk kalian, disebabkan amal sholeh kalian dahulu di dunia” (QS. Az-Zukhruf : 72).

Sedangkan jenis amal yang sia-sia dalam Islam yang dikerjakan selama di dunia justru dapat membawa pada siksa api neraka. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dalam berperilaku selama menjalani kehidupan ini. Berikut ini telah dirangkum beberapa macam siksa kubur yang perlu Anda ketahui. Sehingga Anda dapat menghindarinya dengan meningkatkan amal dan takwa kepada Allah Swt.

Melihat Penampakan Neraka, Seperti yang kita ketahui bahwasanya berbagai jenis neraka dalam Islam amat sangat mengerikan. Membayangkannya saja akan menimbulkan ketakutan, apalagi sampai benar-benar jatuh ke dalamnya. Na’udzubillah.

Ilustrasi neraka
Ilustrasi neraka


Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah SAW  bersabda, yang artinya sebagi berikut ini : 
“Sesungguhnya apabila salah seorang di antara kalian mati maka akan ditampakkan kepadanya calon tempat tinggalnya pada waktu pagi dan sore. Bila dia termasuk calon penghuni surga, maka ditampakkan kepadanya surga. Bila dia termasuk calon penghuni neraka maka ditampakkan kepadanya neraka, dikatakan kepadanya: ‘Ini calon tempat tinggalmu, hingga Allah Swt membangkitkanmu pada hari kiamat’.” (Muttafaqun ‘alaih).

Pukulan dari Palu Besi, Ketika tanpa sengaja menabrak meja atau benda keras lainnya, pasti akan terasa sakit. Terlebih jika dikenai pukulan dari palu besi. Maka segeralah melaksanakan taubatan nasuha dan meminta ampunan atas segala dosa bila ingin terhindar dari siksa neraka yang satu ini. Dari Anas , dari Nabi SAW bersabda, yang artinya sebagi berikut ini :

Adapun orang kafir atau munafik, maka kedua malaikat tersebut bertanya kepadanya: “Apa jawabanmu tentang orang ini (Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam)?” Dia mengatakan: “Aku tidak tahu. Aku mengatakan apa yang dikatakan orang-orang.” Maka kedua malaikat itu mengatakan: “Engkau tidak tahu! Engkau tidak membaca!” Kemudian ia dipukul dengan palu dari besi, tepat di wajahnya. Dia lalu menjerit dengan jeritan yang sangat keras yang didengar seluruh penduduk bumi, kecuali dua golongan: jin dan manusia.” (Muttafaqun ‘alaih).

Menyempitnya Kubur dan Didatangi Teman Berwajah Buruk, Selama hidup di dunia, seseorang cenderung menginginkan tempat tinggal yang luas dan dikelilingi oleh orang-orang berwajah rupawan. Hal itu mungkin saja bisa didapatkan, sekalipun sikap dan perilaku tak sebagus harapan. Ketauhilah bentuk-bentuk istidraj di saat Allah masih memberikan kenikmatan pada orang-orang yang selalu bermaksiat.

Sesungguhnya sekecil apapun perbuatan dosa pasti akan mendapat balasan dari Allah SAW. Amalan buruk yang dikerjakan pasti akan membawa keburukan pula.

Dalam hadits Al-Bara’ bin ‘Azib yang panjang, Rasulullah SAW menceritakan tentang orang kafir setelah mati: “Gelarkanlah untuknya alas tidur dari api neraka, dan bukakanlah untuknya sebuah pintu ke neraka. Maka panas dan uap panasnya mengenainya. Lalu disempitkan kuburnya sampai tulang-tulang rusuknya berimpitan. Kemudian datanglah kepadanya seseorang yang jelek wajahnya, jelek pakaiannya, dan busuk baunya. Dia berkata: ‘Bergembiralah engkau dengan perkara yang akan menyiksamu. Inilah hari yang dahulu engkau dijanjikan dengannya (di dunia).’ Maka dia bertanya: ‘Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan kejelekan.’ Dia menjawab: ‘Aku adalah amalanmu yang jelek.’ Maka dia berkata: ‘Wahai Rabbku, jangan engkau datangkan hari kiamat’.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Al-Hakim)

Itulah beberapa macam siksa kubur yang dapat diketahui bersadarkan dalil di Al Qur'an dan Al hadish. Semoga mampu menambah wawasan keislaman dan meningkatkan iman serta takwa kepada Allah Swt dan bermanfat bagi semuanya,  Aamiin ya robal alamin.


Referensi sebagai berikut : 









Membicarakan siksa kubur di dalam Al Qur'an

Allah Swt berfirman, “Dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang , dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras“. 
(QS. Al Mu’min: 45 s/d 46)


“Para ulama Syafi’iyyah berdalil dengan ayat ini tentang adanya adzab kubur. Mereka mengatakan bahwa ayat ini menunjukkan bahwa siksa neraka yang dihadapkan kepada mereka pagi dan siang (artinya sepanjang waktu) bukanlah pada hari kiamat nanti. Karena pada lanjutan ayat dikatakan, “dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras” (Berarti siksa neraka yang dinampakkan pada mereka adalah di alam kubur). Tidak bisa juga kita katakan bahwa yang dimaksudkan adalah siksa di dunia. Karena dalam ayat tersebut dikatakan bahwa neraka dinampakkan pada mereka pagi dan siang, sedangkan siksa ini tidak mungkin terjadi pada mereka ketika di dunia. Jadi yang tepat adalah dinampakkannya neraka pagi dan siang di sini adalah setelah kematian (bukan di dunia) dan sebelum datangnya hari kiamat. Oleh karena itu, ayat ini menunjukkan adanya siksa kubur bagi Fir’aun dan pengikutnya. Begitu pula siksa kubur ini akan diperoleh bagi yang lainnya sebagaimana mereka.” (Mafaatihul Ghoib).

