- Zalim kepada diri sendiri,
- Zalim kepada Allah Swt,
- Zalim Kepada sesama manusia.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri (QS. Al Baqarah: 222)
Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.
Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.
Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.
Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.
Go to Blogger edit html and find these sentences. Now replace these with your own descriptions.
Bertaubat, Bertaubat, adalah salah satu cara untuk memohon ampunan dari Allah atas kesalahan besar yang telah diperbuat.Bertaubat dengan berjanji tidak akan mengulangi kembali kesalahan tersebut, dan akan memperbaikinya hingga menjadi insan yang lebih bertaqwa. Hal itu sesuai dengan firman Allah Swt dalam Al Quran yang artinya sbb ini :
“Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Az Zumar ayat 53).
Berbuat Amal Kebaikan, Dengan berbuat amal kebaikan, maka hitungan pahala akan bertambah sebagai bekal di akhirat kelak. Amal kebaikan juga bisa menjadi penghapus dosa-dosa yang telah diperbuat di masa lalu. Amal kebaikan misalnya dengan memperbanyak melakukan hal yang bermanfaat untuk orang lain, tak segan membantu orang yang kesulitan, dan masih banyak lagi.
Sabar Saat Mendapat Musibah, Musibah sakit, kehilangan seseorang, hingga cobaan yang terasa berat bisa menjadi sebab dari terhapusnya dosa-dosa termasuk dosa besar. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang), kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.” (HR Bukhari Muslim)
Memperbanyak Bersedekah, Amalan penghapus dosa yang bisa kita lakukan sehari-hari dengan mudah adalah bersedekah. Bersedekah adalah menyisihkan sebagian dari rezeki untuk diberikan kepada yang membutuhkannya.
Menjaga Wudhu, Menjaga wudhu merupakan salah satu amalan penghapus dosa termasuk dosa besar.
“Barang siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini, maka dosa-dosanya yang terdahulu akan diampuni. Sedangkan sholatnya, jalannya menuju masjid adalah amalan tambahan.” (HR. Muslim dan Nasa’i)
Salat, Sebagai seorang muslim kita memiliki kewajiban untuk menunaikan salat 5 waktu setiap harinya. Salat yang merupakan tiang agama bisa menjadi sarana penebus dosa. Salat 5 waktu sehari semalam adalah seperti seseorang yang di depannya mengalir sungai dan ia mandi sebanyak lima kali sehari. Artinya, tidak ada kotoran yang tersisa padanya.
Puasa, Puasa juga bisa menjadi amalan penghapus dosa yang telah kita lakukan. Selain puasa Ramadhan, puasa Arafah dan Asyura juga bisa jadi ladang amal penghapus dosa. Puasa Asyura menghapus dosa tahun lalu, sedangkan puasa Arafah menghapus dosa 2 tahun yakni tahun lalu dan tahun yang akan datang.
Menjaga Tauhid, Hadis riwayat at-Tirmidzi menjelaskan seseorang yang mentauhidkan Allah Swt, sekalipun datang dengan membawa sepenuh bumi dosa, akan dibawakan sepenuh bumi pula ampunan.
Dengan menjadikan Allah Swt sebagai satu-satunya tujuan, maka akan terhapus juga dosa-dosa yang pernah dilakukan, termasuk dosa besar.
Membaca Istighfar, Selalu memohon ampun kepada Allah dengan beristighfar adalah salah satu cara agar dosa diampuni. Meski begitu, harus diiringi dengan komitmen dan menjaga diri untuk tidak lagi melakukan dosa yang sama.
Menjabat Tangan, Menjabat tangan menjadi salah satu sunnah Nabi Muhammad yang bisa menggugurkan dosa-dosa.
“Tidaklah dua Muslim itu bertemu lantas berjabat tangan melainkan akan diampuni dosa di antara keduanya sebelum berpisah.” (HR Abu Dawud).
Salat Jum'at, Salat Jumat sudah menjadi kewajiban bagi laki-laki muslim yang juga sebagai amalan hari Jumat. Melakukan salat Jumat dapat menggugurkan dosa-dosa yang telah diperbuat sebelumnya.
Berdzikir, Hadis riwayat Bukhari menjelaskan bahwa dengan berdzikir bisa menghapus dosa sebanyak buih di lautan. Dzikir bisa dilakukan kapan dan di mana saja. “Barang siapa yang berkata subhanallah wa bihamdihi (Maha Suci Allah dan dengan segala pujian bagi-Nya), sebanyak 100 kali maka akan dihapus dosa-dosanya sekalipun sebanyak buih lautan.”
Jadi meski punya dosanya sebanyak buih di laut pun asal manusia selalu memohon ampunan Allah SWT maka akan diampuni dengan banyak melakukan amal kebaikan, Amin.
Rahmat Allah Swt terbentang luas, Allah Swt berfirman dalam surah Az-Zumar surah ke 39 ayat ke 53 sampai dengan 54 sebagai berikut ini :
Artinya: “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar 39 : 53-54).
Dosa adalah sebuah benih yang menumbuhkan kegelisahan dan rasa sedih, batin akan terasa sempit terhimpit dan tiada pernah tenang, jiwa akan terus berteriak dan berontak karena rasa gelisah dan sedih yang tak kunjung sirna. Akhirnya ia pun menempuh berbagai cara demi ketenangan batin dan hilangnya ras sedih dan gundah.
Namun sangat disayangkan, jalan yang mereka tempuh bukanlah jalan yang lurus yang akan membawanya pada keselamatan dan kebahagiaan, akan tetapi jalan sesat yang dianggapnya bisa mengakhiri semua rasa gelisah dan sedih yang terus menyelimuti dirinya. Ia mengira jalan instant yang ditempuahnya bisa memupus semua musibah yang sedang menimpanya.
Tapi ternyata jalan itu membawanya kepada kesengsaraan yang berlipat dan kebinasaan yang tak terelakan. Jalan yang mereka tempuh tidak lain adalah mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
Orang yang membunuh diri dengan tangannya sendiri, maka pada hari kiamat ia akan disiksa dengan alat yang digunakan untuk membunuh dirinya. Rasululloh Muhammad SAW yang artinya telah bersabda:
Barangsiapa bunuh diri dengan menggunakan besi, maka tangannya akan melukai perutnya sendiri dengan besi itu di neraka jahanam dan ia kekal di dalamnya selama-lamanya. Barangsiapa bunuh diri dengan cara minum racun, maka ia akan terus meminumnya di neraka jahanam dan ia kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan barangsiapa melompat dari tebing untuk bunuh diri, maka ia akan terus terjatuh di neraka jahanam dan ia kekal di dalamnya selama-lamanya (HR. Muslim)
Bunuh dir, kita berlindung kepada Alloh Swt darinya bukanlah cara yang dibenarkan dalam islam untuk menghilangkan rasa gundah dan sedih akibat melakukan perbuatan dosa dan maksiat. Bahkan islam sangat mengharamkan cara-cara ini apapun bentuknya. Dan bagi mereka yang melakukannya diancam dengan siksaan yang sangat pedih di neraka jahanam.