“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang”, ini adalah siksaan di alam barzakh (di alam kubur). Sedangkan ayat (yang artinya), “dan pada hari terjadinya Kiamat” adalah ketika kiamat kubro (kiamat besar). (At Tafsir Al Qoyyim)

Allah Swt berfirman, “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta“. (QS. Thahaa: 124).

Ibnul Qoyyim Rahimahullah  mengatakan, “Bukan hanya satu orang salaf namun lebih dari itu, mereka berdalil dengan ayat ini tentang adanya siksa kubur.” (At Tafsir Al Qoyyim, hal. 358)

Kita dapat melihat pula dalam surat Al An’am, Allah Swt berfirman, “Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.” (QS. Al An’am: 93)

Adapun perkataan malaikat (yang artinya), “Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan”. Siksa yang sangat menghinakan di sini adalah siksa di alam barzakh (alam kubur) karena alam kubur adalah alam pertama setelah kematian. (At Tafsir Al Qoyyim, hal. 358)

Begitu juga yang serupa dengan surat Al An’am tadi adalah firman Allah Swt, dalam surah Al Anfal ayat 50 sebagai berikut ini : “Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata) : “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar”, (tentulah kamu akan merasa ngeri).” (QS. Al Anfal: 50).

Siksa yang dirasakan yang disebutkan dalam ayat ini adalah di alam barzakh karena alam barzakh adalah alam pertama setelah kematian. (At Tafsir Al Qoyyim, hal. 358)

Begitu pula Ibnu Abil ‘Izz –rahimahullah- ketika menjelaskan perkataan Ath Thohawi mengenai aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang meyakini adanya siksa kubur, selain membawakan surat Al Mu’min sebagai dalil adanya siksa kubur, beliau  rahimahullah juga membawakan firman Allah Swt dalam surah Ath Thur 45 sampai dengan ayat 47 sebagai berikut ini yang artinya :

“Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan kepada) mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan, (yaitu) hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikitpun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong. Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada azab selain daripada itu. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Ath Thur: 45-47)

Setelah membawakan ayat ini, Ibnu Abil ‘Izz mengatakan, “Ayat ini bisa bermakna siksa bagi mereka dengan dibunuh atau siksaan lainnya di dunia. Ayat ini juga bisa bermakna siksa bagi mereka di alam barzakh (alam kubur). Inilah pendapat yang lebih tepat. Karena kebanyakan dari mereka mati, namun tidak disiksa di dunia. Atau ayat ini bisa bermakna siksa secara umum.” (Syarh Al ‘Aqidah Ath Thohawiyah)

Kita lihat dalam kitab Shahih (yaitu Shahih Muslim), terdapat hadits dari Al Baroo’ bin ‘Aazib radhiyallahu ‘anhu. Beliau membicarakan mengenai firman Allah Swt, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27)

Kekeliruan dan penyimpangan kelompok yang selalu menggembar gemborkan khilafah dalam setiap orasi mereka (dengan isyarat seperti ini mudah-mudahan kita tahu kelompok tersebut). Mereka menolak adanya siksa kubur karena beralasan bahwa riwayat yang menerangkan aqidah semacam ini adalah hadits ahad. Sedangkan hadits ahad tidak boleh dijadikan rujukan dalam masalah aqidah karena aqidah harus 100%  qoth’i, tidak boleh ada zhon (sangkaan) sedikit pun.

Sekarang kami tanyakan kepada mereka, “Bukankah Al Qur’an adalah mutawatir, kemudian di mana kalian meletakkkan ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan mengenai siksa kubur,  Padahal pakar tafsir telah menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan ayat-ayat yang kami sebutkan di atas adalah mengenai siksa kubur.”

Lalu bagaimana dengan do’a berlindung dari adzab kubur yang dibaca ketika tasyahud akhir. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya sebagai berikut ini :
“Jika salah seorang di antara kalian selesai tasyahud akhir (sebelum salam), mintalah perlindungan pada Allah dari empat hal: [1] siksa neraka jahannam, [2] siksa kubur, [3] penyimpangan ketika hidup dan mati, [4] kejelekan Al Masih Ad Dajjal.” (HR. Muslim). Do’a yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, yang artinya sbb : “Allahumma inni a’udzu bika min ‘adzabil qobri, wa ‘adzabin naar, wa fitnatil mahyaa wal mamaat, wa syarri fitnatil masihid dajjal (Ya Allah, aku meminta perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka, penyimpangan ketika hidup dan mati, dan kejelekan Al Masih Ad Dajjal).” (HR. Muslim).

Semoga Allah Swt  memberikan taufik dan hidayah kepada saudara-saudara kami ini. Maksud tulisan ini bukanlah menjelak-jelekkan mereka. Namun maksud kami adalah agar mereka yang telah berpaham keliru ini sadar dan merujuk pada kebenaran. Itu saja yang kami inginkan dari lubuk hati kami yang paling dalam.

Referensi sebagai berikut : 


Menjadi makhuk yang di cintai Allah Swt


Semua manusia pasti ingin menggapai kesuksesan. Manusia dianugerahi oleh Allah swt. naluri yang menjadikannya gemar memperoleh manfaat dan menghindari mudharat. Beribadah dan melaksanakan tugas sebagai khalifah adalah tujuan penciptaan manusia, sedangkan ibadah tidak dapat terlaksana dengan baik bila kebutuhan manusia tidak tercukupi. Oleh sebab itu, pemenuhan kebutuhan duniawi merupakan sebuah kewajiban. Akan tetapi, pemenuhan kebutuhan dunia untuk mencapai sukses itu dapat dijalankan bersamaan dengan menggapai kesuksesan akhirat.

Kesuksesan hidup tidak hanya diukur oleh capaian duniawi semata, seperti berderetnya gelar akademik, menterengnya karier, atau melimpahnya penghasilan. Kesuksesan sejati diraih jika seluruh capaian itu memberi manfaat bagi orang lain sehingga mengalirkan pahala jariah, dan kelak, saat menutup usia dalam keadaan husnul khatimah. Hal ini penting dipahami agar umur yang Allah berikan kepada manusia tidak sia-sia, tetapi justru memberikan banyak kebermanfaatan bagi diri sendiri dan sesama.

Sifat dan Perilaku yang Disukai Allah Swt, Dalam menjalani hidup, manusia harus menjadikan Allah Swt sebagai tujuan dengan senantiasa mengharap ridha-Nya dan menjadikan surga sebagai cita-cita. Demikian juga hendaknya memandang kesuksesan. Untuk memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat, tentu kita harus senantiasa mendekatkan diri pada Allah swt. dan menjadi orang yang disukai-Nya. Berikut ini uraian tentang macam sifat atau perilaku manusia yang disukai oleh Allah swt. berdasarkan dalil dalam al-Qur’an.

Kata al-muhsinin adalah bentuk jamak dari kata muhsin yang terambil dari kata ahsana-ihsana. Rasulullah saw. menjelaskan makna ihsan sebagai berikut: “Engkau menyembah Allah Swt, seakan-akan melihat-Nya dan bila itu tidak tercapai maka yakinlah bahwa Dia melihatmu” (HR Muslim). Dengan demikian, perintah ihsan bermakna perintah melakukan segala aktivitas positif, seakan-akan Anda melihat Allah Swt atau paling tidak selalu merasa dilihat dan diawasi oleh-Nya.

Al-Muttaqin, Takwa dapat diartikan sebagai perbuatan menghindari ancaman dan siksaan dari Allah swt. dengan jalan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Takwa selalu menuntun seseorang untuk senantiasa berhati-hati dalam berperilaku. Shihab (2013) menjelaskan bahwa terkait dengan ketakwaan, Allah memberikan dua macam perintah yang tercantum dalam Al-Qur’an, yaitu perintah takwini dan perintah taklifi. Perintah takwini, yakni perintah Allah terhadap objek agar menjadi sesuai dengan apa yang diperintahkan-Nya. Ia biasa digambarkan oleh firman-Nya dengan “Kun fayakun”. Hal ini tercantum dalam beberapa dalil dalam al-Qur’an, antara lain QS. Fushshilat:11 dan QS. Al-Anbiya’:69. Kedua dalil tersebut menunjukkan betapa kuasa Allah Swt atas apa pun yang Ia kehendaki akan terjadi dengan segera.

Kedua, perintah taklifi, yaitu perintah Allah Swt terhadap makhluk yang dibebani tugas keagamaan (manusia dewasa dan jin) untuk melakukan hal-hal tertentu. Hal ini dapat berupa ibadah murni, seperti shalat, puasa, maupun aktivitas lainnya yang bukan berbentuk ibadah murni, seperti bekerja untuk mencari nafkah, menikah, dan lain-lain (Shihab, 2013). 

Dalam konteks berinteraksi dengan sesama manusia, terdapat sebuah pepatah terkenal, yaitu “Sebanyak Anda menerima, sebanyak itu pula hendaknya Anda memberi.” Namun demikian, Allah Swt tidak menuntut hal tersebut. Allah Swt, Sang Maha Pemurah menurunkan firman-Nya dalam QS. At-Taghabun:16 yang artinya

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. At-Taghabun:16) 

Kita hendak membicarakan prioritas dalam konteks ketakwaan, dapat diasumsikan dengan ilustrasi berikut ini: prioritas ketakwaan bagi penguasa adalah berlaku adil; bagi pengusaha adalah jujur; bagi guru/dosen adalah ketulusan mengajar dan meneliti; bagi si kaya adalah ketulusan bersedekah dan membantu; bagi si miskin adalah kesungguhan bekerja dan menghindari minta-minta. 

Mereka yang bertakwa itulah yang memperoleh janji-Nya dalam QS. At-thalaq:2-3 yang menjelaskan bahwa Allah Swt akan memberikan rezeki dan jalan keluar atas setiap permasalahan bagi hamba-Nya yang bertakwa dan tawakal kepada-Nya.

Al-Muqsithin, Kata al-Muqsithin adalah bentuk jamak dari kata muqsith, yang diambil dari kata awasatha yang biasa dipersamakan maknanya dengan berlaku adil. Menariknya, tidak ditemukan bunyi pernyataan al-Qur’an yang menyatakan bahwa Allah Swt menyukai orang-orang yang berlaku adil dengan kata ‘adl/adil, tetapi ditemukan perintah menegakkan al-qisth, yakni dalam beberapa firman-Nya: QS. Al-Maidah:8; QS. An-Nisa’:3; QS. AL-Hujurat:9.

Al-Mutathahhirin, Kata al-mutathahhirin dapat diartikan sebagai kesucian dan keterhindaran dari kotoran/noda. Salah satu pernyataan al-Qur’an bahwa Allah menyukai al-mutathahhirin ditemukan dalam QS. Al-Baqarah:222 yang menjelaskan tentang larangan seorang suami mencampuri istri yang sedang haid. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyucikan diri.

At-Tawwabin, At-tawwabin berarti kembali ke posisi semula. Manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, setan akan terus berusaha merayu manusia. Oleh sebab itu, hendaknya manusia yang berdosa segera bertaubat agar kembali suci. Allah Swt., Sang Maha Pengampun sangat menyukai hamba-Nya yang bertaubat atas kesalahan-kesalahannya dan tidak mempersulit. Dalil yang menjelaskan tentang at-tawwabin tercantum dalam firman Allah Swt., di antaranya QS. Al-Baqarah:37, QS. An-Nisa’:31, QS. An-Nisa’:17.