Cara instant semacam ini adalah cermin orang-orang yang tidak beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, dan ia merupakan bagian dari sikap berputus asa akan rahmat Allah Swt yang sangat luas, Ia tidak akan mendapatkan apa-apa melainkan kerugian dan kesengsaraan. Allah berfirman :
Dia Ibrahim, berkata : “ tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya kecuali orang-orang yang sesat.
Berputus asa dari rahmat Allah Swt adalah jalan kesesatan, berujung pada kesengsaraan, membawanya ke sebuah lembah kehancuran yang tiada berujung lagi bertepi, terus menerus tanpa henti. Penyesalanlah yang akan menyapanya, angan-angan tinggi agar dirinya lebih baik menjadi batu, dan ia sangat berharap andaikan sandiwara dunianya berulang kembali, niscaya dirinya akan taat dan patuh terhadap semua perintahnya.
Akan tetapi pada hari itu angan-angan hanyalah setitik pelipur lara yang tiada berarti sedikit pun baginya, ia hanya selintas pandang penyesalan yang jauh panggang dari apinya, bahkan sangat lebih jauh lagi. Jalan pun menjadi buntu, dan ia terperangkap dalam panggangan api yang menyala-nyala. Penyesalan, penyesalan, dan penyesalanlah yang sudah arang dan basi, yang tiada mengandung setitik kenikmatan yang paling kecil sedikitpun.
Allah Swt telah menceritakan keadaan mereka dalam Al Qur’an : Asy Syu'ara ayat ke 102 yang artinya sebagi berikut :
Maka seandainya kita dapat kembali ( ke dunia ) niscaya kita menjadi orang-orang yang beriman (QS. Asy-Syu’ara’ : 102 )
Gelisah dan sedih adalah buah sebuah dosa yang beraroma busuk dan berasa pahit, ia akan terus bergelantung dalam tangkai-tangkai qalbunya yang tumbuh subur dan rindang oleh siraman air maksiat dan kejahatan, ia takkan membusuk dan jatuh dari tangkainya selama pohon-pohon kedurhakaannya masih kokoh dan tegar, bahkan ia akan terus membesar dan berisi, berdaging dan menjadi buah terbesar selama pupuk-pupuk dosa terus mengemburkan dan menyuburkan hatinya.
Kegelisahan dan kesedihan ini akan terus berlanjut hingga hari kiamat. Saat itu rasa cemas, tidak aman, dan sedih adalah sebuah kelaziman baginya. Dan itulah sejatinya buah yang ia rasakan di dunia, gelisah dan sedih yang hakiki, karena siksa yang pedih sudah di ambang mata, dan tidak mungkin untuk menghilang dari hadapannya. Ia pun menjadi keguncangan jiwa dan rasa sedih yang tak bertepi, tak terobati dan akan terus meliputi dirinya.
Dengan demikian, ia terkubur dalam dua kesengsaraan, di dunia dan di akhirat. Jadilah dirinya seorang yang benar-benar merugi, sengsara, dan merana jiwa raganya tanpa terobati.
Mereka itulah wali-wali syetan, yang terjebak dalam bujuk manis dan rayuan sang iblis, terperangkap dalam kurungan nafsu syahwat dan syubuhat, tergiur dan tertipu oleh kenikmatan dunia yang terasa indah dan manis, dan tenggelam dalam hiruk pikuk dunia yang melalaikan hatinya, karena dunia adalah surga bagi orang-orang kafir dan penjara bagi orang-orang yang beriman. Rasulullah pernah bersabda yang artinya sebagai berikut ini :
Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir (HR. Muslim )
Keadaan ini berbeda sekali dengan orang-orang yang beriman. Hati mereka tenang dan sejuk, tentram dan damai, tiada rasa cemas dan takut sedikitpun dalam jiwanya, juga mereka kosong dari rasa sedih, baik di dunia maupun di akhirat. Hatinya terus diliputi rasa senang, bahagia, ridha atas segala ketetapan Allah Swt atas dirinya, apapun keadaan yang sedang dialaminya, karena semua semua yang dilakukan bernilai ibadah, berbuah dan berpahala di sisi Allah Swt, ia pun penuh yakin dan tanpa ragu-ragu akan hal ini.
Dan jika musibah datang dan menimpanya, kemudian ia ridha dan bersabar atasnya, itulah ibadah yang bernilai tinggi di sisi-Nya. Dan saat ia mendapat nikmat, ia pun memuji-Nya dan bersyukur atasnya, dan itu juga ibadah yang sangat mulia. Oleh karena itu, semua perkara bagi orang mukmin adalah baik. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW yang artinya sebagai berikut ini :
Betapa menakjubkan perkara orang mukmin, karena semua perkaranya adalah sebuah kebaikan, dan hal itu tidak akan dialami kecuali oleh orang mukmin, apabila mendapat kesenangan ia bersyukur dan itu baik baginya, dan jika ditimpa musibah ia bersabar dan itu juga baik baginya (HR. Muslim)
Dan kebaikan-kebaikan itu tidak lain adalah untuk kebaikan dirinya sendiri di sisi Allah SAW. Sebagaimana Firman Allah SWT yang artinya sbb ini :
Jika kamu berbuat baik(berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri (QS. Al-Isra : 7)
Ketentraman, hati yang lapang, jauh dari sedih dan duka, rasa bahagia dan tiada rasa cemas sedikitpun adalah milik mereka orang-orang yang beriman, mereka adalah wali-wali Allah Swtyang berhak dan pantas untuk mendapatkannya karena ketaatan dan keridhaannya terhadap Allah Swtdan takdir-Nya. Allah Swt berfirman dalam surah Yunus ayat 62 sampai dengan ayat 3 yang artinya sebagi beriku ini :
Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati, (yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa (QS. Yunus : 62-63)
Katakanlah (wahai Rasul) kepada hamba-hambaKu yang bergelimang dalam kemaksiatan dan melampaui batas terhadap diri mereka sendiri dengan melakukan dosa-dosa ajakan dari hawa nafsu mereka, “Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah hanya karena banyaknya dosa kalian, sebab Allah mengampuni semua dosa-dosa bagi siapa yang bertaubat darinya dan meninggalkannya sebanyak apa pun dosa-dosa itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun bagi dosa para hambaNya yang bertaubat kepadaNya lagi Maha Penyayang kepada mereka.” ( Keterangan : "Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia" )
Taubat dari dosa hukumnya wajib dan merupakan amalan yang sangat dicintai Allah Ta'ala. Ketika kita punya dosa dan maksiat sebesar gunung, jangan bekecil hati karena ampunan Allah sangat besar. Allah berfirman dalam Al-Qur'an: "Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)." (QS. Az Zumar: 53-54).