Ash-Shabirin, As-shabirin berarti sabar. Seorang yang sabar akan menahan dri, dan untuk itu memerlukan kekukuhan jiwa dan mental baja agar dapat mencapai ketinggian yang diharapkannya (Shihab, 2013). Mustaqim (2013) juga berpendapat bahwa sabar berusaha keras untuk mencapai tujuan, menahan diri dari rasa malas dan lelah. Banyak firman Allah Swt dalam al-Qur’an yang berisi perintah kepada manusia untuk bersabar. dua kali al-Qur’an berpesan agar menjadikan shalat/permohonan kepada Allah Swt dan sabar sebagai sarana untuk memperoleh segala yang dikehendaki (QS. Al-Baqarah:45, 153). Sabar selalu pahit awalnya, tapi manis akhirnya (QS. Ali Imran:186). Dengan kesabaran dan ketakwaan akan turun bantuan Ilahi guna menghadapi segala macam tantangan (QS. Ali Imran:120). Allah Swt memerintahkan sabar dalam menghadapi yang tidak disenangi maupun yang disenangi.

Al-Mutawakkilin, Al-mutawakilin dapat diartikan mewakilkan. Perintah tawakal kepada Allah Swt dalam al-Qur’an ditemukan sebanyak sebelas kali (Shihab, 2013). Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap aktivitas kehidupan kita, seorang Muslim dituntut untuk berusaha sambil berdoa dan setelah itu ia dituntut untuk berserah diri kepada Allah. Ketika manusia telah berusaha keras kemudian menyerahkan semuanya pada Allah, manusia harus yakin bahwa apa pun ketetapan Allah merupakan pilihan terbaik untuknya, sesuai dengan firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah:216.

Dalam berusaha dan berserah kepada Allah, tentu manusia tidak boleh hanya duduk diam menunggu jawaban ataupun keajaiban. Manusia perlu terus berdoa mendekatkan diri kepada Allah Swt. agar benar-benar diberikan yang baik menurut kita (sesuai keinginan) dan baik menurut Allah Swt. Menyampaikan hal-hal yang bisa dilakukan untuk meminta kepada Allah Swt, yaitu (a) memperbanyak shadaqah, (b) bangun untuk shalat tahajud, dan (c) memperbanyak silaturahmi. Selain tiga daya pengungkit rezeki tersebut, tentu masih banyak amalan lainnya. Jika dikerjakan secara istiqamah, insya Allah, Allah Swt akan mempermudah segala urusan dan pencapaian cita-cita makhluk-Nya, Amin ya robbal alamin.

Kerja Sama dan Network, Dalam QS. Ash-Shaf:4, Allah berfirman yang artinya,  “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”

Ayat di atas menunjukkan perlunya kebersamaan, network, dan koordinasi. Ciri khas ajaran Islam adalah kebersamaan dalam segala aktivitas positif, baik dalam melaksanakan ibadah ritual maupun dalam melaksanakan aneka aktivitas, itu sebabnya, shalat berjamaahn lebih diutamakan daripada shalat sendirian. Di sisi lain, kebersamaan itu tidak harus menjadikan semua pihak melakukan satu pekerjaan yang sama, melainkan perlu pembagian kerja yang diatur dalam satu network yang baik.

Akhlak Mulia, Bahwa ada empat sifat khusus yang disebut oleh QS. Al-Maidah:54 yang menjadi sebab tercurahnya cinta Allah Swt kepada manusia, yaitu (a) bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, (b) mulia/memiliki harga diri dan bersikap tegas terhadap yang kafir, (c) berjihad di jalan Allah Swt, dan (d) tidak takut kepada celaan pencela.

Iman adalah fondasi dalam beramal shalih sebab Allah Swt hanya akan menerima amal shalih makhluk yang beriman kepada-Nya. Kemampuan beramal shalih inilah yang dapat dikatakan sebagai kesuksesan dunia dan akhirat. Hadis Nabi Muhammad saw. yang banyak dikenal umat Muslim, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” merupakan landasan pokok bagi manusia untuk menyikapi kesuksesan yang telah dimiliki. 

Sejatinya, semakin tinggi kesuksesan yang diraih, semakin besar pula tanggung jawab dan kebermanfaatan yang dilakukan. Semakin tinggi gelar pendidikan yang dan ilmu yang diperoleh, semakin besar amanah untuk menyampaikannya kepada orang lain. Semakin banyak kekayaan yang didapat, semakin banyak zakat mal dan shadaqah yang harus dikeluarkan untuk orang lain.

dan semoga kita menjadi sebaik-baiknya umat dan sebaik baiknya manusia yang dapat bermanfat bagi kehidupan orang lain, Amin ya robal alamin.


Referensi sebagai berikut ini :




Shalat seseorang tidak akan diterima ketika dalam perutnya terdapat yang haram


Mengenai shalat, Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Shalat seseorang tidak akan diterima ketika dalam perutnya terdapat yang haram.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam). Laynul hadits menunjukkan bahwa riwayat ini dikritik. dalam Tanbihul Ghafilin bahwa mengkonsumsi makanan haram akan membuat hidup tidak bahagia. Tidak sampai di situ, amal perbuatan orang tersebut akan tertolak dan dalam suatu riwayat bahkan disebutkan tidak akan diterima hingga 40 hari. 

Ayat yaa ayyuha an-naasa kuluu mimmaa fi al-ardhi halalan thayyiba, suatu hari dibacakan di hadapan Rasulullah Saw., kemudian Saad bin Abi Waqqas berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah berdoalah kepada Allah Swt agar menjadikanku orang yang dikabulkan doanya.” Rasulullah berkata, “Wahai Saad perbaikilah makananmu maka engkau akan menjadi orang yang dikabulkan doanya. Demi Zat yang nyawa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh seorang hamba yang memakan sesuap makanan haram dalam perutnya maka tidak akan diterima amal ibadahnya selama empat puluh hari, dan siapa saja yang dagingnya tumbuh dari pekerjaan tidak halal dan hasil riba maka neraka lebih pantas untuknya.” (HR. Thabrani).

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan tentang tafsir halalan dalam surat Al-Baqarah ayat 168 pada hadis di atas, bahwa alasan Allah Swt memerintahkan hamba-Nya agar hanya memakan makanan yang halal, sebab yang halal itu baik untuk hati, badan dan akal.

Hadis di atas terdapat dalam kitab Mu’jam al-Ausath karya Imam Thabrani dan beliau menghukuminya sebagai hadis yang lemah, namun permasalahan tersebut juga dibahas dalam hadis lain yang memiliki derajat shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan redaksi yang berbeda, tapi tanpa menyebutkan berapa lama doa dan amal ibadah orang itu tertolak.

Sebagaimana dalam hadis berikut diriwayakan HR Muslim, sebagai berikut ini : Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “wahai manusia sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik, dan sungguh Allah memerintahkan orang-orang mukmin sebagaimana yang telah diperintahkan kepasa para rasul. Lalu Allah berfirman, “wahai para rasul, makanlah hal-hal yang baik, bekerjalah dengan benar sesungguhnya aku maha tahu dengan apa yang kalian kerjakan. Wahai orang beriman makanlah hal baik yang telah kami berikan pada kalian. Kemudian Ia menceritakan ada seorang laki-laki yang panjang perjalanannya, rambutnya kusut dan berdebu, sambil menengadahkan tangannya ke langit seraya berkata, ‘Wahai Tuhan, Wahai Tuhan,’ sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan kenyang dengan makanan haram, maka bagaimana mungkin ia akan dikabulkan permohonannya.” (HR. Muslim).

Hadis ini menegaskan bahwa seseorang yang memakan makanan haram seperti babi, minuman keras atau didapatkan dari usaha yang haram seperti korupsi, maka tidak akan diterima amal perbuatannya serta doanya susah terkabul. Tidak hanya konsumsi makanan haram, begitu juga bagi setiap orang yang memakai barang haram seperti hasil curian.

Menurut Imam Qurthubi, maka mungkin orang tersebut akan diterima amal ibadahnya sedangkan ia melakukan hal yang dilarang, serta hal-hal haram tersebut melekat dan berada dalam tubuhnya. Hal tersebut menjadikannya tidak berhak untuk mendapatkan anugerah terkabulnya doa dan diterimanya amal ibadah.

Penyebab amal ibadah tidak diterima yang pertama adalah karena seseorang meringan-ringankan salat. Meringan-ringankan di sini sama seperti menyepelekan ibadah. Anda mungkin sudah sering melihat orang-orang banyak yang menunda-nunda salatnya demi mengerjakan urusan dunia.

Jangan sampai hal ini terjadi pada kita karena dapat menyebabkan amal ibadah tidak diterima oleh Allah SWT. Imam al-Sahdiq as mengatakan, ”Demi Allah, Bahwasanya ada seorang laki-laki yang melakukan salat selama lima puluh tahun, tetapi tidak ada satupun salatnya yang diterima. Mana ada yang lebih mengerikan dari hal ini, demi Allah, sesungguhnya kalian tahu, baik dari tetangga atau sahabat kalian bahwa orang itu tidak diterima salatnya karena ia meringan-ringankannya.”

Penyebab amal ibadah tidak diterima yang kedua adalah karena durhaka pada kedua orang tua. Nabi selalu memerintahkan kita untuk menghormati orang tua, terutama ibu. Nabi sampai menyebut ibu sampai tiga kali, kemudian baru ayah.

Jangan sampai kita durhaka kepada kedua orang tua. Selalu jaga setiap perkataan dan perbuatan kita agar tidak menyakiti perasaan mereka. Bersikaplah sopan dan lemah lembut setiap berhadapan dengan orang tua. Karena durhaka kepada orang tua, akan membuat amal ibadah tertolak.

Imam ja’far al-shidiq as mengatakan, "Barang siapa yang memandang kedua orang tuanya dengan pandangan kesal atau benci, maka salatnya tidak diterima."

Do'a dan amal ibadah orang yang mengkonsumsi makanan haram tidak akan Allah terima. Akan tetapi, berapa lama doa dan amal ibadahnya tertolak tidak dapat diketahui sebab riwayat yang menyebut hal itu dhaif, maka bisa saja kurang dari 40 hari atau bahkan lebih.

Hukum shalat dengan barang najis melekat di badan


Kita pernah dihadapkan dengan situasi saat pakaian, sajadah, atau apapun yang melekat pada diri kita ternyata terkena najis, baik saat hendak atau ketika sedang melaksanakan shalat. Bagaimana hukum melaksanakan shalat dengan barang melekat yang terkena najis dan apa yang mesti kita lakukan terhadap situasi tersebut. Di antara sahnya shalat adalah harus melakukannya dalam keadaan suci, yang berkaitan dengan suci badan, pakaian, dan tempat kita shalat. Untuk badan, kita diperintahkan berwudhu jika berhadas kecil dan mandi jika kita berhadas besar (junub, haid, dan nifas). Terkait tempat dan pakaian, kita diperintah menyucikan tempat dan pakaian untuk shalat dari segala najis.

Allah SWT berfirman, “Dan pakaianmu bersihkanlah.” (QS al-Muddatsir [74]:4). Rasulullah ber sabda, “Apabila pakaian salah seorang dari kalian terkena darah haid, hendaklah ia menge riknya kemudian membasuhnya dengan air. Setelah itu, ia boleh mengenakannya untuk shalat.” (HR Bukhari dan Muslim).

Diriwayatkan dari Jabir bin Samrah, ia berkata, “Saya mendengar seseorang bertanya ke pada Nabi, “Apakah saya boleh shalat dengan pakaian yang saya pakai ketika berhubungan de ngan istri? Rasulullah menjawab, “Boleh, kecuali jika kamu melihat sesuatu (maksudnya najis) maka kamu harus mencucinya.” (HR Ah mad dan Ibnu Majah).

Sebagaimana juga diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri. Ketika Rasulullah sedang shalat bersama para sahabat, tiba-tiba beliau melepas kedua sandalnya, lalu meletakkannya di sebelah kiri beliau. Ketika melihat hal tersebut, mereka (para sahabat) pun melepaskan sandal mereka. Selesai dari shalat, Rasulullah bertanya, “Ada apa kalian melepaskan sandal-sandal kalian?”