Taubat yang diterima oleh Allah Swt adalah taubat yang sungguh-sungguh dan jujur (taubat nasuha). Taubat yang sungguh-sungguh serta jujur memiliki syarat. Ada tiga syarat utama untuk diterimanya taubat sebagaimana dijelaskan Imam An-Nawawi dalam Riyadhus Solihin:
Adapun taubat yang tidak sungguh-sungguh dan tidak jujur, tidak ada faedahnya bagi para pelaku kemaksiatan. Semoga Bermanfaat bagi kami sendiri dan semuanya, amin ya robbal alamin.
![]() |
Walaupun diri ini hina, Ingat, Allah Swt selalu membuka pintu toubatnya, betapa luasnya ampunan Allah Swt |
Memang sudah menjadi fitrah manusia untuk berbuat kesalahan. Hal ini telah disabdakan oleh nabi Muhammad SAW, “Setiap anak Adam pasti berbuat dosa, dan sebaik-baik pembuat dosa adalah mereka yang bertaubat”. (HR.Tirmidzi). Seperti yang disabdakan Rasulullah SAW, walaupun manusia berbuat dosa. Tidak lantas menjadikan manusia merugi begitu saja. Bagi mereka yang mau bertaubat itulah yang terbaik untuk mereka.
Bahkan dalam hadis lain disebutkan jika seluruh umat manusia tidak ada yang berbuat dosa. Maka Allah SWT menggantinya dengan umat yang berbuat dosa, kemudian mereka memohon ampunan dan Allah SWT mengampuninya. "Kalau kalian tidak berbuat dosa niscaya Allah SWT akan mengganti kalian dengan kaum yang lain pembuat dosa, tetapi mereka beristighfar dan Allah SWT mengampuni mereka".( HR.Muslim). Hal ini mempertegas akan fitrah manusia dalam berbuat dosa.
Ketahuilah, Murka Allah SWT itu sangat dasyat. Siksaan Allah Swt sangat pedih. Akan tetapi kasih sayang-Nya meliputi alam semesta. Ampunan Allah SWT sangat teramat luas bagi hambanya yang mau bertaubat. Selama dosa itu bukan menyekutukan Allah SWT maka Allah akan mengampuni dosa itu sebasar apapun dosa itu.
Anas bin Malik berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesunggunya Allah Swt berfirman, Wahai anak Adam, apabila engkau memohon dan mengharapkan pertolongan-Ku maka Aku akan mengampunim dan Aku tidak menganggap bahawa ia suatu beban. Wahai anak Adam, sekalipun dosa kamu seperti awan meliputi langit kemudian kamu memohon ampunan-Ku, niscaya aku akan mengampuninya. Wahai anak Adam, jika kamu menemuiku dengan kesalahan sebesar bumi, kemudian kamu menemuiku tidak dalam keadaan syirik kepada-Ku dengan seuatu apapun. Niscaya aku akan datang kepadamu dengan pengampunan dosa sebesar bumi itu. (HR Tirmidzi)
Tidak sedikit ayat-ayat dalam Alquran yang menyebutkan bahwa Allah SWT Maha Penerima taubat diiringi dengan sifatnya yang Maha Penyayang. Di antaranya dalam surat An Nur ayat 24, surat At Thaqobun ayat 14 dan surat Az Zumar ayat 53. Ini menunjukan betapa besarnya kecintaan Allah SWT terhadap manusia terlebih terhadap hamba-Nya yang bertaubat. Yang menyesali kesalahnnya dan memohon ampunan kepada-Nya.
Oleh karena itu sudah seharusnya kita tidak boleh berputus asa. Ampunan dan rahmat Allah SWT sangatlah teramat besar. Bahkan Allah SWT telah memaklumi akan sifat kita selaku manusia yang suka berlebih-lebihan. Allah SWT berfirman, “Katakanlah: Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar [39] : 53).
Betapa mudahnya mendapat ampunan Allah SWT. Masihkan kita mengingkari kasih sayang Allah SWT ,Hanya orang-orang merugi yang tidak bersegera kepada ampunan Allah SWT yang sangat teramat luas. Sesungguhnya Allah SWT tidak pernah menyalahi akan janji-Nya (Q.S Ali Imran 3: 9)
Surat Al Ashr ayar 1 sampai dengan ayat 3, di bawah teks/paragraf/kalimat ini menjelaskan bahwa manusia yang memanfaatkan waktunya sebaik-baiknya untuk beriman dan beramal shaleh akan memperoleh kebahagiaan. Sebaliknya, mereka yang tidak memanfaatkan waktunya dengan baik akan memperoleh kerugian, salah satunya adalah mendapat tanda Allah Swt berpaling dari Hamba-NYA (Allah Swt).
“Demi masa. Sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr : 1-3).
Kerugian yang dimaksud adalah kerugian di dunia dan akhirat. Kerugian di dunia seperti mendapatkan kesengsaraan, kebingungan, dan tidak mendapat petunjuk. Sedangkan, kerugian di akhirat adalah mendapatkan neraka jahanam. Dalam Tafsir Al Qur’an Al Karim Hidayatul Hasan dijelaskan bahwa Allah SWT meratakan kerugian kepada semua manusia kecuali bagi mereka yang memiliki empat sifat yaitu beriman, beramal shaleh, dan saling menasehati untuk kebenaran dan kesabaran. Begitulah mengapa pentingnya menjaga waktu di dunia sebaik-baiknya.
Atas dasar itulah, seorang muslim hendaknya menggunakan waktu sebaik mungkin dengan cara menjalankan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya, seperti :
Hal-hal kebaikan yang dilakukan akan menunjukkan sempurnanya Islam seorang muslim.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya sebagai berikut ini :
“Jika keislaman di antara kalian sempurna, satu kebaikan yang dilakukannya akan ditulis sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat. Adapun setiap keburukan yang dilakukan, hanya ditulis satu keburukan semisalnya.” (HR. Bukhari)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya sebagi berikut :“Di antara tanda sempurnanya Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, Syaeikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih).
Sedangkan, seorang muslim yang terlalu sibuk dengan hal-hal tidak bermanfaat, menandakan bahwa orang tersebut belum sempurna imannya. Bahkan, Hasan al-Basri mengatakan bahwa mereka yang sibuk dengan hal-hal yang tidak bermanfaat merupakan tanda Allah SWT berpaling dari Hamba-NYA .
Hasan al-Basri berkata, “Salah satu tanda bahwa Allah Swt berpaling dari seorang hamba adalah ia disibukkan dengan sesuatu yang tidak bermanfaat.”
Adapun hal-hal yang dipandang sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat di antaranya adalah mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat dan menyakiti orang lain, seperti terlalu sibuk dengan urusan duniawi, bergurau, berkomentar yang tidak penting, debat kusir, atau ghibah. Ghibah dalam Islam termasuk pada perbuatan yang tidak baik dan ada pula hukum menyakiti hati orang lain dalam Islam yang harus di ketahui. Untuk menjadi muslim yang baik, sudah seharusnya meninggalkan perkataan dan perbuatan yang dapat menyakiti orang lain.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda, “Seorang muslim (yang baik) adalah yang tangan dan lisannya tidak menyakiti orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jika seorang muslim tidak dapat menjaga perkataan dan perbuatannya maka ganjarannya adalah neraka. Maka dari itu penting sekali untuk menyimak tips menjaga lisan dalam Islam ini karena ada keutamaan menjaga lisan dalam Islam bagi seorang muslim.
Tirmidzi meriwayatkan dari Muadz bin Jabal radhiyallahu‘anhu, ia berkata,“Wahai Rasulullah, apakah kami akan dihukum atas setiap kata yang terucap?” Rasul pun menjawab, Tidak sedikit manusia yang tergelincir ke dalam neraka karena lisannya.” (HR. Tirmidzi)
Dari uraian singkat di atas dapat dikatakan bahwa sebagai muslim, hendaknya menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat seperti beribadah, melaksanakan bermacam-macam amal shaleh, saling menasehati mengenai kebenaran dan kesabaran, serta meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Seseorang yang sibuk dengan hal-hal yang tidak bermanfaat merupakan tanda Allah Swt berpaling dari Hamba-NYA. Sementara, ujian dan musibah yang dialami seorang hamba bukan karena Allah berpaling, tapi justru semua teguran itu adalah tanda Allah Swt sayang pada hamba-Nya agar ia kembali mengingat Allah Swt.
Demikianlah ulasan singkat tentang tanda Allah Swt berpaling dari hambanya. Semoga bermanfaat dan bisa menggerakkan hati untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik. referensi sebagi berikut ini dan semoga bermanfat, Amin .
Ayat Kursi merupakan ayat ke-255 dari surat Al-Baqarah yang menjadi surat kedua di dalam Al-Quran. Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab, Ayat Kursi merupakan ayat paling utama di dalam Al-Quran. Pada bacaan Ayat Kursi berisi tentang ke-Esa-an Allah Swt serta kekuasaan Allah Swt yang mutlak.Di setiap kalimat pada bacaan Ayat Kursi mengandung banyak sekali arti dan makna tentang keutamaan dan manfaatnya. Dengan membaca ayat ini, maka akan memengaruhi jiwa dan keimanan hidup kita.
Dalam suatu riwayat, Rasulullah SAW bertanya kepada Ubiy bin Ka’ab tentang ayat yang paling utama dalam Al-Quran, “Ayat apa yang paling utama di dalam Al-Quran?” Kemudian Ubay bin Kai menjawab, “Ayat paling utama dalam kitabullah adalah Ayat Kursi.”
Dan Rasulullah SAW menepuk dada Ubay dengan pelan sambil berkata, “Wahai Abu Mundzir semoga engkau selalu bahagia dengan ilmu yang engkau miliki.” (HR Muslim).
Ayat Kursi sebagai ayat yang paling agung di dalam Al-Quran karena di dalamnya terdapat nama Allah Swt yang paling agung, yaitu pada kalimat Al Hayyu dan Al Qayyum. Berikut ini bacaan Ayat Kursi yang disebut sebagai ayat paling agung dalam Al-Quran. latinya adalah sebagai berikut ini :
“Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’ wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardlo walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim.”
Artinya:
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
Manfaat membaca Ayat Kursi beserta amalannya untuk diri sendiri, Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita berdzikir dan berdoa hanya kepada Allah Swt. Dan salah satu cara berdzikir yang tepat adalah dengan membaca Ayat Kursi yang memiliki banyak manfaat apabila senantiasa kita baca.
Mendapat perlindungan Allah Swt, Manfaat pertama apabila kita membaca Ayat Kursi sehabis sholat adalah kita akan dijaga Allah Swt dari berbagai godaan setan, kejahatan manusia, binatang buas yang bersifat negatif bagi diri kita (membahayakan), perlindungan untuk keluarga dan harta benda.
Membukakan pintu hikmah dan rezeki, Dalam kitab “Asraaul Mufidah”, barang siapa yang membaca Ayat Kursi sebanyak 18 kali setiap harinya, maka Allah akan membukakan dadanya untuk pintu hikmah, dimudahkan rezekinya, dinaikkan derajatnya oleh Allah Swt di akhirat dan di dunia.
Dan orang yang membacanya sebanyak 18 kali juga akan diberikan pengaruh sehingga semua orang akan menghormatinya dan dirinya juga akan dijaga dengan izin Allah Swt dari segala bencana yang akan menimpanya hari itu.
Dimudahkan ilmu pengetahuannya, Syeikh abu Abbas menerangkan bahwa bagi orang yang membaca Ayat Kursi sebanyak 50 kali dan meniupkannya ke air hujan lalu meminumnya, maka Allah Swt akan memudahkan akal fikiran dan ilmu pengetahuannya.
Dihilangkan kefakirannya, Seperti dalam sabda Rasulullah, “barang siapa yang pulang ke rumahnya dan membaca Ayat Kursi, Allah akan menghilangkan segala kefakiran di depan matanya.”