Mereka menjawab, “Kami melihatmu melepas sandalmu maka kami pun melepaskan sandal-sandal kami.” Rasulullah menjelaskan, “Tadi Jibril mendatangiku dan mengabarkan bahwa pada kedua sandalku ada kotoran/najis maka aku pun melepaskan keduanya.” Beliau juga mengatakan, “Apabila salah seorang dari kalian datang ke masjid, sebelum masuk masjid hendaklah ia melihat kedua sandalnya. Bila ia lihat ada kotoran atau najis maka hendaklah membersihkannya. Setelah bersih, ia boleh shalat dengan mengenakan kedua sandalnya.” (HR Abu Dawud dan Ahmad).

Mengenai hukum menjauhi dan menyucikan tempat dan pakaian dari najis ini, jumhur ulama dari Mazhab Hanafi, Syafi’i, dan Hanbali berpendapat bahwa suci tempat dan pakaian merupakan syarat sahnya shalat. 

Dalam Mazhab Maliki ada dua pendapat, yang pertama bahwa menghilangkan najis itu adalah sunah dan pendapat yang kedua adalah fardhu jika ingat dan kewajibannya terhapus jika lupa. 

Imam Syaukani berpendapat, suci pakaian hukumnya wajib, tapi bukan syarat sah shalat. Maka, jika seseorang shalat dan ada najis di pa kaiannya berarti ia telah meninggalkan yang wajib, tapi shalatnya tidak batal. Hal itu berbeda dengan jika dianggap sebagai syarat sah shalat, di mana jika dia shalat dan ada najis di pakaiannya maka shalatnya batal dan dia harus mengulang lagi. 

Berdasarkan pendapat jumhur ulama tersebut, siapa yang shalat dengan pakaian yang ter kena najis dan ia mengetahuinya maka shalatnya batal dan ia wajib mengulangi lagi. Sedangkan, jika dia shalat dengan pakaian yang bernajis tapi dia lupa atau tidak mengetahui keberadaan najisnya dan baru mengetahui setelah selesai shalatnya maka shalatnya sah dan tidak perlu mengulangi lagi. 

Jika dia mengetahuinya ketika dalam shalat maka jika memungkinkan untuk me lepaskan pakaian yang terkena najis tersebut tanpa mem buka auratnya maka ia melepaskannya dan melanjutkan shalatnya. Hal itu berdasarkan hadis Nabi di atas yang menjelaskan beliau mencopot sandal yang terkena najis dan terus melanjutkan shalat dan tidak mengulanginya. 

Tapi, jika tidak memungkinkan untuk melepas kannya karena akan membuka auratnya hendaklah ia memutus shalatnya untuk mengganti pakaiannya. Karena, menurut jumhur ulama, suci dari najis merupakan syarat sah shalat.  

Terdapat 7 Dosa sangat besar yang dapat membinasakan, Taubat Tidak menghilangkan hukuman bagi pelakunya


Ketika para sahabatnya bertanya dosa apa saja yang dimaksud, Rasullah menjawab, “'Syirik mempersekutukan Allah Swt., melakukan sihir, membunuh jiwa manusia yang telah diharamkan Allah Swt. kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari dari perang jihad, menuduh zina pada wanita mu'minat.”

Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘’Tinggalkanlah tujuh dosa yang akan membinasakan. Sahabat bertanya, ‘’Ya Rasulullah, apakah dosa-dosa itu? Jawab Nabi SAW, ‘’Syirik mempersekutukan Allah SWT, melakukan sihir, membunuh jiwa manusia yang telah diharamkan Allah SWT kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari dari perang jihad, menuduh zina pada wanita mu’minat,’’ (HR Bukhari Muslim).

Dalam hadis di atas, Abu Hurairah menyebut tujuh dosa yang membinasakan. Dikatakan membinasakan karena dari dosa tersebut bukan hanya merusak keimanan diri sendiri, namun juga ada hak-hak orang lian yang dirusak oleh si pembuat dosa.

1) .Syirik kepada Allah Swt, Syirik adalah perbuatan menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu, misalnya dengan berhala maupun makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Orang yang melakukan dosa syirik disebut musrik. Syirik digolongkan menjadi dosa yang sangat besar, dan Allah SWT tidak akan mengampuni dosa ini.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa selain syirik bagi siapa yang Ia kehendaki. Barang siapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An Nisa: 48).

Firman Allah SWT dalam QS An-Nisa di atas mengisyaratkan bahwa Allah Swt membuka pintu ampunan selebar-lebarnya bagi pendosa apapun, namun tidak untuk dosa syirik.

Selain karena syirik adalah bentuk kedurhakaan seorang makhluk kepada khaliq, syirik juga termasuk dalam kategori dosa tertinggi dari dosa apapun menurut Qur'an dan sunnah yang ganjarannnya adalah neraka, apabila si musyrik tidak menyadari dan bertaubat.

Abdullah bin Mas’ud r.a mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, niscaya akan masuk neraka,” (HR Bukhari Muslim)

2). Sihir tergolong dosa yang sangat besar, karena sihir merupakan salah satu perbuatan setan dan orang yang melakukannya termasuk ke dalam golongan orang-orang kafir.

Kata Imam Adz-Dzahabi rahimahullahdalam kitabnya Al-Kabair, “Sihir termasuk dosa besar karena seorang tukang sihir pasti kufur terlebih dahulu kepada Allah.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 102.

"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir. Padahal Sulaiman tidak kafir hanya setan-setanlah yang kafir…,” (QS Al-Baqarah: 102).

Tingkatan sihir hampir dekat dengan syirik. Jika syirik adalah bentuk kedurhakaan dan pengingkaran seorang hamba pada dzat dan kuasa Allah SWT, maka sihir adalah perbuatan yang tidak hanya dilakukan atas dasar pengingkaran pada Allah, namun juga penyakit hati yang tertanam pada sesama yang menyebabkan ia buta sehingga membinasakan orang lain, bisa dalam bentuk membuat hidupnya sengsara, tertimpa penyakit, atau pun sampai menyebabkan saudara semuslim tersebut meninggal karena penyakit hatinya yang kian bengkak tersebut.