Dijauhkan dari godaan setan, Rasulullah SAW bersabda “Umatku yang membaca Ayat Kursi sebanyak 12 kali pada pagi Jumat, kemudian berwudhu dan melaksanakan sholat dua rakaat, Allah Swt memeliharanya dari kejahatan setan dan kejahatan pembesar.”
Mendapat perlindungan saat melakukan perjalanan, Bagi orang yang membaca Ayat Kursi saat perjalanan ataupun saat ingin memulai perjalanan, maka Allah akan memudahkan perjalanannya dan akan dilindungi selama perjalanannya.
Dimudahkan segala urusannya, Syeikh Al-Bunni menerangkan bahwa barang siapa yang membaca Ayat Kursi sebanyak huruf pada ayat tersebut yaitu 170 huruf, maka Allah akan memberikan pertolongan padanya, mempermudah segala hajat yang ia punya, melapangkan fikirannya sehingga lebih mudah berfikir, diluaskan rezekinya, dihilangkan duka darinya, dan diberikan apa yang ia minta.
Dilindungi oleh 2 malaikat, Barang siapa yang membaca Ayat Kursi sebelum tidur maka Allah Swt akan memerintahkan 2 malaikat untuk menjaganya selama ia tidur sampai pagi.
Beberapa keutamaan dan manfaat dari Ayat Kursi yang dapat kita baca dan kita amalkan setiap hari, agar senantiasa diberi perlindungan dan kemudahan oleh Allah Swt. Semoga bermanfaat bagi kita semuanya, Amin ya robbal alamin.
![]() |
Iman itu bisa berkurang dan bisa bertambah |
Lebih dari itu semua, mendapatkan keridhoan Allah Swt Yang Maha kuasa sehingga Dia tidak akan murka kepadanya dan dapat merasakan kelezatan melihat wajah Allah Swt di akherat nanti. Dengan demikian permasalahan ini seharusnya mendapatkan perhatian lebih dari kita semua.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menuturkan, “Hasil usaha jiwa dan qolbu (hati) yang terbaik dan penyebab seorang hamba mendapatkan ketinggian di dunia dan akherat adalah ilmu dan iman. Oleh karena itu Allah Ta’ala menggabung keduanya dalam firmanNya, dalam surah Ar-Ruum ayat 56 sebagai berikut ini yang artinya sbb :
“Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): “Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit.” (QS ar-Ruum: 56)
Dan firman Allah Swt dalam surah Al Mujaadilah ayat 11 sebagai berikut ini : “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS al-Mujaadilah: 11).
Mereka inilah inti dan pilihan dari yang ada dan mereka adalah orang yang berhak mendapatkan martabat tinggi. Namun kebanyakan manusia keliru dalam (memahami) hakekat ilmu dan iman ini, sehingga setiap kelompok menganggap ilmu dan iman yang dimilikinyalah satu-satunya yang dapat mengantarkannya kepada kebahagiaan, padahal tidak demikian. Kebanyakan mereka tidak memiliki iman yang menyelamatkan dan ilmu yang mengangkat (kepada ketinggian derajat), bahkan mereka telah menutup untuk diri mereka sendiri jalan ilmu dan iman yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjadi dakwah beliau kepada umat. Sedangkan yang berada di atas iman dan ilmu (yang benar) adalah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya setelah beliau serta orang-orang yang mengikuti mereka di atas manhaj dan petunjuk mereka”.
Demikian bila kita melihat kepada pemahaman kaum muslimin saja tentang iman didapatkan banyak kekeliruan dan penyimpangan. Sebagai contoh banyak dikalangan kaum muslimin ketika berbuat dosa masih mengatakan, “Yang penting kan hatinya”. Ini semua tentunya membutuhkan pelurusan dan pencerahan bagaimana sesungguhnya konsep iman yang benar tersebut.
Makna Iman, Dalam bahasa Arab, ada yang mengartikan kata iman dengan “tashdiq” (membenarkan); thuma’ninah (ketentraman); dan iqrar (pengakuan). Makna ketiga inilah yang paling tepat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Telah diketahui bahwa iman adalah iqrar (pengakuan), tidak semata-mata tashdiq (membenarkan). Dan iqrar (pengakuan) itu mencakup perkataan hati, yaitu tashdiq (membenarkan), dan perbuatan hati, yaitu inqiyad (ketundukan hati)”.
Keyakinan hati, yaitu membenarkan terhadap berita. Perkataan hati, yaitu ketundukan terhadap perintah. Yaitu: keyakinan yang disertai dengan kecintaan dan ketundukan terhadap semua yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Allah Swt.
Adapun secara syar’i (agama), iman yang sempurna mencakup qaul (perkataan) dan amal (perbuatan). Syaikul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Dan di antara prinsip Ahlus sunnah wal jamâ’ah, ad-din (agama/amalan) dan al-iman adalah perkataan dan perbuatan, perkataan hati dan lisan, perbuatan hati, lisan dan anggota badan”.
Dalil Bagian-Bagian Iman Dari perkataan Syaikhul Islam di atas, nampak bahwa iman menurut Ahlus sunnah wal jamâ’ah mencakup lima perkara, yaitu, (1) perkataan hati, (2) perkataan lisan, (3) perbuatan hati, (4) perbuatan lisan dan (5) perbuatan anggota badan.
Banyak dalil yang menunjukkan masuknya lima perkara di atas dalam kategori iman, di antaranya adalah sebagai berikut:
Pertama: Perkataan hati, yaitu pembenaran dan keyakinan hati. Allah Swt, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang hanya beriman kepada Allah Swt dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah Swt. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS al-Hujurât: 15)
Kedua: Perkataan lisan, yaitu mengucapkan syahadat La ilaha illallah dan syahadat Muhammad Rasulullah dengan lisan dan mengakui kandungan syahadatain tersebut. Di antara dalil hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Aku diperintah (oleh Allah Swt) untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan sampai mereka menegakkan shalat, serta membayar zakat. Jika mereka telah melakukan itu, maka mereka telah mencegah darah dan harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka pada tanggungan Allah Swt”.
Pada hadits lain disebutkan dengan lafazh, “Aku diperintah (oleh Allah Swt) untuk memerangi manusia sampai mereka mengatakan “Lâ ilâha illallâh”.