Disebutkan dalam hadis, lantaran perbuatan sihir ini sungguh merugikan diri sendiri dan orang lain, maka amal ibadah pelaku sihir tidak diterima Allah SWT hingga ia sadar, bertaubat dan memohon maaf pada orang yang telah ia rugikan.

3). Membunuh, Allah Swt berfirman dalam surah Ali Imran ayat 21 sbb :

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang tidak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil. Maka gembirakanlah bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih,” (QS Ali Imran: 21).

Membunuh sesama Muslim adalah dosa besar di hadapan Allah dan tercela di hadapan manusia. Masalah pembunuhan secara detail dijelaskan oleh Allah, di antaranya dalam surah An-Nisaa, Allah berfirman,

“Dan tidak layak bagi seorang Mukmin membunuh seorang Mukmin yang lain kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Dan barang siapa membunuh seorang Mukmin dengan tidak sengaja hendaklah ia memerdekakan hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarga (si terbunuh) kecuali jika keluarga si terbunuh itu ridha. Jika si terbunuh itu dari kaum kafir yang ada perjanjian damai antara mereka dengan kamu, maka hendaklah si pembunuh membayar diyat yang diserahkan kepada keluarga si terbunuh serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa tidak memperolehnya (hamba sahaya) maka hendaklah ia berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana,” 
(QS An-Nisaa: 92).

Dalam surah lain, agar lestarinya kelangsungan hidup manusia, tidak terjadi pembunuhan di antara sesama Muslim, dan jera-nya orang-orang yang terlanjur membunuh sesama, Allah  mengatur masalah pembunuhan melalui hukum Qishash.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti cara yang baik dan hendaklah yang diberi maaf membayar diyat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. Yang demikian itu adalah keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih,” (QS Al-Baqarah: 178).

Membunuh sesama muslim adalah termasuk dosa besar baik dihadapan Allah Swt dan tercela dihadapan manusia. Islam sangat mengatur hak-hak tiap muslim agar dapat hidup secara tentram dan saling menghargai hak-hak tersebut. Tak hanya sesama muslim, kepada kaum kafir yang jika si pembunuh ada perjanjian damai pun Allah mengatur ganjaran yang harus dilakukan si pembunuh tersebut. Oleh sebabnya, dalam Islam, masalah pembunuhan secara detail dijelaskan oleh Allah, di antaranya yakni dalam surah An-Nisaa, 

Allah berfirman, “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin yang lain kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Dan barang siapa membunuh seorang mukmin dengan tidak sengaja hendaklah ia memerdekakan hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarga (si terbunuh) kecuali jika keluarga si terbunuh itu ridha. Jika si terbunuh itu dari kaum kafir yang ada perjanjian damai antara mereka dengan kamu, maka hendaklah si pembunuh membayar diyat yang diserahkan kepada keluarga si terbunuh serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa tidak memperolehnya (hamba sahaya) maka hendaklah ia berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana,” (QS An-Nisaa: 92).

Dalam surah lain, agar lestarinya kelangsungan hidup manusia, tidak terjadi pembunuhan di antara sesama muslim, dan jera-nya orang-orang yang terlanjur membunuh sesama, Allah  mengatur masalah pembunuhan melalui hukum Qishash.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema’afan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti cara yang baik dan hendaklah yang diberi maaf membayar diyat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. Yang demikian itu adalah keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih,” (QS Al-Baqarah: 178)


4). Riba Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba (rentenir), orang yang menyerahkan riba (peminjam), pencatat riba (sekretaris) dan dua orang saksinya.” Beliau mengatakan, “Mereka semua itu sama (dalam melakukan yang haram).” (HR. Muslim, no. 1598).

Ada kaedah umum dalam memahami riba disebutkan oleh para ulama, “Setiap utang piutang yang ditarik manfaat di dalamnya, maka itu adalah riba.

Ibnu Qudamah rahimahullahberkata, “Setiap utang yang dipersyaratkan ada tambahan, maka itu adalah haram. Hal ini tanpa diperselisihkan oleh para ulama.” (Al-Mughni, 6:436).

Dalam surah Al-Baqarah, Allah Swt berfirman, “Hai orang orang yang beriman bertakwalah pada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman,” (QS Al Baqarah: 278).

5). Makan harta anak yatim, “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta di antara mereka. Jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar,” (QS An-Nisaa: 2).

Memakan harta anak yatim haram hukumnya dalam Islam. Adapun mereka yang memakan harta anak yatim, hakikatnya mereka memakan api dalam perut mereka lengkap dengan neraka sebagai tempat kembalinya, seperti halnya firman Allah Ta’alaa,

“Sesungguhnya orang-orang yang makan harta anak yatim dengan zalim, pada hakikatnya mereka hanya makan api di dalam perut mereka dan mereka akan memasuki neraka sa’ir,” 
(QS An-Nisaaa: 10).

Sepatutnyalah kita menyayangi dan menyisihkan rizki untuk mereka, sebab, setiap Muslim yang mencintai anak yatim, kelak akan berada di surga bersama Rasulullah SAW, sebagaimana sabdanya:

“Siapa yang mengasuh tiga anak yatim, maka bagaikan orang yang bangun pada malam hari dan puasa pada siang hari dan bagaikan orang yang menghunus pedangnya untuk berjihad tiap pagi dan sore. Kelak, mereka akan berada di surga bersamaku layaknya saudara sebagaimana kedua jari ini bersaudara (yaitu telunjuk dan jari tengah),” (HR Ibnu Majah).