Ketiga: Perbuatan hati, yaitu gerakan dan kehendak hati, seperti ikhlas, tawakal, mencintai Allah Swt , mencintai apa yang dicintai oleh Allah Swt , raja’ (berharap rahmat/ampunan Allah Swt), takut kepada siksa Allah Swt , ketundukan hati kepada Allah Swt, dan lain-lain yang mengikutinya. Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, hati mereka gemetar, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabbnya mereka bertawakkal” (QS al-Anfal: 2). Dan dalil-dalil lainnya yang menunjukkan amalan-amalan hati termasuk iman.
Keempat: Perbuatan lisan/lidah, yaitu amalan yang tidak dilakukan kecuali dengan lidah. Seperti membaca al-Qur’ân, dzikir kepada Allah Swt, doa, istighfâr, dan lainnya. Allah Swt berfirman,
“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Rabb-mu (Al-Qur’ân). Tidak ada (seorang pun) yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya.” (QS al-Kahfi: 27). Dan dalil-dalil lainnya yang menunjukkan amalan-amalan lisan termasuk iman.
Kelima: Perbuatan anggota badan, yaitu amalan yang tidak dilakukan kecuali dengan anggota badan. Seperti: berdiri shalat, rukû’, sujud, haji, puasa, jihad, membuang barang mengganggu dari jalan, dan lain-lain. Allah Ta’ala berfirman, dalam surah Al Hajj ayat 77 sbb :
“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah, sujudlah, sembahlah Rabbmu dan berbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS al-Hajj: 77)
Rukun-Rukun Iman, Sesungguhnya iman memiliki bagian-bagian yang harus ada, yang disebut dengan rukun-rukun (tiang; tonggak) iman. Ahlus sunnah wal jamâ’ah meyakini bahwa rukun iman ada enam. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata pada permulaan kitab beliau, ‘Aqidah al-Wasithiyah’, “Ini adalah aqîdah Firqah an-Najiyah al-Manshurah (golongan yang selamat, yang ditolong) sampai hari kiamat, Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Yaitu: beriman kepada Allah Swt, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, kebangkitan setelah kematian, dan beriman kepada qadar, yang baik dan yang buruk”.
Dalil rukun iman yang enam ini adalah sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada malaikat Jibril ‘alaihis salam, ketika menjelaskan tentang iman,
Iman adalah engkau beriman kepada Allah Swt, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada qadar, yang baik dan yang buruk.” Rukun iman ini wajib diyakini oleh setiap Mukmin. Barangsiapa mengingkari salah satunya, maka dia kafir.
Syaikh Muhammad Khalîl Harrâs berkata, “Enam perkara ini adalah rukun-rukun iman. Iman seseorang tidak sempurna kecuali jika dia beriman kepada semuanya dengan bentuk yang benar sebagaimana ditunjukkan oleh al-Kitab dan Sunnah. Barangsiapa mengingkari sesuatu darinya, atau beriman kepadanya dengan bentuk yang tidak benar, maka dia telah kafir.”
Iman Bisa Bertambah dan Berkurang, Sudah dimaklumi banyak terdapat nash-nash al-Qur`an dan as-Sunnah yang menjelaskan pertambahan iman dan pengurangannya. Menjelaskan pemilik iman yang bertingkat-tingkat sebagiannya lebih sempurna imannya dari yang lainnya. Ada di antara mereka yang disebut assaabiq bil khoiraat (terdepan dalam kebaikan), al-Muqtashid (pertengahan) dan zholim linafsihi (menzholimi diri sendiri). Ada juga al-Muhsin, al-Mukmin dan al-Muslim. Semua ini menunjukkan mereka tidak berada dalam satu martabat. Ini menandakan bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang.
Bukti dari Al Qur’an dan As Sunnah Bahwa Iman Bisa Bertambah dan Berkurang, Pertama: Firman Allah Swt, dalam Ali Imram ayat 173 sbb ini yang artinya :
“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung“.” (QS Ali Imran: 173).
Para ulama Ahlus Sunnah menjadikan ayat ini sebagai dasar adanya pertambahan dan pengurangan iman, sebagaimana pernah ditanyakan kepada imam Sufyaan bin ‘Uyainah Rahimahullah, “Apakah iman itu bertambah atau berkurang?” Beliau rahimahullah menjawab, “Tidakkah kalian mendengar firman Allah Swt, arti surah Ali Imran 173 sbb : “Maka perkataan itu menambah keimanan mereka”. (QS Alimron: 173)
dan firman Allah Swt dalam surah Al Kahfi ayat 13 sbb ini : “Dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk”.(QS al-Kahfi: 13)
dan beberapa ayat lainnya”. Ada yang bertanya, “Bagaimana iman bisa dikatakan berkurang?” Beliau rahimahullah menjawab, “Jika sesuatu bisa bertambah, pasti ia juga bisa berkurang”.
Kedua: Firman Allah Swt dalam surah Maryam ayat ke 76 yang artinya sbb ini :
“Dan Allah Swt akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.” (QS Maryam: 76).
Syeikh Abdurrahman As-Sa’di menjelaskan tafsir ayat ini dengan menyatakan, “Terdapat dalil yang menunjukkan pertambahan iman dan pengurangannya, sebagaimana pendapat para as-Salaf ash-Shaalih. Hal ini dikuatkan juga dengan firman Allah Swt, sbb ini :
“Dan supaya orang yang beriman bertambah imannya.” (QS al-Mudatstsir: 31) dan firman Allah Swt,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya).” (QS al-Anfaal:8/2)
Juga dikuatkan dengan kenyataan bahwa iman itu adalah perkataan qolbu (hati) dan lisan, amalan qolbu, lisan dan anggota tubuh. Juga kaum mukminin sangat bertingkat-tingkat dalam hal ini.
Ketiga: Sabda Rasulullah SAW, “Tidaklah seorang pezina berzina dalam keadaan mukmin dan tidaklah minum minuman keras ketika minumnya dalam keadaan mukmin serta tidaklah mencuri ketika mencuri dalam keadaan mukmin”.
Ishaaq bin Ibraahim an-Naisaaburi berkata, “Abu Abdillah (Imam Ahmad) pernah ditanya tentang iman dan berkurangnya iman. Beliau rahimahullah menjawab, “Dalil mengenai berkurangnya iman terdapat pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah seorang pezina berzina dalam keadaan mukmin dan tidaklah mencuri dalam keadaan mukmin.”
Keempat: Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Iman itu lebih dari tujuh puluh atau lebih dari enampuluh. Yang paling utama adalah perkataan: “Laa Ilaaha Illa Allah” dan yang terendah adalah membersihkan gangguan dari jalanan dan rasa malu adalah satu cabang dari iman.”
Hadits yang mulia ini menjelaskan bahwa iman memiliki cabang-cabang, ada yang tertinggi dan ada yang terendah . Cabang-cabang iman ini bertingkat-tingkat dan tidak berada dalam satu derajat dalam keutamaannya, bahkan sebagiannya lebih utama dari lainnya. Oleh karena itu Imam At-Tirmidzi memuat bab dalam sunannya: “Bab Kesempurnaan, bertambah dan berkurangnya iman”.
Syeikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah ketika menjelaskan hadits di atas menyatakan, Ini jelas sekali menunjukkan iman itu bertambah dan berkurang sesuai dengan pertambahan aturan syariat dan cabang-cabang iman serta amalan hamba tersebut atau tidak mengamalkannya. Sudah dimaklumi bersama bahwa manusia sangat bertingkat-tingkat dalam hal ini. Siapa yang berpendapat bahwa iman itu tidak bertambah dan berkurang, sungguh ia telah menyelisihi realita yang nyata di samping menyelisihi nash-nash syariat sebagaimana telah diketahui.
Pendapat Ulama Salaf Bahwa Iman Bisa Bertambah dan Berkurang, Sedangkan pendapat dan atsar as-Salaf ash-Shaalih sangat banyak sekali dalam menetapkan keyakinan bahwa iman itu bertambah dan berkurang, diantaranya sebagai berikut ini :
Pertama: Dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya :
Satu ketika Kholifah ar-Rsyid Umar bin al-Khathaab rahimahullah pernah berkata kepada para sahabatnya, yang artinya sbb ini : “Marilah kita menambah iman kita.”[
Sahabat Abu ad-Darda` Uwaimir al-Anshaari rahimahullah berkata, “Iman itu bertambah dan berkurang.”
Kedua: Dari kalangan Tabi’in, di antaranya: Abu al-Hajjaaj Mujaahid bin Jabr al-Makki (wafat tahun 104 H) menyatakan, sebagai berikut ini : “Iman itu adalah perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang.”
Abu Syibl ‘Alqamah bin Qais an-Nakhaa’i (Wafat setelah tahun 60 H) berkata kepada para sahabatnya, “Mari kita berangkat untuk menambah iman.” Ketiga: Kalangan tabi’ut Tabi’in, di antaranya: Abdurrahman bin ‘Amru al-‘Auzaa’i (wafat tahun 157 H) menyatakan, yang artinya sbb :
“Iman adalah perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang. Siapa yang meyakini iman itu tidak bertambah dan tidak berkurang maka berhati-hatilah terhadapnya karena ia adalah seorang ahli bid’ah.”
Beliau juga ditanya tentang iman, “Apakah bisa bertambah?” Beliau menjawab, “Iya, hingga menjadi seperti gunung.” Beliau ditanya lagi, “Apakah bisa berkurang?” Beliau rahimahullah menjawab, “Iya, hingga tidak tersisa sedikitpun darinya”.
Itulah keadaan Iman kita kepada Allah Swt iman dapat berkurang dan dapat bertambah, bisa bertambah besar seperti gunung namun bisa hilang seperti tak berbekas, ya Allah Swt Ampuni segala dosa-dosa yang telah kami perbuat, masukkan kami kedalam golongan orang-orang yang solih solih dan berbuat baik kepada sesama, manusia tidak bisa luput dari dosa-dosa mak segeralah bertobat kepada Allah Swt dan minta ampun kepada Allah Swt, jika kita zalim terhadap sesama manusia, minta maaflah kepada manusia yang terzalimi tersebut, semoga Allah Swt selalu merahmati dan mengampuni hamba-hambany yang selalu bertobat dan berbuat kebaikan, amin ya robbal alamin.
referensi sebagi berikut ini :
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata: "Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah Swt berfirman: ”Wahai Bani Adam, sesungguhnya jika engkau senantiasa berdoa dan berharap kepada–Ku niscaya Aku akan mengampunimu semua dosa yang ada padamu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam kalau seandainya dosamu setinggi langit, kemudian engkau memohon ampun kepada– Ku, niscaya aku akan memberikan ampunan kepadamu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam seandainya engkau menghadap kepada–Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi kemudian engkau berjumpa dengan–Ku dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatu apapun, niscaya Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. At Tirmidzi, dan dia berkata bahwa hadits ini hasan shahih).
Kandungan Hadits Arbain ke 42. Ada tiga kandungan hadits Arbain ke 42 yang bisa diambil hikmahnya yakni:
Mengenai doa dan pengharapan, Allah SWT berfirman dalam Al Quran, Surat Al Baqarah ayat 186, artinya sebagai berikut ini :
Artinya: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Aku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran". (QS. Al Baqarah ayat 186)
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah Swtitu sangat dekat. Karena itu, hendaklah manusia berdoa dan hanya meminta kepada-Nya karena Allah Swt akan mengabulkannya.
Dari Abu Musa Al-Asy'ari yang menceritakan, "Ketika kami (para sahabat) bersama Rasulullah Saw. dalam suatu peperangan, tidak sekali-kali kami menaiki suatu tanjakan dan berada di tempat yang tinggi serta tidak pula kami menuruni suatu lembah melainkan kami mengeraskan suara kami seraya mengucapkan takbir." Abu Musa melanjutkan kisahnya, "Lalu Nabi Saw. mendekat ke arah kami dan bersabda: "Hai manusia, tenangkanlah diri kalian, karena sesungguhnya kalian bukan berseru kepada orang yang tuli, bukan pula kepada orang yang gaib; sesungguhnya kalian hanya berseru kepada Tuhan Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Sesungguhnya Tuhan yang kalian seru lebih dekat kepada seseorang di antara kalian daripada leher unta kendaraannya. Hai Abdullah ibnu Qais, maukah kamu kuajarkan suatu kalimat (doa) yang termasuk perbendaharaan surga? (Yaitu) la haula wala quwwata ilia billah (tiada upaya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Swt)'."
Perbanyak Istighfar, Allah Swt berfirman dalam Surah nuh ayat 10 sbb ini : Artinya: maka aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.” (Nuh: 10)
Yakni kembalilah kamu ke jalan-Nya dan tinggalkanlah apa yang kamu biasa lakukan itu dan bertobatlah kamu kepadanya dari dekat. Karena sesungguhnya barang siapa yang bertaubat kepada-Nya, niscaya Dia menerima taubatnya, sekalipun dosa-dosanya besar.