6). Lari dari medan perang/pertempuran, Firman Allah Ta’alaa dalam QS Al-Anfaal, “Hai orang-orang yang beriman apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang sedang menyerangmu maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur),” (QS. Al-Anfaal: 15).

Ibaratnya, seseorang telah menyerahkan dirinya untuk syahid di jalan Allah SWT, tetapi menyerah karena takut mati. Allah Swt sangat tidak suka terhadap Muslim yang berkepribadian mudah menyerah seperti ini.

7). Menuduh wanita Mukmin berzina, Zina merupakan perbuatan bercampurnya laki-laki dan perempuan tanpa adanya ikatan pernikahan. Ini adalah dosa yang sangat besar. Pelaku zina akan mendapatkan hukuman dari Allah SWT baik itu selama mereka di dunia maupun ketika mereka berada di akhirat kelak.

Lalu bagaimana jika ada seseorang yang menuduh seorang wanita sholehah telah melakukan perbuatan zina. Allah SWT berfirman “Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan terhormat (berbuat zina), kemudian itu tidak mengemukakan empat saksi, maka hendaklah mereka didera delapan puluh kali dera­an, dan janganlah diterima ke­saksian dari mereka selama -lamanya. Itulah orang-orang fasik.” (QS. An- Nuur ayat 4).

“Sesunguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik lagi beriman (berbuat zina), mereka tertimpa laknat dunia dan akhirat dan bagi mereka azab yang besar,” (QS An-Nuur: 23).

Tuduhan berzina yang dialamatkan kepada wanita baik-baik padahal mereka tidak pernah melakukannya, mengingatkan kita pada kisah Ibunda Isa as, Maryam. Sudah selayaknya penebar fitnah menerima azab yang dahsyat yaitu neraka jahannam. Sebab ia tidak hanya berdusta di hadapan manusia, tapi juga berdusta di hadapan Zat Yang Maha Mengetahui, Allah Swt.

Referensi : 





harta halal dan haram tidak tidak bisa bersatu


Di dalam Al-Quran juga mengingatkan kepada semua muslim bahwa uang haram, seperti halnya riba, tidak ada kebaikan di dalamnya seperti yang tercantum pada surat Al-Baqarah ayat 276 yang artinya: "Allah Swt memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah". Adapun uang haram menurut Gus Baha bisa menjadi halal dan boleh digunakan apabila memenuhi syarat ini. Maka dari itu perlu diketahui terlebih dahulu tentang kriteria atau syarat bagaimana menggunakan uang haram tersebut. Gus Baha mengatakan bahwa sebelumnya beliau menerima nasehat ini dari orangtuanya.

Semua upaya mendapat uang haram sangat dibenci Allah SWT. Mereka yang memakan uang haram akan mendapat murka Allah SWT. Uang haram sangat berbahaya dan memberi dampak buruk bagi diri sendiri dan juga keluarga. Tak hanya di dunia, dampak uang haram juga akan dibawa sampai ke kehidupan di akhirat kelak.

yang termasuk harta haram sebagai berikut ini :

  • Harta yang haram secara zatnya. Contoh: khomr, babi, benda najis. 
  • Harta yang haram karena berkaitan dengan hak orang lain. Contoh: HP curian, mobil curian
  • Harta yang haram karena pekerjaannya. Contoh: harta riba, harta dari hasil dagangan barang haram.
Berulang kali disebutkan di dalam Al-Qur'an "rezeki yang halal", "rezeki yang baik", berarti ada pula rezeki yang haram atau buruk. Rezeki diartikan oleh para ulama sebagai "pemberian dari Allah" atau "jatah kita". Jadi uang haram pun termasuk rezeki.

Harta riba haram untuk dijadikan sedekah kepada fakir miskin maupun yatim piatu karena uang haram. Maka dari itu, penjelasan ulama asal Madinah ini sangat penting untuk dicermati agar tidak salah dalam melangkah

Bagaimana hukumnya sedekah dengan uang hasil perjudian? Dalam Islam, hukum judi jelas haram. Kalau menggunakan uang judi untuk bersedekah, maka dari sisi pemberi itu seperti mencuci kain dengan air kencing, alias bukannya membersihkan tapi malah tambah kotor.

Pemenang Mendapatkan Harta Taruhan, Terlebih kalau harta atau hadiah taruhan nilainya sangat besar, maka segala daya-upaya pasti dikerahkan oleh semua yang bertaruh untuk bisa mendapatkannya. Pada sisi inilah salah satu sebab mengapa judi diharamkan, karena memakan harta pihak lain dengan cara yang diharamkan.

Apa yang terjadi jika kita memakan makanan haram? Akibat buruk mengkonsumsi makanan dan minuman haram antara lain adalah sebagai berikut: Doa yang dipanjatkan kepada Alah SWT tidak akan dikabulkan. Merusak hati juga akal sehat manusia. Merusak keimanan seseorang.
Berikut merupakan tipe-tipe pekerjaan haram menurut Islam. 
  1. Pekerjaan yang Terindikasi Syirik dan Mengandung Sihir. Pekerjaan yang punya potensi terhadap syirik dan sihir ialah jenis pekerjaan seperti perdukunan, peramal nasib, paranormal, dan sejenisnya.
  2. Jual Beli Hal-hal yang Merugikan.
  3. Memakan Harta Riba.
Dalam pengertiannya harta haram menurut Syaikh Dr. Khalid al-Mushlih adalah semua harta yang didapatkan atau dikumpulkan dengan cara yang melanggar syariat.

Barang Siapa yang Meninggalkan Sesuatu yang Haram maka Dia Akan Mendapatkan Sesuatu yang Halal. Di kisahkan pada zaman Nabi Muhammad SAW. Pada suatu hari Nabi Muhammad SAW.

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Endang Mintarja mengatakan, "Pelakunya (yang mendapat uang haram) tidak berhak atas rahmat Allah dan syafaatnya Rasulullah SAW." Ia pun memaparkan, haram hukumnya untuk memberikan nafkah pada keluarga menggunakan uang haram.

referensi :