Doa Sayyidul Istighfar, Sayyidul istigfar yang artinya sebagai berikut ini : (latinya )
Latin: Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa ana 'abduka wa ana 'alaa 'ahdika wawa'dika mastatho'tu a'uudzubika min syarri maa shona'tu abuu ulaka bini'matika 'alayya wa abuu u budzanbii fagjfirlii fainnahuu laa yaghfiru dzunuuba illaa anta.
Artinya :
Artinya: "Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu, aku akan setia pada janjiku pada-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang aku perbuat. Kuakui segala nikmat-Mu atasku dan aku akui segala dosaku (yang aku perbuat). Maka ampunilah aku, sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau".
Bacaan Istighfar, Latin: Astaghfirullahal 'adhiim alladziii laaa ilaaha illa huwal hayyul qayuyuumu wa atuubu ilaihi taubatan abdin dhoolimin laa yamliku linafsihi dharran wala naf'an walaa mauta walaa hayaatan walaa nusyuuran subhaanallahil hayyul qayyuum.
Larangan Menyekutukan Allah Swt, yang artinya sebagai berikut ini : Sesungguhnya Allah Swt tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An Nisa ayat 48).
Dari Anas ibnu Malik, dari Nabi SAW yang telah bersabda: Perbuatan aniaya (dosa) itu ada tiga macam, yaitu perbuatan aniaya yang tidak diampuni oleh Allah, perbuatan aniaya yang diampuni oleh Allah, dan perbuatan aniaya yang tidak dibiarkan begitu saja oleh Allah barang sedikit pun darinya. Adapun perbuatan aniaya yang tidak diampuni oleh Allah ialah perbuatan syirik (mempersekutukan Allah). Demikian pembahasan Hadits Arbain ke 42 tentang luasnya ampunan Allah bagi hamba-Nya.
Setiap insan memiliki sifat dan karakter yang berbeda beda. Tidak ada satu pun manusia yang memiliki karakter dan sifat yang sama persis dengan orang lain. Ada orang yang punya karakter ceria ada pula sebaliknya. Ada manusia yang memiliki karakter tertutup ada pula yang suka terbuka. Semua karakter yang Allah Swt limpahkan kepada manusia memiliki hikmah tersendiri, dan yang paling baik adalah orang yang bisa mengontrol karakter dan sifatnya masing-masing. Sebagai orang yang memiliki karakter tertutup, tidak akan suka hal-hal yang menyangkut dirinya diketahui orang lain.
Karakter ini di satu sisi baik, dan pada sisi yang lain bisa saja tidak baik, karena dia akan lebih suka menyendiri dan menyalahi dari kodrat sebagai makhluk sosial. Sedangkan orang yang memiliki karakter terbuka, dia lebih suka bercerita tentang hal yang pernah dialami serta senang berbaur dengan orang sekitarnya.
Dalam satu sisi karakter ini baik, namun pada sisi yang lain bisa saja tidak baik dan mencelakai dirinya jika tidak bisa mengontrol sifat tersebut. Saat manusia berbuat maksiat atau dosa, dia dilarang bercerita kepada orang lain, karena itu adalah aib.
Menceritakan perbuatan tercela kepada orang lain sama halnya membeberkan aibnya sendiri kepada orang lain. Hal ini tentu dilarang oleh syariat Islam. Akan tetapi yang terbaik yang harus ia lakukan adalah bertobat dari perbuatan dosa dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Dalam kitab al-Muwattha’ Imam Malik,menukil hadis Rasulullah Saw sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Malik sendiri yang artinya:
“Barangsiapa tertimpa perbuatan maksiat (terjerumus ke dalam perbuatan maksiat) dengan melakukan perbuat semacam ini (perbuatan zina), hendaknya ia merahasiakannya dengan kerahasiaan yang Allah Swt berikan.”
Maksud hadis tersebut, hendaknya seseorang merahasiakan aib dirinya selama Allah Swt tidak membuka aib tersebut, kemudian segeralah bertobat. Jangan Pernah Menceritakan Perbuatan Dosa Kepada Siapapun, Tapi Bertobatlah.
Setiap insan memiliki sifat dan karakter yang berbeda beda. Tidak ada satu pun manusia yang memiliki karakter dan sifat yang sama persis dengan orang lain. Ada orang yang punya karakter ceria ada pula sebaliknya. Ada manusia yang memiliki karakter tertutup ada pula yang suka terbuka.
Semua karakter yang Tuhan limpahkan kepada manusia memiliki hikmah tersendiri, dan yang paling baik adalah orang yang bisa mengontrol karakter dan sifatnya masing-masing. Sebagai orang yang memiliki karakter tertutup, tidak akan suka hal-hal yang menyangkut dirinya diketahui orang lain.
Karakter ini di satu sisi baik, dan pada sisi yang lain bisa saja tidak baik, karena dia akan lebih suka menyendiri dan menyalahi dari kodrat sebagai makhluk sosial. Sedangkan orang yang memiliki karakter terbuka, dia lebih suka bercerita tentang hal yang pernah dialami serta senang berbaur dengan orang sekitarnya. Dalam satu sisi karakter ini baik, namun pada sisi yang lain bisa saja tidak baik dan mencelakai dirinya jika tidak bisa mengontrol sifat tersebut.
Saat manusia berbuat maksiat atau dosa, dia dilarang bercerita kepada orang lain, karena itu adalah aib. Menceritakan perbuatan tercela kepada orang lain sama halnya membeberkan aibnya sendiri kepada orang lain. Hal ini tentu dilarang oleh syariat Islam. Akan tetapi yang terbaik yang harus ia lakukan adalah bertobat dari perbuatan dosa dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Dalam kitab al-Muwattha’ Imam Malik, hadis Rasulullah Saw sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Malik sendiri yang artinya: “Barangsiapa tertimpa perbuatan maksiat (terjerumus ke dalam perbuatan maksiat) dengan melakukan perbuat semacam ini (perbuatan zina), hendaknya ia merahasiakannya dengan kerahasiaan yang Allah Swt berikan.”
Maksud hadis tersebut, hendaknya seseorang merahasiakan aib dirinya selama Allah Swt tidak membuka aib tersebut, kemudian segeralah bertobat, semoga Allah Swt mengampuni dosa-dosa kita, Aamin ya robbal alamin.